"Ya ampun, ibu!" Odelyn yang baru saja ingin berjalan menuju kos nya sangat terkejut mendapati salah satu dosen yang dia kenal terjatuh di sudut kampus yang tersembunyi dan kesulitan untuk berdiri lagi.
Dengan segera Odelyn menghampiri dosennya dan kemudian membantunya untuk berdiri. Hah? Tunggu dulu. Apakah membangunkan orang yang terjatuh memang sekaku dan sesulit ini?"Ibu mohon maaf. Ini karena saya gak bisa membangunkan ibu, saya panggil bantuan ya. Gak akan lama kok." Jujur saja saat ini firasat Odelyn sudah tidak baik. Dosennya itu sepertinya tidak jatuh biasa. Masalah akibat terjatuh ini sepertinya akan berjalan terlalu jauh."Kamu siapa namanya?" Tiba-tiba saja dosen Odelyn bersuara. Odelyn pikir karena sakit sulitnya menahan rasa sakit makanya dosennya hanya diam saja."Saya Odelyn, bu. Odelyn Prameswari Purnama." Duh, ayo dong jangan tanya-tanya dulu. Tolong biarkan Odelyn mencari bantuan dulu agar dosennya ini bisa ditangani dengan baik."Odelyn, coba kamu telpon anak saya saja. Ini nomornya. Bilang saja kalau saya jatuh di lokasi ini." Dosen Odelyn kemudian memberikan sebuah ponsel kepada Odelyn.Odelyn menerima pesan itu tapi resah di hatinya tidak kunjung hilang. "Ibu, mohon maaf. Tapi apa gak sebaiknya saya carikan bantuan di sekitar sini saja? Kondisi ibu kelihatan sangat tidak baik. Saya takut kalau anak ibu ternyata butuh waktu lama untuk datang kesini dan membuat semuanya jadi tambah buruk." Ayolah, Bukannya dosennya ini adalah orang yang cerdas. Masa sih tidak tahu bahwa cedera yang dia alami itu termasuk parah sehingga bisa sangat sulit untuk dibangunkan seperti ini. Kenapa sih dosennya ini sulit sekali untuk mengerti? Padahal setahu Odelyn dosennya ini adalah orang yang menyenangkan dan lagi-lagi perlu digaris bawahi adalah orang yang cerdas."Nak, percaya sama ibu. Kalau kamu telpon anak ibu sekarang juga, ibu akan baik-baik saja. Kamu gak mau sesuatu yang buruk terjadi ke ibu kan? Kalau begitu tolong telepon saja anak saya sekarang ya." Wajah dosennya itu terlihat lembut sekaligus tegas. Wajahnya memberikan kesan bahwa apa yang diucapkan itu harus dipatuhi.Odelyn yang mendengar dosennya bicara seperti itu pun dengan cepat langsung menelpon nomor ponsel yang dimaksud. Odelyn sebenarnya merasa sangat ragu dan menganggap bahwa apa yang dia lakukan saat ini tidaklah benar. Tapi kalau dosennya sudah seyakin itu berarti sudah seharusnya kan tidak akan terjadi apa-apa? Atau bagaimana ya? Odelyn bingung dan sangat ketakutan untuk saat ini.{Ya, halo, ma. Ada apa, ma?} Terdengar suara pria dibalik telpon itu. Oh, anak dosennya ini berjenis kelamin laki-laki ya."Maaf, mas. Ini ibu Rieta nya jatuh dan minta untuk menghubungi mas. Mas anaknya bu Rieta kan?" Odelyn benar-benar ingin memastikan apakah orang dibalik telpon ini memang sungguhan anaknya bu Rieta atau bukan.{Ah, iya. Ya sudah saya akan segera kesana. Tolong kamu share lock ya.} Dengan segera telpon itu pun mati.Odelyn kemudian dengan segera melakukan share lock kepada nomor ponsel itu dan tiba-tiba saja bu Rieta bersuara. "Terima kasih ya, Odelyn. Terima kasih sudah peduli dan menolong saya." Wajah teduh itu kemudian muncul lagi di wajah bu Rieta."Saya belum memanggil bantuan apapun, ibu. Jadi saya gak membantu apa-apa. Lalu apa benar ibu gak perlu saya panggilkan bantuan di sekitar sini?" Odelyn khawatir sekali dengan dosennya ini. Bagaimana kalau dengan menunggu kedatangan anaknya malah akan berdampak buruk? Bagaimana Odelyn akan bisa menanggung rasa bersalah apabila terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya?"Nak, ini bukan hanya terjadi kali ini. Kamu percaya saja pada ibu. Kalau anak ibu datang maka semua akan baik-baik saja. Kamu paham kan?" Rupanya bu Rieta juga belum lelah untuk terus mengingatkan Odelyn bahwa semua akan baik-baik saja. Selain dari ucapannya, tingkah laku Odelyn juga menunjukkan bahwa saat ini dia sedang ketakutan setengah mati.Setelah akhirnya menunggu sekitar sepuluh menit yang mana bagi Odelyn seperti bertahun-tahun lamanya, anak bu Rieta datang menghampiri bu Rieta dan Odelyn. Odelyn yang melihat kehadiran pria itu langsung bernafas lega. Akhirnya penyelamat bu Rieta yang telah ditunggu-tunggu datang juga."Ibu! Harusnya ibu nggak usah nungguin aku! Kenapa sih ibu keras kepala gini?" Suara dan raut wajah pria itu langsung membuat Odelyn tersentak. Jadi benar kan bahwa seharusnya Odelyn memanggil bantuan terlebih dahulu untuk bu Rieta? Astaga, jadi bu Rieta bahkan tidak paham dengan keadaannya sendiri dan Odelyn seperti orang yang tidak punya akal dan hanya menurut pada bu Rieta? Bagaimana kalau Odelyn akan turut disalahkan? Apalagi sekarang wajah putra dosennya ini kelihatan seperti ingin mengamuk."Michael, kamu ini seperti tidak mengenal ibumu saja. Sudah ayo bantu ibu duduk di kursi roda dan kita ke rumah sakit. Odelyn, ayo ikut ibu ke rumah sakit ya. Tolong temani ibu." Berbeda dengan Michael yang wajahnya sudah panik setengah mati, wajah bu Rieta terlihat sangat santai.Michael yang mendengar ada nama asing yang disebut ibunya langsung menoleh ke arah Odelyn. "Oh ya ampun, maafkan saya ya. Maaf saya gak menyapa terlebih dulu." Kemudian dengan segera Michael juga membantu ibunya untuk duduk di kursi roda.Odelyn yang masih panik dan juga ketakutan pun akhirnya menjawab seadanya saja. "Iya, gakpapa. " Selanjutnya Odelyn pun fokus pada bu Rieta dan ikut membantu untuk mendudukkan di kursi roda.Setelah semuanya selesai akhirnya mereka bertiga pun menuju mobil dan berangkat ke rumah sakit. Lagi-lagi Odelyn tidak menolak permintaan bu Rieta yang mengajaknya itu dan akhirnya berkutat dengan kecanggungan di dalam mobil. *"Ibu saya sakit. Belum diketahui sakit apa tapi kalau ibu telat minum obat dan terlalu lelah ya beliau akan langsung jatuh seperti itu. Untuk bangun jelas butuh bantuan orang lain dan memang gak semua orang bisa membangunkan ibu karena memang sekaku dan sekeras itu badan ibu saat terjatuh dan hendak dibangunkan." Michael tiba-tiba mengajak Odelyn bicara.Odelyn yang sedari tadi fokus mengamati orang yang berlalu lalang di rumah sakit kemudian memfokuskan dirinya pada Michael. "Terus kenapa tadi bu Rieta kekeuh mau nunggu mas Michael?" Odelyn juga punya pikiran kok kalau dia akan memanggil bantuan dengan jumlah yang cukup untuk bisa membantu bu Rieta. Apakah bu Rieta tidak percaya pada Odelyn?"Kan kalian tadi masih di lingkungan kampus. Ibu saya itu punya harga diri yang tinggi dan gak mau ketahuan kalau punya penyakit. Oh, ya Odelyn. Bisa kasih nomor hp kamu? Saya rasa kita bisa berkomunikasi lebih lanjut ke depannya.""Komunikasi lebih lanjut?" Tentu saja Odelyn merasa keheranan. Bukankah setelah ini antara dirinya dan Michael sudah tidak ada urusan lagi? Lalu untuk apa tetap berkomunikasi?"Iya. Untuk menambah relasi itu tidak ada salahnya kan?" Wajah Michael tetap terlihat tenang walaupun ekspresi wajah yang ditampilkan oleh Odelyn kebalikan dari Michael.Odelyn yang mendengar alasan Michael kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya. Yah memang tidak ada salahnya sih untuk menambah relasi pertemanan. Odelyn juga merasa ini adalah hal yang benar-benar menyenangkan sekaligus keberuntungan untuknya. Bisa punya nomor anak dosennya merupakan relasi yang bagus bukan? Yah walaupun Odelyn sendiri tahu apakah relasi ini benar-benar bermanfaat atau tidak."Ini nomorku, mas." Odelyn kemudian menunjukkan nomor hp dirinya yang ada pada ponsel."Oke." Dengan segera Michael mencatat nomor itu.Odelyn yang melihat Michael sudah mencatat nomornya kemudian segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Nanti mas miscall
Odelyn menerima tawaran itu karena merasa bayaran yang didapat akan sangat cukup untuk menambah tabungannya. "Nah, kamu jangan gerak-gerak ya. Tolong diam aja di posisi seperti itu, gak akan lama kok." Michael kemudian memberikan instruksi kepada Odelyn. Odelyn yang mendapatkan instruksi seperti itu kemudian mengangguk dan fokus untuk mempertahankan posisi dirinya agar tidak bergerak. Sejujurnya agak sulit karena Odelyn adalah anak yang gampang sekali untuk pegal-pegal badannya kalau diam terlalu lama. Tapi karena ini adalah bagian dari pekerjaan maka sudah seharusnya kan Odelyn bertanggung jawab."Odelyn sekarang udah semester berapa?" Michael tiba-tiba mengajak Odelyn bicara. Michael melakukan hal tersebut karena kasihan melihat Odelyn yang terlihat bosan dan ingin ini semua segera selesai. Tapi mau bagaimana pun yang dilakukan Odelyn saat ini benar-benar patut untuk diapresiasi bukan."Sekarang semester empat, mas. Kalau mas Michael semester berapa ya sekarang?" Odelyn yang tidak
"Udah dijemput sama pacarnya aja tuh." Natri, salah satu teman Odelyn di kelas ini dengan wajah yang usil mencoba menggoda Odelyn yang sedang membereskan barang-barang kuliahnya. Hari ini Odelyn punya jadwal kelas sore sehingga dia merasa sangat lelah dan hanya ingin tidur ketika sudah sampai di rumah."Hah? Dijemput?" Odelyn tidak tahu apakah Natri hanya bercanda atau bagaimana. Yang jelas setahu Odelyn di kelas ini tidak ada yang tahu kalau Odelyn punya pacar. Jadi bagaimana mungkin Natri bisa mengatakan kalau Odelyn dijemput oleh pacarnya?"Loh, mas-mas yang mukanya ganteng itu pacar kamu kan? Dia duduk di kursi luar kelas tuh. Aku tuh lihat beberapa kali kalian makan di kantin kampus. Dia dari jurusan mana sih, Ody? Ganteng juga tuh. Kenalin aku sama teman-temannya dong." Natri mulai tertawa genit dan hal itu jelas didengar oleh teman-teman sekelas Odelyn."Loh, Odelyn punya pacar ya? Baru tahu aku." Ada lagi teman sekelas Odelyn yang memberikan tatapan tidak menyangka kepada Odel
Menikah? Apakah yang dilakukan oleh Odelyn saat ini adalah hal yang masuk akal? Bagaimana mungkin dia bisa menikah dengan orang yang baru dia pacari selama satu tahun?"Odelyn, gak ngira banget aku kalau akhirnya sekarang kita jadi suami istri. Tadi mama dan ayah juga kelihatan bahagia banget." Mama dan ayah yang dimaksud oleh Michael merujuk pada orang tua Odelyn.Odelyn hanya tersenyum untuk menanggapi. Setelah menikah lalu apa? Apa yang perlu Odelyn lakukan setelah ini? Odelyn bahkan merasa bahwa manusia yang kemarin setuju untuk menikah itu bukanlah dirinya. Ah, ini terlalu tiba-tiba. Odelyn sesaat ragu dengan keputusan yang dia ambil. Apakah Odelyn perlu kabur saja dari sini? Bagaimanapun kabur lebih baik bukan?"Awal pernikahan seperti ini pasti akan berat untuk kamu. Gak cuma untuk kamu tapi untuk aku juga. Aku sekarang juga sedang bertanya-tanya apa beneran nih aku sekarang nikah? Kok kayak tiba-tiba banget sih. Tapi kan semua itu gak ada yang tiba-tiba sebenarnya. Dari awal p
"Total semuanya 500.000, bu" Odelyn yang sedang tidak fokus tidak kunjung menyahut dan hanya terdiam saja. Pengunjung dan kasir yang menyadari bahwa Odelyn tak kunjung bereaksi segera menegur Odelyn secara bersamaan."Mbak, tolong cepat ya. Ini saya juga ada urusan." Pengunjung di belakang Odelyn dengan tegas menyuruh Odelyn untuk segera merespon.Ketika kasir baru saja ingin melakukan hal yang sama, rupanya Odelyn sudah tersadar terlebih dahulu dengan pengunjung lain tersebut sehingga akhirnya dia meminta maaf dengan hati-hati. "Maaf ya. Tolong maafkan saya. Ini tadi berapa mbak totalnya?" Odelyn terlihat sekali merasa malu sekaligus bersalah. Odelyn juga dengan gerakan yang terburu-buru berusaha mengambil uang untuk membayar belanjaannya."Totalnya 500.000, bu." Kasir supermarket itu pun dengan segera mengulang kembali ucapannya.Mendengar jawaban itu Odelyn segera memberikan uang yang pas lalu buru-buru keluar dari sana."Loh, kamu kenapa?" Michael yang merasa malas untuk mengiku
Kematian pacar Michael itu apakah ada kaitannya dengan rahasia itu? Bahkan setelah mengetahui soal kematian pacar Michael pun Odelyn tidak mampu untuk menemukan kaitannya. Odelyn jadi ragu apakah sebenarnya barang itu adalah barang yang tidak berarti? Barang yang umum saja? Tapi kenapa orang di chat itu mengatakan bahwa harusnya Michael sudah berhenti sejak menikah karena jika Odelyn tahu semuanya tamat? "Odelyn, udah jadi beli tas?" Michael yang baru saja keluar dari kamarnya langsung menghampiri Odelyn yang sedang memasak makan malam."Tas?" Odelyn bingung kenapa di situasi ini Michael tiba-tiba menanyakan tas. Memangnya ada pembicaraan mereka yang membicarakan soal tas?Melihat Odelyn yang sedang memasak membuat Michael tersenyum geli. "Duh, kayaknya kamu lagi gak fokus nih. Udah kamu mending nonton tv sana, biar aku saja yang memasak. Lagian ini kurang dikit lagi kan." Michael pun mencuci tangannya di wastafel dan bersiap-siap untuk membantu Odelyn memasak.Walaupun tidak mengert
"Cerai? Aku mau pindah kamar supaya kamu bisa berpikir jernih kalau sendirian gitu." Michael yang sedang menikmati sereal langsung tersedak saat Odelyn tanpa aba-aba langsung mengatakan kalimat semacam itu."Makasih. Karena hal itu aku jadi bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan itu." Odelyn tidak mau berdebat lebih jauh. Lebih baik mulai hari ini dia mencari kontrakan baru untuk dia tempati. Rumah ini milik Michael oleh karena itu Odelyn harus jadi pihak yang tahu diri untuk angkat kaki dari sini."Odelyn, kayaknya kamu belum benar-benar berpikir jernih. Sekarang mendingan kamu ke kamar ya. Atau kamu bisa kemana pun asal bisa bikin pikiran kamu jadi jernih lagi ya." Michael kini menatap khawatir ke arah Odelyn.Odelyn yang ditatap seperti itu justru merasa muak. Apakah Michael tidak sadar bahwa sumber kekhawatiran Odelyn adalah Michael sendiri? Michael membuat Odelyn khawatir kalau-kalau rumah ini bukanlah rumah lagi. Odelyn khawatir kalau rumah ini adalah tempat nyawanya berak
Suasana makan pagi hari ini benar-benar terasa aneh bagi Odelyn. Apakah ini karena akhirnya Michael mau untuk bercerai dari Odelyn sehingga sedari tadi diam saja tanpa berkata apapun untuk mengisi keheningan di ruang keluarga ini?"Michael?" Akhirnya Odelyn berusaha untuk mencairkan suasana saat ini. Rasanya benar-benar tidak nyaman ketika orang yang kamu kenal sebagai sosok yang suka berbicara tiba-tiba diam seribu bahasa seperti ini."Iya?" Michael memandang Odelyn dengan tatapan ingin tahu. Tidak ada yang aneh dengan tatapan Michael. Tidak ada tatapan dingin atau tatapan negatif lainnya. Sejauh ini semua terpantau normal dan aman."Gakpapa. Kamu yang kenapa tuh? Ada yang menganggu pikiran kamu?" Odelyn sebenarnya tidak ingin bertanya seperti ini. Tapi karena dia merasa moodnya memburuk ketika hanya saling diam seperti ini, makanya dia berusaha untuk membuat Michael bicara."Bukannya justru kamu yang ada apa-apa? Kamu kemarin tingkahnya aneh banget sampai minta cerai segala." Michae