Khusus Dewasa! Harap bijak saat membaca! "Uuhh! ternyata kamu makin seksi saat berkeringat. Roy Fajrin seorang mahasiswa kere, namun memiliki seorang kekasih seorang mahasiswi cantik, pewaris tunggal perusahaan milik keluarganya. Sudah punya kekasih cantik, tapi Roy masih kepincut dengan seorang Tante muda kesepian. Selamat datang di, "Berondong Kampus"
view more"Bagi mahasiswa yang belum membayar uang kuliah untuk semester ini, terancam tidak bisa mengikuti ujian."
Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Roy, saat ia menghadap ke salah satu ruangan di lingkungan kampusnya. Kepala Roy berdenyut sambil berjalan linglung keluar dari ruangan tersebut, otaknya berpikir keras dari mana harus mendapatkan uang dengan cepat supaya bisa segera membayar uang semester sebagai syarat untuk bisa mengikuti ujian. "Apakah aku harus pinjam uang lagi sama Mella? Ihh, malu. Yang kemarin aja belum aku bayar," Roy nyengir sendiri sambil tetap melangkah menyusuri trotoar jalan pulang ke tempat kostnya. Roy teringat pada sang kekasih, Amella Elvara yang berasal dari keluarga mampu. Roy sering minta bantuan dengan meminjam uang sampai kiriman dari orang tuanya di kampung tiba, namun kali ini Roy tidak berani untuk meminjam lagi, karena yang ia pinjam pada Amella beberapa hari yang lalu belum di kembalikan karena kiriman dari orang tuanya belum kunjung tiba. "Jangan sungkan, aku akan selalu ada buat kamu. Yang penting kita bisa sama-sama wisuda nanti, awas aja kalau kamu sempat putus kuliah karena alasan biaya! Ingat janji kamu, Roy. Kamu sudah berjanji untuk mendampingiku untuk meneruskan bisnis Papa," Kata-kata Amella selalu di ingat Roy, sehingga ia bertekad akan menyelesaikan kuliahnya walaupun dengan segala keterbatasannya. "Gak mungkin aku terus-terusan mengandalkan kamu, Mel. Aku harus mencari pekerjaan sampingan, tapi harus kerja apa?" Sambil berjalan linglung, Roy membatin. Memang, setiap kiriman uang dari orang tuanya terlambat datang, Amella selalu memberikan pinjaman pada Roy. Terkadang Amella tidak menerima kembalian dari Roy jika uang yang di pinjam dalam jumlah kecil. "Simpan saja, mana tau nanti kamu kepepet lagi," Begitu ucapan Amella waktu itu. Hal tersebut semakin membuat Roy merasa tidak enak hati pada sang kekasih. Dalam lamunannya sembari menyusuri trotoar jalan, Roy memutar otak, berpikir untuk bekerja di luar jam kuliah untuk membantu meringankan beban orang tuanya di kampung yang hanya seorang petani. Jika terus-terusan mengandalkan kiriman dari kampung, atau terus-terusan mengandalkan Amella, bisa-bisa Roy tidak dapat mengikuti ujian. "Duukk!" "Sreett!" "Jalan itu jangan melamun, untung saja yang kamu tabrak itu saya. Coba kalau mobil yang sedang melaju, bisa game over kamu!" Roy melongo memandangi seorang wanita cantik yang melotot ke arahnya, setelah tanpa sengaja Roy menabraknya karena melamun sambil berjalan di trotoar. "Ma, maaf Tante. Saya tidak sengaja," jawab Roy tergagap ketika menyadari telah menabrak wanita tersebut tanpa sengaja. "Lagian Tante sih, berdiri di tengah trotoar. Ya, ketabrak dong," imbuh Roy lagi membela diri ketika wanita cantik tersebut menatap wajahnya lekat. Wanita cantik tersebut tidak menjawab ucapan Roy, ia malah memandangi Roy dari ujung kepala sampai ujung kaki. Terang saja Roy jadi gugup. "Kamu masih kuliah?" tanya wanita tersebut setelah menatap Roy ketika melihat di tangan Roy tergenggam beberapa buah buku tebal dan sebuah tas ransel tergantung di punggung Roy. "Iya, Tante. Di kampus itu," jawab Roy sambil berbalik menunjuk kampus yang baru beberapa puluh meter ia tinggalkan. "Tante ngapain berdiri di sini? Trotoar ini untuk pejalan kaki lho, nanti ketabrak lagi," tanya Roy balik, menatap wanita cantik yang masih berdiri di depannya. Terlihat rok mini yang ia kenakan bergerak tertiup angin dari kendaraan yang melintas di jalanan, Roy mengalihkan pandangannya, tak ingin tertangkap basah karena mencuri pandang ke bagian bawah tubuh wanita tersebut. Wanita cantik tersebut malah tersenyum, ketika pandangan mata Roy tertuju pada paha mulusnya yang sedikit tersingkap ketika rok mininya tertiup angin. Sebagai pria dewasa tentunya Roy tidak bisa membohongi pikirannya sendiri. "Mm, itu. Mobil saya bocor, saya tidak bisa ganti ban. Sedangkan saya tidak melihat ada bengkel terdekat dari sini. Kamu bisa bantu saya gak? Atau panggilkan orang bengkel gitu," jawab wanita tersebut sambil menoleh menatap sebuah mobil mungil berwarna merah yang terparkir di badan jalan, tak jauh dari mereka berdiri. "Boleh, Tante. Punya ban serap kan?" jawab Roy sambil mengalihkan pandangan ke arah mobil milik wanita tersebut. "Ada sih, tapi itu dia, saya gak bisa buka rodanya," ujar wanita tersebut sembari melangkah mendekati mobilnya, dan Roy mengikutinya dari belakang. "Itu ban serapnya, dan itu kunci roda dan peralatan lainnya," ujar wanita cantik tersebut sambil menundukkan badannya ketika membuka kabin belakang mobilnya. Dada Roy berdegup ketika melihat dua bukit kembar yang putih mulus seakan ingin menyembul keluar ketika wanita tersebut membungkuk. Roy meneguk ludah, ketika dua benda kenyal tersebut bergoyang seperti hendak jatuh saat wanita cantik tersebut berusaha menggeser ban serap yang terdapat dalam kabin mobilnya. "Kamu bisa kan?" ujar wanita tersebut tiba-tiba menoleh pada Roy setelah bersusah payah mencoba untuk mengeluarkan ban serap dari dalam kabin mobil, namun tidak berhasil karena roda mobil tersebut terlalu berat baginya. "Bi, bisa Tante," jawab Roy kembali tergagap sambil buru-buru mengalihkan pandangannya. Namun terlambat, karena wanita cantik tersebut terlanjur mengetahui saat bukit kembar putih mulus kebanggaannya di jilati pandangan nakal Roy. "Ya, sudah. Tolong ya," ujar wanita tersebut pura-pura tidak mengetahui pandangan nakal Roy. Ia mundur ketika Roy mengambil roda yang masih tersimpan dalam kabin mobil, wanita tersebut tersenyum di belakang Roy. Dengan cekatan Roy meletakkan dongkrak di bawah mobil agar posisi roda bisa terangkat dari aspal, dengan merunduk ke bawah kolong mobil. "Apa yang harus saya bantu, bilang aja," ujar wanita cantik tersebut sambil berjongkok di hadapan Roy yang masih merunduk di bawah kolong mobil memasang dongkrak. Ketika Roy menoleh, biji matanya seakan ingin loncat keluar dari cangkangnya. Betapa tidak, dari jarak beberapa jengkal saja di depan wajahnya terpampang pemandangan yang membuat jakun Roy turun naik, air ludahnya seakan ingin meleleh ketika sepasang paha putih mulus dengan gundukan kecil padat terjepit di antaranya terbungkus celana dalam berwarna pink. "Kamu nikmati aja ini dulu, nanti saya kasih yang sebenarnya," bisik wanita cantik tersebut tersenyum dalam hati sambil merenggangkan kedua paha mulusnya berjongkok di hadapan Roy di belakang mobil. Semetara Roy yang masih merunduk di bawah kolong mobil memasang dongkrak makin tak karuan. Tenggorokannya terasa kering ketika hendak menelan ludah ketika menyaksikan pemandangan indah di antara kedua paha putih mulus wanita cantik tersebut yang dengan sengaja mempertontonkan pada Roy. Tak ingin tersiksa lebih lama, Roy tidak membutuhkan waktu lama untuk mengganti roda mobil dengan yang baru. "Uhh, ternyata kamu lebih mempesona ketika sedang berkeringat begitu," bisik wanita cantik tersebut dalam hati ketika memandangi wajah Roy yang berkeringat. "Sudah, Tante. Sekarang Tante sudah bisa melanjutkan perjalanan," ujar Roy sambil menyusup keringatnya setelah mengganti roda mobil. "Terimakasih. Emm, sekarang kamu mau kemana?" jawab wanita cantik tersebut menatap Roy yang menyusup keringat di keningnya. "Mau pulang, Tante," jawab Roy singkat. "Yuk, saya antar. Sekalian ke arah sana kan?" ujar wanita tersebut sembari menoleh ke ujung jalan yang akan di lewati Roy. "Yuk, ahh," ajak wanita itu lagi ketika Roy masih ragu. Namun akhirnya Roy mengikuti wanita yang baru ia kenal tersebut masuk mobil. Wanita cantik tersebut tersenyum duduk di balik kemudi mobil sembari menoleh pada Roy yang duduk di sebelahnya. Mobil melaju di jalanan berbaur dengan kendaraan lain, namun Roy melihat mobil yang di kendarai wanita cantik yang duduk di balik kemudi di sampingnya tidak menempuh jalan yang mengarah pada tempat kostnya, justru mobil mengarah ke jalan lain. Bersambung ...Setelah menurunkan penumpang, Enda memperhatikan mobil Amella yang berhenti di depan kos-kosan yang di tempati Roy. "Maafkan aku Mel, untuk saat ini aku belum bisa jujur padamu. Bukannya aku tidak peduli pada kegundahan hatimu, tapi aku gak tega melihat kamu dan Roy sama-sama terluka nantinya," gumam Enda dalam hati.Saat melihat Roy turun dari sebuah mobil mewah pada pagi hari, Enda bernapas lega. Ia berfirasat bahwa Amella pasti datang ke tempat kos Roy, karena tidak ada informasi darinya. Firasat Enda tidak meleset, setelah dari pagi mengawasi Roy, Amella benar-benar datang. Enda memutuskan pura-pura tidak melihat Roy pergi kemana-mana, seolah-olah Roy benar-benar tidur di kamar kosnya.Baru saja Amella dan Alya keluar dari mobil yang berhenti di depan kos-kosan yang di tempati Roy, Enda membunyikan klakson motornya, membuat kedua mahasiswi cantik tersebut kaget dan segera menoleh."Kemana aja sih? Ditelpon gak aktif, kabar juga gak ada." Alya langsung tantrum sambil memasang waja
Di sebuah kampus para mahasiswa terlihat ramai, tapi bukan karena para calon pemimpin bangsa tersebut sedang terlibat aksi tawuran, karena di setiap jurusan jam kuliah berakhir secara bersamaan."Al, Enda mana?" tanya Amella sambil berjalan bersisian dengan Alya menuju halaman parkir kampus. Ia berusaha untuk menahan diri untuk tidak menelpon Enda untuk mengetahui informasi apa saja yang telah di dapatkan oleh pacar Alya tersebut tentang Roy. Begitu bertemu Alya rasa keingintahuannya tidak bisa di tunda lagi."Hari ini Enda gak ada jadwal kuliah, biasanya setelah semua tugas kuliahnya selesai, dia full narik. Kenapa? Belum ada kabar juga tentang Roy?" Sambil menoleh, sambil tetap berjalan bersisian, Alya menjawab sembari bertanya balik."Bahkan hingga sekarang Roy masih offline." Setelah menggeleng lemah, Amella menjawab. Sejak kemarin Roy tidak memberi kabar untuknya, selain itu dari Enda juga ia belum mendapatkan informasi apa-apa.Alya menatap sahabatnya tersebut dengan iba, Amella
Sembari duduk di jok motornya, Enda menatap pagar besi sebuah rumah mewah setelah Roy menghilang di balik pagar besi tersebut."Apa yang dilakukan Roy memang patut membuat Amella curiga, aku juga merasakannya. Tapi apa yang ia lakukan di dalam sana?" Batin Enda sambil memandangi rumah mewah yang hanya terlihat bagian atapnya saja, karena sekeliling rumah mewah tersebut di pagar beton lebih setinggi orang dewasa, sedangkan di bagian gerbangnya tertutup dengan pagar besi.Ingin rasanya Enda mengintip dari celah pagar besi supaya ia bisa melihat suasana di sekitar rumah mewah tersebut, namun ia takut di anggap maling oleh orang-orang yang sedang melintas di jalan."Dari pada cari penyakit, mendingan balik." Enda bergumam sambil membuka lipatan uang dalam genggamannya yang di berikan Roy sebagai ongkos ojek. Enda melongo menatap empat lembar uang pecahan lima puluh ribuan, di mana jumlah uang tersebut jauh di atas ongkos ojek normal."Jadi makin curiga aja, tapi apa ya?" gumam Enda menyim
"Hey, sayang. Temanin Tante dong, udah lama gak ganti oli nih."Baru saja Roy hendak memejamkan mata, gegas ia meraih ponselnya yang di letakkan di bawah bantal ketika benda pintar tersebut berdenting pertanda ada notif pesan masuk.Roy meringis ketika membaca pesan chat dari nomor kontak baru yang sebenarnya telah ia simpan sesaat setelah Sandra mengirimkan nomor kontak tersebut, pesan chat bernada genit membuat Roy meringis lalu tersenyum cengengesan."Mungkin ini yang di katakan orang tua-tua keladi, makin tua tingkahnya makin geli," gumam Roy sembari melihat foto profil pada kontak tersebut. Roy tersenyum geli menatap foto profil yang tertera nama Mirna, usianya mungkin seumuran dengan emaknya di kampung."Hey juga Tante. Kebetulan nih, udah lama juga oli ku gak dibuang. Sayang kalau dibuang percuma, kalau Tante mau, bolehlah aku siram di kebun Tante, supaya makin subur gitu." Sambil tersenyum geli, Roy membalas pesan chat dari Tante Mirna."Mana coba? Tante mau lihat, sanggup Tan
"Mungkin kecurigaan kamu berlebihan, Mel. Bisa jadi Roy sedang banyak tugas, sehingga ia terlihat begitu lelah dan butuh istirahat. Saran aku nih, buang jauh-jauh curiga kamu, toh selama ini hubungan kalian baik-baik saja." Seorang sahabat baik Amella memberi nasehat ketika mereka sedang duduk santai di balkon kamar Amella di lantai dua rumah mewah milik Amella. Dialah Alya, mahasiswi pintar dan cerdas yang selalu menemani Amella di setiap waktu senggang. Alya di minta datang oleh Amella ke rumahnya."Entahlah, mungkin memang benar aku yang terlalu berlebihan dalam menyikapi perubahan sikap Roy. Sebenarnya bukan perubahan sikapnya saja yang menggangu pikiranku, tapi ..." Amella tidak melanjutkan ucapannya, karena hal tersebut bersifat sangat pribadi dan sensitif. Jujur, Amella malu untuk mengungkapkannya, walaupun Alya adalah teman dekatnya sendiri."Tapi apa?" tanya Alya sambil menatap wajah Amella, menunggu kata selanjutnya. Amella menunduk malu, wajahnya bersemu merah."Tapi apa, M
"Pacarnya kali ya?" Tak sengaja Sandra melintas di depan kos-kosan para mahasiswa yang di tempati Roy. Sandra mengehentikan laju mobilnya sejenak, lalu memperhatikan sebuah mobil yang terparkir di depan kamar kos yang di tempati oleh Roy.Sandra bergumam ketika melihat pintu kamar Roy dalam keadaan tertutup, namun sebuah mobil terparkir di depan kamar. Sandra berpikir jika pemilik mobil adalah pacar Roy."Aku hanya butuh kehangatanmu saat di ranjang, aku gak butuh cintamu. Silahkan kamu mau pacaran dengan siapa, yang penting bagiku kamu ada setiap aku butuh," bisik Sandra sambil kembali melajukan mobilnya.Tak ada sedikitpun rasa cemburu di hati Sandra jika Roy punya kekasih, dan tidak ada niat juga untuk mencintai Roy dalam artian sesungguhnya. Bagi Sandra, Roy hanya tempat berlabuh saat kesepian karena suaminya memberikan segala kemewahan, namun hanya satu yang di rasa tidak cukup bagi Sandra, yaitu kepuasan saat di ranjang. Roy hanyalah tempat pelampiasan, bersama Roy ia mendapat
Susana di kampus seketika rame, masing-masing mahasiswa bercanda ria sambil sesekali tertawa cekikikan, khususnya bagi kaum mahasiswi ketika membahas cowok masing-masing.Selain itu, ada juga sebagian mahasiswa yang terlihat murung, karena berbagai macam persoalan. Mulai dari masalah keterbatasan hidup yang menuntut harus serba ada, masalah tetek-bengek yang menyangkut mata pelajaran. Hingga masalah asmara antara mahasiswa sesama mahasiswa, dan masalah asmara antara mahasiswi dengan dosen.Di antara ratusan para pejuang masa depan tersebut terlihat Roy yang tengah berjalan menyusuri koridor penghubung antar ruangan kampus."Roy, kamu gak sakit kan?" Roy menoleh ke belakang, ketika tepat di belakangnya, entah sejak kapan Amella tengah berjalan mengikutinya."Mel, kamu mengagetkan aku aja. Aku gak apa-apa kok, cuma butuh istirahat aja sepertinya," jawab Roy sambil berhenti sejenak agar berjalan bersisian dengan Amella.Amella menatap Roy seperti menyelidiki sesuatu, saat Roy belum menya
"Roy kemana sih? Dari kemarin gak aktif," Sambil masih berdiri di samping mobilnya di halaman parkir kampus, seorang mahasiswi berkali-kali berdecak kesal sembari memandang layar ponselnya. Entah sudah berapa kali mencoba menghubungi Roy, tapi tidak berhasil. Sudah beberapa pesan chat ia kirim, namun hingga pagi ini belum juga kunjung di balas Roy."Dasar jelangkung, di tungguin menghilang. Gak di pikirin, malah nongol di depan hidung," Mahasiswi cantik tersebut menggerutu mengumpat Roy yang seperti jelangkung. Datang tak di cari, pergi tak di usir, sesekali padangan matanya mengarah ke gerbang kampus, mana tau Roy telah muncul di sana, kemudian pandangannya beralih ke layar ponsel, Roy masih dalam keadaan offline."Mel, yuk. Keburu siang, jangan sampai telat masuk kelas, bisa berabe," Mahasiswi tersebut menoleh ketika seseorang memanggil namanya. Dia adalah Amella Elvara."Bentar, Alya. Aku masih nungguin Roy, heran dari kemarin dia gak aktif," jawab Amella sembari menoleh pada sahab
"Ahhh, Sandra," Roy mendesis menengadah dengan mata terpejam ketika seluruh batang pusaka kebanggaannya yang sudah mengeras berurat melesat masuk ke mulut Sandra hingga Sandra tersedak. Sandra harus sedikit berontak ketika Roy menekan kepalanya agar benda pusaka miliknya masuk lebih dalam hingga menyentuh tenggorokannya agar ia bisa bernapas.Untuk menunda puncak klimaks yang hampir saja membuncah, Roy mendorong Sandra hingga bersandar pada pintu samping mobil. Dengan cekatan Roy melorotkan segi tiga berwarna pink yang masih membungkus gundukan padat di antara paha mulus Sandra.Roy merenggangkan kedua paha mulus Sandra, dan menatap gundukan padat yang kini terbelah dua dengan rona memerah dengan liang yang sudah terbuka lebar. Pada liang yang menganga terdapat sebuah biji kecil yang terus saja berdenyut seolah menunggu apa yang akan di lakukan Roy selanjutnya."Ouuhh, Roy. Mmm, hhhh," Sandra mengerjapkan matanya mendesis ketika Roy memainkan ujung lidahnya pada biji kecil memerah di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments