“Begini yang mulia, Pangeran Arthur sudah beranjak dewasa. Apa dia belum menemukan mate-nya?” tanya salah satu tetua peninggi kerajaan.
Kini di kerajaan Moon Stone Pack diadakan Konferensi meja bundar yang dihadiri orang-orang terpenting yaitu; Para petinggi kerajaan, alpha Rery dan putra semata wayangnya Arthur. Mereka membahas masalah mengenai upacara pengangkatan sang Putra mahkota menjadi seorang Alpha.
Arthur menatap tajam tetua yang baru saja melontarkan kalimat itu dengan sorot mata penuh akan kegelapan.Tetua yang mendapat tatapan tajam dari seorang Arthur mendadak ciut.
Lancang sekali dia menanyakan tentang itu di hadapan semua orang. Aura semakin mencengkam seketika kabut hitam mengelilingi ruangan itu membuat semua orang sesak akan aura dari seorang Arthur.
“Apa upacara ini bisa diadakan tanpa adanya ikatan mate?” tanya sang Alpha kepada tetua yang bernama Argus ia sebagai penasehat kerajaan dia lebih mengerti silsilah tentang kerajaan Moon Stone Pack karena dia salah satu sahabat nenek moyang yang masih hidup sampai detik ini.
Ucapan sang Alpha membuat rahang Arthur mengeras, ia meremeas jemarinya membuat kuku-kukunya memutih.
“Tidak bisa yang mulia, karena ini memang harus diwajibkan. Upacara pengangkatan sang Putra mahkota sebagai seorang alpha harus diselingi dengan pertukaran darah antara ikatan mate," balas Argus dengan menunduk hormat.
“Lalu bagaiamana yang mulia? Pangeran Arthur belum menemukan mate-nya? Harus sampai kapan kita menunggu? Para rakyat sudah tidak sabaran menyambut luna barunya,” kata tetua yang bernama Hermes ia sebagai wakil kerajaan. Arthur yang mendengarnya seolah ingin melenyapkan Hermes detik itu juga. Tatapan tajam itu menusuk ke bola mata Hermes namun Hermes menghiraukannya dia mengalihkan pandangannya menatap sang Alpha.
“Benar yang mulia sudah lama sekali Pangeran Arthur belum menemukan mate nya kita hanya dibuat menunggu tanpa kepastian,” timpal tetua peninggi lainya. Alpha Rery memijat pelipisnya ia tidak tahu harus berbuat apa? Jika menyangkut mate seseorang yang diciptakan oleh Moon Goddes sebagai pasangan hidup kaum bangsa serigala.
Arthur mendengar celotehan mereka membuat dirinya sangat muak, “Diam kalian!” bentak Arthur membuat semua orang di ruangan tersebut terlonjak kaget.
Arthur menatap nyalang satu persatu para tetua itu, “Aku akan membawa mate ku secepat mungkin kalian tidak usah ikut campur urusanku!” murka Arthur sehingga membuat suasana semakin tegang dan mencengkam. Sorot mata yang tajam dan kelam membuat Arthur ingin melenyapkan mereka detik itu juga.
Bara api semakin panas jika tak segera ditumpahkan air dingin, Arthur adalah lelaki yang sangat kejam dan angkuh ucapannya bukan hanya sekedar ucapan melainkan jika dia berucap maka itu akan terjadi. “Dan aku akan melakukan upacara pelengseran sang Alpha bersama gadisku dan jika kalian mengatakan pada rakyat yang tidak-tidak aku akan melenyapkan kalian!” teriak Arthur semakin murka tanpa pamit undur diri dia keluar dari ruangan tersebut menghiraukan sang Alpha yang terus memanggilnya.
Arthur terus berjalan tanpa arah tujuan dia menghiraukan para pengawal dan omega yang membungkuk hormat padanya. Arthur berjalan ke area pelatihan, semua warior yang melihat kedatangan Arthur menghentikan aktivitasnya kemudian membungkuk hormat.
“Bagaimana?” tanya Arthur pada gamma yang memimpin semua warrior.
Gamma menunduk hormat melihat Arthur yang kini berjalan ke arahnya.“Sudah Pangeran,” balas gamma.
Arthur menatapa sekelilingnya, "Bertarunglah denganku." Gamma yang mendengarnya membelakan matanya. Karena ia tak seberani itu melawanya dan tentunya kekuatan mereka sangat tak sebanding. Gamma menggeleng tapi tatapan tajam dari seorang Arthur membuat ia mengangguk setuju.
Jika Arthur ingin bertarung sudah dipastikan Arthur sedang murka, Arthur melampiaskan kemarahannya dengan bertarung. Arthur telah siap di tempatnya ia memegang samurai lancip yang baru saja diasah yang sekali gores langsung mengeluarkan cairan kental merah.
Alfred sebagai gamma memulai ancang-ancang ada rasa khawatir didalam dirinya, entah kenapa selalu dia yang menjadi korban kemurkaan Arthur. Alfred hanya bisa bersabar ia tahu tidak mungkin Arthur membunuhnya.
Tapi kekhawatiran itu selalu muncul di benak Alfred sebagai gamma, Alfred menghela nafas pelan. Delty menghitung mundur membuat Arthur dan Alfred siap akan posisinya masing-masing tepat hitungan pertama ketika Arthur ingin menyerang Alfred.
Namun tiba-tiba Arthur mendapat midlink dari seseorang membuat Arthur menghentikan dan menjatuhkan samurainya.“Ada apa?” tanya Arthur pada seseorang melalui midlink.
“Saya sudah melakukan tugas dari anda, Pangeran.”
“Bagus, kamu teruskan tugasmu. Jangan sampai kembali jika tugasmu belum tuntas!”
“Baik Pangeran, tapi ada satu hal lagi yang ingin saya beritahukan kepada anda.”
“Apa?”
“Ternyata dia juga bagian dari bangsa kita, yang mulia.”
Sial!
Arthur mengeraskan rahangnya, kemudian ia melangkah menjauhi area pelatihan. Alfred menghela nafas lega karena ia tak jadi bertarung melawan calon sang Alpha. Ia selamat sekarang dia pun menjatuhkan tubuhnya direrumputan sehingga tubuhnya terlentang menghadap langit. Berkali-kali mengucap syukur membuat semua warrior yang melihatnya terkekeh.
“Kali ini mungkin lolos tapi entah nanti,” ledek Alward ia adalah delty di kerajaan Moon Stone Pack. Alward bertugas sebagi pelindung atau pengawal utama raja. Sedangkan gamma pengganti beta ketika beta sedang bertugas.
“Sialan kau!” geram Alfred.
Alward mengulurkan tangannya pada Alfred yang disambut baik uluran tangan itu. Mereka memulai tugasnya kembali memantau para warrior untuk lanjut berlatih.Arthur berjalan untuk menuju kamarnya dia merebahkan tubuhnya menutup kelopak matanya sejenak menghilangkan rasa pening di kepalanya.“Aku akan membawamu tapi tunggu waktu yang tepat. Bersabarlah sedikit sayang.” Monolog Arthur dengan mata masih terpejam senyuman miring tersungging di bibirnya.
Arthur yang masih dengan pikirannya seketika terganggu ketika decitan dari pintu sehingga membuatnya membuka kelopak matanya menatap orang yang memasuki kamarnya. Orang tersebut mendudukan diri di samping Arthur. “Sayang, kamu kenapa?” tanya wanita yang sudah lanjut usia dengan mengelus surai lembut Arthur.
Arthur kini mendapat belaian dari wanita tersayangnya itu memejamkan matanya kembali, seolah menikmati sentuhan-sentuhan dari kelembutan jemari wanita itu.“Hem, aku tidak apa-apa bu....”
“Kenapa kamu meninggalkan rapat kerajaan?” tanya wanita itu masih terus mengelus surai Arthur.
Arthur membuka matanya menatap wanita itu, “Aku muak dengan para bajingan itu ibu.”
“Sayang, kamu tidak boleh seperti itu kamu harus menghormati mereka. Walau bagaimana pun mereka orangtua dan salah satu bagian penting di kerajaan,” ucap wanita itu dengan nada lembut.
Sungguh Arthur lebih lega dan tenang ketika ia bersama ibunya yang memiliki kedudukan sebagai Luna. Luna Arabella satu-satunya Ratu yang tidak pernah mendapat catatan hitam dibuku kerajaan.
Ia adalah sosok Ratu yang baik hati dan lembut dia selalu dijunjung tinggi oleh rakyat karena kebaikan hatinya. Walaupun sudah lanjut usia luna Arabella memiliki wajah yang tampak awet muda sehingga orang tak percaya bahwa ia sudah berumur.
“Nak apa kamu sudah bertemu dengan mate mu?” tanya Arabella kepada anaknya membuat Arthur bangun dari tidurnya kini terduduk menatap wanita di depannya kemudian menatap lekat sang Ibu dengan tatapan sendu. “Aku sudah menemukannya. Tapi keberadaanya saat ini membuat Arthur belum bisa membawanya ke istana,” lirih Arthur.
“Apakah ibu boleh tau siapa gadis itu?” tanya Arabella dengan jemarinya memegang wajah Arthur mengusap peluh yang membanjiri pelipis anaknya.
Arthur menghela nafas, “Ibu sudah tahu siapa dia, nanti aku akan bawa dia ke istana secepat mungkin.”
Arthur mengusap wajahnya kasar jika kejadian itu tidak terjadi maka dia sekarang dan detik ini juga sudah bersama matenya. Arthur menenggelamkan kepalanya di dada sang Ibunda yang kini mendekapnya dengan erat dengan mengelus surainya perlahan. "Apa dia sangat cantik? Sehingga membuat anak ibu yang tampan ini tidak sempat melirik gadis lain."
Arthur yang mendengar ucapan ibunnya ia tersenyum hangat dia menggenggam jemari sang Ibu mengecupnya dengan lembut. Seolah menyalurkan rasa cinta yang dalam terhadap cinta pertamanya. "Dia sepertimu sangat cantik. Hanya saja sifat dan perilaku yang berbeda," ucap Arthur dengan jemarinya terulur menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah sang Ibu ke telinganya.
Luna Arabelle tersenyum hangat pada anaknya, "Benarkah? Kalau boleh ibu tahu dia gadis seperti apa?" tanyanya.
"Dia gadis yang mandiri, pemberani, dan sangat manis." Arthur kini berpindah membalikan badan sehingga tak berhadapan lagi dengan sang Ibu.
"Wah... Ibu jadi tak sabar untuk bertemu dengannya," ucapnya dengan tersenyum lebar pada anak semata wayangnya.
"Hari itu pasti akan tiba bu tunggulah...."
***
"Dimana anak itu?" tanya Alpha Rery, yang kini berdiri tepat di depan pintu kamar Arthur. Ia melihat sang Luna keluar sendiri dari kamar Arthur."Ssst... Dia sedang tidur," ujarnya dengan menempelkan jari telunjuk dibibirnya memberi peringatan pada sang Alpha untuk diam.
"Aku ingin bicara dengannya."
"Baginda... Jangan sekarang. Biarkan anak kita istirahat, aku tak tega melihat dia terus bekerja seperti itu." Sorot mata dari sang Luna membuat alpha Rery tidak tega ia melangkahkan kakinya mendekati istrinya menggenggam jemari lembutnya mengecup dengan lembut.
"Maaf istriku, apa aku keterlauan terhadapnya?" tanya sang Alpha dengan menatap sendu istrinya.
Alpha Rery sebenarnya tak tega tapi Arthur sudah dewasa sebagai seorang lelaki yang mempunyai kedudukan tertinggi yaitu calon sang Alpha mau tak mau dia harus mengajari anaknya untuk menjalankan tugasnya.
Luna Arabella mengangguk kemudian dia tersenyum lembut, "Sudahlah... Kita jangan berbicara di sini! Nanti dia terbangun."
"Baiklah, kita akan bicara di kamar saja..." Alpha Rery mengedipkan matanya genit, sang Luna terkekeh melihat sang Alpha berperilaku seperti itu. Apa Arthur juga akan seperti ayahnya jika bersama mate nya nanti? Yang posesif dan sangat manja bila sedang berdua.
Luna dan Alpha berjalan seiringan para pengawal menunduk hormat, namun tiba di gedung tengah mereka dikejutkan dengan Alward yang berlari dengan nafas terengah-engah."Hormat yang mulia!" salamnya dengan menunduk hormat Alward menarik nafas lalu membuangnya pelan.
"Ada apa? Kenapa kamu berlari seperti itu?" tanya sang Alpha dengan mengerutkan keningnya menatap delty.
"Yang mulia, para rakyat sedang berdemo di depan gerbang kerajaan. Mereka akan mendrobrak jika tidak mendapat tanggapan dari anda."
Alpha Rery melebarkan matanya,"Apa yang membuat mereka seperti itu?" tanya sang Alpha kepada Alward.
"Mereka meminta penjelasan tentang kenapa Pangeran Arthur belum bertemu dengan mate nya."
Alward mencoba memberi penjelasan pada sang Alpha, ia mencoba sebaik mungkin untuk menjelaskan dengan benar dan ia tidak mau ada kesalahan di setiap kalimat.
"Baiklah... Saya akan ke sana, dan suruh beta untuk memberi tau para petinggi kerajaan untuk segera kumpul."
"Maaf yang mulia... Beta sedang bertugas ia tidak ada di sini."
Alpha Rery mengangguk, "Gamma, suruh semua petinggi kerajaan untuk segera kumpul!" ucap sang Alpha melalui midlink.
"Yang mulia...," lirih sang Luna.
Alpha Rery menengok ke arah istrinya ia menatap lekat dan menggenggam jemari lembut itu. "Temanilah anak kita, jangan biarkan dia mendengar semua ini," ucap sang Alpha. "Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat, jadi tunggulah...." Alpa Rery mengecup pucuk kepala sang Luna. Ia menghirup aroma yang keluar dari istrinya dengan rakus aroma bunga lily yang menjadi candu sebagai obat penenangnya.
Sang Luna mengangguk kemudian ia pamit undur diri untuk menuju kamar putranya.
Alpha Rery serta Alward berjalan menuju gerbang utama kerajaan dengan di ikuti para pengawal dan para warrior.
Terdengar suara gaduh di depan sana membuat alpha Rery menghela nafas pelan namun tak terdengar.
"Yang mulia! Beri kami penjelasan!" ucap para rakyat serempak.
"Jika kami tidak diberi penjelasan, kita akan mendobrak gerbang ini!"
"Yang mulia alpha Rery!"
"Beri kami penjelasan!"
"Beri kami penjelasan!"
"Beri kami penjelasan!"
Suara riuh dan ricuh terdengar nyaring di indra pendengaran sang Alpha.
kedatangan alpha Rery membuat para rakyat diam menunduk hormat. "Apa yang membuat kalian datang kesini?" tanya Alpha Rery dengan nada normal tanpa penekanan.
"Kita hanya minta penjelasan yang mulia!" teriak salah satu rakyat yang kini berada di barisan tengah.
Alpha Rery menautkan alisnya, "Penjelasan tentang apa?" ujarnya menatap semua para rakyat.
Sebagai seorang pemimpin dari bangsanya ia harus bersikap layaknya pemimpin. Ia harus menghormati semua kritikan dari rakyatnya dia tidak pernah membandingkan bangsa kalangan atas dan bangsa kalangan bawah termasuk masyarakat kelas rendah. Ia berprinsip jika dia seorang pemimpin maka dia akan melakukan tugas seperti seorang pemimpin contohnya mengayomi rakyatnya.
"Tentang... Apakah benar Pangeran Arthur tidak memiliki mate?"
"Apakah benar... Pangeran Arthur tidak akan menjadi alpha karena dia belum menemukan mate nya?"
"Apakah benar Moon Goddes mengutuk Pangeran Arthur?"
Perkataan-perkataan dari para rakyat terdengar dengan jelas dipendengaran sang Alpha membuat sang Alpha menghirup udara kemudian menghembuskanya. Ia memejamkan matanya dia mencoba berbicara pada wolfnya yang bernama jaz untuk bertanya apakah wolfnya itu mempunyai saran.
Ia sebenarnya ingin berkata jujur pada rakyatnya, namun dia urungkan karena dia takut jika ini hanya suatu jebakan dan taktik dari musuhnya yang ingin menghancurkan kerajaannya.
"Jika anda terus diam, maka berita itu benar. Yang mulia... Pangeran Arthur tidak memiliki mate!"
Sinar mentari pagi memasuki celah ventilasi udara membuat seorang gadis yang tengah tertidur menggeliat dalam selimutnya. Daisy menggosok kedua matanya sembari terduduk bersandar di punggung ranjangnya.Entah malam ini tidurnya sangat nyenyak, ia mencoba menengok ke sekeliling kamar namun tidak ada siapa pun di kamar itu selain dirinya sendiri. Sungguh ia merasa tidurnya ditemani seseorang tapi entah siapa? Apa itu Louis? Tidak mungkin! Karena Louis tidak seberani itu.Tapi aroma mint masih tercium di indra penciumanmya. Ia menengok ke arah jendela dan sebentar bukankah jendela itu terbuka? Tapi kenapa sekarang malah tertutup rapat?Aneh!Daripada bergulat terus dengan pikirannya lebih baik Daisy bergegas untuk keluar dari kamar itu sebelum keluar ia tidak lupa mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu.Aroma dari arah dapur membuat perut Daisy tidak sabaran untuk mendekatinya, di sana berdiri seorang lelaki bertubuh atletis yang terbalut kao
"Lemparan yang bagus. Tuan!" puji seorang lelaki muda dengan tepukan tangan.Lelaki yang sudah lanjut usia melangkah menuju lelaki muda yang sedang menatapnya dengan senyuman, "Terimakasih. Nak," balasnya dengan tersenyum.Lelaki muda itu mengamati lelaki tua yang kini sedang memeriksa stiknya. "Bagaimana anda bisa melempar dengan jarak sejauh itu. Tuan?" tanya lelaki muda itu."Kalo boleh saya tahu, apa teknik yang anda terapkan?" lanjutnya.Lelaki tua itu mengalihkan atensinya menatap lelaki muda yang kini sedang menatapnya, sorot mata itu menampilkan rasa ingin tahu lebih. "Pertama yang harus kamu lakukan adalah harus fokus. Apapun itu tujuan kamu jika kamu fokus maka tujuanmu akan tercapai. Nah... Kemudian kamu harus memilih hole mana yang ingin kamu tuju, " sahutnya dengan mengambil bola golf dari asistennya.Lelaki tua itu meletakan bola pada rumput, "Kedua teknik memegang stik sama dengan cara teknik memegang baseball. Tapi kamu harus mengaitkan jar
“Bagaimana? Kamu menemukanya?” tanya Louis dengan menampilkan raut wajah cemas.“Aku sudah mencari ke seluruh mansion tapi tidak ada,” balas Benson. Benson mencari ke setiap penjuru mansion namun nihil Daisy tidak bisa ditemukan.Sekarang yang dipikiran mereka berdua apakah Daisy masih marah pada mereka? Sehingga dia pergi dari mansion? Atau Daisy diculik?“Apa dia memasuki hutan?” Benson dan Louis menatap hutan yang ada di hadapannya mereka berdua meneliti apa ada tanda-tanda Daisy memasuki hutan tersebut.Dan ya! Mereka menemukan jejak sepatu dipijakan pertama jejak sepatu itu jejak seorang gadis karena memiliki ukuran yang kecil dibandingkan jejak sepatu seorang lelaki.“Sial! kita harus cepat bertindak!" ujar Louis yang tidak bisa menyembunyikan raut kekhawatiran pada wajahnya.Benson mengangguk setuju kini mereka berdua memasuki hutan dengan berlari, cahaya dari mentari sudah sirna sehingg
"Jika Anda terus diam maka berita itu benar yang mulia. Pangeran Arthur tidak memiliki mate."Perkataan para rakyat masih terngiang dikepala alpha Rery setelah dia bisa meyakinkan semua rakyat kini dia berada di ruangan khusus rapat kerajaan."Siapa yang membeberkan berita ini sehingga para rakyat tau?" tanya alpha Rery menatap satu persatu para tetua peninggi kerajaan, tapapan dari sang Alpha membuat mereka tertunduk."Yang mulia...," ucap Argus. Alpha Rery mengangkat tangannya ke udara memberi tanda kepada Argus untuk diam.Mendapat peringatan dari tuannya Argus mengangguk kemudian dia diam, dari raut wajah sang Alpha dia mengerti sang Alpha sedang murka."Saya tanya kepada kalian. Siapa yang memberi tahu para rakyat?!" teriak alpha Rery. Para petinggi terkejut karena mereka baru melihat sang Alpha semarah itu.Alpha yang di hadapannya bukan alpha yang mereka kenal apakah dia Jaz? Tapi mereka menggeleng kalo saja Jaz yang berganti shit mak
Daisy terbangun dengan terbatuk-batuk tenggorokannya sangat sakit ia meraih gelas berisi air di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Daisy menatap jam yang tertempel di dinding ternyata pukul 12 siang. Kedua orang lelaki berlari memasuki kamarnya dengan mimik wajah yang penuh kekhawatiran."Kamu baik-baik saja?" tanya Louis dia bertekuk lutut agar sejajar dengan Daisy kemudian mengelus puncak kepalanya.Daisy menatap kedua lelaki itu dengan mimik wajah yang datar. "Aku baik-baik saja," ucap Daisy dengan menatap pintu kamarnya.Benson yang merasa ada yang janggal pada gadis itu dia pun akhirnya bersuara. "Ada apa?" tanya Benson pada Daisy yang kini terus saja melihat pintu kamarnya seolah ada sesuatu di sana yang menarik perhatiannya."Dimana orang itu?" tanya Daisy sehingga membuat keduanya mengerutkan dahinya menatap Daisy dengan mimik wajah bingung karena siapa orang yang dimaksud Daisy?"Siapa? Kita cuma bertiga di sini," balas Louis.
Seorang lelaki terduduk di kursi kebesarannya dengan mengecek satu persatu dokumen yang terjejer di meja. Suara ketukan dari pintu membuatnya menoleh, seorang wanita dengan pakaian formal berdiri di ambang pintu sehingga lelaki itu mempersilahkan untuk masuk.Wanita itu tersenyum dengan mendudukan diri. “Tuan saya ingin melaporkan tentang proyek pembangunan gedung itu,” ucapnya dengan memberikan dokumen pada lelaki itu.Lelaki yang sudah lanjut usia itu mengangguk mempersilahkan. “Bicaralah….”Wanita itu tersenyum dengan menganggukkan kepalanya, “Semua bahan sudah kita siapkan. Apakah kita langsung membangunnya Tuan?” tanyanya dengan menatap serius.Lelaki itu diam berpikir sejenak, kemudian menggeleng. “Tunggu! Kita belum membicarakan tentang pembangunan proyek ini kepada para investor,” ujarnya dengan melepaskan kacamatanya.Wanita itu mengernyit menatap iris mata lelaki itu.“Lalu sekar
Karena tak mau berdiam diri terus menerus di kamarnya kini Daisy bangkit untuk segera menjalankan misi selanjutnya, walaupun kedua lelaki itu melarangnya Daisy tetaplah Daisy gadis yang tak mau dirinya dianggap lemah. Bagi Daisy itu hanyalah luka kecil bahkan ia sering mendapatkan luka ketika bertugas.Dengan pakaian formalnya ia kini menuruni pijakan tangga. Daisy mengernyit ketika melihat kedua lelaki itu saling diam menikmati makanannya masing-masing. "Kalian masih bertengkar?" Dari raut wajah mereka berdua kemungkinan memang benar mereka berdua masih bertengkar.Daisy mendudukkan di kursi kosong yang terletak ditengah-tengah kedua lelaki itu, ia menghela nafasnya membuat kedua lelaki itu menoleh padanya."Makanlah...." Benson menyodorkan piring yang berisi roti dipadu sayuran dan telur diatasnya.Daisy menerimanya, ekor matanya masih bergerak ke kanan-kiri. "Terimakasih Ben." Benson mengangguk sebagai jawaban. Daisy langsung memakan makanannya dengan
Sepanjang perjalanan Daisy hanya diam ia larut akan pikirannya. Memikirkan penyamarannya kebongar membuat ia menghela nafas beberapa kali. Bagaimana bisa penyamaran kali ini terbongkar, padahal ia sudah menganalisa lebih dulu tentang penyamarannya.Siapa lelaki itu kenapa dengan mudahnya dia mengetahui bahwa Daisy sedang menyamar. Daisy harus berhati-hati pada lelaki itu karena dia bukan orang sembarangan.“Kau tak apa?” Benson yang sedang fokus menatap jalanan ia mendengar helaan nafas dari Daisy membuatnya menoleh. Gadis itu tak hentinya menghembuskan nafasnya kasar.“Penyamaranku terbongkar pada satu orang.”Benson mengerem sacara mendadak hingga menimbulkan suara gesekan aspal dengan roda mobilnya.“Astaga! Kenapa tiba-tiba ngerem mendadak?” bentak Daisy tak kuasa menahan kagetnya jantungnya seolah ingin keluar detik itu juga. Pikirannya yang masih membahas mengenai masalah tadi dengan tiba-tiba Benson mengangget
Daisy bangun dengan nafas tersengal, mengambil air dari nakas untuk segera ia teguk. Tapi pergerakannya terhenti ketika ia melihat sekelilingnya. Ini kamarnya. Kamar sesungguhnya, kamar dirinya di dunia manusia."Apakah ini mimpi? Tapi jika mimpi semuanya terasa nyata dan aku mengingat jelas dari awal diriku pertama kali bertemu dengan Arthur," gumamnya seraya memegang kepalanya yang sedikit berdenyut."Tingg...tongg!"Terdengar suara bel rumahnya, ia bergegas keluar dari kamarnya untuk segera membuka pintu utama. Alangkah terkejutnya ketika mendapati Louis dan William, tanpa aba-aba Daisy memeluk satu persatu kawannya itu."Loh... Loh ada apa ko tiba-tiba kau memeluk kami seperti itu?" kata William heran. "Tidak. Hanya saja aku merindukan kalian," jawabnya tak ingin membahas apa yang terjadi dengan dirinya."Baru aja kemarin kita bertemu sy, aneh kamu." Kali ini Louis yang berkata."Masa sih? Ko aku lupa ya?" "Heleh... Kau kebanyakan nonton film sih jadinya pikun!" seru William."
Daisy sangat lega ketika melihat Louis selamat dari kejaran para anak buah para peneliti itu. Ia tak kunjung melepaskan pelukannya, terus menyucap syukur.Daisy tak tahu akan berapa lama lagi pencarian terhadap lelaki itu, tapi ia sangat berterimakasih pada lelaki yang kini menyandang sebagai suaminya itu berkat dia Louis ditemukan."Sy, maaf."Kata itu terlontar dari mulut Louis, perkataan maaf yang membuat Daisy terheran."For what?"Melepaskan pelukannya dan kini menatap lekat wajah Louis."Mungkin suatu saat nanti kamu tahu, sebelum terlambat aku lebih dulu meminta maaf padamu atas apa yang kuperbuat selama ini. Dan mungkin suatu saat nanti kamu akan lebih-lebih membenciku.""Ayolah, kita hanya terpisah dan kau tak perlu meminta maaf hanya karena kita beda jalur untuk menyelamatkan diri." Daisy tertawa kecil menanggapinya. Ia tahu temannya itu mungkin merasa bersalah sebab telah meninggalkannya sendirian di hutan.Louis menatap Arthur yang kini sudah memberikan tatapan tajam, Arth
Arthur tak bisa menahan lagi amarahnya ketika seseorang di depannya tak menjawab pertanyaan darinya. Lelaki itu hanya tersenyum walaupun sekujur tubuhnya kini penuh dengan darah."Waktumu hampir habis, jika kau tak berkata tentang kebenarannya mungkin bisa jadi kau akan selamanya terperangkap di sini.""Silahkan saja, jika kau tak ingin tahu siapa yang menculik Daisy dan menjadikannya eksperimen itu."Arthur sangat geram dia dengan gesit mencengkram kerat kerah lelaki itu."Katakanlah bedebah!"Kembali mengingat tentang masa kecilnya, dimana bayangan-bayangan kejadian yang membuat Arthur hilang ingatan sementara setelah mendapatkan kabar bahwa teman kecilnya menghilang.Dia berupaya untuk bisa menemukan teman kecilnya itu, bahkan pencarian itu bertahun-tahun lamanya. Bahkan ia rela menghabiskan separuh hidupnya untuk hidup di lingkungan manusia hanya demi mencari keberadaan gadisnya."Aku akan jelaskan tapi kau harus berjanji takkan memberitahunya?""Kenapa? Apa kau takut muncul di de
Arthur tak tahan ketika melihat seluruh badan Daisy terekspos. Perlahan mendekati gadisnya, tangannya sudah membelai punggung mulus itu. Kedua matanya sudah menandakan bahwa dirinya kelaparan. "Baumu sangat manis." Dia berkata seraya mengendus, mengecup tak lupa memberi jilatan kecil pada punggung itu.Daisy melenguh mendapatkan perlakuan dari Arthur membuat dirinya memejamkan mata menikmat kegelian nikmat. Arthur membalikkan tubuh Daisy, matanya kini tertuju pada dua gundukan yang pas baginya. Memeras dan memainkan ujungnya. Rasa geli menjalar diseleluruh tubuh Daisy. Rasa geli yang aneh, rasa geli yang berbeda ketika Arthur sudah memasukan pada mulutnya memainkan gundukan itu dengan lidahnya.Sangat sangat nikmat pikir Daisy yang baru pertama kali melakukan hal dewasa seperti itu. Mereka berperang dalam kegelapan, malam itu Arthur tak membiarkan Daisy tidur sama sekali, dia terus menggempurnya habis-habisan.Keesokan paginya Arthur lebih dulu bangun dari Daisy ia menatap wajah dama
Daisy tampak benar-benar berbinar ketika melihat dirinya sendiri di pantulan cermin.Arthur memeluknya dari belakang."Bagaimana kau suka atau tidak? Kalo tak cocok kita bikin lagi yang baru sesuai dengan keinginanmu," bisik Arthur."Aku suka! Sangat-sangat seperti yang aku inginkan!" Gaun pengantin berwarna putih ukurannya dibuat sesuai dengan bentuk tubuh yang ramping. Coraknya yang simpel dan dibagian dadanya terdapat berlian Azura yang terselip, sungguh dia sangat diratukan oleh Arthur. Bersanding dengan Arthur membuat sisi manlynya hilang digantikan dengan sisi feminin.Tak terasa air mata jatuh membasahi pipinya, ia merindukan kedua orang tuanya mungkin jika mereka hadir pasti suasana yang sangat bahagia. “Kenapa menangi, hem?” Arthur mengusap air mata Daisy tampak khawatir pada gadisnya."Aku merindukan kedua orang tuaku."Arthur tiba-tiba diam seolah sedang memikirkan sesuatu. "Kau bisa melihatnya nanti," katanya.“Maksudmu?”Arthur tak membalas perkataan Daisy ia melenggang
Semua orang di istana sibuk sebab hari ini di adakan pertemuan para bangsawan. Namun hanya Daisy yang diam saja di kamar, ia hampir mati karena kebosanan. Sebab Arthur mengurungnya di kamar alih-alih agar ia tak diculik katanya. Terdengar konyol di telinga, namun apa boleh buat."Ayoklah Ben, aku ingin keluar jalan-jalan!"Daisy memohon pada Benson yang di tugaskan untuk menjaganya di kamar. Apalagi situasi antar keduanya kembali normal tanpa kecanggungan seperti semula."Tidak! Pangeran Arthur melarangmu untuk keluar," katanya."Aku bosan Ben! Kau tahu, aku sangat-sangat bosan!" Daisy mondar-mandir dengan memegangi kepalanya.Melihat itu Benson yang sedang asik membaca buku menghela nafas. Lalu ia bangkit merapikan kembali buku-buku yang berceceran menaruhnya pada rak buku.Sudah dua puluh buku yang ia baca dari pagi sampai sore itu sebagai bukti bahwa dirinya sangat penat juga."Ayo!" kata Benson.Berjalan beriringan tak lupa menyapa para pelayan dan pengawal. Dan memang benar suasa
Sorotan cahaya membuat Daisy memejamkan mata ketika Benson memberikan penemuannya. Setelah mengambil alih benda itu betapa mengejutkannya ketika benda itu persis yang dimiliki Louis. Kalung kebersamaan."Aku menemukannya di hutan, batu di dalamnya membuatku tertarik untuk memungut benda itu." Benson menjelaskan jujur apa adanya."Ini milik Louis dan ini kalung persahabatan kita. Lihatlah... Jika kau perhatikan lebih teliti kau bisa menemukan huruf abjad di dalamnya." Daisy menunjukkan pada Benson hingga jarak mereka sangat intim.Benson mengangguk membenarkan bahwa dirinya juga melihat huruf L terukir rapih di dalam batu itu. Bau manis pun membuatnya menahan nafas ketika berdekatan dengan Daisy."Ini adalah batu Azura. Batu yang sangat langka yang hanya bisa ditemukan di hutan tertentu.""Jadi dari mana batu itu berasal?"Daisy tersenyum tipis memandang lekat kalung milik Louis. Mengingat kembali tentang bagaimana caranya bisa menemukan batu itu."Kami bertiga menemukan ini dibagian h
Setelah sesi berkuda Arthur mengajak Daisy makan siang bersama di meja makan. Sebelumnya Daisy tak pernah makan bersama ia tak mau ikiut bergabung dengan keluarga itu, ia hanya orang asing yang tak pantas bergabung dengan keluarga kerajaan. Ya, Daisy sudah sepenuhnya memahami sesuatu yang terjadi. Bahwa ia benar-benar terjebak di sebuah kerajaan yang besar, bukan lelucon semata. Daisy menyaksikan dengan kedua mata, tak ada kameramen serta produser. Jadi ia tahu bahwa ucapan lelaki itu benar.Daisy terjebak kaku ketika semua mata tertuju padanya. Situasi yang tak ia inginkan, makan siang bersama kedua calon mertua. Tidak, bukan berarti ia dengan cepat setuju atas pernikahan itu hanya saja jika dipikir-pikir memang itu nyatanya."Oh MoonGoddess, calon menantuku akhirnya ikut makan bersama di meja makan." Suara sang ratu Arabell terdengar merdu di telinga Daisy, ia hanya mengangguk dengan tersenyum."Baguslah, Nak! Setidaknya keluar dari kamarmu untuk ikut bergabung dengan kami." Sang ra
Setelah mengambil keputusan. Daisy kembali dibawa ke istana Arthur, tentu saja Daisy menyetujui itu karena Arthur menjanjikan untuk menemukan Louis. Daisy masih sangat kecewa pada Benson. Ternyata Benson adalah tangan kanan Arthur. Daisy melangkah menuju taman menghilangkan rasa penat. "Rupanya Anda di sini, Nona" Suara tak asing yang mengganggunya, Daisy bertanya-tanya. "Saya tahu Anda marah besar sama saya, tapi saya hanya ingin membantu pangeran Arthur." Daisy mengerutkan keningnya. "Apa hubungannya dengan kami-pura menjadi seorang agen mata-mata?!" sarkas. "Apa yang ingin saya jelaskan, Nona?" ujarnya. "Berhenti panggil saya dengan sebutan itu Benson." Benson terdiam kemudian berdehem. "Sekarang Anda sudah tahu saya adalah bawahan pangeran Arthur." Hati kecil Daisy sebenarnya tak tega melihat wajah Benson yang merasa bersalah. Apalagi ini sepenuhnya bukan kesalahan dia. Just yang harus disalahkan lelaki gila itu. Daisy menghembuskan nafasnya panjang. "Ben... Bisa kau jela