Bucharest, Romania.
“Pertama yang kita harus lakukan adalah menyelidiki lebih dalam tentang proyek ilegal. Yang disembuyikan para peneliti ilmiah perusahaan 'Osrd' ini,” tutur Daisy yang kini fokus dengan beberapa kertas dokumen ditangannya tak lupa dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.
Daisy dan Louis kini berada disalah satu mansion yang letaknya di tengah hutan. Perjanjian temu membuat keduanya berada di mansion itu. Berbekal gps manual mereka akhirnya tiba di kediaman Benson sebagai teman timnya. “Proyek ini diberi nama-nama kode yang terkait dengan obat-obatan berbahaya itu. Dua proyek ini diberi nama Bluebird dan Artichoke,” sambung Daisy sambil menyerahkan kertas ke arah Benson dan Louis.
“Kenapa mereka memberi kode nama di proyek ini?” tanya Benson yang kini mengalihkan atensi dari dokumennya menatap Daisy.
Daisy mengerutkan dahinya, “Mungkin karena proyek ini ilegal dan bisa jadi terkait obat-obatan berbahaya seperti narkotika. Dan agar tidak diketahui para kepolisian maka mereka memberi nama kode-kode tersebut,” jelas Daisy dengan menatap keduanya.
“Bukankah kasus ini sempat terungkap?” tanya Louis dengan menyeruput salah satu kopi yang tersedia di meja bundar ruangan kerja Benson.
Benson menghela nafas pelan, “Hampir saja,” balas Benson. Ya hampir saja, hampir saja kasus ini terungkap.
“Apa para kepolisian tidak menindak lanjuti kasus ini?” tanya Daisy dengan mendudukan diri di kursinya. Ia mulai tertarik dengan kasus yang akan dia selesaikan.
Karena ini adalah misi yang sedikit susah untuk ditangani dan kemungkinan kasus ini bisa diungkap memerlukan waktu bisa sampai berbulan-bulan. Tak apa Daisy harus bersikap profesional, ia harus segera mengungkap kasus Mklutra ini . Desas-desus kasus yang menyebabkan kematian pada anak-anak dibawah umur.
“Awalnya kasus ini diselidiki para kepolisian sehingga membuat para media gempar. Tapi, para tikus itu memberi suap kepada jenderal kepolisian sehingga kasus ini tidak ditindak lanjuti,” jelas Benson yang mulai menjelaskan dengan perlahan.
“Suap? Apa berupa uang?” tanya Daisy dengan sudut matanya berkerut.
Mungkin bagi Daisy suap hanya berupa uang akan tetapi suap bukan hanya berupa uang saja bisa juga berubah jasa atau lainnya.
“Tidak mungkin para tikus itu menyuapnya dengan uang. Karena jenderal Vandic sendiri memiliki kekayaan berkali-kali lipat,” terang Benson sambil menyerahkan kertas dokumen miliknya. Di sana tertera data diri seorang jenderal kepolisian Romania.
“Tunggu! Aku rasa perusahaan 'osrd' tidak sendiri,” ucap Louis dengan menopang dagu. Daisy dan Benson mengalihkan atensinya kini menatapnya. “Mereka sangat rapi dalam menyembunyikan kasus ini. Dan aku rasa perusahaan 'Osrd' bekerja sama dengan seseorang atau perusahaan lain,” lanjut Louis.
Benson dan Daisy berpikir sejenak ucapan yang Louis lontarkan membuatnya semakin berpikir lebih dalam. Benar pasti ada dalang dibalik semua ini, dan perusahaan Osrd tidak mungkin berdiri sendiri tanpa ada kekuatan yang mendorongnya.
“Ben, ada berapa laboratorium yang masih aktif di sini?” tanya Daisy yang kini menatap Benson.
Benson mengangkat alisnya.“Hmm… Mungkin kurang lebih 20,” balas Benson yang kini mencoba menyenderkan punggungnya di kursi mencari kenyamanan di sana sedikit merilekskan otot-otot yang kaku didalam dirinya.
“Oke! Kita harus menyelidiki disetiap laboratorium,” celetuk Louis dengan penuh semangat sehingga matanya menyala.
“Tidak! Kita harus membagi tugas,” tolak Daisy dengan gelengan kepala. Entah apa yang dipikirkan Daisy sehingga ia menolak ucapan yang dilontarkan Louis.
Daisy sudah merencanakan berbagai macam strategi untuk menguak kasus ini semalaman, ia tak mau bertindak ceroboh tanpa adanya strategi khusus yang ia rencanakan. Bagi Daisy dirinya harus lebih pintar daripada musuh, ia akan mengikuti alur yang dipermainkan musuh terlebih dahulu setelah itu giliran dia yang membalikan permainan itu.
“Aku akan mangorek lebih dalam di perusahaan Osrd mengenai kedua proyek ilegal ini. Kamu Louis bertugas untuk mencari tau diberbagai laboratorium, laboratorium mana yang bekerja sama dengan perusahaan Osrd. Dan Benson Kamu bertugas untuk mengorek langsung dari jenderal vandic, mencari tau apa yang para tikus itu beri sehingga jenderal Vandic bungkam.” Daisy mencoba menjelaskan dengan detail, jika ia sedang membahas tentang kasus-kasus yang akan ia selesaikan ia tidak mau adanya gurauan.
Jika sedang serius seperti ini Daisy sangat tegas, dan kalau ada salah satu orang yang bercanda gurau diwaktu yang sedang membahas kasus-kasus yang akan dia selesaikan, Daisy akan membungkam orang tersebut dengan kata-kata yang membuat orang tersebut diam tidak bisa berkutik. selain itu Daisy pandai dalam menganalisa jadi semua dari anggota divisi tak heran kalau Daisy menjadi bagian kepercayaan kepala direktur.
“Tunggu! Apa itu tidak berbahaya untukmu?” protes Louis pada Daisy, matanya melotot menandakan ketidak sukaan terhadap ucapan yang Daisy lontarkan. Karena perusahaan Osrd itu bukan perusahaan biasa melainkan perusahaan tersebut perusahaan yang sangat berbahaya.
“Louis… Kamu lupa aku ini siapa?”
“Hmm…Tapi-”
Daisy lebih dulu memotong ucapan Louis. “Tenanglah... Aku bisa jaga diri,” ucap Daisy ia menghela nafas pelan sesak kini melanda dirinya. Ia tak suka jika menyangkut pekerjaan ada orang yang melarangnya walaupun itu menyangkut keamanan dirinya, tapi menurut Daisy itu sangat kekanak-kanakan.
Justru ini pekerjaan dirinya bukan? Harus menerima konsekuensi dan menanggung sendiri akibatnya, karena ia telah melakukan kontrak perjanjian dengan perusahaan tersebut. Hidup atau mati ada ditangan pekerjaanya. Daisy tahu jika dia salah melangkah dia akan habis dilahap kawanan sang Kegelapan.
Benson yang melihat kedua orang di hadapannya memutar bola matanya malas, ada rasa tidak suka didalam dirinya.“Baiklah… Kita memulai tugas besok. Dan sekarang kalian menginaplah di sini karena hari sudah gelap tidak mungkin kalian sampai kota tepat waktu,” celetuk Benson sehingga membuat Daisy dan Louis berhenti berbicara kemudian menatapnya.
“Tidak! Kita harus pulang!” tolak Louis sehingga mendapat tatapan tajam dari Benson. Entah keduanya memiliki dendam apa, sehingga membuat situasi mereka tidak bersahabat.
“Hemm… Benar juga apa yang dikatakan Benson. Louis lebih baik kita menginap, daripada nanti kita tersesat dan ketemu binatang buas digelapnya hutan ini. Aku masih pengen hidup... Aku masih belum punya pacar belum menikah juga,” cerocos Daisy sehingga membuat kedua lelaki di hadapanya gemas sendiri.
Daisy yang membayangkan jika dia diterkam binatang buas, dagingnya dikoyak, dicabik, tubuhnya disantap para binatang buas sehingga membuatnya bergidik ngeri. Ucapan Daisy membuat Louis dan Benson saling pandang, kemudian mereka melihat Daisy yang sedang fokus pada imajinasinya hanya menggeleng.
“Hemm... Baiklah, kita akan menginap.” Louis pasrah jujur saja sebenernya ia tak mau berada di mansion ini apalagi harus seatap dengan lelaki sialan itu.
“Ada 3 kamar yang sudah dirapikan di mansion ini. Kamu Daisy, tempatilah di ruangan lantai atas pintu krem yang bergambar sayap. Dan kamu Louis tidurlah di kamar bawah di samping kamarku.”
Benson berbaik hati telah menyiapkan kamar untuk kedua temanya ia tahu bahwa mungkin temanya akan menginap. Karena ia memilih untuk membahas rencana penyelidikan ini dengan menyuruh Louis dan Daisy mengunjungi mansionya. Demi keamanan tentunya, dan hanya mansion inilah keberadaanya tidak bisa dilacak oleh siapapun.
Benson harus bersikap menjadi tuan rumah yang berbaik hati mencoba memberi kenyamanan dan jamuan untuk tamunya.Mereka menuju kamarnya masing-masing Daisy yang telah memasuki kamar yang di tunjuk Benson ia menatap sekeliling ada rasa kagum karena kamar ini didominasi dengan warna kesukaanya. Kamar ini berdominasi dengan rose gold.
Apa Benson menyiapkan kamar ini untuknya? Ah tidak mungkin! Tapi bagaimana mungkin dia tahu warna kesukaan dirinya? Dari warna dinding, bahkan semua barang berwarna sama. Apa ini milik kekasihnya? Atau ini kamar milik adiknya? Atau keluarganya? Ya mungkin saja itu yang dipikiran Daisy.
Daisy menatap sekeliling kamar, matanya menangkap sebuah lemari besar tanpa ragu Daisy mendekati lemari itu lalu membukanya.
Wow!
Daisy memancarkan aura wanitanya ketika melihat pakaian bermerek terpampang dan terjejer dilemari itu, ia menggeleng takjub. Berbagai macam model ada di sana namun matanya menangkap satu kostum tidur kuda poni yang lucu dan menarik perhatianya.
Daisy ke sini tak berbekal apapun hanya membawa dokumen, lipstik namun bukan sembarang lipstik melainkan pistol dalam bentuk lipstik. Ponsel dan surat-surat dokumen penting ditasnya. Karena yang ia pikirkan hanya membahas pekerjaan, tidak terpikirkan untuk menginap.
Daisy mengambil kostum itu dan mencobanya ia melihat cermin sungguh ia baru pertama memakai pakaian seperti ini. Kostum itu nampak sangat pas ditubuhnya, Daisy terkikik geli melihat dirinya memakai pakaian seperti itu. Ia memikirkan kembali apa kekasih atau salah satu keluarga Benson memiliki tubuh yang sama seperti dirinya? Daisy tak mau berpikir lebih dalam sekarang ia akan keluar ingin bertemu Benson untuk meminta ijin telah memakai pakaiannya.
“Jangan harap kau bisa mendekatinya, karena itu mustahil untukmu!”
“Kenapa? Dia lebih mengenalku terlebih dahulu, kau hanya orang baru.”
Daisy mencari kesana kemari namun nihil keberadaan Benson tidak ia temukan, namun ia sayup-sayup mendengar suara orang berbincang. Seperti dari arah belakang mansion, lebih tepatnya area kolam. Matanya menyipit ketika melihat kedua orang yang sedang berdiri di dekat kolam. “Hei! Kalian ada di sini rupanya,” ucap Daisy membuat keduanya terkejut akan kedatanganya.
“Kalian sedang apa?” tanya Daisy dengan memicingkan matanya membuat kedua orang di hadapanya menatap dengan raut seolah menyembunyikan sesuatu.
“Kami hanya berbincang,” ujar Benson menatap Daisy dari atas sampai bawah kemudian mengerutkan dahinya.
Daisy yang tahu tatapan itu tertuju pada pakaian yang ia kenakan ia menggigit bibir bawahnya dengan menggaruk tengkuknya.“Hmm… Maaf Ben aku sebenarnya ingin minta ijin untuk meminjam pakaian. Dari tadi aku mencari keberadaanmu, dan rupanya kamu di sini." Daisy menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali karena lelaki itu menatapnya hanya diam tak bergeming sedikit pun.
Oh Tuhan Daisy sangat malu sekarang. “Apa aku terlihat aneh, memakai pakaian seperti ini?” Daisy tidak kuat menahan malu sungguh ia ingin berlari dari sana. Namun seketika ada tangan mengelus puncak kepalanya membuat ia mendongak menatap orang tersebut.
“Tidak, kamu sangat cocok dengan pakaian itu. Kamu terlihat seperti anak kecil, sangat lucu.” Louis yang menatap Daisy dengan tersenyum membuat pipi Daisy merona, sungguh baru kali ini Louis bersikap seperti ini.
Ada yang aneh dengan perilaku Louis akhir-akhir ini kemarin Louis menghubunginya beberapa kali hanya memastikan keadaan Daisy baik-baik saja atau tidak? Padahal Daisy sedang menikmati libur hanya berdiam diri dirumah yang tidak melakukan apa pun diluar ruangan.
“Tidak masalah, kalo kamu suka ambil saja.”
“Eh?”
“Bukankah ini milik kekasihmu?” tanya Daisy yang kini menatap Benson untuk mencari penjelasan kepada lelaki itu.
Benar bukan? Daisy tak mungkin mengambil barang orang lain tanpa persetujuan pemiliknya, walaupun kostum ini sangat lucu. Tapi Daisy tak mau meminta, mungkin nanti ia akan membeli.
“Ah… iy-iya itu milik kekasihku, tapi kita sudah lama berpisah.”
Daisy melebarkan matanya dengan menutup mulutnya tak percaya. “Maaf! Aku seharusnya tidak berbicara seperti itu,” lirih Daisy ia sungguh tidak enak pada Benson Karena telah menyinggung perasaanya.
Tapi jika dilihat dari raut wajah Benson ia seolah baik-baik saja setelah putus dari kekasihnya. Apakah lelaki seperti itu? Mereka akan bersikap bodo amat setelah memutuskan hubungan?
Seumur-umur Daisy ia tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki mana pun, dia tak sempat untuk berpacaran bagaimana tidak kalau sisa remaja Daisy hanya bertugas dan bertugas.
Tapi Daisy selalu mendapat surat cinta setiap harinya, setiap pagi di ruangan kantornya terdapat tumpukan bunga dan surat yang memenuhi mejanya. Sehingga Daisy sangat muak dengan bunga-bunga bahkan setiap melihat bunga ia selalu bersin-bersin walaupun dia tak mempunyai riwayat alergi terhadap Bunga.
“Jangan merasa bersalah, aku tahu mungkin kau akan bertanya seperti itu. Jadi tidak masalah,” sahut Benson dengan senyuman tipis dan menghedikan bahunya.
Daisy mengangguk, “Hmm… Baiklah aku akan pergi untuk tidur selamat malam.” Daisy pamit undur diri yang dibalas anggukan dari kedua lelaki itu.
Kini Daisy terduduk di kursi pinggiran jendela kamarnya membuka jendela membiarkan angin malam menyentuh seluruh kulit wajahnya.
Ia menimang-nimang untuk tidur cepat karena ia takut jika mimpi itu memasuki alam bawah sadarnya kembali. Tapi sialnya rasa kantuk mengalahkan semuanya dengan terpaksa ia melangkah ke arah ranjangnya untuk tidur dan membiarkan jendelanya terbuka begitu saja.
Merebahkan tubuhnya, menarik selimut ke atas dada, tak lupa untuk berdoa agar dia bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Ia mulai menghitung anak domba dan tanpa disangka Daisy pun akhirnya terlelap.
Satu jam Daisy tertidur kini ia mulai bergerak gelisah. Daisy mencari sesuatu yang ingin dia peluk dengan mata masih terpejam, diraba seluruh ranjangnya ia tak menemukan keberadaan guling membuatnya frustasi.
Namun tiba-tiba seseorang menarik tanganya untuk melingkarkan ke perut orang itu. Daisy terpenjat dalam tidurnya, tapi aroma mint menengankanya membuat ia melanjutkan tidurnya. Daisy mencari kenyamanan memeluk orang itu dengan erat kepalanya ia masukan ke celuk leher orang itu. Sungguh nyaman sekali pikir Daisy membuat dirinya terlelap tanpa memikirkan siapa orang yang dipeluknya saat ini.
“Begini yang mulia, Pangeran Arthur sudah beranjak dewasa. Apa dia belum menemukan mate-nya?” tanya salah satu tetua peninggi kerajaan.Kini di kerajaan Moon Stone Pack diadakan Konferensi meja bundar yang dihadiri orang-orang terpenting yaitu; Para petinggi kerajaan, alpha Rery dan putra semata wayangnya Arthur. Mereka membahas masalah mengenai upacara pengangkatan sang Putra mahkota menjadi seorang Alpha.Arthur menatap tajam tetua yang baru saja melontarkan kalimat itu dengan sorot mata penuh akan kegelapan.Tetua yang mendapat tatapan tajam dari seorang Arthur mendadak ciut.Lancang sekali dia menanyakan tentang itu di hadapan semua orang. Aura semakin mencengkam seketika kabut hitam mengelilingi ruangan itu membuat semua orang sesak akan aura dari seorang Arthur.“Apa upacara ini bisa diadakan tanpa adanya ikatan mate?” tanya sang Alpha kepada tetua yang bernama Argus ia sebagai penasehat kerajaan dia lebih mengerti silsilah te
Sinar mentari pagi memasuki celah ventilasi udara membuat seorang gadis yang tengah tertidur menggeliat dalam selimutnya. Daisy menggosok kedua matanya sembari terduduk bersandar di punggung ranjangnya.Entah malam ini tidurnya sangat nyenyak, ia mencoba menengok ke sekeliling kamar namun tidak ada siapa pun di kamar itu selain dirinya sendiri. Sungguh ia merasa tidurnya ditemani seseorang tapi entah siapa? Apa itu Louis? Tidak mungkin! Karena Louis tidak seberani itu.Tapi aroma mint masih tercium di indra penciumanmya. Ia menengok ke arah jendela dan sebentar bukankah jendela itu terbuka? Tapi kenapa sekarang malah tertutup rapat?Aneh!Daripada bergulat terus dengan pikirannya lebih baik Daisy bergegas untuk keluar dari kamar itu sebelum keluar ia tidak lupa mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu.Aroma dari arah dapur membuat perut Daisy tidak sabaran untuk mendekatinya, di sana berdiri seorang lelaki bertubuh atletis yang terbalut kao
"Lemparan yang bagus. Tuan!" puji seorang lelaki muda dengan tepukan tangan.Lelaki yang sudah lanjut usia melangkah menuju lelaki muda yang sedang menatapnya dengan senyuman, "Terimakasih. Nak," balasnya dengan tersenyum.Lelaki muda itu mengamati lelaki tua yang kini sedang memeriksa stiknya. "Bagaimana anda bisa melempar dengan jarak sejauh itu. Tuan?" tanya lelaki muda itu."Kalo boleh saya tahu, apa teknik yang anda terapkan?" lanjutnya.Lelaki tua itu mengalihkan atensinya menatap lelaki muda yang kini sedang menatapnya, sorot mata itu menampilkan rasa ingin tahu lebih. "Pertama yang harus kamu lakukan adalah harus fokus. Apapun itu tujuan kamu jika kamu fokus maka tujuanmu akan tercapai. Nah... Kemudian kamu harus memilih hole mana yang ingin kamu tuju, " sahutnya dengan mengambil bola golf dari asistennya.Lelaki tua itu meletakan bola pada rumput, "Kedua teknik memegang stik sama dengan cara teknik memegang baseball. Tapi kamu harus mengaitkan jar
“Bagaimana? Kamu menemukanya?” tanya Louis dengan menampilkan raut wajah cemas.“Aku sudah mencari ke seluruh mansion tapi tidak ada,” balas Benson. Benson mencari ke setiap penjuru mansion namun nihil Daisy tidak bisa ditemukan.Sekarang yang dipikiran mereka berdua apakah Daisy masih marah pada mereka? Sehingga dia pergi dari mansion? Atau Daisy diculik?“Apa dia memasuki hutan?” Benson dan Louis menatap hutan yang ada di hadapannya mereka berdua meneliti apa ada tanda-tanda Daisy memasuki hutan tersebut.Dan ya! Mereka menemukan jejak sepatu dipijakan pertama jejak sepatu itu jejak seorang gadis karena memiliki ukuran yang kecil dibandingkan jejak sepatu seorang lelaki.“Sial! kita harus cepat bertindak!" ujar Louis yang tidak bisa menyembunyikan raut kekhawatiran pada wajahnya.Benson mengangguk setuju kini mereka berdua memasuki hutan dengan berlari, cahaya dari mentari sudah sirna sehingg
"Jika Anda terus diam maka berita itu benar yang mulia. Pangeran Arthur tidak memiliki mate."Perkataan para rakyat masih terngiang dikepala alpha Rery setelah dia bisa meyakinkan semua rakyat kini dia berada di ruangan khusus rapat kerajaan."Siapa yang membeberkan berita ini sehingga para rakyat tau?" tanya alpha Rery menatap satu persatu para tetua peninggi kerajaan, tapapan dari sang Alpha membuat mereka tertunduk."Yang mulia...," ucap Argus. Alpha Rery mengangkat tangannya ke udara memberi tanda kepada Argus untuk diam.Mendapat peringatan dari tuannya Argus mengangguk kemudian dia diam, dari raut wajah sang Alpha dia mengerti sang Alpha sedang murka."Saya tanya kepada kalian. Siapa yang memberi tahu para rakyat?!" teriak alpha Rery. Para petinggi terkejut karena mereka baru melihat sang Alpha semarah itu.Alpha yang di hadapannya bukan alpha yang mereka kenal apakah dia Jaz? Tapi mereka menggeleng kalo saja Jaz yang berganti shit mak
Daisy terbangun dengan terbatuk-batuk tenggorokannya sangat sakit ia meraih gelas berisi air di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Daisy menatap jam yang tertempel di dinding ternyata pukul 12 siang. Kedua orang lelaki berlari memasuki kamarnya dengan mimik wajah yang penuh kekhawatiran."Kamu baik-baik saja?" tanya Louis dia bertekuk lutut agar sejajar dengan Daisy kemudian mengelus puncak kepalanya.Daisy menatap kedua lelaki itu dengan mimik wajah yang datar. "Aku baik-baik saja," ucap Daisy dengan menatap pintu kamarnya.Benson yang merasa ada yang janggal pada gadis itu dia pun akhirnya bersuara. "Ada apa?" tanya Benson pada Daisy yang kini terus saja melihat pintu kamarnya seolah ada sesuatu di sana yang menarik perhatiannya."Dimana orang itu?" tanya Daisy sehingga membuat keduanya mengerutkan dahinya menatap Daisy dengan mimik wajah bingung karena siapa orang yang dimaksud Daisy?"Siapa? Kita cuma bertiga di sini," balas Louis.
Seorang lelaki terduduk di kursi kebesarannya dengan mengecek satu persatu dokumen yang terjejer di meja. Suara ketukan dari pintu membuatnya menoleh, seorang wanita dengan pakaian formal berdiri di ambang pintu sehingga lelaki itu mempersilahkan untuk masuk.Wanita itu tersenyum dengan mendudukan diri. “Tuan saya ingin melaporkan tentang proyek pembangunan gedung itu,” ucapnya dengan memberikan dokumen pada lelaki itu.Lelaki yang sudah lanjut usia itu mengangguk mempersilahkan. “Bicaralah….”Wanita itu tersenyum dengan menganggukkan kepalanya, “Semua bahan sudah kita siapkan. Apakah kita langsung membangunnya Tuan?” tanyanya dengan menatap serius.Lelaki itu diam berpikir sejenak, kemudian menggeleng. “Tunggu! Kita belum membicarakan tentang pembangunan proyek ini kepada para investor,” ujarnya dengan melepaskan kacamatanya.Wanita itu mengernyit menatap iris mata lelaki itu.“Lalu sekar
Karena tak mau berdiam diri terus menerus di kamarnya kini Daisy bangkit untuk segera menjalankan misi selanjutnya, walaupun kedua lelaki itu melarangnya Daisy tetaplah Daisy gadis yang tak mau dirinya dianggap lemah. Bagi Daisy itu hanyalah luka kecil bahkan ia sering mendapatkan luka ketika bertugas.Dengan pakaian formalnya ia kini menuruni pijakan tangga. Daisy mengernyit ketika melihat kedua lelaki itu saling diam menikmati makanannya masing-masing. "Kalian masih bertengkar?" Dari raut wajah mereka berdua kemungkinan memang benar mereka berdua masih bertengkar.Daisy mendudukkan di kursi kosong yang terletak ditengah-tengah kedua lelaki itu, ia menghela nafasnya membuat kedua lelaki itu menoleh padanya."Makanlah...." Benson menyodorkan piring yang berisi roti dipadu sayuran dan telur diatasnya.Daisy menerimanya, ekor matanya masih bergerak ke kanan-kiri. "Terimakasih Ben." Benson mengangguk sebagai jawaban. Daisy langsung memakan makanannya dengan