Share

Bab 2

Begitu kata "bajingan" keluar dari mulutnya, keningnya seperti berdenyut.

Julian memegang jas luarnya, dengan dua kancing di kemeja putihnya terbuka, menunjukkan tulang selangkanya, membuatnya terlihat santai.

Dia tersenyum kecil sambil berjalan ke depan ranjang besar itu. Kemudian, dia menatap Winnie dengan tatapan dominan dan bertanya, "Jadi, aku bajingan itu, ya?"

Winnie mengangkat kepalanya dan membalas tatapan pria itu sambil mengerutkan bibirnya, lalu berkata, "Kenapa kamu pulang? Bukankah seharusnya kamu menemaninya di rumah sakit?"

Sudut bibir Julian terangkat. Tanpa menjawab pertanyaan Winnie secara langsung, dia berkata, "Kalau aku nggak pulang, bagaimana aku bisa mendengarmu memanggilku dengan panggilan sespesial itu? Hmm?"

Winnie terdiam.

Julian melirik sekilas ke pergelangan kaki Winnie yang agak bengkak dan mengambil minyak obat dari tangan Winnie, lalu mengusap pergelangan kakinya sambil berkata, "Kamu mau mencelakai orang lain, tapi kamu sendiri yang terluka, 'kan?"

Winnie langsung menyangkal ucapan Julian. "Aku nggak mendorongnya. Dia sendiri yang bersandiwara untuk memisahkanmu dariku, supaya kita lebih cepat bercerai."

Gerakan Julian seketika terhenti. "Chelsea nggak perlu berbuat seperti itu. Lagi pula, aku dan kamu nggak perlu dipisahkan. Karena dia mengalami patah tulang, semua pengumuman itu harus ditunda. Ada beberapa merek yang memilih untuk mengakhiri kontrak mereka dengannya. Dia adalah pihak yang bertanggung jawab, jadi dia harus ganti rugi dalam jumlah besar," kata Julian.

Winnie tersenyum dengan sinis dan berkata, "Kalau dia harus ganti rugi, dia juga nggak sedih karena ada kamu, 'kan?"

Julian memicingkan matanya. "Kamu sangat membencinya, ya. Winnie, Chelsea sudah menyelamatkanku, aku harap kamu bisa menghormatinya."

"Karena dia pernah menyelamatkanmu, kamu begitu memercayainya?" tanya Winnie.

Julian menatap bulu mata Winnie yang bergetar sambil berkata, "Kamu mau aku percaya pada kamu yang sengaja menjebakku dan naik ke ranjangku?"

Winnie memalingkan wajahnya sambil berseru, "Itu bukan perbuatanku!"

Namun, Julian tidak ingin membahas hal itu lagi. Bagaimanapun, setelah kejadian itu, kedua orang ini memiliki banyak keterlibatan fisik.

Sambil mengembalikan minyak obat itu pada Winnie, Julian berkata dengan suara yang agak serak dan kesal, "Minta maaf pada Chelsea."

"Nggak!" seru Winnie sambil menatap Julian dengan keras kepala.

"Winnie, ini bukan permintaan," kata Julian dengan suara yang dingin dan rendah. "Kalau kamu nggak minta maaf, kita akan cerai."

Winnie seketika terdiam.

Karena wanita ini tidak lagi melawannya, Julian melemparkan jasnya ke sofa, meletakkan jam tangannya di atas meja, lalu melangkah ke kamar mandi.

Saat Winnie mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, dia baru menarik napas dalam-dalam. Dia meletakkan obat itu kembali ke kotak obat, menyelimuti tubuhnya dan memejamkan matanya dalam posisi membelakangi kamar mandi.

Sesaat kemudian, Julian keluar dengan handuk yang terikat di pinggangnya. Dia melemparkan sebuah handuk kering ke lantai, lalu berlutut di atas ranjang dan menyingkap selimut.

Otot dadanya yang kuat dan otot perutnya yang sangat jelas menempel dengan punggungnya Winnie. Tubuh Winnie menegang, tangannya pun terkepal.

Napas hangat pria itu menyebar di lehernya. "Aku tahu kamu belum tidur," kata pria itu.

Dia mengangkat gaun tidur Winnie yang berwarna putih dari lutut hingga ke pinggang Winnie dan menyentuh tubuh Winnie dengan ujung jarinya yang agak kapalan. Kulit wanita ini sangat halus, membuat Julian tidak bisa menahan diri dari menyentuhnya.

Harus diakui, Winnie memang sangat cantik, bahunya lurus, punggungnya mulus dan lekukan pinggang dan pinggulnya sangat sempurna.

Julian menelan air liurnya sambil menarik wajah Winnie untuk mencium bibirnya.

Pada saat ini, ponsel di saku jasnya bergetar.

Julian memejamkan matanya dan pergi menerima panggilan itu.

Dari ujung telepon lainnya, terdengar suara wanita yang lemah lembut itu. "Kak Julian, punggungku sakit sekali. Aku merasa seperti akan meninggal. Bisakah kamu datang menemaniku?"

"Aku akan pergi ke sana sekarang juga," kata Julian dengan lembut.

Mendengar suara langkah kaki Julian menuju ruang ganti, Winnie pun tahu bahwa pria itu pergi berganti pakaian untuk bepergian ke luar.

Dalam waktu singkat, pria itu berjalan keluar dan mengambil jam tangannya yang berada di atas meja. "Winnie, besok pagi, jangan lupa minta maaf pada Chelsea di rumah sakit, ya. Aku akan menyuruh Charles untuk menjemputmu. Selain itu, aku nggak mau kejadian seperti hari ini terulang lagi. Kamu istriku, jadi aku menghormatimu, tapi aku nggak akan menoleransi perbuatanmu lagi."

Mendengar suara pintu ditutup, Winnie baru membuka kedua matanya.

Dalam waktu hampir tiga tahun ini, Julian tidak pernah memercayai dirinya.

Misalnya, saat dia memberi tahu Julian bahwa Chelsea sering mengirimkan foto padanya, Julian malah menuduh bahwa dia memfitnah Chelsea.

Buktinya sudah sangat jelas, tetapi Julian sama sekali tidak melihatnya.

Inilah alasan mengapa Chelsea bisa melawan dirinya dengan begitu percaya diri.

Julian mengatakan bahwa dia menghormati Winnie. Namun, karena Chelsea, Winnie hanya merasa bahwa Julian menginjak-injak rasa hormat yang dia katakan itu.

Akhirnya, Julian juga tidak akan menyukai Winnie. Apa lagi yang sedang Winnie harapkan?

Keesokan paginya.

Charles Sanders, asistennya Julian, mengantarkan Winnie ke rumah sakit. Setelah memberitahukan nomor kamar Chelsea pada Winnie, Charles langsung pergi. Julian sudah memindahkan kantornya ke ruang rawat di sebelah ruangan Chelsea, jadi Charles harus pergi mengambilkan dokumen bisnis untuknya.

Winnie pergi ke Departemen Ortopedi dan berjalan menyusuri koridor untuk mencari ruang rawat nomor 1218.

Pada saat ini, dua perawat berjalan melewatinya sambil bercanda tawa.

"Pak Julian benar-benar sangat menyayangi Chelsea! Setiap Chelsea terluka, dia bahkan langsung memindahkan kantornya ke sini."

"Tapi, bukankah Pak Julian sudah menikah, ya?"

"Pada zaman sekarang, orang yang sudah menikah juga bisa bercerai! Kalau Pak Julian benar-benar mencintai istrinya, mana mungkin dia begitu menyembunyikan istrinya?"

"Benar juga, ya. Dulu, ada rumor kalau Pak Julian sangat menentang pernikahan ini, tapi wanita itu memanipulasi dirinya."

...

Winnie menunduk, dia tidak bisa membantah karena ucapan mereka tidak salah.

Dia mengerutkan bibirnya sambil berjalan maju dan tiba di depan pintu ruangan khusus nomor 1218.

Melalui jendela kecil, dia melihat Chelsea yang sedang bercermin dengan sungguh-sungguh dan tersenyum dengan cantik.

Winnie langsung mendorong pintu dan memasuki ruangan, membuat Chelsea terkejut.

Namun, Chelsea langsung mengendalikan ekspresinya. Dia mengedipkan matanya dengan ekspresi tidak bersalah dan berkata, "Kak, kamu datang untuk minta maaf, ya?"

Winnie berjalan ke hadapannya dengan tatapan sinis dan berkata, "Wajahmu jelek, tapi bayanganmu indah, ya. Kemampuan aktingmu yang buruk itu hanya bisa menipu Julian si buta itu."

Chelsea juga sudah malas berpura-pura. Dia pun berkata, "Terus kenapa? Yang penting Kak Julian percaya padaku!"

Dia menyingkap baju pasiennya dan menunjukkan bekas luka yang panjang di pinggangnya. "Lihatlah, dengan luka ini, Julian harus berutang padaku seumur hidupnya! Kalau kamu tahu diri, cepat cerai dengan Kak Julian. Aku mungkin masih bisa mengucapkan kata-kata baik tentangmu, supaya Kak Julian memberimu lebih banyak uang! Kalau nggak, pada saatnya, aku akan membuatmu nggak mendapatkan apa pun!"

Winnie memicingkan matanya dan berkata, "Sepertinya ada alasan lain kenapa kamu buru-buru mau naik pangkat?"

Chelsea seketika merasa terkejut. 'Wanita jalang ini sepertinya mengetahui sesuatu, deh?'

'Nggak bisa, aku nggak bisa membiarkan Winnie menunda-nunda lagi!'

Dia tiba-tiba mencabut jarum di punggung tangannya dan menggores wajahnya sendiri.

Secara bersamaan, pintu ruangan terbuka. Julian pun mendengar suara tangisan yang menyakitkan itu.

Dia berjalan cepat ke dalam dan mendorong Winnie ke satu sisi.

Karena pergelangan kaki Winnie terkilir, dia seketika terjatuh ke lantai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status