"Astaga, bagaimana ini?"Pada saat ini, Julian berjalan ke dapur. Saat dia mencium bau gosong, dia bertanya, "Kenapa bisa gosong?""Maaf, Tuan, saya silap," kata Siti."Bibi Siti sudah tua, ya, kenapa bahkan melakukan hal semudah ini juga bisa melakukan kesalahan?" Chelsea berjalan ke sisi Julian, tentu saja sambil merangkul lengan pria ini. "Jangan-jangan Bibi Siti nggak suka padaku ya, makanya nggak mau memasak untukku?"Kemudian, dia melirik sekilas ke susu di tangan Winnie. Dia pun memonyongkan bibirnya dan berkata, "Ternyata Bibi Siti sibuk memanaskan susu untuk Kak Winnie ya, hingga melupakan pangsit telurku."Siti bergegas berkata, "Bukan begitu, Nyonya sendiri yang memanaskan susu itu, sayalah yang nggak fokus."Winnie menatap Chelsea dengan tatapan cuek dan berkata, "Chelsea, kamu benar-benar pandai bicara, ya. Aku iri, deh."Mendengar sindiran Winnie, Chelsea menahan air matanya sambil berkata, "Kak Julian, aku juga nggak mengatai Kak Winnie, tapi dia malah menyindirku sepert
Lampu di dalam kamar menyala, tetapi tidak ada orang di atas ranjang.Julian mendengar suara air mengalir dari kamar mandi. Dia pun pergi membuka pintu kamar mandi dan melihat punggung Winnie yang kurus dan mulus.Rambutnya yang panjang mencapai pinggangnya, kulitnya yang halus seperti bersinar di bawah cahaya lampu gantung, efek visual dari warna yang kontras ini terlihat sangat menarik.Winnie tiba-tiba menoleh. Dia langsung menutup tubuhnya dengan kedua tangannya sambil berkata dengan dingin, "Keluar!"Tatapan Julian tertuju ke wajah Winnie yang panik dan waspada. Dia bukan hanya tidak keluar, melainkan berjalan masuk.Winnie mengernyit, dia ingin mengambil handuk di gantungan baju, tetapi pria itu sudah mengambilnya terlebih dahulu.Winnie terdiam di tempat sambil membelakangi pria ini dan berkata, "Julian, kita sedang dalam masa tenggang perceraian. Kamu nggak seharusnya masuk ke kamarku sesukamu!"Julian mengangkat alisnya dan berjalan maju sambil berkata, "Ini hanya masa tenggan
"Semua orang bisa tersadar pada waktunya, antara cepat atau lambat saja. Bukankah begitu?" tanya Winnie.Julian menatap mata Winnie, dia ingin melihat apakah Winnie sedang serius atau tidak. Namun, tatapan Winnie memberitahunya bahwa Winnie tidak berbohong.Entah mengapa, Julian merasa frustrasi. Dia pun berbalik dan meninggalkan kamar mandi, lalu menutup pintu kamar mandi.Winnie langsung berjongkok secara perlahan, seakan-akan dia kehilangan tenaganya, membiarkan air dari pancuran air menyiram kepalanya.Dia membenamkan kepalanya di lulutnya, bahunya sedikit terangkat.Julian yang tidak tahu bahwa Winnie bersiap-siap untuk pergi pun membuka pintu dan melihat Chelsea yang berdiri di depan pintu sambil menangis."Kak Julian, begitu aku memejamkan mataku, aku melihat banyak darah. Aku benar-benar ketakutan! Bisakah kamu menemaniku?" tanya Chelsea.Melihat Chelsea yang lagi-lagi menangis, Julian merasa agak kesal. Sebaliknya, air mata Winnie-lah yang membuatnya merasa sedih.Selain di at
"Justin?"Winnie merasa agak terkejut. "Kenapa kamu duduk di sini?"Justin berdiri dan tersenyum dengan sangat cerah sambil berkata, "Nona Winnie, aku melihat mobilmu terparkir di sini, jadi aku mau menyapamu. Tapi, kamu lagi tidur, jadi aku nggak mau mengganggumu."Winnie seketika tercengang. "Jadi, dari perusahaan dibuka hingga sekarang, kamu sudah menunggu selama satu jam?"Justin tersenyum dan menjawab, "Nggak apa-apa, aku nggak menunggu lama."Dia tetap mengenakan kemeja putih dan celana denim muda, membuatnya terlihat bersih dan segar.Meskipun hidupnya sangat susah, dia tetap tersenyum.Alasan mengapa Winnie bersedia membantu Justin, selain karena Justin kehilangan pekerjaannya karena Winnie, juga karena Justin memiliki sejenis semangat yang tidak terkalahkan. Semangatnya dalam menghadapi kesusahan membuat Winnie ikut bersemangat."Kalau begitu, ayo masuk," kata Winnie sambil tersenyum.Justin mengangguk sambil mengikutinya dan berkata, "Baiklah, Nona Winnie."Winnie menoleh dan
Winnie Roberts tidak mengetahui bahwa wanita simpanan zaman sekarang begitu liar, hingga dia berani mengirimkan fotonya bermesraan dengan suami wanita lain langsung kepada wanita itu sendiri.Seperti sekarang, seorang wanita mengirimkan foto sepasang tangan laki-laki dan perempuan yang saling menggenggam kepada.Pada zaman sekarang, ada banyak sekali pasangan yang memamerkan kemesraan mereka dengan foto seperti ini.Sayangnya, tangan wanita di foto itu bukan tangan Winnie, sedangkan tangan pria itu adalah tangan suaminya.Karena cincin polos di jari manis pria itu adalah cincin pernikahan yang dia pasang sendiri di jari tangannya Julian Lowie. Jika dilihat lebih lanjut, masih ada banyak sekali foto mesra serupa.Winnie melihat sekilas ke lengan baju wanita di foto itu dan menyadari bahwa wanita itu mengenakan baju pasien rumah sakit.Sepertinya, penyakit ginjal Chelsea Wilson lagi-lagi kambuh. Namun, dokter di rumah sakit tidak ada gunanya, harus Julian yang menemaninya.Winnie merasa
Begitu kata "bajingan" keluar dari mulutnya, keningnya seperti berdenyut.Julian memegang jas luarnya, dengan dua kancing di kemeja putihnya terbuka, menunjukkan tulang selangkanya, membuatnya terlihat santai.Dia tersenyum kecil sambil berjalan ke depan ranjang besar itu. Kemudian, dia menatap Winnie dengan tatapan dominan dan bertanya, "Jadi, aku bajingan itu, ya?"Winnie mengangkat kepalanya dan membalas tatapan pria itu sambil mengerutkan bibirnya, lalu berkata, "Kenapa kamu pulang? Bukankah seharusnya kamu menemaninya di rumah sakit?"Sudut bibir Julian terangkat. Tanpa menjawab pertanyaan Winnie secara langsung, dia berkata, "Kalau aku nggak pulang, bagaimana aku bisa mendengarmu memanggilku dengan panggilan sespesial itu? Hmm?"Winnie terdiam.Julian melirik sekilas ke pergelangan kaki Winnie yang agak bengkak dan mengambil minyak obat dari tangan Winnie, lalu mengusap pergelangan kakinya sambil berkata, "Kamu mau mencelakai orang lain, tapi kamu sendiri yang terluka, 'kan?"Win
Saat Julian melihat wajah Chelsea yang tergores dan berdarah, dia menoleh dan menatap Winnie yang terjatuh di lantai dengan tatapan dingin.Dia langsung menuduh Winnie. "Winnie, tahukah kamu apa yang sedang kamu lakukan?"Winnie bertopang di lantai sambil berdiri secara perlahan. Kemudian, dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Aku sama sekali nggak menyentuh dirinya."Julian langsung menarik Winnie, membuat Winnie mengernyit karena rasa sakit di pergelangan kakinya."Memangnya dia melukai dirinya sendiri?" kata Julian.Winnie melirik sekilas ke tangan yang mencengkeram pergelangan tangannya. Kekuatan pria ini sudah membuktikan betapa marahnya pria ini pada saat ini.Sambil melihat tatapan Julian yang dingin, seulas senyuman sinis tersungging di bibirnya Winnie. "Bukankah kamu sudah memecahkan kasus ini? Julian, akhirnya kamu nggak buta lagi, ya."Julian mengerutkan bibirnya dan berkata, "Winnie, semalam, aku sudah mengingatkanmu, jangan macam-macam lagi. Hari ini, kamu lagi-lagi melak
Winnie membalas tatapan Julian yang penuh akan godaan dan mengerutkan bibirnya.Jemma berkata dengan kesal, "Lagi-lagi? Winnie sama sekali nggak pernah memberitahuku apa pun! Jangan fitnah dia! Biar aku tanyakan padamu, kenapa kamu nggak beri tahu aku kalau kaki Winnie terluka? Akhir-akhir ini, jangan-jangan kamu bahkan nggak pulang ke rumah, ya?"Julian tersenyum dengan nakal dan berkata, "Winnie nggak beri tahu Nenek bagaimana dia bisa terluka, ya?"Kemudian, dia menerima kain hangat yang diberikan Bibi Selly padanya dan mengelap tangannya."Sudahlah, Nenek juga nggak akan percaya. Lagi pula, kalian pasti sepemikiran," kata Julian.Julian mencondongkan badannya ke depan dan mengambil apel di atas meja, lalu mulai mengupas kulit apel.Jari tangan pria ini panjang dan bersih, bulu matanya juga panjang, sehingga saat dia menurunkan tatapannya, bulu matanya meninggalkan bayangan di bawah matanya.Jemma memelototi Julian dan berkata, "Winnie sangat baik hati, dia sangat mencintaimu. Dia a