Share

Bab 8

Tidak ada yang berbicara, semuanya sudah mengerti.

Di sisi lainnya, saat Julian mengejar Winnie hingga ke pintu bangunan, dia kebetulan melihat Winnie pergi dengan mobilnya.

Dia mengurut keningnya sambil menghubungi Charles dan bertanya, "Sudah sampai mana?"

"Masih ada sekitar 15 menit," jawab Charles.

"Datang ke kelab, antarkan Chelsea pulang," kata Julian.

Julian mengakhiri panggilan ini dan melambaikan tangannya pada sopir di satu sisi.

Pada saat ini, sebuah sepeda motor melaju cepat dan kebetulan menabrak tangannya, sehingga ponselnya terjatuh dan dilindas oleh roda belakang sepeda motor itu.

Saat pengendara sepeda motor itu menyadari kegawatan masalah ini, dia langsung melaju cepat.

Julian menatap ke arah sepeda motor itu melaju dengan tatapan dingin, ekspresinya sangat gelap.

Sepulangnya ke Luna Bay, Winnie pergi ke kamar mandi. Air hangat pun menyembur keluar dari pancuran air.

Dia menyibakkan rambutnya yang basah ke belakang dengan kedua tangannya.

Saat dia mengingat kembali hal-hal yang terjadi selama bertahun-tahun, dia tiba-tiba merasa sangat lelah.

Ucapan Sonya terngiang-ngiang dalam benaknya.

"Intinya, Julian bukan Jacob. Lagi pula, hanya tersisa kurang dari empat bulan sebelum kalian bercerai, kenapa nggak sekarang saja?"

Winnie berpikir, 'Mungkin sudah saatnya untuk menyerah.'

Pada saat ini, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dan sosok Julian pun muncul di depan pintu.

Dia melangkah masuk dengan kakinya yang jenjang sambil menatap Winnie lekat-lekat.

Kedua orang ini sudah pernah melakukan hal yang paling intim, jadi mereka sudah mengenali tubuh satu sama lainnya dengan sangat baik.

Hanya saja, pada saat ini, Winnie tidak ingin membiarkan pria ini melihat tubuhnya.

Dia ingin pergi mengambil jubah mandinya, tetapi pria itu sudah terlebih dahulu mengambilnya.

Winnie mematikan pancuran air dan hendak keluar dari kamar mandi.

Namun, saat dia berjalan melewati pria ini, dia ditarik ke dalam pelukan pria ini.

"Kamu marah, ya?" tanya Julian.

Winnie mengira bahwa Julian akan berkata kasar padanya, tetapi suara Julian malah sangat lembut.

Dia menatap Julian dengan tatapan penuh keterkejutan dan kecurigaan, lalu bertanya, "Kamu bukan mau memarahiku, ya?"

Julian mendengus dengan pelan dan berkata, "Maaf, Winnie. Aku nggak tahu Chelsea mengirimkan foto-foto itu padamu."

Maaf?

Ini pertama kalinya pria ini meminta maaf pada Winnie.

Hanya saja, Winnie tidak peduli. "Julian, aku sudah pernah memberitahumu kalau dia mengirimkan foto padaku, tapi kamu sama sekali nggak percaya. Kita sudah menikah hampir tiga tahun, tapi kamu nggak pernah percaya padaku sama sekali."

"Ada," kata Julian sambil menatap wajah Winnie yang cantik dan mulus. "Sebelumnya, kamu menyuruhku untuk memeriksa jarum itu, aku sudah memeriksanya."

Winnie seketika tercengang. "Jadi, kamu sudah tahu kalau Chelsea memfitnahku?" tanya Winnie.

Tanpa menjawab pertanyaan ini, Julian berkata, "Aku membelikan kalung sebagai imbalan untukmu. Tak kusangka, dia mengambil foto dirinya memakai kalung itu dan bahkan mengunggahnya di internet. Sekarang, kesalahpahaman itu sudah diluruskan."

Winnie mengerutkan bibirnya dan berkata, "Kalau begitu, semuanya sudah berakhir? Julian, bukankah Chelsea seharusnya minta maaf padaku?"

Julian tahu bahwa Winnie menyimpan dendam dalam hatinya karena dia harus meminta maaf pada Chelsea. Saat Julian mengingat ucapan Winnie bahwa dia tidak mendorong Chelsea dari tangga, Julian tiba-tiba merasa bahwa Chelsea mungkin merancang semua sandiwara ini sendirian.

Julian pun mengiakan ucapan Winnie dengan pelan, lalu berkata, "Baiklah, besok pagi, aku akan menyuruhnya untuk minta maaf padamu."

Ini pertama kalinya Julian berbicara dengan Winnie dengan selembut ini.

Winnie tidak ingin berdebat lagi dengan Julian tentang hal ini, dia ingin mendorong pria ini dan pergi.

Namun, pria itu malah memegang pinggang Winnie yang ramping dengan erat. Kemudian, dia membungkuk dan mencium bibir Winnie.

Ciuman pria ini tidak sekasar biasanya, melainkan sangat lembut dan sangat sabar.

Mengingat kembali tuduhan dan kesedihan yang dia derita, dia tidak ingin berhubungan intim dengan pria ini.

Dia mendorong dada pria ini, tetapi pria ini malah memegang pinggangnya dengan kuat, sehingga dia membuka mulutnya. Dengan kesempatan ini, pria itu langsung menjulurkan lidahnya.

Winnie hanya pernah berhubungan sedekat ini dengan Julian, jadi pria ini memahami setiap titik sensitif di tubuhnya dan bisa memancing reaksi tubuhnya dengan mudah.

Pria ini mencium telinganya sambil berkata dengan suara yang sangat menggoda, "Lihatlah, kamu juga sangat menginginkannya."

Winnie merasa sangat malu. Dia ingin melawan, tetapi pria ini malah menciumnya dengan makin intens.

Pria ini sudah minum banyak, sehingga Winnie pun merasa seakan-akan dia juga menjadi agak mabuk.

Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa dibawa ke atas ranjang oleh Julian?

Kalau tidak, bagaimana mungkin lampu gantung di atas kepalanya terus bergoyang tanpa henti?

Pada saat ini, suara guntur memecahkan keheningan malam.

Tetesan air hujan juga terus membasahi jendela kamar mereka.

Winnie sangat takut pada suara guntur, dia pun langsung memeluk leher pria itu.

Julian merasa sangat senang dengan inisiatif wanita ini, sehingga dia mengerahkan lebih banyak kekuatan dan keringatnya menetes dari ujung hidungnya ke tulang selangka wanita ini ....

Saat hujan berhenti, hubungan ini baru berakhir.

Winnie melihat sekilas ke sosok pria yang berotot itu melalui kaca buram, lalu memandang ke luar jendela.

Dia berpikir, 'Setelah Julian keluar, apakah dia akan mengatakan bahwa pernikahan ini bisa dilanjutkan dan perjanjian pranikah itu bisa dibatalkan?'

Pada saat ini, terdengar suara ketukan pintu yang buru-buru.

Winnie mengenakan gaun tidurnya dan pergi membuka pintu. Charles berdiri di depan pintu dalam keadaan basah kuyup sambil bernapas dengan terengah-engah.

"Maaf, Nyonya, saya mau mencari Pak Julian," kata Charles.

Di luar, Charles memanggil Winnie dengan panggilan "Bu Winnie", tetapi secara pribadi, dia memanggil Winnie dengan sebutan "Nyonya Winnie".

Winnie hendak menyuruhnya untuk menunggu, tetapi Julian sudah langsung keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di pinggangnya.

Saat Julian melihat Charles, dia mengernyit dan bertanya, "Ada apa?"

Charles melirik Winnie sekilas sambil ragu-ragu untuk berbicara.

Julian menyeka rambutnya dengan handuk kering dan berkata, "Katakan saja."

Charles menunduk dan berkata, "Pak Julian, terjadi sesuatu pada Nona Chelsea! Saya nggak bisa menghubungi Anda, jadi saya hanya bisa datang ke sini."

Melihat keseriusan Charles, Julian menyadari bahwa Chelsea sepertinya terkena masalah besar. Dia pun berkata, "Tunggu sebentar."

Dia pergi mengenakan pakaian santai, lalu berjalan cepat dan pergi dengan Charles tanpa melihat Winnie sama sekali.

Winnie tidak sempat menutup pintu kamarnya, dia langsung berbalik dan berjalan ke depan jendela.

Dia melihat lampu belakang mobil yang berwarna merah melaju keluar melalui gerbang rumah dengan ukiran bunga dan menghilang di daerah belokan.

Pada saat ini, suara ketukan pintu membuatnya menoleh.

Siti berjalan masuk sambil membawa nampan, Winnie pun tahu apa yang dibawa Siti.

Saat Winnie meminum obat itu, Winnie pun mengerti bahwa kelembutan tadi hanyalah sejenis kompensasi atas ketidakpercayaan Julian terhadap dirinya.

Hal ini tidak akan mengubah sikap Julian terhadap Chelsea, juga tidak akan mengubah keinginan Julian untuk bercerai dengannya.

Siti mengkhawatirkan perasaan Winnie. "Nyonya ...."

"Aku baik-baik saja," kata Winnie.

Suara Winnie sangat lembut. Dia memandang pemandangan rumah yang luas di bawah langit malam hari. Lampu lantai yang berwarna kuning terlihat sangat hangat, tetapi tidak ada satu pun yang menyala untuknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status