Charles membawakan kontrak kerja Winnie pada Julian. Julian membalikkan halaman kontrak kerja itu, lalu menunjuk beberapa kalimat sambil berkata, "Masih ada lebih dari tiga bulan sebelum masa kontrak berakhir. Kalau kamu membatalkan kontrak kerja ini lebih awal, kamu harus membayar denda sebesar 600 miliar."Seingat Winnie, sama sekali tidak ada syarat seperti ini di kontrak yang dia pegang. Dia tiba-tiba teringat, sebelum dia dan Julian mengurus surat nikah, Charles pernah memberitahunya bahwa dokumennya hilang, jadi dia harus tanda tangan ulang. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menandatanganinya.Winnie tiba-tiba menatap Charles. Pria itu menggosok hidungnya dengan rasa bersalah, lalu diam-diam keluar dari ruangan ini.Saat Winnie menyadari bahwa dia sudah dijebak, dia benar-benar marah, apalagi saat dia melihat Julian yang sedang bersandar di kursi sambil menatap dirinya dengan ekspresi seru.Namun, Winnie masih berkata dengan tenang, "Masih ada satu bulan, tepatnya 29 hari, seb
Julian menduga bahwa Winnie mematikan ponselnya karena khawatir Julian akan membiarkannya kerja lembur.'Winnie, kamu hebat sekali!' pikir Julian."Buatkan satu porsi pangsit telur," kata Julian.Siti mengangguk sambil berkata, "Baik."Julian berdiri dan naik ke kamarnya di lantai atas.Kamarnya gelap gulita. Saat dia menyalakan lampu dinding, ruangan ini menjadi terang benderang.Kamar ini didesain dengan paduan warna hitam, putih dan abu-abu, sehingga ruangan ini terkesan dingin. Ruangan ini terlihat agak suram dan dingin, yaitu gaya favorit Julian.Produk perawatan kulit dan kosmetik di atas meja rias sudah menghilang, digantikan oleh sebuah cincin berlian yang berkilau.Julian pergi mengambil cincin itu dan menyadari bahwa cincin itu adalah cincin berlian milik Winnie.Dalam ingatan Julian, Winnie hanya pernah memakai cincin ini dua kali.Pertama kalinya, pada hari pernikahan mereka. Julian tidak senang dengan pernikahan ini, jadi dia tidak mengadakan resepsi pernikahan untuk Winni
Saat Winnie merasakan perasaan yang familier itu, tubuhnya seperti langsung merespons, seakan-akan tubuhnya memiliki ingatan.Winnie bahkan berinisiatif untuk membalas ciuman itu dan merangkul leher pria itu dengan kedua tangannya.Namun, saat rok panjangnya diangkat ....Winnie tiba-tiba membuka matanya dan melihat hidung Julian yang mancung menyentuh hidungnya, sedangkan bibir Julian yang tipis sedang mencium bibirnya sendiri.Dia bisa merasakan rasa panas yang dipancarkan tubuh pria ini dengan sangat jelas.Dia mendorong dada pria ini sambil berseru dengan terkejut, "Julian Lowie!""Hmm?" Suara pria ini serak dan juga menggoda."Cepat berdiri!" seru Winnie lagi.Mungkin karena baru bangun tidur, suara Winnie sangat menawan, sehingga terdengar tidak seperti teguran, melainkan seperti godaan.Julian menunduk dan mencium bibir Winnie lagi, bibirnya yang hangat dan napasnya yang panas membuat napas Winnie terengah-engah.Winnie mendorong pria ini, sehingga tubuh mereka terpisah.Julian
Winnie menegakkan tubuhnya sambil berkata, "Selama tiga tahun pernikahan kita, kamu sama sekali nggak pernah memedulikanku sebagai istrimu. Sekarang, untuk apa kamu menekankan hal ini?"Julian menatap Winnie lekat-lekat dan berkata, "Sekarang, aku juga nggak peduli. Aku hanya berharap agar kamu mengingat identitasmu dan nggak melakukan hal yang nggak benar."Winnie mengerti bahwa Julian khawatir dia akan berselingkuh dengan pria dari bar itu. Bagaimana pun, dengan kesombongan Julian, bagaimana mungkin dia bisa menoleransi dikhianati orang lain?"Julian, kamu benar-benar berstandar ganda, ya. Kamu sendiri juga nggak bisa berperilaku seperti itu, tapi malah berharap agar orang lain bisa melakukannya," kata Winnie.Julian menatap wanita yang sebelumnya selalu meminta maaf dengan patuh setiap dia mengungkit kata "bercerai" ini. Sekarang, wanita ini malah melawan dirinya, membuatnya merasa bahwa wanita ini sudah berubah dan berada di luar kendalinya.Dia memicingkan matanya sambil berkata,
Dalam perjalanan pulang, Winnie masih memikirkan bagaimana dia harus memberi tahu Sonya bahwa dia harus pulang ke Luna Bay.Baru saja dia berjalan masuk, dia melihat Sonya yang sedang mengemasi barangnya.Sepuluh menit yang lalu, ayahnya Sonya menghubungi Sonya dan mengatakan bahwa ada masalah pada proyek di Kota Chula, jadi Sonya harus ikut pergi dengan ayahnya untuk menyelesaikan masalah itu.Winnie membuang napas dengan pelan. Tadi, dia masih memikirkan alasan untuk pergi.Sonya mengunci kopernya, lalu bertanya, "Apakah Julian si bajingan itu sudah mengembalikan anting-antingmu?""Sudah," jawab Winnie. Dia tidak ingin membuat Sonya khawatir."Baguslah kalau begitu." Sonya mengenakan setelan pakaian olahraga yang nyaman. Dia menarik kopernya ke hadapan Winnie, lalu memeluk Winnie sambil berkata, "Sepertinya, aku nggak bisa makan masakanmu untuk beberapa hari, aku pasti akan merindukanmu!"Winnie tersenyum sambil berkata, "Saat kamu pulang, aku akan memasakkan makanan enak untukmu."S
Saat dia mengemudi ke Luna Bay, Siti sudah menunggunya di depan pintu vila.Melihatnya turun dari mobil, Siti bergegas membantunya mengangkat kopernya."Nyonya sudah pulang, ya," kata Siti sambil tersenyum. "Sudah saya duga, Tuan nggak rela berpisah dengan Anda dan pasti akan membujuk Anda untuk kembali."Membujuk?Hal itu sama sekali tidak akan terjadi!Winnie tidak menjelaskan apa pun. Bagaimanapun, dia tidak bisa mengatakan bahwa dia pulang karena Julian khawatir dia akan berselingkuh pada masa tenggang pernikahan mereka.Dia hanya tersenyum.Siti mengangkat koper Winnie sambil berjalan di sisi Winnie dan bertanya, "Apakah Nyonya sudah makan malam?""Belum," jawab Winnie.Siti pun bertanya, "Bagaimana kalau saya siapkan makanan untuk Nyonya?""Nggak usah, aku nggak punya nafsu makan," kata Winnie.Siti pun membujuknya. "Kalau nggak ada nafsu makan, bagaimana kalau saya buatkan mi kuah untuk Nyonya? Rasanya ringan."Setelah berpikir sejenak, Winnie mengangguk.Siti mengangkat koperny
"Winnie, buka pintu," kata Julian.Julian mengepalkan tangannya dan mengetuk pintu tiga kali. Hanya saja, tidak ada yang menanggapinya.Dia mengetuk pintu kamar lagi, tetapi tetap saja tidak ada yang menjawab.Dia tersenyum dan bertanya, "Kamu nggak mau buka pintu?"Winnie teringat akan adegan dia dipermalukan semalam. Dia tidak ingin bersentuhan fisik dengan pria itu lagi, jadi dia berkata, "Aku sudah mau tidur."Julian menarik dasinya. Senyuman di wajahnya benar-benar menghilang. Kesabarannya juga menipis. "Dalam waktu 20 menit, bawakan pangsit telur untukku."Winnie menarik napas dalam-dalam, lalu memejamkan matanya sambil turun dari ranjang.Dia memakai sandalnya dan pergi ke dapur untuk memasak seporsi pangsit telur, lalu membawakannya ke ruangan sebelah.Pintu ruangan ini tidak dikunci, jadi dia langsung memasuki ruangan. Dia pun melihat Julian yang berjalan keluar dari kamar mandi.Pria ini hanya melilitkan handuk putih di pinggangnya. Bahunya lebar, kakinya jenjang. Air menetes
Selama tiga tahun, Julian sudah sering mengungkit tentang perceraian, tetapi Winnie selalu menolak. Meskipun dia sangat dirugikan, dia tetap tidak menyetujui hal itu.Sekarang, Winnie sudah setuju untuk bercerai, tetapi Chelsea menganggap bahwa Winnie hanya sok jual mahal.Chelsea mulai merasa panik. Dia tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi.Dia tiba-tiba mengambil garpu dan menusuk tempat dia menyayat pergelangan tangannya. Julian seketika berdiri dan meraih pergelangan tangannya sambil bertanya, "Chelsea, kamu ngapain?"Chelsea menangis dengan sedih sambil menjawab, "Kak Julian, begitu aku memikirkan Kak Winnie yang tinggal lagi denganmu, aku merasa sangat sedih. Apakah kamu mencintainya? Kalau begitu, bagaimana denganku? Aku sudah kotor, kamu nggak akan menginginkanku lagi ...."Melihat darah segar merembes melalui kain kasa, Julian menekan bel pemanggil perawat. Staf medis pun bergegas datang.Seorang dokter memeriksa luka Chelsea dan berkata, "Luka tusukan ini sangat dala