Winnie menegakkan tubuhnya sambil berkata, "Selama tiga tahun pernikahan kita, kamu sama sekali nggak pernah memedulikanku sebagai istrimu. Sekarang, untuk apa kamu menekankan hal ini?"Julian menatap Winnie lekat-lekat dan berkata, "Sekarang, aku juga nggak peduli. Aku hanya berharap agar kamu mengingat identitasmu dan nggak melakukan hal yang nggak benar."Winnie mengerti bahwa Julian khawatir dia akan berselingkuh dengan pria dari bar itu. Bagaimana pun, dengan kesombongan Julian, bagaimana mungkin dia bisa menoleransi dikhianati orang lain?"Julian, kamu benar-benar berstandar ganda, ya. Kamu sendiri juga nggak bisa berperilaku seperti itu, tapi malah berharap agar orang lain bisa melakukannya," kata Winnie.Julian menatap wanita yang sebelumnya selalu meminta maaf dengan patuh setiap dia mengungkit kata "bercerai" ini. Sekarang, wanita ini malah melawan dirinya, membuatnya merasa bahwa wanita ini sudah berubah dan berada di luar kendalinya.Dia memicingkan matanya sambil berkata,
Dalam perjalanan pulang, Winnie masih memikirkan bagaimana dia harus memberi tahu Sonya bahwa dia harus pulang ke Luna Bay.Baru saja dia berjalan masuk, dia melihat Sonya yang sedang mengemasi barangnya.Sepuluh menit yang lalu, ayahnya Sonya menghubungi Sonya dan mengatakan bahwa ada masalah pada proyek di Kota Chula, jadi Sonya harus ikut pergi dengan ayahnya untuk menyelesaikan masalah itu.Winnie membuang napas dengan pelan. Tadi, dia masih memikirkan alasan untuk pergi.Sonya mengunci kopernya, lalu bertanya, "Apakah Julian si bajingan itu sudah mengembalikan anting-antingmu?""Sudah," jawab Winnie. Dia tidak ingin membuat Sonya khawatir."Baguslah kalau begitu." Sonya mengenakan setelan pakaian olahraga yang nyaman. Dia menarik kopernya ke hadapan Winnie, lalu memeluk Winnie sambil berkata, "Sepertinya, aku nggak bisa makan masakanmu untuk beberapa hari, aku pasti akan merindukanmu!"Winnie tersenyum sambil berkata, "Saat kamu pulang, aku akan memasakkan makanan enak untukmu."S
Saat dia mengemudi ke Luna Bay, Siti sudah menunggunya di depan pintu vila.Melihatnya turun dari mobil, Siti bergegas membantunya mengangkat kopernya."Nyonya sudah pulang, ya," kata Siti sambil tersenyum. "Sudah saya duga, Tuan nggak rela berpisah dengan Anda dan pasti akan membujuk Anda untuk kembali."Membujuk?Hal itu sama sekali tidak akan terjadi!Winnie tidak menjelaskan apa pun. Bagaimanapun, dia tidak bisa mengatakan bahwa dia pulang karena Julian khawatir dia akan berselingkuh pada masa tenggang pernikahan mereka.Dia hanya tersenyum.Siti mengangkat koper Winnie sambil berjalan di sisi Winnie dan bertanya, "Apakah Nyonya sudah makan malam?""Belum," jawab Winnie.Siti pun bertanya, "Bagaimana kalau saya siapkan makanan untuk Nyonya?""Nggak usah, aku nggak punya nafsu makan," kata Winnie.Siti pun membujuknya. "Kalau nggak ada nafsu makan, bagaimana kalau saya buatkan mi kuah untuk Nyonya? Rasanya ringan."Setelah berpikir sejenak, Winnie mengangguk.Siti mengangkat koperny
"Winnie, buka pintu," kata Julian.Julian mengepalkan tangannya dan mengetuk pintu tiga kali. Hanya saja, tidak ada yang menanggapinya.Dia mengetuk pintu kamar lagi, tetapi tetap saja tidak ada yang menjawab.Dia tersenyum dan bertanya, "Kamu nggak mau buka pintu?"Winnie teringat akan adegan dia dipermalukan semalam. Dia tidak ingin bersentuhan fisik dengan pria itu lagi, jadi dia berkata, "Aku sudah mau tidur."Julian menarik dasinya. Senyuman di wajahnya benar-benar menghilang. Kesabarannya juga menipis. "Dalam waktu 20 menit, bawakan pangsit telur untukku."Winnie menarik napas dalam-dalam, lalu memejamkan matanya sambil turun dari ranjang.Dia memakai sandalnya dan pergi ke dapur untuk memasak seporsi pangsit telur, lalu membawakannya ke ruangan sebelah.Pintu ruangan ini tidak dikunci, jadi dia langsung memasuki ruangan. Dia pun melihat Julian yang berjalan keluar dari kamar mandi.Pria ini hanya melilitkan handuk putih di pinggangnya. Bahunya lebar, kakinya jenjang. Air menetes
Selama tiga tahun, Julian sudah sering mengungkit tentang perceraian, tetapi Winnie selalu menolak. Meskipun dia sangat dirugikan, dia tetap tidak menyetujui hal itu.Sekarang, Winnie sudah setuju untuk bercerai, tetapi Chelsea menganggap bahwa Winnie hanya sok jual mahal.Chelsea mulai merasa panik. Dia tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi.Dia tiba-tiba mengambil garpu dan menusuk tempat dia menyayat pergelangan tangannya. Julian seketika berdiri dan meraih pergelangan tangannya sambil bertanya, "Chelsea, kamu ngapain?"Chelsea menangis dengan sedih sambil menjawab, "Kak Julian, begitu aku memikirkan Kak Winnie yang tinggal lagi denganmu, aku merasa sangat sedih. Apakah kamu mencintainya? Kalau begitu, bagaimana denganku? Aku sudah kotor, kamu nggak akan menginginkanku lagi ...."Melihat darah segar merembes melalui kain kasa, Julian menekan bel pemanggil perawat. Staf medis pun bergegas datang.Seorang dokter memeriksa luka Chelsea dan berkata, "Luka tusukan ini sangat dala
Winnie memang dipaksa untuk kembali ke Luna Bay. Sekarang, Chelsea juga pindah ke tempat ini, membuatnya makin tidak ingin kembali.Saat dia sudah kerja lembur hingga pukul 11.30 malam, dia berpikir, jika Julian tidak mendesaknya untuk pulang, dia akan tinggal di perusahaan.Lewat tengah malam, saat Winnie sedang bersiap-siap untuk bermalaman di sofa di kantornya, ponselnya yang berada di atas meja mulai berdengung.Dia membuka kedua matanya, menyingkap selimut dan turun dari sofa. Saat dia mengambil ponselnya, dia melihat nama Julian di layar ponselnya.Dia menarik napas dalam-dalam dan menerima panggilan ini."Kak Winnie, aku ingin minum sup jamur kuping putih dan biji bunga teratai," kata Chelsea.Winnie berkata dengan cuek, "Buat sendiri.""Kak Julian, aku hanya ingin minum sup buatan Kak Winnie ...." Chelsea mulai bertingkah imut, lalu menangis dengan sedih.Kemudian, Winnie mendengar Julian berkata dengan dingin, "Dalam waktu setengah jam, aku mau melihatmu berdiri di hadapanku."
Winnie mengerutkan bibirnya dan berkata, "Julian, dia sengaja mempermainkanku.""Dia menderita depresi," kata Julian.Dengan suara yang dingin, tetapi tenang, Winnie berkata, "Jadi, aku pantas menerima perlakuan seperti ini?"Julian mematikan rokoknya dengan ujung jarinya, lalu berjalan ke hadapan Winnie dan berkata, "Aku akan minum sup ini."Baru saja ujung jari pria ini menyentuh mangkuk itu, Winnie berbalik dan berjalan ke depan meja dapur. Dia meletakkan nampan itu dan menuangkan isi mangkuk itu ke dalam wastafel. Kemudian, dia juga membuang semua sup yang tersisa di dalam panci.Winnie berbalik dan menatap Julian dengan tatapan dingin sambil berkata, "Apakah dia depresi atau nggak, hal itu nggak berhubungan denganku. Aku bukan budak kalian. Julian, sebelum kita resmi cerai, aku nggak ingin hal seperti ini terjadi lagi."Saat dia hendak pergi, pria itu malah menarik pergelangan tangannya dan berkata, "Ada hubungan yang pasti denganmu."Winnie menatapnya dengan kebingungan dan berka
Winnie mengerutkan bibirnya, tatapannya penuh amarah, seakan-akan dia bisa langsung mencekik Chelsea kapan pun itu.Melihat Winnie makin marah, Chelsea merasa makin senang.Chelsea melihat kalungnya, lalu mengangkat bahunya dan berkata, "Aku menemukannya di laci Kak Julian. Meskipun mutiara ini nggak berharga, bentuknya cukup bulat. Kata Kak Julian, benda ini juga hanya akan jadi sampah, makanya aku memintanya. Bagus, nggak?"Anting-anting itu dibengkokkan menjadi bentuk bulat dan dipasangkan dengan sebuah kalung platinum, menjadi kalung mutiara.Melihat hadiah yang diberikan Jacob dihancurkan seperti ini, api amarah membara di tatapan Winnie. Dia langsung menarik kalung itu.Chelsea berteriak karena lehernya terasa sakit. Dia berteriak dengan suara melengking, "Bukankah hanya anting-anting mutiara jelek, ya? Memangnya kamu perlu bertindak seperti ini?! Dasar wanita jalang!"Dengan suara tamparan keras, kepala Chelsea langsung berpaling ke satu sisi.Dia membelalakkan matanya dengan ta