Share

Bab 12

Winnie meletakkan kedua tangannya di dada pria itu dan bergegas memalingkan wajahnya.

Justin terkekeh, lalu berkata, "Kak, jangan takut. Kita bisa pura-pura. Dua menit kemudian, kita baru keluar."

Dalam kesan Winnie, pria penghibur selalu suka pakai parfum, ucapan mereka juga sangat menggelikan, tetapi Justin berbeda. Winnie bisa mencium wangi detergen yang samar-samar dari pria ini, membuatnya terkesan bersih.

"Kenapa kamu mau melakukan pekerjaan ini?" tanya Winnie.

Baru saja Justin hendak menjawab, sebuah sosok yang tinggi menerjang ke arah mereka.

Sosok ini langsung meninju wajah Justin dengan kuat, membuat Justin terhuyung-huyung ke satu sisi.

Meskipun tempat ini gelap, Winnie bisa mengenali sosok penuh amarah ini sebagai Julian.

"Kenapa kamu pukul orang?!" seru Winnie untuk menegur pria ini. Kemudian, dia bergegas pergi memeriksa kondisi Justin. "Kamu baik-baik saja, 'kan?"

Mendengar pertanyaan wanita yang penuh perhatian ini, Julian tertawa dengan sinis dan berkata, "Kamu sudah punya suami, tapi masih cari pria lain di luar. Kamu anggap aku sudah mati, ya?" Kemudian, dia mencengkeram pergelangan tangan Winnie dan menarik Winnie untuk pergi.

Makin kuat Winnie meronta, pria itu makin kuat, membuat Winnie mengernyit kesakitan.

"Julian, lepaskan aku!" seru Winnie.

Pria itu seperti tidak mendengar apa pun, dia hanya terus menarik Winnie tanpa ampun.

Sonya berlari menghampiri mereka dan menghalangi jalan Julian. Dia membentangkan kedua tangannya dan berseru, "Julian, dasar bajingan! Lepaskan Winnie!"

Julian menarik Winnie ke dalam pelukannya, lengannya yang kuat menahan pinggang Winnie, membuat Winnie sama sekali tidak bisa bergerak.

Bajingan?

Dia akhirnya tahu dari siapa Winnie mempelajari cara memarahinya seperti ini.

Dia tersenyum, tetapi senyumannya tidak tulus, dan membalas tatapan Winnie sambil berkata, "Proyek kerja sama antara Perusahaan Lowie dan Perusahaan Evans baru dimulai. Menurutmu, bagaimana kalau aku mengeluarkan Perusahaan Evans dari proyek itu?"

Winnie tahu bahwa Julian bisa melakukan seperti apa yang dia katakan. Kalau begitu, Perusahaan Evans akan mengalami kerugian setidaknya dua triliun.

Winnie tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi.

Dia menatap Sonya dan berkata, "Sonya, ada yang harus kubicarakan dengan Julian. Kamu pulang saja dulu. Kalau sudah sampai rumah, hubungi aku ...."

Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, dia sudah diseret pergi oleh Julian.

Melihat Winnie dibawa pergi begitu saja, Sonya kembali berlari dan menghalangi mereka.

Julian berkata dengan nada menghina, "Belum sehari aku dan Winnie urus surat cerai, jadi dia masih istri Julian Lowie. Dengan status apa kamu menghalangi jalanku?"

Sonya berdiri tegak sambil berkata, "Aku ...."

Akan tetapi, Winnie langsung berseru, "Kamu pulang saja dulu!"

Julian membawa Winnie keluar dari bar itu, membuka pintu belakang sebuah mobil Rolls-Royce Panthom dan mendorong Winnie ke dalam mobil.

Setelah dia masuk ke dalam mobil, dia langsung membanting pintu mobil.

Mobil ini sangat luas, tetapi Winnie malah merasa sangat sempit. Dia pun merapikan roknya dengan tidak nyaman.

"Kamu berciuman dengan pria penghibur, tapi takut dilihat olehku?" tanya Julian dengan sinis.

Winnie menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Nggak, aku nggak ...."

Julian tiba-tiba menarik pinggang Winnie dengan kedua tangannya, agar Winnie duduk di pangkuannya.

Julian mengulurkan tangannya dan meraih dagu Winnie. Dia merasa bahwa bibir merah Winnie sangat mencolok. Dia menggosok bibir Winnie dengan ujung jarinya yang kapalan dengan kasar, sehingga lipstik Winnie tercoreng.

Bibir adalah bagian yang sangat lembut. Gerakan Julian membuat Winnie kesakitan, sehingga Winnie menggigit jempol Julian dengan penuh amarah.

Dia menatap pria itu dengan tatapan penuh amarah dan kebencian.

Sedangkan ekspresi Julian tidak berubah. Namun, pada saat ini, jempolnya menyentuh lidah Winnie, sehingga tatapannya menggelap.

Saat Winnie merasakan perubahan pada tubuh pria ini, dia bergegas mengeluarkan jempol pria ini dari mulutnya dan hendak turun dari pangkuannya.

Julian malah sengaja menahan pinggang Winnie dengan kedua tangannya.

Dengan perasaan malu dan juga kesal, Winnie berkata, "Julian, kalau Chelsea melihat aku dan kamu naik mobil bersama ... hmm ...."

Julian memegang belakang kepala Winnie, lalu memiringkan kepalanya dan mencium bibir Winnie dengan ganas.

Winnie mengangkat tangannya dan memukul dada Julian, tetapi pria ini malah mencengkeram dua pergelangan tangan Winnie dengan satu tangannya.

Winnie terus meronta, tetapi pria itu langsung berkata di telinganya, "Kalau kamu gerak lagi, aku nggak jamin nggak akan ada yang terjadi!"

Mendengar ucapan ini, Winnie seketika tidak bergerak lagi.

"Apakah kemampuan ciumannya lebih bagus dariku? Hmm?" tanya Julian. Melihat bibir Winnie yang bengkak dan sudah kehilangan warna lipstiknya, Julian seperti merasa jauh lebih baik.

Winnie mengerutkan bibirnya dan memalingkan wajahnya.

Namun, Julian lagi-lagi menarik dagu Winnie, agar Winnie menatap dirinya, dan berkata dengan sinis, "Tadi siang, kamu sudah tanda tangan. Malamnya, kamu malah membuntutiku. Kamu mau jual mahal, ya? Winnie, jangan melakukan hal-hal yang nggak berarti, deh."

Winnie merasa bahwa ucapan pria ini sangat absurd. "Kalau aku tahu kamu ada di sini, aku sudah langsung pergi ke bar lain."

Julian memicingkan matanya sambil mencoba untuk mencari tahu apakah Winnie sedang berbicara dengan serius atau sedang berbohong.

"Winnie, kamu sudah punya suami!"

"Hanya kamu yang boleh melakukannya, tapi aku nggak? Julian, bukannya kamu juga sudah punya istri, tapi masih menjalin hubungan yang nggak jelas dengan Chelsea?" tanya Winnie sambil mengangkat dagunya. Kemudian, dia tiba-tiba tertawa dan bertanya, "Kenapa? Saat kamu melihat aku berciuman dengan pria lain, kamu merasa nggak nyaman? Julian, jangan-jangan kamu menyukaiku, ya?"

Julian menatap wajah Winnie yang cantik dan tersenyum sambil berkata, "Kalaupun aku sudah nggak menginginkan sesuatu yang merupakan milikku, sebelum membuangnya, aku tetap nggak akan membiarkan orang lain menyentuhnya."

Bulu mata Winnie bergetar. Dia sudah tahu bahwa perilaku aneh Julian malam ini hanyalah sifat buruknya yang sudah lama ada.

Dia bahkan tidak menyukai Winnie, dia hanya merasa posesif terhadap Winnie.

Jantung Winnie tiba-tiba terasa sakit. Dia pun mengernyit sambil menekan bagian dadanya.

Melihatnya seperti ini, Julian tidak lagi menyentuhnya. "Ada apa?" tanya Julian.

Winnie menarik napas dalam-dalam, lalu turun dari pangkuan Julian untuk menjaga jarak dengan pria itu. Kemudian, dia merapikan roknya.

"Malam ini, aku sendiri yang mau datang ke bar, pria itu juga disewa olehku. Tapi, aku nggak berciuman dengannya, kamu salah lihat," kata Winnie sambil memegang gagang pintu mobil. Kemudian, dia menoleh dan menatap Julian dengan tatapan dingin sambil berkata, "Jangan cari masalah dengan mereka."

Dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil.

Pada saat ini, Julian berkata, "Biar aku antarkan kamu ke Luna Bay."

Winnie mengernyit dan menjawab, "Aku sudah pindah." Kemudian, dia menutup pintu mobil dan berjalan ke arah Sonya yang sedang menunggu dengan cemas di depan pintu bar tanpa menoleh sama sekali.

Julian melihat Sonya memegang bahu Winnie sambil mengamati Winnie dari atas ke bawah dengan cemas. Kemudian, Sonya juga menatap ke arah mobil sambil terus mengucapkan sesuatu dengan ekspresi penuh amarah.

Melihat kedua wanita itu masuk ke sebuah mobil Bentley putih dan meninggalkan tempat ini, Julian baru mengalihkan tatapannya.

Dia mengeluarkan kotak rokok dari saku celananya, mengeluarkan sebatang rokok dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia terus membuka dan menutup penutup pemantik api yang terbuat dari baja yang mengilap, api pun menyala dan padam silih berganti.

Akhirnya, dia tidak mengisap rokok itu, melainkan mematahkan dan memelintir rokok yang putih itu, sehingga tembakaunya berserak di tempat duduknya.

Julian tidak peduli jika Winnie menanggung perbuatan Sonya, tetapi Winnie malah membela pria itu?

'Winnie, kamu hebat sekali!' pikir Julian.

Tatapan Julian menjadi dingin. Kemudian, dia tiba-tiba tertawa. Semua perbuatan Winnie malam ini pasti hanya dilakukan untuk menarik perhatiannya.

Alasan mengapa dia pergi mencari Winnie bukan karena dia cemburu, melainkan tidak ingin membiarkan tragedi yang menimpa Chelsea terjadi lagi pada Winnie.

Dia tidak turun dari mobil, melainkan menghubungi Charles dan menyuruh Charles untuk mengantarkannya kembali ke rumah sakit.

Secara bersamaan, Justin berjalan keluar dari bar itu dan melihat lampu mobil Rolls-Royce itu menghilang dari tatapannya, sebelum mengalihkan tatapannya.

Dia berpikir, 'Pria itu Julian Lowie?'

'Jadi, Chelsea meninggalkanku demi dia?'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status