Share

Bab 11

"Setelah mengundurkan diri dari Perusahaan Lowie, aku akan kembali ke Kota Gachena untuk menjadi 'Mrs. R' di rumah sakit," jawab Winnie.

"Itu baru kamu yang sesungguhnya!" seru Sonya sambil mengacungkan jempolnya. Kemudian, dengan ekspresi sedih, dia berkata, "Tapi, kalau kamu pergi, bagaimana dengan aku? Kita lagi-lagi harus terpisah jauh! Nanti, biar aku beri tahu ayahku kalau aku akan pergi denganmu!"

Winnie langsung menggeleng dan berkata, "Pusat Perusahaan Evans berada di Kota Juvana. Meskipun ayahmu membiarkanmu memulai dari dasar untuk mengujimu, cepat atau lambat, usaha Keluarga Evans akan menjadi milikmu. Jangan membuat keputusan dengan gegabah. Jarak antara Kota Juvana dan Kota Gachena hanya 1.000 km, kita bisa naik pesawat."

Mendengar ucapan Winnie, Sonya memonyongkan bibirnya dan berkata, "Dulu, kamu sebenarnya nggak usah menerima keluargamu. Anggota Keluarga Roberts sangat nggak masuk akal. Kalau kamu nggak berbuat seperti itu, kamu juga nggak akan datang ke Kota Juvana, nggak akan bertemu dengan Julian si bajingan itu dan juga nggak akan punya begitu banyak beban pikiran. Sudahlah, jangan bahas dia lagi, sial sekali! Ayo kita berdandan!"

Winnie hanya tersenyum kecil sambil berkata, "Baiklah."

Sonya merias wajah Winnie dengan cantik. Kemudian, Winnie berganti pakaian ke kaus hitam pendek yang pas badan, dengan rok denim yang panjangnya mencapai lututnya dan sepatu kanvas berwarna putih. Rambutnya diikat dalam gaya ekor kuda, membuatnya tampak muda dan sangat menggoda.

Sonya juga berpakaian dengan sangat menawan. Keduanya pun bergandengan tangan dan pergi ke luar.

Selama tiga tahun terakhir, selain untuk menjemput Sonya yang minum kebanyakan, Winnie sama sekali tidak pernah pergi ke tempat seperti bar.

Hari ini adalah kali pertama dia mengunjungi tempat seperti ini.

Setelah mereka memasuki bar dan duduk di tempat yang terpisah, Sonya memanggil pelayan dan membisikkan sesuatu di telinganya.

Pelayan itu mengangguk dan berkata, "Tunggu sebentar, ya. Mereka akan segera tiba."

Winnie menatap Sonya dengan tatapan heran dan bertanya, "Mereka siapa? Apa yang kamu bicarakan dengannya?"

Sonya tersenyum nakal dan menjawab, "Nanti, kamu juga akan tahu!"

Sesaat kemudian, beberapa pria dengan tinggi badan setidaknya 188 cm berjalan menghampiri mereka dan duduk di hadapan mereka. Semuanya memiliki wajah yang tampan, dengan proporsi tubuh yang sangat bagus.

Sonya melambaikan tangannya dan mengangkat dagunya sambil berkata, "Malam ini, mereka milikmu!"

Winnie seketika mengernyit sambil berkata, "Sonya, kamu agak berlebihan."

"Berlebihan?" Sonya mengedipkan matanya dengan ekspresi pura-pura polos.

"Kalau begitu, kalian saja, deh!" Dia memilih dua pria di antaranya dan berkata, "Seorang satu, nggak boleh kurang lagi!"

Winnie menepuk keningnya, lalu menoleh dan berbisik, "Maksudku, kita hanya perlu minum-minum untuk merayakan perceraianku, untuk apa kamu mencari pria-pria ini?"

Sonya merangkul bahu sahabatnya dan berkata, "Tentu saja harus! Julian si bajingan itu berselingkuh, jadi kamu juga harus melakukan hal yang sama padanya!"

Winnie seketika terdiam.

Pria yang duduk di hadapannya berkata dengan pelan, "Kak, suka main permainan, nggak?"

Winnie menoleh dan menatap pria itu. Kulitnya putih dan mulus, dengan tipe wajah cantik. Bibirnya tipis dan saat dia tersenyum, dua gigi gingsulnya pun terlihat.

Dia mengenakan kemeja putih dengan dua kancingnya terbuka, menunjukkan tulang selangkanya. Dia terlihat seperti seorang pria yang lemah lembut dan sangat perhatian.

Berbeda halnya dengan Julian yang memiliki wajah yang mendalam dan dingin, serta sangat agresif, membuatnya sangat susah untuk dilupakan.

Dalam hatinya Winnie mengeluh. 'Kenapa aku memikirkannya?'

"Kak?"

"Hah?" Winnie seketika menoleh.

Pria itu tersenyum sambil berkata, "Namaku Justin Downer. Permainan apa yang kamu sukai?"

Di ruangan pribadi di lantai dua.

Pria yang sedang duduk di sofa untuk satu orang menyilangkan kakinya yang panjang. Satu tangannya terletak di sandaran tangan sambil mengetuk dengan pelan, sedangkan tangannya yang lainnya menggoyangkan gelas anggur.

Calvin Scott, temannya, berkata, "Kukira kamu akan sangat senang karena kamu sudah bercerai."

Julian mengangkat tatapannya dan bertanya, "Memangnya aku nggak senang, ya?"

Calvin tersenyum sambil menjawab, "Kamu terlihat sangat sedih."

Julian menyesap seteguk anggur merah. Anggur yang biasanya terasa wangi malah terasa agak pahit. Dia berkata dengan santai, "Mana mungkin."

"Jadi, kamu benar-benar mau menikahi Chelsea?" tanya Calvin.

Julian terdiam sejenak. Saat dia hendak menjawab, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.

Harry menerjang masuk dengan buru-buru.

Dia menelan ludahnya dan berseru, "Kak ... Kak Julian, aku melihat Kakak Ipar! Dia sedang berdekatan dengan seorang pria muda!"

Pria muda?

Berdekatan?

Dalam ingatan Julian, Winnie adalah orang yang sangat bersemangat saat dia sedang bekerja. Namun, di rumah, Winnie adalah orang yang pendiam dan lemah lembut, sangat cocok untuk melukis dengan tenang di studio yang penuh akan cahaya matahari, sama sekali tidak cocok dengan tempat seperti bar.

Julian pun langsung membantah. "Nggak mungkin, Winnie nggak mungkin datang ke tempat seperti ini."

Harry menunjukkan foto di ponselnya sambil berseru, "Kamu lihat saja sendiri!"

Julian memicingkan matanya, foto itu adalah foto sisi samping wajah seorang wanita.

Dia langsung mengenali bahwa orang itu memang adalah Winnie. Bagaimanapun, dia suka mencium Winnie dari belakang, jadi dia mengenali profil samping wanita itu.

Biasanya, Winnie selalu mengenakan pakaian formal berwarna putih atau hitam di perusahaan. Di rumah, dia mengenakan gaun sutra yang polos, membuatnya tampak sangat bersih dan murni.

Perbedaan ini membuat Julian merasakan perasaan aneh.

Sedangkan sekarang, Winnie berpakaian seperti seekor kucing liar kecil. Dia tampak penuh semangat, berbeda dari sebelumnya.

Julian menghabiskan anggur dalam gelasnya dan berkata, "Kamu salah lihat."

Harry menggaruk kepalanya dan berkata, "Kalau begitu, pasti aku salah lihat. Mana mungkin Kakak Ipar berpakaian seliar itu dan mencari pria lain? Sepertinya, nanti, kakak ini akan membuka kamar dengan pria itu. Tapi, wanita ini benar-benar cantik!"

Julian tiba-tiba meletakkan gelasnya dengan sangat kuat di atas meja, hingga gelasnya pecah dan menghantam meja dengan suara yang nyaring. Kemudian, dia berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan ini.

Dengan ekspresi kebingungan, Harry bertanya, "Ada apa dengan Kak Julian?"

Calvin melihat permukaan meja yang berantakan dan tersenyum sambil berkata, "Dia cemburu."

Saat Julian pergi ke luar, dia kebetulan mendengar pria muda di hadapan Winnie bertanya, "Kak, tadi, kamu bilang kamu menikah dengan suamimu karena kamu menyukai wajahnya. Kalau begitu, pertanyaan berikutnya adalah, apakah kamu menikahinya karena wajahnya mirip dengan pria yang kamu sukai? Jujur atau tantangan?"

Winnie tiba-tiba menatap Justin untuk mencari tahu apakah pria ini mengetahui sesuatu atau sedang mengujinya.

Hanya saja, tatapan pria itu sangat jernih, sehingga Winnie berpikir bahwa ini mungkin hanya kebetulan.

Wajah Sonya memucat, jantungnya juga berdebar kencang.

Winnie tidak mungkin mencurahkan isi hatinya, jadi dia berkata, "Aku memilih tantangan."

Justin tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, kamu harus berciuman selama dua menit dengan seorang pria."

Winnie mengernyit, lalu menatap Sonya dan bertanya, "Bagaimana kalau kamu menggantikanku? Bukankah kamu seharusnya membantu temanmu pada masa kritis?"

Baru saja Sonya ingin menyetujui permintaan Winnie, dia tiba-tiba melihat Julian yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Dia langsung menolak. "Kamu lakukan saja sendiri, harus sportif, dong! Jangan-jangan kamu masih memikirkan Julian si bajingan itu, ya?"

Winnie menggigit bibirnya dan berkata pada Justin, "Kalau begitu, kamu saja, deh."

Justin berdiri dan menggenggam tangan Winnie sambil berkata, "Aku tahu Kakak malu, ayo kita pergi ke tempat yang lebih gelap."

Saat Winnie berdiri, dia melihat Julian yang sedang menatapnya dengan ekspresi masam. Jantungnya seakan-akan berhenti berdetak.

Dia seketika lupa cara bereaksi. Dia pun membiarkan Justin membawanya ke pojokan bar ini.

Saat dia ditahan di dinding oleh pria ini, wajah Julian yang dingin masih terus memenuhi pikirannya.

"Kak, sudah siap, belum?" tanya Justin.

"Apa?" Winnie mengangkat kepalanya dan melihat wajah pria yang mendekat itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status