Share

Bab 10

Pertanyaan Winnie membuyarkan lamunan Charles. Charles pun menjawab, "Jam satu siang."

"Aku akan tiba tepat waktu," kata Winnie sebelum pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

Winnie tetap memasak dua porsi makanan. Setelah makan siang, dia melihat piring yang masih penuh akan nasi di depannya, dia pun mengerutkan bibirnya.

Dia berpikir, 'Winnie, Jacob sudah nggak ada di sini. Dia nggak bisa memakan masakanmu lagi.'

Siti yang berada di satu sisi membuang napas dan berkata, "Nyonya, coba Nyonya bujuk Tuan lagi. Mungkin saja Tuan nggak akan bercerai dengan Anda."

Winnie mengernyit sambil menatap Siti dan berkata, "Ke depannya, panggil aku Nona Winnie saja."

Siti sudah memanggil Winnie dengan panggilan "Nyonya Winnie" selama hampir tiga tahun, jadi dia tidak bisa tiba-tiba mengubah panggilannya. Dia pun hanya membuang napas berat.

Pada jam satu siang, sebuah mobil Maybach hitam berhenti di depan pengadilan.

Julian yang mengenakan setelan jas yang rapi duduk di jok belakang mobil. Dia melirik jam tangannya sekilas, lalu membaca dokumen di tangannya.

Kemudian, dia bertanya dengan agak kesal, "Sudah bilang ke Winnie kalau kita harus tiba di pengadilan pada jam satu?"

Charles melihat kaca spion sambil menjawab, "Sudah, Pak Julian. Kata Nona Winnie, dia akan tiba tepat waktu."

"Nona Winnie?" tanya Julian sambil menatap belakang kepalanya Charles.

Charles hanya merasa seakan-akan belakang kepalanya terasa dingin. "Ya, Nyonya menyuruh saya untuk memanggilnya dengan panggilan itu."

Julian mendecakkan lidahnya, lalu berkata, "Dia mengoreksi panggilanmu, tapi malah terlambat datang. Ucapan dan perbuatannya nggak selaras, sungguh munafik."

Pada saat ini, sebuah mobil Bentley berwarna putih melaju masuk dan berhenti di samping mobil Maybach ini.

Pintu pengemudi terbuka dan seorang wanita yang mengenakan setelan pakaian santai berwarna hitam pun turun dari mobil, dengan sebuah tas kulit berwarna perak tergantung di bahunya.

Charles langsung menurunkan jendela mobil untuk memastikan bahwa wanita itu adalah Winnie.

Kemudian, dia menoleh dan berkata, "Pak Julian, Nona Winnie sudah datang."

Julian tidak lagi berkomentar tentang panggilan itu. Saat dia melihat Winnie melalui jendela mobil, dia merasa bahwa Winnie seperti agak berbeda.

Charles turun dari mobil dan membuka pintu belakang mobil, lalu sepatu kulit yang dibuat khusus untuk Julian pun menginjak tanah, diikuti oleh orangnya.

Julian menatap Winnie dan berkata, "Kamu terlambat."

Winnie berkata dengan santai, "Tadi, ada kecelakaan beruntun di jalan, jadi jalanan agak macet."

"Aku masih ada rapat nanti siang, jadi kita harus cepat," kata Julian.

Winnie mengiakan ucapan Julian, lalu naik tangga untuk berjalan memasuki bangunan pengadilan.

Melihat sosok wanita yang kurus itu, Julian memicingkan matanya dan mengikuti jalan wanita itu.

Saat dia berjalan masuk, Winnie sudah duduk di meja depan.

Di tempat ini, hanya merekalah pasangan yang hendak bercerai.

Saat Julian berjalan menghampiri Winnie, dia menarik perhatian banyak orang.

Dia duduk tegak di samping Winnie.

Kemudian, Charles juga datang dan menyerahkan berkas mereka.

Setelah berkas mereka diperiksa, staf di meja depan itu menanyakan beberapa pertanyaan pada mereka. Setelah kedua belah pihak menyatakan kesetujuan mereka, dia berkata, "Akan ada masa tenggang selama sebulan. Permohonan bisa dibuat dalam waktu 30 hari setelah masa itu berakhir, kalau terlambat akan dianggap nggak sah dan harus diurus lagi dari awal."

Julian menatap Winnie dan berkata, "Sampai jumpa jam satu siang, satu bulan kemudian."

Winnie tidak membalas tatapan Julian, dia hanya mengernyit sambil berkata, "Tenang saja, aku pasti akan tiba tepat waktu."

Melihat wanita ini berdiri, Julian mengernyit sambil bertanya, "Winnie, kamu benar-benar nggak menginginkan apa pun?"

"Aku sudah nggak menginginkanmu, jadi untuk apa aku masih menginginkan barangmu?" kata Winnie.

Julian memicingkan matanya dan bertanya, "Bagaimana dengan bantuan yang didapatkan Keluarga Roberts dariku?"

Langkah Winnie seketika terhenti. Dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Kalau kamu mau berhenti memberikannya, aku juga nggak keberatan. Besok, aku akan mengundurkan diri dari perusahaan."

Pada saat ini, Julian baru menyadari bahwa Winnie benar-benar bukan sedang jual mahal dengannya.

Selama ini, dia memang selalu mendendam terhadap pernikahan yang dimulai dengan jebakan, tetapi dia sangat puas dengan tubuhnya Winnie.

Selain itu, Winnie juga sangat patuh, lemah lembut dan sangat pandai bekerja.

Julian pernah mempertimbangkan untuk melanjutkan pernikahan dengan Winnie dan membatalkan perjanjian tiga tahun itu.

Hanya saja, dalam waktu satu tahun terakhir, ada banyak sekali kesalahpahaman yang muncul di antara mereka. Hal ini membuat sikapnya terhadap Winnie menjadi sangat buruk.

Saat Julian keluar dari bangunan pengadilan, dia melihat Winnie yang pergi dengan mobilnya tanpa ragu-ragu.

Pada saat ini, Winnie menerima panggilan dari Sonya, dia pun menceritakan semuanya yang terjadi selama beberapa hari ini.

Sonya seketika naik darah. "Winnie, kenapa kamu nggak menerima apa pun darinya? Kamu benar-benar sudah memudahkan bajingan itu!"

Winnie membuang napas panjang dan berkata, "Aku juga nggak kekurangan apa pun."

"Kalau begitu, apakah Keluarga Roberts akan mencari masalah denganmu? Mereka sudah berhasil mengarahkanmu untuk memanfaatkan bos besar itu dengan susah payah. Cih, dia ternyata seorang bajingan! Kalau mereka tahu kamu sudah bercerai dengan Julian si bajingan itu, ke depannya, Keluarga Roberts nggak akan mendapatkan bantuan dari Keluarga Lowie lagi, jadi mereka pasti akan menyalahkanmu! Keluarga itu hanya bisa memanfaatkanmu! Mereka menyayangi adikmu, tapi menghina dirimu. Kalau tahu begitu, kamu nggak usah mengakui mereka sebagai keluargamu lagi! Untung saja mereka nggak tahu identitasmu. Kalau nggak, mereka pasti akan terus memanfaatkanmu!" seru Sonya.

Winnie hanya berkata dengan tenang, "Bagaimanapun, kami berhubungan darah, jadi aku tetap harus membantu mereka. Paling-paling, aku akan bekerja sama dengan Perusahaan Roberts atas nama Perusahaan Fabian, aku nggak akan merugikan Keluarga Roberts."

Sonya tahu bahwa Winnie sangat penyayang. Bagaimanapun, itu orang tua kandungnya.

Sonya pun membuang napas dan berkata, "Winnie, setelah kamu meninggalkan Julian si bajingan itu, mulailah kehidupan yang baru! Menurutku, Jacob yang berada di surga juga nggak ingin melihatmu begitu menderita."

Dengan berlinang air mata, Winnie berkata, "Baiklah."

Mendengar suara isak tangis dari ujung telepon lainnya, Sonya langsung mengganti topik pembicaraan ini. "Malam ini, ayo kita minum-minum sampai mabuk di bar!"

Winnie merasa sedih. Selama beberapa tahun terakhir, tanpa Sonya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus hidup di dunia tanpa Jacob, dia juga tidak tahu harus bagaimana melewati hari-harinya di pernikahan yang rendahan ini.

Winnie tersenyum dengan tidak berdaya dan bertanya, "Sonya, kamu sudah lupa kalau aku nggak bisa minum-minum, ya?"

Sonya tertawa dan menjawab, "Aku hanya asal bicara, maksudku aku yang minum alkohol, kamu minum jus buah saja. Oh ya, kapan kamu mau pindah?"

Winnie sudah menyusun rencananya, dia pun langsung menjawab, "Aku akan pulang dan mengemasi barangku. Malam ini, aku akan tinggal di hotel, lalu pergi mengundurkan diri dari perusahaan besok."

"Kalau begitu, malam ini, tinggal di rumahku saja! Sudah lama sekali aku nggak tinggal denganmu!" seru Sonya.

"Baiklah, asalkan kamu menerimaku," kata Winnie.

"Baiklah! Mari kita bahas lagi nanti malam! Selamat atas perceraianmu!" seru Sonya.

Setelah panggilan ini berakhir, Winnie mengemudi ke Luna Bay.

Siti menatapnya sambil berjalan maju dengan cemas dan bertanya, "Nyonya, apakah Anda benar-benar sudah bercerai dengan Tuan?"

Winnie mengiakan ucapannya dengan pelan dan berkata, "Jangan panggil aku Nyonya lagi, panggil nama saja."

Siti sudah bekerja untuk Winnie selama tiga tahun lamanya. Meskipun Winnie agak dingin dan jarang berbicara, sikapnya sangat sopan dan baik hati. Oleh karena itu, Siti sangat menyukai majikannya ini.

Jika Chelsea menikah dengan Julian, Siti merasa bahwa hidupnya yang baik akan berakhir.

Winnie mengatakan bahwa dia hendak mengemasi barangnya, jadi dia pun naik ke lantai atas. Sesaat kemudian, dia turun dengan sebuah koper.

Dia tersenyum kecil dan berkata, "Bibi Siti, kalau kita berjodoh, kita akan bertemu lagi."

Setelah mengantarkan kepergian Winnie dan melihat mobilnya melaju jauh, Siti hanya bisa membuang napas.

Sedangkan Winnie pergi ke rumahnya Sonya. Setelah meletakkan kopernya di kamar tamu, dia berbaring di atas ranjang dan langsung terlelap.

Pada jam enam sore, saat Sonya pulang kerja, Winnie sudah menyiapkan banyak makanan untuknya.

Winnie memasak empat lauk dan satu sup. Sambil makan dengan lahap, Sonya berkata, "Winnie, ke depannya, kamu tinggal saja denganku. Masakanmu enak sekali."

Sedangkan Winnie hanya makan sedikit. Dia menopang dagunya sambil menatap Sonya dan berkata, "Sepertinya kamu akan menggendut."

Sonya menelan makanan dalam mulutnya, lalu berdeham dan berkata, "Kalau begitu, lupakan saja."

Keduanya pun saling bertatapan dan tertawa.

"Apa rencanamu setelah mengundurkan diri?" tanya Sonya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status