Share

Bab 6

Melihat sikap pria yang tidak serius itu, Winnie mengerutkan bibirnya sambil mengepalkan tangannya erat-erat.

"Aku nggak enak badan," kata Winnie untuk berbohong. "Aku lagi datang bulan."

Julian mengangkat alisnya, lalu memicingkan matanya sambil menatap Winnie, seperti sedang memikirkan kebenaran ucapan ini.

"Aku akan pergi menyiapkan sarapan untukmu."

Seusai berbicara, Winnie berbalik dan hendak meninggalkan kamar ini.

Dari belakang, pria itu bertanya, "Nggak bisa nggak sarapan, ya?"

Winnie tidak ingin membiarkan pria itu menyentuh dirinya. Dia melirik sekilas ke samping, bulu matanya yang panjang pun bergetar dengan pelan. "Memangnya semalam nggak cukup, ya?"

Mendengar ucapan Winnie, Julian menebak bahwa Winnie membaca rumor-rumor itu, jadi dia berkata, "Rumor itu ...."

Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Winnie langsung menyela, "Julian, kamu kotor sekali!"

Dia menegakkan tubuhnya dan berjalan ke luar. Hanya saja, sebelum dia bisa berjalan jauh, pria itu meraih lengannya dan menarik Winnie ke dalam pelukannya.

Kemudian, Julian meraih dagu Winnie dan tersenyum sinis sambil berkata, "Kotor? Ternyata benar, orang dengan pikiran kotor hanya bisa berpikiran kotor."

Dia menyentuh bibir Winnie yang merah dan sangat menggoda dengan ujung jarinya.

Winnie mengernyit sambil memukul tangan pria itu dan berkata dengan tegas, "Jangan sentuh aku!"

Selama tiga tahun terakhir, mereka sangat cocok dalam hal ini. Tak disangka, hari ini, Winnie malah terus-menerus menolak.

Kekesalan pun meluap dalam hati Julian. Dia menggertakkan giginya, lalu menggendong Winnie dan melemparkannya ke atas sofa.

Winnie hendak berdiri, tetapi Julian menahannya dengan meletakkan kakinya di antara kaki Winnie, lalu membungkuk dan mencium Winnie dengan ganas.

Winnie memalingkan wajahnya dan mengeluarkan suara muntah-muntah.

Gerakan ini benar-benar memancing amarah Julian. Dia langsung membalikkan tubuh Winnie dan menahannya tanpa ampun.

"Bukannya kamu lagi datang bulan, ya? Kamu benar-benar pandai berbohong, ya."

Winnie merasa sesak napas. Dia memalingkan wajahnya, lalu menempelkan pipinya di kulit sofa berwarna hitam sambil menahan gesekan itu.

Entah berapa lama kemudian, setetes keringat dari ujung hidung pria itu jatuh ke punggung Winnie yang putih dan mulus.

Pria itu pun berdiri dan pergi ke kamar mandi.

Sedangkan Winnie terbaring di atas sofa dengan tatapan kosong, layaknya boneka yang sudah dibuang.

Setelah sangat lama, tatapan Winnie baru bergerak. Kali ini, pria itu memperlakukannya dengan sangat kasar, seperti sedang melampiaskan amarahnya.

Winnie berpikir, 'Dia pasti sangat lembut pada Chelsea, 'kan?'

'Sepertinya, efek obat dari semalam masih ada, tapi dia nggak tega mengganggu Chelsea lagi, jadi dia hanya bisa pulang dan menyiksa diriku.'

Winnie bangkit dan melihat sekilas ke gaun tidurnya yang sudah dirobek, lalu menurunkan tatapannya.

Kemudian, dia berdiri dan pergi mengenakan gaun tidur berwarna merah muda di ruang ganti.

Saat dia keluar dari ruangan itu, secara kebetulan, dia bertatapan dengan Julian.

Pria itu hanya mengikatkan sehelai handuk di pinggangnya. Bahunya lebar, pinggangnya ramping, terlihat sangat jelas di depan mata. Air menetes dari lehernya, menuju pinggangnya dan menghilang di balik handuk itu.

Melihat Winnie hendak bepergian ke luar, dia meraih lengan Winnie dan bertanya dengan suara rendah, "Kamu mau ke mana?"

"Menyiapkan sarapan," jawab Winnie.

"Sebentar."

Julian melirik Winnie sekilas, lalu pergi mengambil jasnya di sandaran tangan sofa dan mengeluarkan sebuah kotak berbentuk persegi panjang dari saku jasnya. Dia melemparkan kotak itu ke atas meja dan berkata, "Bukannya kamu bilang kalau aku nggak memilihkan hadiah secara pribadi untukmu? Ini hadiah untukmu."

Winnie sudah menebak isi kotak itu, dia pun mengerutkan bibirnya.

Dengan alis terangkat, Julian bertanya, "Kenapa? Mau aku pasangkan di lehermu?"

"Ulang tahunku sudah lewat, nggak usah lagi," kata Winnie.

Melihat wajah kecil Winnie yang merah dan penuh akan penolakan, Julian mengira bahwa Winnie sedang marah karena kekasarannya tadi. Dia pun berjalan maju sambil membuka kotak berisi kalung berlian Golconda itu.

Batu berlian itu berkilau, harganya sangat mahal.

Julian pergi ke belakang Winnie dengan kalung itu, lalu mengangkat rambut Winnie yang hitam dan berkilau untuk memasangkan kalung itu di leher Winnie.

Namun, Winnie malah menghindar dan mengangkat kepalanya untuk menatap mata pria ini. Dia tidak bersikap histeris, melainkan hanya bertanya dengan sangat tenang, "Karena Chelsea nggak menyukainya, kamu baru memberikannya padaku?"

Kesabaran Julian sudah menipis. Dia memegang lehernya Winnie dengan tangannya yang besar dan memaksa Winnie untuk mendekatinya. "Winnie, kesabaranku ada batasnya. Jangan cari masalah."

Melihat tatapan dingin pria itu, Winnie pun tahu bahwa pria ini benar-benar sudah marah.

Sebelumnya, pada saat seperti ini, dia pasti akan mengalah pada Julian. Namun, sekarang, dia sama sekali tidak ingin melakukannya.

Julian berkata dengan cuek, "Kamu lagi-lagi mengungkit Chelsea, ya? Kamu selalu mengincar dirinya. Aku nggak menuntut tanggung jawabmu saat kamu mendorongnya dari tangga, tapi nggak berarti masalah ini sudah berlalu. Winnie, jangan kira karena kamu memiliki status sebagai istriku, aku akan selalu melindungimu."

"Kamu melindungiku?" Winnie merasa bahwa ucapan Julian sangat konyol. Pria ini hanya takut Winnie membuat masalah yang akan memengaruhi citra Perusahaan Lowie, apalagi memengaruhi kesan publik terhadap Chelsea.

Julian tidak suka diinterogasi oleh Winnie, dia langsung membuang kalung itu ke tong sampah dan berjalan ke ruang ganti dengan ekspresi masam.

Tidak lama kemudian, dia keluar dengan pakaian rapi, rambutnya juga agak basah.

Tanpa melihat Winnie sama sekali, dia membanting pintu dengan sangat kuat.

Winnie tercengang sesaat, lalu mendengar suara mobil melaju pergi.

Dia pun tahu bahwa Julian tidak akan pulang dalam waktu dekat.

Pada saat ini, terdengar suara ketukan pintu. Winnie pun pergi membuka pintu.

Siti membawa air dan pil obat sambil berkata dengan ekspresi serbasalah, "Nyonya, Tuan menyuruh Anda untuk minum obat ini."

Winnie menerima obat itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Obat itu sangat pahit, tetapi dia sama sekali tidak mengernyit.

...

Pada saat yang sama, Chelsea mengunggah foto dia memakai kalung berlian Golconda itu ke Instagram dengan tulisan "Kalung ini sepertinya membuatku terlihat lebih tua!".

Ada orang yang langsung mengenali kalung itu sebagai kalung yang dimenangkan Julian di acara lelang sebelumnya, sehingga foto Chelsea langsung dibanjiri komentar.

Berbagai versi cerita cinta mereka pun tersebar dan bahkan menerima ucapan selamat dari banyak orang.

Meskipun semua orang tahu bahwa Julian sudah menikah, mereka tetap sangat menantikan perkembangan hubungan Julian dengan Chelsea.

Di sisi lainnya, Charles mengabarkan hal ini pada Julian yang sedang meninjau dokumen.

Julian mengangkat kepalanya dan berkata dengan dingin, "Hapus foto itu."

"Baik," jawab Charles sambil mengangguk.

Julian mengurut keningnya. Sebelumnya, pada saat seperti ini, Winnie akan langsung mengurus masalah ini.

Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Chelsea.

Chelsea langsung menerima panggilannya dan berkata dengan senang, "Kak Julian, apakah kamu sudah merasa baikan?"

Julian mengiakan pertanyaannya, lalu berkata, "Chelsea, kalung itu bukan untukmu."

Chelsea seketika tercengang. Kemudian, dia berkata dengan kecewa, "Kukira itu hadiah ulang tahunku. Maaf, ya. Nanti, aku akan menghapus foto itu dan menjelaskan hal ini pada penggemarku."

"Nggak usah, aku sudah menyuruh Charles untuk menghapusnya," kata Julian.

"Kak Julian, kalung itu untuk Kak Winnie, ya?" Chelsea bertanya dengan tidak rela, "Kamu mencintainya, ya?"

Julian mengernyit dan berkata, "Bukan cinta, kalung itu hanyalah sejenis imbalan."

"Imbalan apa? Dulu, dialah yang menjebakmu ..." kata Chelsea.

Namun, Julian langsung menyela, "Hanya ada sidik jarimu dan sidik jariku di jarum itu."

Chelsea terdiam sejenak. Kemudian, dia terisak dengan pelan dan berkata, "Kak Julian, Kak Winnie melampiaskan amarahnya padaku dan mendorongku dari tangga, aku pun nggak marah. Aku hanya kesal karena kamu jelas-jelas nggak mencintainya, tapi dia malah mengikat dirimu dengan egois dengan alasan pernikahan."

Namun, Julian tidak ingin melanjutkan topik pembicaraan ini lagi. "Kamu mau hadiah ulang tahun apa?" tanya Julian.

Chelsea terisak tangis sambil berkata, "Kalau begitu, bisakah kamu menemaniku pergi membeli perhiasan?"

"Bisa," jawab Julian.

Kemudian, Julian mengakhiri panggilan ini dan mengingat kembali ucapan Winnie sebelumnya. Sepertinya, jika Winnie melihat foto itu, dia pasti akan merasa bahwa foto itu membuktikan tebakannya.

Dia mencari nomor telepon Winnie dan hendak menghubungi Winnie untuk menjelaskan hal ini. Namun, saat dia teringat akan tatapan Winnie yang penuh kebencian itu, dia langsung melemparkan ponselnya ke atas meja dan melanjutkan pekerjaannya.

Meskipun foto Chelsea memakai kalung itu sudah dihapus dan Winnie juga tidak melihatnya, Sonya malah secara khusus mengirimkan foto itu pada Winnie sambil mengumpat bahwa Julian dan Chelsea adalah pria bajingan dan wanita jalang.

"Winnie, lagi pula, hanya tersisa kurang dari empat bulan sebelum kalian bercerai, kenapa nggak sekarang saja?" tanya Sonya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status