Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak

Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak

last updateLast Updated : 2024-04-04
By:  Arta Pradjinta  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
122Chapters
1.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Saat remaja Alessa Camelia Amarei digadangkan memiliki masa cemerlang sebagai figure ice skating tapi ketika dewasa masa depannya malah harus kandas karena dipaksa oleh ayahnya untuk menjual dirinya kepada pria misterius selama satu malam dan membayarnya dengan mahal. Semua itu dilakukan untuk membayar hutang-hutang kalah judi ayahnya yang menumpuk. Keesokan paginya, Alessa buru-buru meninggalkan pria itu sebelum dia bangun. Tiga minggu setelah kejadian malam itu. Alessa dinyatakan positif hamil. Alessa yang malang justru diusir oleh keluarganya. Alessa yang kebingungan hanya bisa hidup luntang lantung hingga seorang wanita baik memungutnya. Alessa yang naif semula hanya percaya tapi dia menghantarkan hidupnya pada penderitaan baru. Wanita yang menolongnya justru menjebak Alessa hingga keguguran janinnya. Waktu berlalu Alessa yang menjalani hidup yang baru bertekad membalaskan dendamnya. Semua informasi yang dia kumpulkan mulai menemukan benang merahnya. Wanita yang menjebak Alessa tak lain ibu dari Pria yang jadi partner satu malamnya. Pria kaya raya yang memiliki reputasi baik dari keluarga Heide. Demi menutupi aib dari anaknya, Wanita itu menjebak Alessa sampai keguguran. Alessa yang membawa dendamnya justru sengaja mendekati Jovian Arsenio Heide, pria yang tak lain menikmati malam bersamanya hingga membuatnya hamil. Alessa berniat akan membuat Jovian jatuh cinta padanya kemudian melakukan hal yang sama seperti Jovian lakukan, yaitu mencampakkannya. Tak disangka Jovian malah meminta Alessa jadi istri kontraknya agar bisa menghindari wanita-wanita yang ibunya jodohkan. Usai menikah semua anggapan Alessa terhadap Jovian sirna. Jovian justru memperlakukan Alessa dengan baik dan terhormat tapi Ibu Mertua yang kejam itu selalu jadi penghalang bagi Alessa yang senantiasa membuatnya menderita, apa lagi hadir sosok wanita lain yang terobsesi pada Jovian. Apakah Alessa tetap membalaskan dendamnya atau justru terbuai oleh perlakuan manis Jovian?

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1 | Petaka Satu Malam

“Ingat ya say, kau harus memuaskan pelanggan kita karena Dia sudah membayar kontan pada bapakmu,” ucap Wanita berpakaian seronok pada gadis muda yang bertampang lugu itu. Gadis itu mengangguk patuh tapi tampak gelisah. Dia merasa tak nyaman bahkan sesekali menutupi kedua lututnya yang menggunakan rok mini itu. Gadis itu menarik ujung rok menutupi kedua kaki jenjang yang putih itu. “Jawab kalau mengerti!” Bentak Wanita dengan riasan tebal itu pada si Gadis itu. “Iya, Madam,” sahut Gadis itu. “Gih, ke kamar soalnya tuan itu sudah sampai di kamar pesanannya,” suruh Wanita paruh baya itu. Gadis muda bermata cokelat terang itu berjalan dengan gugup menuju sebuah kamar VVIP yang dijaga oleh dua penjaga berjas hitam. Dia memegang gagang pintu kemudian mendorong pintunya. Di sana sudah ada seorang Pria yang duduk bersandar di sebuah sofa. Kepalanya bersandar di ujung sofa kemudian wajahnya menegadah menatap langit-langit kamar hotel. “Cepat, puaskan aku,” perintah Pria itu. “B-baik, Tu

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
122 Chapters

Bab 1 | Petaka Satu Malam

“Ingat ya say, kau harus memuaskan pelanggan kita karena Dia sudah membayar kontan pada bapakmu,” ucap Wanita berpakaian seronok pada gadis muda yang bertampang lugu itu. Gadis itu mengangguk patuh tapi tampak gelisah. Dia merasa tak nyaman bahkan sesekali menutupi kedua lututnya yang menggunakan rok mini itu. Gadis itu menarik ujung rok menutupi kedua kaki jenjang yang putih itu. “Jawab kalau mengerti!” Bentak Wanita dengan riasan tebal itu pada si Gadis itu. “Iya, Madam,” sahut Gadis itu. “Gih, ke kamar soalnya tuan itu sudah sampai di kamar pesanannya,” suruh Wanita paruh baya itu. Gadis muda bermata cokelat terang itu berjalan dengan gugup menuju sebuah kamar VVIP yang dijaga oleh dua penjaga berjas hitam. Dia memegang gagang pintu kemudian mendorong pintunya. Di sana sudah ada seorang Pria yang duduk bersandar di sebuah sofa. Kepalanya bersandar di ujung sofa kemudian wajahnya menegadah menatap langit-langit kamar hotel. “Cepat, puaskan aku,” perintah Pria itu. “B-baik, Tu
Read more

Bab 2 | Akibat Satu Malam

“Kalau begitu malam ini kau harus mau melayani Tuan Kaya itu lagi.” Bagai disambar petir di tengah hari. Alessa tentu tak sudi harus melalui malam yang sama seperti kemarin. Alessa segera menggeleng karena pilihannya hanya dua, yaitu mengorbankan dirinya lagi atau mendalinya. “Bapak boleh jual mendaliku,” putus Alessa yang tak berdaya. “Nah, gitu dong, jadi anak harus tahu diri.” Bapak pergi menaiki motor supranya. Dia tidak memerdulikan anak perempuannya yang tertunduk dengan isak tangisnya. Alessa harus tetap bangkit dari keterpurukannya. Dia pun mengemasi dagangannya serta bersiap untuk pergi ke kampus seperti biasanya. Alessa harus memenuhi keinginan Bapaknya dan menuruti perintah Bibinya di rumah. Hal seperti ini sudah bertahun-tahun Alessa rasakan. Ibunya pergi meninggalkannya saat masih remaja karena perilaku kasar Bapaknya karena terjerat hutang-hutang yang besar. Masa jaya Alessa sebagai atlit muda peselancar es pun pupus karena Bapaknya yang sering memukuli kedua kakinya
Read more

Bab 3| Kehamilan Tak Diduga

“Dokter apakah aku benaran sedang hamil?”Alessa menunggu Dokter menjawab pertanyaannya dengan cemas. Dia mengigit bibir bawahnya bahkan tak berani menatap kedua mata Dokter. Alessa sebenarnya sudah menduga hal yang terjadi padanya saat ini. “Iya, kamu sedang hamil dua minggu,” jawab Dokter. Alessa merasakan dunianya hancur. Alessa tak pernah menduga jika Ia harus mengandung hasil benih Pria yang tak Ia kenali. Alessa tahu tidak ada Pria lain yang tidur bersamanya selain Pria yang sudah membelinya dalam semalam itu. Satu malam cukup membuat dunia Alessa berantakan. “Kamu mau mengabari keluargamu?” tanya Dokter dengan lembut. Alessa langsung menggeleng. Keputusan Alessa untuk segera beristirahat di rumah. Dia pun keluar dari Rumah Sakit ketika hari sudah petang. Alessa juga menebus beberapa vitamin dengan uang simpanannya yang tak seberapa. Alessa memang hancur tapi Ia tak mau bayi yang dikandungnya menderita. Alessa sampai tak menyadari jika disepanjang perjalanan pulang Ia menge
Read more

Bab 4| Jebakan Fatal

“Bagaimana Tante tahu jika aku sedang hamil?” “Tante juga baru rutin medical check up di Rumah Sakit yang sama denganmu,” jawab Wanita itu. “Tante tidak sengaja melihatmu keluar dari ruangan ibu dan anak, apalagi usiamu masih muda jadi Tante rasa harus membantumu.” Wanita itu meraih tangan Alessa kemudian menggengamnya. Dia menatap Alessa dengan penuh simpatik. Parasnya yang tak lagi muda namun terawat itu juga memasang raut wajahnya juga sedih seolah dia memahami kondisi Alessa. “Maksud Tante apa?” tanya Alessa yang naif ini. Alessa tetap berprasangka baik terhadap orang yang baru Ia temui. Keadaannya yang sulit membuat Alessa mudah mempercayai Wanita itu. “Panggil Tante Julia, Nak, kita sama karena dulu aku pernah merasakan hamil oleh pacarku diusia muda kemudian dia pergi meninggalkan tanggung jawab,” ucap Julia. Alessa mengangguk. Alessa merasakan keadaan mereka yang mirip. “Namaku Alessa, Tante, maaf jika sempat meragukan kebaikan Tante.” Alessa menundukkan tatapannya melihat
Read more

Bab 5 | Kepergian Calon Buah Hati

“Apa ini? kenapa ada darah dari kedua kakiku?” Alessa membelalakkan kedua matanya. Rasa sakit diperutnya semakin menjadi tapi Alessa menjadi panik karena menyadari kedua kakinya sudah dialiri oleh cairan merah. Alessa berusaha beranjak dari ranjangnya. Kedua kakinya berusaha menapaki lantai tapi tiba-tiba saja tubuh Alessa ambruk. “Tolong ... kumohon tolong aku.” Alessa melirih. Dia merangkak berusaha menggapai pintu untuk meminta pertolongan seseorang. Alessa akhirnya menyerah karena selain rasa sakit tapi aliran cairan terus mengalir dari kedua kakinya. Lantai keramik putih bahkan sudah berubah jadi merah terang. Alessa memengangi perutnya. Ia memilih merebahkan dirinya pada lantai keramik putih itu. Alessa bisa melihat jika dirinya kini berbaring dikubangan darahnya sendiri. Alessa terisak menangis pilu. “Rasa nyeri tertusuk, tubuh melemah drastis dan ... perdarahan tidak berhenti dari dalam perutku.” Alessa bergumam seorang diri. Dia tak bisa bergerak karena terlalu lemah. “Tuh
Read more

Bab 6 | Memulai Lembaran Baru

“Paman, aku terima tawaranmu tapi aku lebih senang jika Paman juga membantuku untuk membalaskan dendam,” ucap Alessa. Dendam yang Alessa rasakan berasal dari kehilangan janinnya berkat ulah Wanita itu. Alessa pun tinggal bersama keluarga Anshar yang terdiri atas Robert dan anak laki-laki semata wayangnya. Banyak hal yang terjadi selama pemulihan fisik dan batin Alessa. Alessa yang tidak mau tinggal cuma-cuma pun dengan suka hati membantu pekerjaan rumah sembari menyelesaikan tahun terakhir kelulusannya. Ketika hari mulai petang. Alessa sudah menyiapkan makan malam. Ia memasak lauk pauk tempe orek, ayam lada hitam dan sayur sop. Alessa kini sedang menyajikan masakannya di atas meja makan. Dia mendengar bunyi suara sepeda motor yang baru sampai di halaman rumah. Alessa tersenyum menyambut kedatangan Pria yang delapan tahun lebih tua darinya itu. "Wah, wah, Alessa masak apa?" tanya Pria itu. "Kak Eidar, selamat datang ... cuman lauk pauk sederhana aja kok." Alessa menuangkan air pad
Read more

Bab 7| Bertemu Lagi

"Apa kau yang jadi perawatku saat ini?" Bulu kuduk Alessa meremang kemudian dirinya jadi membatu kala suara Pria itu terdengar berat dan dingin. Alessa tak langsung menjawab melainkan tersenyum sedikit kemudian mengangguk. "Benar, Tuan," jawab Alessa. Dia tak akan pernah lupa wajah, suara bahkan kedua mata biru itu. Alessa tak akan pernah lupa akan Pria yang merenggut kesuciannya dengan uang. Kedua mata pria itu mengekori pergerakan tubuh Alessa. Dia pendiam bahkan tidak berkata apapun lagi namun tatapannya yang dingin dan menusuk itu seolah tengah menguliti Alessa. Dia menatap kedua tangan kecil Alessa yang sedang membuka balutan perban. Alessa membersihkannya lengan kekarnya dengan kapas dan mengganti dengan yang baru. Alessa yang tertunduk menatap lengan kekarnya membuat Pria itu teringat dengan kali pertama pertemuan mereka. Alessa masih sama gugupnya meski kali ini Ia bekerja dengan telaten bukan sebagai wanita panggilan semalam saja. "Kenapa seperti seolah aku akan melahap
Read more

Bab 8| Rencana dan Perhitungan

"Kalau begitu ... tidak salah lagi, orang yang kau maksud itu Jovian Arsenio Heide kebetulan dia juga pemilik Rumah Sakit ini." Alessa membelalakkan kedua matanya. Lidahnya bahkan terasa kelu untuk menanggapi Mina. Kedua tangannya mengepal keras hingga memutih. Nama itu bukan nama yang asing untuk dikenal melainkan nama orang yang memiliki harta dan kekuasaan saat ini. Ternyata orang yang hendak Alessa berikan perhitungan merupakan orang yang berkuasa. "Boleh juga," ucap Alessa sembari tersenyum kecil. "Apa kau barusan berbicara sesuatu?" tanya Dokter Mina yang heran. Alessa segera menggeleng. "Sepertinya dia orang yang berkuasa ya? pasti punya segalanya dibandingkan aku yang orang biasa saja bahkan miskin," ucap Alessa tersenyum remeh. Dokter Mina menggeleng. Dia tak setuju dengan ucapan Alessa yang terlalu merendahkan dirinya. "Kamu punya potensi bahkan jika Jovian mengenalmu bisa saja dia jatuh cinta padamu," sahut Dokter Mina. Alessa tersipu malu. Tak dipungkiri memang jika
Read more

Bab 9| Menarik Perhatian

"Tidak tahu tuh, jadi jalan ini saja tidak boleh aku lewati ya," ledek Alessa tersenyum remeh. Jovian mengeryitkan kedua alis tebalnya. Wajah dengan raut datar itu tidak akan bisa Alessa terka padahal batin Jovian sudah bergemuruh riuh. Kenapa dia jadi nekat begini ya? batin Jovian. Pria bermata biru itu keheranan karena Alessa yang semulanya patuh jadi berani menantangnya. "Kau masih orang yang sama dengan malam itu bukan?" Jovian bertanya dengan nada suara dinginnya. Alessa merasakan bulu kuduknya meremang hanya karena suara berat yang dingin milik Jovian. Alessa mendeham untuk mencairkan suasana. "Ha? apa sih maksudmu Tuan? Tuan sengaja ya biar mengalihkan aku yang sudah Tuan tabrak?" Alessa bertanya sembari berkacak pinggang. Jovian tidak mengabaikan kedua lutut Alessa yang terluka itu. Jovian menunduk kemudian mengangkat pinggang dan lipatan kedua kaki Alessa seolah tengah menggendong mempelai wanitanya. "Kalau begitu aku bertanggung jawab." Jovian berucap sembari membawa Ales
Read more

Bab 10| Tawaran Tak Diduga

"Ah, beruntung sekali ... Apa kamu pacarnya Tuan Jovian ya, Alessa?" Alessa seketika meremang saat rekan-rekan kerjanya menanyai hal itu. "Tidak, aku bahkan baru kenal Beliau karena kalian," sahut Alessa dengan tersenyum seadanya. Sejak saat itu Alessa tidak pernah merasa aman. Hari-hari Jovian selalu menghampiri Unit ruang perawatan tempat Alessa bekerja meski hanya bersapa tegur dengan kepala Ruangan tapi ditiap ada kesempatan keduanya saling bertatap mata. Alessa sampai harus menikmati jam istirahatnya di rooftop Rumah Sakit. Keadaan yang sepi tak satu orang pun yang ada. Alessa hanya sendiri sembari mengigit roti yang Ia beli dan juga satu botol susu. "Lelahnya," ucap Alessa diiringi helaan napas. Alessa menikmati angin yang menerpa dirinya dengan lembut. Alessa diam sejenak merasakan ketenangan ini tapi tak lama bunyi pintu serta derapan tangga terdengar. Alessa menoleh mendapati Jovian yang sedang menghidupkan korek apinya. Pria itu tengah menghidupkan ujung puntung rokoknya.
Read more
DMCA.com Protection Status