Kartu undangan itu sudah jadi. Didesain oleh kekasihnya sendiri Dika. Tak terasa mata Dita berkaca-kaca. Bukan hanya karena indahnya ilustrasi yang tergambar. Melainkan Dita membayangkan hidup bersama selamanya dengan pria lucu berwajah hangat yang dulu selalu mengejar-ngejarnya itu. Pertemuannya dengan Jihoon pemilik Coffee Shop yang tampan tidak berarti apa-apa bagi Dita. Akan tetapi sebaliknya bagi Jihoon. Itu adalah cinta pada pandangan pertama. Saat Dita mengisi suatu acara pertunangan dengan menari Bali, Jihoon menatap penuh kekaguman. Akan tetapi Jihoon gagal mendekatinya karena Dika hadir disana. .Saat Dita berganti pakaian, tiba-tiba pencuri datang mengambil handphone dan cincin pertunangan yang baru saja diberikan Dika. Dita mengejar pencuri tersebut sampai ke pantai. Kedua barang tersebut dibuang di kegelapan malam yang membuat Dita berteriak frustasi. Teriakan Dita terdengar oleh Jihoon dan 3 kawan Jihoon lainnya, Sang Hyuk, Kyung Soo dan Bo Hyun yang mabuk. Dita yang terkejut oleh kedatangan keempat pemuda tersebut mencoba berlari. Akan tetapi Kyung Soo berhasil mendapatkannya. Sang Hyuk menuduh Dita telah membuat kawan mereka, Jihoon sakit hati karena penolakannya. Sang Hyuk dan kawan-kawannya malam itu, akan menghukum Dita lebih jauh. Tidak peduli Dita menangis memohon saat Sang Hyuk menurunkan resleting gaunnya.
View MoreYou musteraseyour memories of me, I'mpoisonI know I can't take it no moreEven though Icouldn'tget past this,loveme as I amThe way Ilove, the way IloveSeventeen(Fear)
"You can not contacther at all?"Heol bertanya kepada Pak Nyoman yang sedari tadi memandangi permukaan meja."Itu sudah sangat jelas," sahut Gong Tae. "Penjagaan di rumahnya sangat ketat. Mereka benar-benar tidak menerima orang baru."Gong Tae pernah berusaha memasukkan mata-mata ke dalam rumah Sang Hyuk. Akan tetapi ditolak dengan alasan tidak menerima lowongan."Satu-satunya jalan adalah melaluiSparks Entertainmentkarena Dita dan Suci sekarang rutin kesana." Gong Tae membeberkan hasil penyelidikannya.
Manik mata Meredith melihat ke sekeliling. Kakinya sangat pegal. Sudah sejam dia berdiri. Tanah di bawah kakinya juga berlumpur menjijikan. Tercium samar bau bangkai ditambah dengan bau karat dan bau lain yang dia tidak mau tahu.Mungkin ada yang memelihara anjing di sekitar sini tapi lupa memberinya makan.Meredith sangat tidak nyaman di sana akan tetapi ini adalah pertemuan penting. Penjual senjata itu memilih tempat busuk itu untuk bertemu.Lahan berisi sampah dan barang bekas. Timbunan tinggi kasur bekas dan barang-barang elektronik yang sudah berkarat terlihat di belakang pagar besi kawat yang malang-melintang.Walau lelah Meredith tetap berdiri. Dia tidak punya pilihan karena semua tempat terlihat menjijikan untuk menaruh bokongnya.Dari kejauhan dia melihat sebuah mobil pickup yang membawa televisi tabung bekas.Meredith bersikap waspada karen
Semenjak pintu pagar dibuka. Dia, seorang dari Asia Tenggara dan hanya bisa berbicara bahasa Inggris, mencari Kapten Gong Tae.Karena sang kapten belum datang, lelaki tua itu memutuskan duduk di tangga teras. Kakinya digetar-getarkan tak tenang, sesekali melihat wajah, berusaha mengenali penyidik Gong dari orang-orang yang datang.Selesai memarkirkan mobil dan berjalan menuju kantor. Gong Tae tersentak, menyipitkan mata dan melihat sosok itu dari kejauhan.Ahh ... Gawat. Menghela nafas kemudian Gong Tae berinisiatif menghubungi Heon."Ya Halo Heon kumohon cepat ke kantor polisi sekarang.""Kenapa?""Pak Nyoman ada disini. Kumohon jemput dia. Kau tahu situasinya lagi memanas. Aku tak dapat terlihat bersamanya di depan umum.""Baiklah. Setengah jam kemungkinan.""Tak bisakah kau lebih cepat.""Tidak
"Aku pulang Bu ..." Jihoon menatap wajah kaku membeku Ibu Yeo Bin. Semua terasa tak nyata baginya. Kedua telapak kakinya terasa tidak menapak pada lantai. Kata dokter yang menangani, Ibu Yeo Bin meninggal tak lama setelah pedagang abalone membawa tubuhnya yang tak sadarkan diri ke rumah sakit. Serangan jantung.Jihoon sudah mengira, tapi seharusnya tidak sekarang atau tidak sama sekali. Jihoon menggeleng. Kabut uap keluar dari nafasnya yang sesak.Dinginnya ruang jenazah tidak mampu mengalihkannya dari rasa sakit. "Ibu mau masak abalone untuk Jihoon? Pasti enak ya bu?" Tak ada respon dari bibir Ibu Yeo Bin yang pucat. "Dengan kimchi-" Jihoon tercekat.
Shadows fall over my heartI blackout the moonI wait for you to come aroundYou got me dancing in the dark Baby, you Should come with meI'll take you to the dark sideMe and you, You and me And we can kill the lights, hit the lights With a blackoutBlack bird, black moonBlack sky, black lightBlack, everything black *** Di
Shin Ah berdiam di depan kantor polisi. Matanya berusaha mengintip setiap kali pintu terbuka saat orang masuk dan keluar dari dalam.Memberanikan diri Shin Ah mulai melangkah menaiki tangga. Logo burung rajawali bertameng yin dan yang menyambutnya di sekat kaca. Shin Ah lalu mendorong pintu kaca itu dengan tubuhnya.Keadaan di dalam cukup lengang. Beberapa orang menunggu di kursi tunggu di tengah. Papan monitor menunjukkan nomor dan seseorang menuju meja tinggi untuk membuat laporan. Terlihat pucuk kepala polisi sedang mengetik di balik monitor.Seseorang pria berseragam mendekati Shin Ah. "Apa yang perlu dibantu?""Saya ingin melaporkan kejahatan.""Ok ikut saya."
Guys.Ada perbaikan pada Episode 19 jadi kubagi 2 dan sebagian kutaruh sini. Akan tetapi lanjutannya juga di bagian ini juga kok. Jadi jangan diskip.Oke selamat membaca. *** Dita diam-diam mengikuti Sang Hyuk dari jauh sampai dia masuk ke dalam mobil. Dita menghapalkan nomor plat mobil itu, lalu membukasmartphone. Mudah-mudahan masih ada saldo di dalam aplikasi taxi online milik Sun Woo.Dan iya ternyata masih. Dengan segera Dita memesannya. Dita
Guntur dan angin mengiringi derasnya hujan di luar rumah. Dita duduk di depan cermin yang tertempel pada pintu lemari kamarnya. Posisi tubuhnya seperti janin Meringkuk memeluk kedua tempurung lututnya. Kedua bola mata berkantung dan sembab yang Dita lihat sekarang.Dita belum pernah menatap keduanya selama ini. Tidak semenjak kejadian itu. Dita harus berbicara kepada pemilik bola mata itu. Dia sudah lelah. Dita berkata kepada dirinya sendiri. Memandangi wajahnya yang lelah. Kau ... Sampai kapan kau seperti ini. Bibir mungilnya dia katupkan erat.Pipinya memerah.Rasa sakit di hatinya tergambarkan jelas di wajahnya. Mereka mengambilnya darimu ...
Stop smiling, you know you are so annoyingYour cheeks, your lips, your hips are little temptingIf she really finds out I'll be dead man walkinArdhito Pramono(Here We Go Again) ***Gayatri mengerjapkan matanya perlahan ketika menyadari bahwa hari sudah terang-benderang. Sekejap kemudian, dia sudah melompat dari tempat tidurnya. Gayatri bergegas ke dapur dan saat itu juga dia mendapati anak tirinya t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments