"Kamu siapa?" Dia memang kembali, kembali tanpa ingatan yang dia bawa lagi. Kembali dengan separuh memori yang hilang dengan sendiri. Di saat Amanda tengah berusaha menguatkan diri guna menghadapi cobaan yang datang bertubi-tubi, sosok itu datang menawarkan diri. Mana yang Amanda pilih? Suami yang sedang dia usahakan pulih atau masa lalu yang minta kembali dipilih? Ikuti kisah cinta penuh lika-liku mereka dalam judul yang merupakan lanjutan dari kisah "Di Ujung Senja". Follow sosial media saya (@)selfiehurtness untuk info update, judul terbaru dan giveaway. Terimakasih. Cover by @reistyaa
View More"Lyn, ada acara hari ini?"Josselyn membelalak, mulutnya yang penuh oatmeal membuat Josselyn tidak bisa langsung menjawab. Buru-buru ia menelan overnight oatmeal dalam mulut, lalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan Gunawan. "Ng-nggak ada, ada apa, Pa?" Tentu Josselyn penasaran, apakah ini ada hubungannya dengan pembicaraan mereka semalam? "Sekali-kali, ikutlah papa ke kantor, Lyn. Sampai jam makan siang aja deh. Gimana, tertarik?" Tawar Gunawan yang makin membuat Josselyn yakin ini ada hubungannya dengan obrolan mereka semalam.Josselyn melirik ke arah sang mama, Kamila nampak pura-pura sibuk dengan semangkuk salad di atas meja, membuat Josselyn kembali menatap ke arah Gunawan dan mengangguk pelan."Oke! Habis ini Josselyn ganti baju dulu." Ucapnya yang seketika membuat Gunawan tersenyum lebar. "Nah gitu dong! Papa pengen kamu sekarang tiap hari ikut ke kantor, terus nanti papa mau tempatin kamu di jajaran manager, sekalian belajar." Titah Gunawan yang kembali membuat Josselyn me
"Al ... Aldo? Kamu nggak apa-apa, Al?"Aldo dengar suara itu, suara yang sangat familiar di telinganya. Siapa lagi kalau bukan Adnan? Perlahan-lahan Aldo memaksakan diri membuka mata, rasanya begitu berat, terlebih sakit yang mencengkeram kepalanya makin membuatnya sedikit kesulitan. "Pelan-pelan, Al. Jangan dipaksa!" Gumam suara itu diikuti remasan tangan yang kuat tapi lembut di telapak tangan Aldo.Kalau ini, Aldo yakin bukan tangan papanya! Tangan Adnan tidak sekecil dan selembut ini! Aldo terus berusaha, hingga kemudian akhirnya Aldo berhasil membuka pelupuk mata. Perlahan-lahan Aldo menatap sekeliling, benar saja, ada Adnan di sana dan jangan lupa, wanita dengan wajah khawatir itu duduk tepat di sisi Aldo, meremas tangannya dengan begitu lembut. "Papa ... Aku kok bisa di sini?" Tanya Aldo sedikit terkejut. Bukannya tadi .... "Memang tadi kamu di mana, Al?" Tanya Adnan dengan seulas senyum tipis. "Di kamar mandi. Tadi aku mau mandi mandi, Pa!" Jawab Aldo yang ingat betul bahw
"Kamu belum tidur?"Aldo terkejut, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Dia macam maling yang tertangkap basah. Mendadak ada sebuah perasaan takut menjalar di hatinya, sebuah ketakutan yang sama seperti ketika ia melihat Adnan berdiri menatapnya dengan tatapan tajam di depan pintu. Apa Jangan-jangan ... "Belum, Bang. Nungguin kamu pulang." Wajah itu tersenyum, tanpa ada sorot kemarahan di sana yang seketika membuat Aldo refleks menghela napas panjang. Dengan perlahan Aldo menutup pintu, melangkah masuk ke dalam dengan hati yang sedikit lebih tenang. Ia masih tidak tahu harus berbuat apa, berkata apa atau membahas apa, ketika kemudian pertanyaan itu terlontar dari bibir Amanda. "Abang mau mandi? Biar aku siapkan baju gantinya."Aldo menoleh, sorot mata itu masih tidak berubah membuat Aldo lantas menganggukkan kepalanya dengan cepat. Memang dia perlu mandi, mungkin guyuran shower bisa sedikit menenangkan hati dan pikirannya yang kacau. "Yaudah kalau gi--""Nda!" Aldo refleks me
"Papa mau ngomong, Al!"Aldo yang baru saja beberapa langkah dari mobil kontan menghentikan langkah. Ia menatap sang papa dengan tatapan takut-takut. Puluhan tahun menjadi anaknya, Aldo tahu, ada sorot kemarahan di balik tatapan itu. "Baik, Pa. Ada apa?" suara Aldo begitu lirih, hatinya risau. "ADA APA KAMU BILANG?" nampak mata itu membelalak, ia menatap Aldo dengan tatapan murka. "Kamu ini paham atau pura-pura oon sih, Al? Mulai sekarang, nggak ada lagi acara pergi-pergi sama mantan pacar kamu itu lagi! Ngerti?"Aldo sudah menduga, pasti karena hal ini. Ia menghela napas panjang. Belum sempat ia bicara, Adnan kembali mengomel panjang kali lebar. "Adek kamu yang masih SD aja tahu itu nggak bener, kamu nggak malu apa sama Rena?"Kini Aldo terperanjat, ia menatap papanya dengan tatapan tidak percaya. Rena tahu? Tahu yang bagaimana? "Re-Rena tahu?"Adnan mendengus kesal, "Kamu tadi habis dari mana? Papa ngajak dia jajan eskrim, terus lihat kamu jalan sama itu mantan kamu entah siapa
"Suamimu belum pulang?"Amanda yang tengah duduk di ruang tengah menemani Rena menggambar kontan melonjak, ia menoleh dan mendapati Adnan sudah muncul dengan tatapan menyelidik. "Be-belum, Pa. Kenapa?" Amanda menatap sosok itu lekat-lekat, mengabaikan sejenak Rena yang bergeming dari tempatnya duduk. Adnan hanya menggeleng, ia nampak menghela napas panjang lalu melangkah pergi. Sepeninggal sang papa, Rena menengadahkan wajah, menatap Amanda yang masih nampak terkejut. "Kenapa tadi Mbak Nda nggak ikut Mas Aldo pergi?" kembali wajah itu serius dengan pensil warna dan lembar di meja, membuat Amanda tersenyum seraya mengelus lembut kepala Rena. "Mas Al lagi ada urusan penting, jadi biar berangkat sendiri." jawab Amanda mencoba menyembunyikan apa yang terjadi, anak sekecil Rena rasanya belum pantas tahu apa yang sebenar-benarnya terjadi. "Sepenting apa? Kan Mbak Nda istrinya?"Kini Amanda tertawa, dicubit nya pipi gembil Rena yang kembali menatapnya lekat-lekat. Emang dasar genetiknya
"Jadi selain es krim ini, yang nggak pernah berubah adalah ... perasaan aku ke kamu, Al."Aldo tertegun, matanya tidak berpaling dari Josselyn, ia menatap mata itu dengan seksama, sementara si pemilik mata malah menundukkan wajah membuat pandangan itu terlepas dari mata Aldo. "Kamu tahu kan, Al, sebenarnya dulu aku nggak mau kita putus. Cuma karena masing-masing dari kita sadar, kita sama sekali tidak bisa berdamai dengan jarak dan waktu, akhirnya keputusan itu yang kita sepakati bersama kan, Al?"Lidah Aldo mendadak kelu. Otaknya blank dan jujur dia sedikit terkejut dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Josselyn barusan. "Aku udah coba mau gantiin kamu sama yang lain. Namun dari beberapa itu, aku nggak bisa temuin yang kayak kamu, Al. Aku udah coba lepas dari bayangan kamu, blokir semua akses komunikasi kita tapi ternyata hasilnya nihil."Aldo menghela napas panjang, kembali hatinya berkecamuk. Dua perasaan yang cukup mengganggu itu kembali muncul. Saling berdebat sesuatu yang Al
"Hai, Al!"Wajah itu tersenyum begitu manis begitu kaca mobil Aldo turun, ia segera membuka pintu dan duduk di jok depan. "Loh, langsung pergi?" tanya Aldo yang seketika membuat Josselyn menoleh dan menatapnya dengan alis berkerut. "Iyalah, emang mau ngapain lagi, Al?" Josselyn tertawa lirih, ia sudah berhasil memasang seat belt dan benar-benar siap pergi. "Nggak pamit sama mama kamu dulu? Nggak enak dong bawa pergi anak orang tapi ngga--""Mama udah duluan pergi kali, Al. Udah kita langsung aja deh mendingan!" Josselyn menurunkan suhu AC, duduk bersandar dengan begitu santai.Mata Aldo membulat, ia terkekeh dengan kepala mengangguk. Perlahan-lahan, ingatan ketika dulu ia sering menjemput gadis ini di rumah ini berkelebat. Ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh Aldo jika ingin membawa pergi putri kesayangan si pemilik rumah, yaitu : harus berpamitan, kemana hendak pergi, dan tidak boleh pulang lebih dari jam delapan malam! "Jadi kita langsung pergi?" sebuah pertanyaan ti
"Abang jadi pergi?"Sosok yang tengah mematut diri di depan cermin itu kontan menoleh, menatap Amanda dengan tatapan datar. Kepalanya terangguk pelan, hanya sebentar karena kemudian ia kembali fokus pada bayangan dirinya di depan cermin. "Kalau besok, Abang ada acara?"Jika di pertanyaan tadi Aldo langsung menoleh menatap dirinya, kini Aldo bergeming. Sebuah reaksi yang membuat Amanda mengigit bibirnya kuat-kuat. Ia menghela napas panjang, dadanya mendadak sesak. Apakah lelaki itu lantas bosan dengan pertanyaan-pertanyaan yang Amanda tujukan kepadanya? "Entah, aku belum tau. Kenapa?"Aldo sudah selesai bersiap-siap, nampak dia begitu santai dengan celana jeans dan kemeja polos. Rambutnya sudah disisir rapi, sebuah ciri khas dari Aldo sejak dulu sekali ketika Amanda pertama kali bertemu dengan sosok ini. "Pengen ajak Abang jalan-jalan, ke tempat dulu biasanya Abang ajak aku pergi, Bang. Gimana?"Nampak wajah itu berpikir keras, ada raut bingung dan ragu yang membuat hati Amanda kemb
"Gila! Solusi macam apa ini, Mas?"Yuri berteriak, namun suaminya sudah lebih dulu pergi dan nampak cuek dengan teriakannya. Ia mendengus, melipat dua tangan sambil memasang wajah masam. Enak sekali lelaki itu bilang! Suruh Aldo mengundurkan diri dari kesatuan? Dia tidak tahu apa bagaimana anak lelakinya ith berjuang untuk bisa ada di posisinya sekarang? "Dasar nggak solutif!" Yuri masih menggerutu, ia belum berniat menyusul suaminya masuk ke dalam kamar. Hatinya masih dongkol. "Apa bener sih kalo tiap istri prajurit itu diawasi? Masa sedetail itu sih?" Yuri masih tidak percaya, seketat itukah jadi istri prajurit? Yuri berpikir keras, kalau benar untuk Aldo mengajukan gugatan cerai begitu sulit dan tidak semudah yang dia bayangkan, maka dia tidak bisa tinggal diam! Bisa-bisa rencananya gagal total! "Mikir, Ri! Ayo mikir kamu!" ia memijit pelipisnya perlahan. "Masa harus seumur hidup punya menantu model begitu sih?"Ia masih belum terima, Amanda sama sekali tidak masuk dalam list
"Aldo jadi pulang kan hari ini? Jam berapa pesawatnya landing?"Mendengar hal tersebut, seorang wanita dengan perut buncit karena tengah mengandung menghentikan langkahnya. Tanpa suara, Amanda mendekatkan dirinya ke celah pintu kamar mertuanya, tidak jadi ke pintu depan.“Bang Aldo pulang hari ini?” batinnya bertanya-tanya.Amanda memasang telinga, memastikan bahwa memang ia mendengar nama itu disebut,nama yang tidak lain dan tidak bukan adalah suaminya. Dan mama mertuanya tadi mengatakan bahwa suaminya akan pulang sebentar lagi?Tentu Amanda bertanya-tanya. Bukan apa-apa, semenjak pergi 5 bulan yang lalu dalam sebuah misi perdamaian, ia sama sekali tidak mendapatkan kabar apa-apa tentang Aldo. Termasuk kabar kepulangan suaminya jika apa yang dia dengar barusan adalah benar.'Tapi bukankah dia di sana dua tahun? Kenapa mendadak pulang?' batin Amanda."Iya aku ngerti, Mas. Aku nggak bilang sama Amanda soal ini." suara itu kembali terdengar, membuat Amanda untuk kesekian kalinya terkeju
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments