MENGEJAR CINTA ISTRI YANG KUABAIKAN

MENGEJAR CINTA ISTRI YANG KUABAIKAN

last updateLast Updated : 2025-04-16
By:  SazthreeOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
36Chapters
427views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Navya Atmaja tak pernah membayangkan pernikahannya dengan Aldevaro Mahendra hanya akan menjadi mimpi buruk penuh pengkhianatan. Tiga tahun hidup tanpa keintiman, ditambah dengan mantan istri Al, yang kembali dengan dalih penyakit mematikan. Di hadapan Al, Zoya adalah malaikat tak bersalah, sementara Navya dihancurkan oleh fitnah yang terus Zoya ciptakan. Hingga akhirnya, Navya tidak tahan lagi, dan meminta Al untuk menceraikannya, bahkan dia memilih melarikan diri, meninggalkan cinta yang tidak pernah ia rasakan utuh. Tapi, Al tak mau melepaskan. Dengan egonya yang sangat tinggi, dia menculik Navya, memaksanya kembali, dan tanpa sadar menghancurkan jiwa wanita yang ia klaim sebagai istrinya, namun tidak pernah ia nafkahi batinnya. Ketika Navya menemukan dirinya hamil karena perbuatan Al yang dilakukan secara paksa, dia bersumpah untuk tidak pernah kembali. Namun, semua berubah saat Zoya merencanakan kejahatan mengerikan, dan membuat Al mengetahui semua kebohongan serta kejahatan yang pernah Zoya lakukan. Hati Al hancur saat menyadari kesalahan-kesalahannya pada Navya, hingga membuat istrinya itu terluka begitu dalam. Mampukah Al memperbaiki semuanya dan memenangkan hati istri yang telah ia abaikan? Ataukah cinta mereka tak bisa lagi diselamatkan dari reruntuhan kebohongan dan semua luka yang Navya dapatkan dari Al?

View More

Chapter 1

Bab 1. Kita Cerai Aja, Mas!

“Mas, bisa aku minta waktunya sebentar? Aku mau ngomong penting.” Suara Navya terdengar begitu tegas, tapi tak bergetar.

Pandangannya lurus menatap pria berstatus suaminya yang ada di hadapannya, tak sedikit pun ia menunduk atau merasa ragu.

Aldevaro Mahendra, yang biasa dipanggil Al, enggan untuk menatapnya, dia masih saja berfokus pada laptop di hadapannya. “Ya, ngomong aja, Nav.”

“Mas, tolong tutup laptop kamu dulu. Aku mau ngomong serius sama kamu!” Suara Navya mulai meninggi. Kesal karena merasa diabaikan.

“Ya ngomong tinggal ngomong aja, Navya. Biasanya juga begitu,” balas Al masih serius mengetikkan sesuatu di atas keyboard laptopnya.

Navya menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air matanya, lalu dengan penuh keyakinan ia berkata dengan tegas, “Kita cerai aja, Mas!”

Al seketika menghentikan gerakan tangannya yang sejak tadi jemarinya menari dengan lincah di atas keyboard. Kedua alisnya berkerut sambil mengangkat wajahnya, menatap Navya yang berdiri di depan meja kerjanya, sedang menatapnya dengan tatapan tegas, tapi sendu.

Wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan yang begitu kentara. “Apa?” Suaranya rendah, hampir seperti bisikan, namun penuh dengan ketegangan.

“Aku mau kita cerai, Mas,” ulang Navya, kali ini lebih dingin. Tak ada sedikitpun keraguan di wajahnya.

Al menutup laptopnya sedikit kasar, menatap tajam istrinya. “Kenapa tiba-tiba? Apa salahku? Selama ini aku selalu kasih kamu kebebasan. Aku nggak pernah melarang apa pun yang kamu mau, Navya." 

"Aku selalu memberikan nafkah untuk kamu. Aku bahkan menepati janji aku untuk berdonasi setiap bulannya di panti asuhan Kasih Bunda seperti yang kamu mau. Apa itu semua masih kurang?”

Navya adalah seorang gadis yang berasal dari panti, karena sejak bayi dia sudah ditinggalkan oleh orang tua kandungnya di depan gerbang panti. 

Panti asuhan Kasih Bunda adalah tempat Navya dirawat dan dibesarkan hingga menjadi seorang perawat yang bekerja di rumah sakit milik keluarga Mahendra. 

Namun, saat Al menikahinya, Al mengatakan bahwa dia tidak ingin Navya bekerja lagi sebagai asistennya. Dia ingin Navya fokus merawat kedua buah hatinya dari pernikahan sebelumnya dengan mantan istrinya, dan dia menjanjikan Navya untuk tidak perlu mengkhawatirkan tentang panti tempatnya tinggal sebelum menikah dengannya, karena dia akan memenuhi segala kebutuhan panti setiap bulannya, asal Navya menjadi istri yang baik dan patuh padanya.

“Kebebasan? Nafkah?” Navya tertawa kecil, tapi tak ada tawa dalam matanya. 

“Apa artinya kebebasan kalau aku cuma peran figuran dalam hidup kamu, Mas? Aku ... aku capek, Mas. Aku capek selalu dibayang-bayangi Zoya. Selama ini, kamu nggak pernah menganggap aku sebagai istri kamu, aku cuma kamu anggap sebagai pengasuh untuk Axel dan Lexa.”

“Jadi benar kata Zoya, kamu beneran cemburu sama dia? ... Navya, kamu tau situasinya nggak sesederhana itu.” Al berusaha menahan emosi yang mendesak dadanya. 

“Zoya cuma butuh waktu sama anak-anak karena sakitnya. Apa kamu benar-benar berpikir kalo aku lebih memilih dia daripada kamu?”

“Tentu!” jawab Navya tajam. 

“Istri mana yang nggak akan memiliki pemikiran sama seperti aku di saat suaminya selalu ada di sisi mantan istrinya. Setiap dia telfon kamu, kamu langsung lari. Setiap dia nangis, kamu yang hapus air matanya. Sementara aku? Aku hanya kamu anggap sebagai patung yang selalu menyaksikan kamu dan Zoya berperan sebagai pasangan sempurna yang seharusnya sudah berakhir bertahun-tahun lalu.”

“Zoya lagi sakit, Navya! Tolong mengerti!” Al akhirnya meninggikan suaranya, tak bisa lagi menahan. 

“Dia mungkin akan mati! Kamu mau aku mengabaikannya begitu aja?”

“Kalo dia memang sakit, aku bakalan ngerti,” kata Navya dengan tenang, tetapi matanya penuh luka yang dalam. 

“Tapi aku tau banget, Mas. Zoya nggak sakit, dia cuma pura-pura.”

“Apa?” Al terlihat terguncang, seakan tidak bisa menerima apa yang baru saja dikatakan Navya.

“Apa maksud kamu?”

“Dia cuma pura-pura sakit, Mas! Dia itu bohong!” tegas Navya lagi.

“Stop, Navya! Berhenti menuduh Zoya begitu! Aku muak setiap kamu berusaha memfitnah Zoya dengan pikiran-pikiran jelek kamu itu!” bentak Al yang berhasil meruntuhkan pertahanan Navya yang sejak tadi berusaha menahan air matanya. Cairan bening itu luruh di kedua pipinya. 

Namun, dia menghapusnya cepat dengan usapan kasar.

“Aku nggak pernah fitnah dia, Mas! Justru dia yang selalu memfitnah aku di depan kamu! Selama setahun ini aku berusaha membuktikannya, tapi kamu nggak pernah mau dengerin aku. Kamu selalu berpihak sama dia, selalu lebih percaya sama dia.”

Navya menatap Al, menantang suaminya dengan tatapan yang menusuk. 

“Aku nggak bisa lagi hidup kayak gini. Aku udah coba buat bertahan, tapi ... aku capek, Mas. Keputusan aku udah bulat. Aku yang bakal pergi dari hidup kamu.”

Al menggelengkan kepalanya keras-keras, matanya berkilat penuh amarah. “Kamu salah besar kalo kamu pikir aku akan melepaskan kamu begitu aja. Kamu milik aku, Navya. Aku nggak akan membiarkan kamu pergi hanya karena kamu merasa cemburu sama Zoya. Semua ini akan selesai begitu dia ... begitu dia ....”

“Begitu dia apa? Begitu dia mati? Iya?” Navya menyelesaikan kalimat Al dengan suara dingin.

“Sampai kapan aku harus nunggu, Mas? Sampai kapan aku harus menyaksikan dia memonopoli perhatian kamu?" 

"Sampai aku benar-benar hancur dan memutuskan untuk mengakhiri nyawaku sendiri? Dia nggak akan pernah mati karena dia nggak pernah sakit kanker, Mas. Justru aku yang bakal mati perlahan kalo terus memilih bertahan di rumah ini!”

Al terdiam. Pikirannya berputar liar, mencoba mencari jawaban yang bisa membuat Navya mengurungkan niatnya untuk bercerai, dan tetap berada di sisinya. Tapi semua alasan yang dulu terasa masuk akal, kini terdengar hampa. Zoya memang sakit, atau itulah yang dia percayai. 

Namun, apa benar dia sudah terlalu buta untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada pernikahannya dengan Navya?

“Aku nggak akan pernah menceraikan kamu, Nav,” kata Al akhirnya, suaranya tegas, memotong kebisuan yang mencekam. 

“Apapun alasannya, kita nggak akan pernah bercerai!”

Navya menghela napas kasar dan untuk kedua kalinya, air mata kembali menggenang di matanya. “Ini bukan tentang apa kamu setuju atau nggak, Mas. Ini tentang aku. Aku udah capek nunggu kamu bisa cinta sama aku."

"Dan, luka di hati aku udah terlalu dalam, Mas. Aku sekarang ngerti kenapa kamu nggak pernah sentuh aku selama tiga tahun pernikahan kita." 

"Aku tau kamu masih mencintai Zoya, Mas. Jadi, tolong ceraikan aku, dan rujuklah sama Zoya. Aku akan mengalah untuk kebahagiaan kamu dan anak-anak."

"Walau bagaimanapun, Zoya adalah ibu kandung Axel dan Lexa. Mereka pasti akan jauh lebih bahagia kalo kalian rujuk. Aku nggak mau jadi penghalang kebahagiaan kamu, Axel, dan Lexa.”

Al menatap Navya, bingung antara kemarahan dan ketakutan. Ia tak pernah berpikir bahwa Navya benar-benar akan berpikir untuk meninggalkannya. 

Bagi Al, semuanya hanya masalah waktu, bahwa semua ini akan kembali normal begitu Zoya tak ada lagi di dalam hidup mereka. Tapi kenyataannya sekarang memukulnya begitu keras.

“Aku nggak bisa cerai sama kamu,” ulang Al, nadanya seperti ancaman. 

“Kamu milikku. Selamanya kamu cuma akan jadi istri aku. Aku akan coba memperbaiki hubungan kita. Zoya tidak akan jadi masalah lagi. Aku akan menjaga jarak dengan dia. Dan aku akan memberikan nafkah batin yang kamu mau.”

Navya menatap Al dengan tatapan penuh kesedihan, seolah ia tahu bahwa janji itu hanyalah kata-kata kosong. “Udah terlambat, Mas. Aku nggak butuh lagi. Aku cuma mau bebas dari kalian ... dari Zoya, dari semua kesakitan yang kamu torehkan setiap harinya sama aku.”

Dengan satu langkah mundur, Navya berbalik, meninggalkan Al yang masih duduk terpaku di tempat. Sementara Al hanya bisa menatap kepergian istrinya, tiba-tiba merasa seolah ia kehilangan segalanya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
36 Chapters
Bab 1. Kita Cerai Aja, Mas!
“Mas, bisa aku minta waktunya sebentar? Aku mau ngomong penting.” Suara Navya terdengar begitu tegas, tapi tak bergetar.Pandangannya lurus menatap pria berstatus suaminya yang ada di hadapannya, tak sedikit pun ia menunduk atau merasa ragu.Aldevaro Mahendra, yang biasa dipanggil Al, enggan untuk menatapnya, dia masih saja berfokus pada laptop di hadapannya. “Ya, ngomong aja, Nav.”“Mas, tolong tutup laptop kamu dulu. Aku mau ngomong serius sama kamu!” Suara Navya mulai meninggi. Kesal karena merasa diabaikan.“Ya ngomong tinggal ngomong aja, Navya. Biasanya juga begitu,” balas Al masih serius mengetikkan sesuatu di atas keyboard laptopnya.Navya menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air matanya, lalu dengan penuh keyakinan ia berkata dengan tegas, “Kita cerai aja, Mas!”Al seketika menghentikan gerakan tangannya yang sejak tadi jemarinya menari dengan lincah di atas keyboard. Kedua alisnya berkerut sambil mengangkat wajahnya, menatap Navya yang berdiri di depan meja kerjanya,
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
Bab 2. Kesakitan Hati Navya
Al bersandar pada kursi kerjanya dengan kedua mata yang terpejam sambil memijat pelipisnya, sementara pikirannya bergemuruh."Ada apa sebenarnya? Kenapa semuanya jadi serumit ini?" gumamnya.Dia ingat setiap detail hubungannya dengan Navya. Dia tak pernah memperlakukan istrinya dengan kasar, bahkan tadi adalah pertama kalinya dia membentak Navya. Egonya berkata bahwa dia selalu memperlakukan Navya dengan baik. Dia memberi kebebasan, memenuhi kebutuhan materi, dan memastikan Navya tidak pernah merasa kekurangan. Hanya satu kesalahannya, nafkah batin yang tidak pernah dia berikan.Apakah benar itu satu-satunya masalah? Pikirannya mulai dipenuhi keraguan. Apa mungkin Navya benar-benar merasa dirinya tidak dianggap hanya karena hal itu? Dia menolak untuk percaya. “Aku nggak bersalah. Sejak awal aku udah bilang kalo aku akan memberikan nafkah batin di saat aku udah bisa cinta sama dia, dan dia sendiri setuju tentang hal itu,” batinnya, mencoba meyakinkan diri. Namun di balik itu, dia ta
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
Bab 3. Rasa Sakit Mendalam
Navya tiba-tiba bangkit dengan kasar sambil mendorong dada bidangnya, membuat Al tersentak. Tanpa kata-kata, Navya menancapkan tumitnya keras-keras ke kaki Al sebelum berlari ke toilet."Akh! Nav! Kenapa kamu injak kaki aku?" Al memekik kesakitan sambil memegangi kakinya. Rasa nyeri menjalar dari telapak kakinya ke seluruh tubuh, tetapi yang lebih menyakitkan adalah perasaan tersisih yang mulai merayap di hatinya."Itu pelajaran buat laki-laki buaya kayak kamu, Mas!" teriak Navya dari dalam toilet.Perempuan itu mengunci pintu toilet, menutup telinga dari segala keributan di luar. Di dalam, dia berdiri mematung di depan cermin, air matanya kembali mengalir tanpa henti.Dengan tangan gemetar, dia meremas bagian dadanya yang sesak, berusaha menenangkan diri."Aku nggak boleh kemakan rayuannya," batinnya berbisik tegas. "Ingat, Nav! Dia itu cuma anggap kamu baby sitter. Nggak akan pernah lebih dari itu! Cinta dia cuma buat Zoya!"Di luar, Al tak henti-hentinya mengetuk pintu toilet. "Na
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
Bab 4. Pemandangan Menyakitkan 
Perlahan, Al melangkah mendekat, berdiri di samping tempat tidur Axel. Dia melihat Navya yang masih memeluk putranya dengan erat, seperti mencari perlindungan dari kesakitan yang dia rasakan. Al menelan ludah, mencoba menenangkan kegelisahan di hatinya, tetapi wajah Navya yang penuh kelelahan dalam tidurnya membuat dadanya semakin sesak."Navya," bisik Al pelan, meski dia tahu istrinya tidak bisa mendengarnya.Hati Al mencelos saat melihat air mata tiba-tiba mengalir di kedua belah sudut mata Navya, bahkan dalam tidurnya.Dia berlutut di samping tempat tidur, kakinya terasa lemas, seluruh darahnya berdesir dan menghantam dadanya. Ia menatap wajah perempuan yang dulu dia pikir hanya akan menjadi ibu dari anak-anaknya, wanita yang akan menjadi pusat dunianya. Namun, kini ... menyadari bahwa Navya adalah lebih dari sekadar pengasuh anak-anaknya, lebih dari apa yang pernah dia pikirkan, lebih dari dunianya. Dia adalah sosok yang telah memberikan hatinya sepenuh-penuhnya untuknya dan ju
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
Bab 5. Kebimbangan Hati Al
Navya tertegun di tangga, menyaksikan Zoya memasangkan dasi di leher Al dengan kelembutan yang terkesan sengaja dipertontonkan.Saat mata Zoya bertemu dengannya, Navya bisa melihat senyum licik yang penuh arti di wajah perempuan itu. Tanpa basa-basi, Zoya tiba-tiba terhuyung mundur, tubuhnya bergetar seakan kehilangan keseimbangan."Ahh!" pekik Zoya dengan suara manja, berpura-pura hampir jatuh.Dengan refleks, Al langsung meraih pinggang Zoya, menariknya ke dalam pelukan. "Zoya! Kamu nggak apa-apa?" tanyanya dengan nada khawatir, menatap dalam matanya.Zoya tersenyum kecil, berbisik pelan, "Aku nggak apa-apa, Al, makasih."Axel yang melihat adegan itu dari sudut matanya langsung menoleh ke arah tangga, di mana Navya berdiri. Wajahnya tampak tidak terkejut, tapi matanya penuh kepedihan. Axel segera berlari kecil mendekati Navya, memanggilnya dengan suara lembut, "Mama!"Navya yang sebelumnya terpaku, langsung tersenyum hangat saat Axel mendekat dan memeluknya. "Axel, Sayang," sambutny
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
Bab 6. Menghindar
Di belakangnya, Zoya menyandarkan diri di kursi, senyum tipis muncul di sudut bibirnya yang tadinya tampak kesakitan, karena Al gagal mengejar Navya. Dia menatap punggung Al yang masih terpaku di depan pintu, menikmati momen di mana perlahan, benih-benih keretakan dalam rumah tangga Al dan Navya semakin jelas terlihat. Al kembali ke dalam rumah, dengan raut wajah lelah dan putus asa. Dia menatap Zoya yang tampak sedang mencoba bangkit dengan raut wajah menahan sakit. "Kamu nggak apa-apa? Aku antar kamu ke rumah sakit aja, ya?" tawarnya. Zoya menggeleng pelan, berusaha tersenyum lemah. "Nggak usah, Al. Aku udah mendingan kok. Maaf, aku selalu bikin kamu khawatir ... dan maaf juga karena kehadiran aku selalu bikin masalah buat hubungan kamu sama Navya. Sebentar lagi aku bakal pergi dan nggak akan ganggu hubungan kalian lagi kok, Al." "Ssst, kamu ngomong apa sih? Kamu harus bertahan dan sembuh. Tolong lakukan itu demi anak-anak kita, hum?" kata Al sambil menyeka lembut wajah Zoya y
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more
Bab 7. Usaha Al
"Aku nggak bisa," gumamnya pelan pada dirinya sendiri. Tanpa berpikir dua kali, Navya memundurkan kembali mobilnya, membelokkan mobilnya menjauh dari rumah. "Nggak, aku nggak akan pulang sekarang. Aku butuh waktu sendiri." Dia melaju menuju salah satu kafe yang biasa dia kunjungi, tak jauh dari rumah mereka. Kafe kecil itu menjadi tempat favoritnya untuk menyendiri ketika dia butuh waktu untuk berpikir. Setibanya di sana, dia memesan caramel macchiato dingin, lalu duduk di tempat favoritnya, di sudut paling terpencil. Tangannya menggenggam erat cup kopinya, tapi pikirannya melayang jauh, memikirkan bagaimana semua ini bisa terjadi—hubungan yang semakin renggang, emosi yang semakin tak terkendali. "Ya Allah, aku harus gimana sekarang? Berat banget hati aku buat jauh dari Axel sama Lexa," batinnya sambil menitikkan air mata yang segera dia hapus. Satu teguk kopi belum cukup menenangkan perasaannya ketika suara langkah kak
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more
Bab 8. Pingsan
Cindy mengernyitkan dahi, lalu detik kemudian dia tersenyum dan berbalik, kembali menghampiri Al dan berdiri di depan meja kerjanya. "Boleh, Dok," jawabnya. "Mau ngobrol tentang apa? Tentang pasien?" "Kamu duduk dulu," kata Al mengulurkan sebelah tangannya, meminta Cindy duduk di kursi depan mejanya. Perempuan berambut pendek dan berparas manis itu pun duduk dan bertanya, "Ada apa, Dok? Apa ini masalah cuti nikah saya, ya?" "Bukan. Bukan tentang itu. Tentang cuti kamu saya sudah mengizinkan kamu mau cuti satu sampai dua minggu pun saya nggak masalah. Karena kamu adalah salah satu perawat yang hampir nggak pernah ambil jatah cuti kamu," elak Al. "Makasih, Dok. Tapi beneran gapapa kalo saya cuti dua minggu, Dok? Soalnya calon suami saya rencananya mau ngajak honeymoon ke Bali sama Lombok." Al hanya mengangguk sebagai jawabannya. Mendengar perkataan Cindy tentang bulan madu, Al tertegun. Menyadari jika dirinya sungguh belum pernah memberikan kebahagiaan apa pun pada istrinya se
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more
Bab 9. Apa Kamu Masih Mencintainya?
Al menelan ludah ketika mendengar kabar dari Mbok Ratih. "Tolong jangan panik, Mbok. Sekarang, bawa Navya ke rumah sakit saya. Minta antar Pak Rudi. Saya tunggu di IGD. Jangan buang waktu, Mbok. Tolong cepat ya, Mbok," katanya dengan suara tegas meski hatinya berdebar kencang. Mbok Ratih di seberang sana masih terdengar panik, namun perlahan dia mulai tenang setelah mendengar instruksi dari Al. "Iya, Den. Saya langsung ke rumah sakit sekarang," jawabnya terbata-bata. Begitu panggilan berakhir, Al merasakan gelombang emosi menghantamnya. Dia dengan cepat keluar dari mobilnya dan berlari menuju depan ruang gawat darurat. Sesuatu yang sangat buruk pasti terjadi pada Navya, pikirnya. Tadi pagi seharusnya dia benar-benar melarang Navya keluar rumah, mengingat bagaimana Navya terkena demam tadi malam. Terlebih Navya tidak memakan apa pun sebelum mengantar Axel ke sekolah. Namun, karena perdebatan Navya dan Zoya tadi, membuat
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more
Bab 10. Perdebatan Axel dan Lexa
Pertanyaan itu menghantam Al seperti petir di siang bolong. Mulutnya terbuka, namun tidak ada kata yang keluar. Pikirannya berputar-putar, tapi dia tidak tahu harus menjawab apa. Apakah dia masih mencintai Zoya atau tidak, dia sendiri bahkan tidak yakin. Di satu sisi, Zoya adalah cinta pertamanya, seseorang yang selalu memiliki tempat di hatinya. Tapi di sisi lain, Navya adalah istrinya, wanita yang selalu berada di sisinya selama ini, yang memberikan cinta tanpa syarat, bahkan ketika Al sendiri tidak yakin pada perasaannya. Al tertegun, tak mampu memberikan jawaban yang pasti. Dia hanya bisa menatap Navya, berharap jawabannya bisa datang dengan sendirinya, tapi waktu terus berjalan, dan Navya sudah menunggu terlalu lama. Navya tersenyum pahit. "Kamu nggak bisa jawab, ya, Mas?" Al menundukkan kepalanya, rasa bersalah menyesakkan dadanya. "Navya, ini bukan tentang Zoya. Ini tentang kita. Aku ...."
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status