Lelaki Penjaga

Lelaki Penjaga

Oleh:  Dea Marta  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
57Bab
6.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Edie Sandyano, mungkin bagi orang lain dia hanyalah seorang lelaki biasa dengan pekerjaan biasa. Dia hanyalah seorang office boy yang bekerja dikantor yang sama dengan Jasmine dimana ia bekerja sebagai Engineer manager. Orang sering memandang sebelah mata pada mereka dengan mengatakan hubungan mereka adalah hubungan yang timpang. Namun Jasmine tak pernah ambil pusing. Baginya, Edie adalah sosok luar biasa yang selalu ada untuknya. Ia adalah teman, adik, juga pelindungnya. Ia sudah mengenal lelaki itu sejak Edie masih duduk di kelas 3 SMU dan hingga kini, delapan tahun kemudian mereka masih berteman dan bersama. Yang tidak Jasmine tahu adalah Edie tak pernah menganggapnya sebagai teman.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
mackadamia_
selesai baca marathon atas rekomendasi teman^^ terima kasih, aku suka karena ceritanya simple, manis juga ringan serta permainan emosi, diksi dan penokohan di cerita ini~
2023-10-30 10:28:07
0
user avatar
MayGrau
Ceritanya sederhana tapi dikemas bagus. Bahasanya rapi. Sebenarnya plot-nya dapat di buat lebih lambat agar lebih runut lagi dari segi penokohan, tapi ini udah bagus. Terima kasih sudah berbagi cerita.
2022-11-12 20:18:28
0
57 Bab

Satu : Awal Sebuah Luka

Ia ingin mati.Rasa sakit yang tak tertahankan menjalar di sekujur tubuh Jasmine. Luka ini sudah terlalu lama membelenggu dan menguasainya hingga ia nyaris tak mampu lagi menanggungnya.“Bertahanlah, Jasmine. Tolong bertahanlah.” Jasmine merasa tubuhnya melayang dalam gendongan kekasihnya. “Kita sudah tiba dirumah sakit. Dokter akan segera menolongmu.”Jasmine berusaha memberontak disela tenaganya yang kian lemah. Ia tidak ingin ke rumah sakit. Dokter tidak akan bisa menolongnya. Lukanya sudah terlalu parah untuk disembuhkan. Sakit dalam dirinya tak mungkin akan bisa terobati oleh obat manapun dan siapapun. Ia tahu dirinya tak akan pernah bisa sembuh lagi seperti sediakala.“Kau akan selamat,” terdengar suara Akmal lembut disela-sela kesadarannya Jasmine yang semakin menjauh. Suara itu terdengar sangat mencemaskan dirinya. “Kau pasti akan selamat. Aku pastikan kau akan selamat.”Jasmine menggeleng lem
Baca selengkapnya

Dua : Usia Tiga Lima

Jam digital di atas meja masih menunjukkan pukul 05.21. Jasmine sudah siap berangkat bekerja. Ia sengaja bersiap lebih awal hari ini. Ia mengenakan kaus kaki dan kemudian sepatu safety-nya. Ia memasukkan laptop ke dalam tas punggungnya berikut kotak kacamata, dompet, dan peralatan tulisnya. Ia juga mengambil handphone dan menaruh disaku celananya. Jasmine menatap dirinya dikaca. “Selamat ulang tahun, Jasmine.”   Bel pintu berbunyi. Jasmine memejamkan mata dan berguman, “Mereka bersemangat sekali.” Bel kembali berbunyi. Sekali lagi Jasmine menatap bayangannya di cermin dan menghembuskan nafas cepat. Ia tahu salah satu saudaranya bakalan ada yang akan datang kerumahnya hari itu. Hanya saja ia tidak menduga akan sepagi itu. Dua orang saudaranya tepatnya. Julia dan Jennifer—kakak dan adiknya, berdiri didepan pintu. Raut wajah mereka jauh dari ramah. Ekor kuda Jennifer yang dicat kecoklatan bergoyang-goyang cepat saat
Baca selengkapnya

Tiga : Aku tidak akan menikah!

  Baik Julia maupun Jennifer dipaksa kembali mengingat ke masa kecil mereka. Hari dimana ayah mereka pergi meninggalkan keluarga mereka. Pagi-pagi, ayahnya sudah berbenah, mengenakan pakaian terbaiknya, membawa sebuah tas kecil dan sepatu yang baru dibelinya dari pasar kemarin. Ayah bilang temannya mau mengajaknya bekerja di kota sebelah. Namun kenyataannya, itulah kali terakhir mereka bertemu dengan ayah mereka. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan kini waktu sudah dua puluh tahun berlalu. Tanpa ada secuil kabarpun yang pernah mereka terima. Saat itu, kondisi keluarga mereka benar-benar menyedihkan. Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga tanpa keahlian apapun. Masih ingat jelas di benak mereka bagaimana ibunya setiap pagi buta pergi ke pasar berjualan apa saja, berusaha untuk menghidupi kelima anaknya. Julia sakit-sakitan pada waktu masa remajanya dan adik-adiknya masih terlalu kecil untuk  bekerja. Menginjak SMP Jasmine mulai bek
Baca selengkapnya

Empat : Seorang Adik Kesayangan

Langkah Jasmine terhenti. Seorang pemuda keluar dari lift. Menatapnya dengan salah tingkah. Dia Edie, sahabatnya. Ia sudah mengenal pemuda itu bertahun-tahun yang lalu dan sekarang juga bekerja di kantor yang sama dengannya. Jasmine mengeluh lirih. Bagaimana ia bisa lupa semalam Edie mengirim pesan padanya, dan bilang akan datang pagi-pagi untuk mengantarnya. Tak perlu ditebak, Edie pasti mendengar apa yang baru saja ia teriakkan. Pemuda itu tersenyum ragu dan menyapa, “Hai.” Jasmine tersenyum kecut dan menghampiri pemuda itu, “Hai. Sudah kubilang aku akan nyetir sendiri.” “Saya sudah berjanji akan menyetir pagi ini.” Edie menyodorkan sebuah kantong kertas pada Jasmine. Jasmine memeriksanya.  Dua buah pastry hangat dan sebotol jus jeruk. “Terima kasih,” guman Jasmine, masih tidak bisa menyembunyikan rasa malunya.  Jasmine menekan tombol lift. Saat itu pintu lift terbuka lagi dan mereka berdua masuk bersama.&nb
Baca selengkapnya

Lima : Orang Paling Berharga

 Jasmine marah besar, Edie mengamati. Sudah bertahun-tahun sejak mereka saling kenal namun jarang sekali ia melihat Jasmine semarah ini. Oke, dikantor itu beda lagi. Kalau masalah pekerjaan—meski seorang wanita—Jasmine termasuk di segani oleh para bawahannya. Setidaknya ia akan marah beberapa kali dalam seminggu. Namun kemarahan Jasmine dalam urusan pekerjaan selalu beralasan dan biasanya alasan itu benar adanya. Jasmine sadar ia harus bersikap keras dan sedikit otoriter jika ingin dihargai para lelaki itu.Jennifer tadi mengatakan dengan keras mana mungkin di pabrik yang mayoritas pekerjanya lelaki tidak ada yang tertarik pada Jasmine sama sekali? Jawabannya adalah ada dan tidak sedikit. Jennifer mungkin akan terkejut kalau tahu berapa banyak lelaki di pabrik yang tertarik secara romantis pada kakaknya ini. Atau setidaknya pada awalnya begitu sebelum tahu tabiatnya yang keras. Ada dua kriteria para lelaki yang menyukai Jasmine. Pertama, meny
Baca selengkapnya

Enam : Bingkisan Ulang Tahun

 Hari ini hanyalah satu hari lain yang sama seperti hari-hari sebelumnya bagi Jasmine. Selain kedatangan kedua saudaranya pagi ini rutinitasnya di kantor masih sama. Pertama-tama ia akan menaruh tasnya di kantor, kemudian ia akan berkeliling melakukan pengecekan secara menyeluruh. Mendelegasikan pekerjaan pada para engineernya dan sekitar jam sepuluh ia akan sampai kembali dikantor dan menyelesaikan agenda pekerjaan hari itu.  Hari ini ia akan meeting dengan Mr. Barness Presiden direktur perusahaan dan kemudian akan mengerjakan laporan rutin mingguan dan sore hari ia akan kembali meeting dengan keempat engineernya.Ia baru saja duduk dikantornya ketika Edie muncul dengan membawakan segelas tinggi teh hitam dingin untuknya. Jasmine menyunggingkan senyumnya dan berterima kasih.“Aku selalu bertanya-tanya apakah kau memakai alarm atau memang sengaja mengawasiku dari pantry?”Edie menatap Jasmine bingung. “Apa maksudnya?”
Baca selengkapnya

Tujuh : Bayangan Masa Lalu

 “Hai,” seorang lelaki muda yang tampan membukakan pintu suite room untuknya.“Selamat Siang, saya Jasmine,” kata Jasmine memperkenalkan diri. “Selamat Siang, masuklah,”  lelaki itu tersenyum ramah.Jasmine melangkah masuk ke ruangan hotel yang mewah itu. Namun kesunyian di ruangan itu membuatnya mengernyit. Dan aroma kamar itu terlalu harum untuk sebuah pertemuan resmi.“Dimana kami akan mengadakan pertemuan?”“Disebelah sini,” sahut lelaki muda itu mengajaknya masuk.  “Apakah Mr. Barness sudah menunggu?”Lelaki muda itu menggiringnya masuk. Dan  Jasmine langsung tahu ia telah masuk perangkap. Kamar itu sama sekali bukan dirancang untuk pertemuan bisnis. Pencahayaan lampu yang temaram, aroma bunga dan lilin bernuansa romantis langsung menyergap penciumannya. Di meja kaca terdapat botol anggur yang dimasukkan kedalam wadah es. Ju
Baca selengkapnya

Delapan : Sosok Lain dalam Diri Edie

 Rando memaki-maki. Ia tidak tahu siapa lelaki muda yang tiba-tiba menyerbu masuk ini. Namun, tatapan matanya begitu dingin dan penuh teror. Rando yakin, jika ia maju satu langkah saja, pemuda itu pasti akan benar-benar melakukan apa yang dikatakannya. Dan ia tidak mau mati konyol terajam oleh botol yang bergerigi tajam itu.Sambil memaki-maki, Rando pun memutar tubuhnya dan mengambil langkah seribu.Edie tetap berdiri membeku menatap pintu lama sebelum dengan pelan menjatuhkan botol itu dan memutar tubuhnya. Tanpa benar-benar melihat Jasmine ia menyambar selimut hotel. Ia hendak menyelimuti gadis itu ketika mendadak ia terhenti. Gadis itu meringkuk berusaha memeluk dirinya dan menyembunyikan bagian depan tubuhnya. Tapi dengan begitu ia mengekspos bagian belakang punggungnya.Hawa dingin mengalir di sekujur tubuh Edie. Ia berkedip berharap dirinya salah lihat. Bilur-bilur tidak beraturan itu tetap ada disana. Luka itu sudah sembuh total, dan nyaris
Baca selengkapnya

Sembilan : Duel

  “Apa ibu harus melakukan itu?” tanya Jasmine langsung setelah ibu mengangkat telponnya.Semalaman Jasmine memikirkan kemungkinan tentang siapa yang dimaksud ‘mereka’ oleh lelaki yang mengaku sebagai Rando itu. Dan ia hampir gila memikirkan bahwa ibu dan saudara-saudaranya tega melakukan itu padanya. Namun, ia tidak memiliki kemungkinan lain kecuali ibu atau saudara-saudaranya yang sudah ngebet ingin dia menikah. “Apa aku benar-benar lupa mengajarimu sopan santun?” sahut ibunya tidak terdengar senang. “Ada apa dengan salam dan sebagainya? Dan kau, setelah mengabaikan ibumu yang sudah bersusah-susah membuat pesta untukmu. Berani-beraninya menelpon ibumu dengan nada seperti itu?”“Apa Ibu sangat ingin saya menikah?” Jasmine mengabaikan omelan ibunya. “Apa sangat penting bagi ibu untuk melihat semua anak ibu untuk menikah? Meski saya tidak menginginkannya?”
Baca selengkapnya

Sepuluh : Rumor

  “Dimana Edie?” tanya Jasmine.Kasak kusuk di pantry langsung terhenti dengan kedatangan Jasmine. Para karyawan yang sedang berada disana menoleh dan terdiam. Seseorang yang dikenali Jasmine bernama Hanif itu bangkit dari duduknya dan menjawab, “Setelah kejadian tadi dia pergi keluar dan belum kembali bu.”Jasmine melihat jam tangannya gusar. “Ini bahkan belum jam istirahat.”“Sebenarnya…” Hanif terlihat ragu.“Ada apa?” “Maaf, tapi sebenarnya Edie sering begitu, bu Jasmine,” kata Hanif akhirnya. “Membolos tanpa alasan yang jelas.”“Hei, kenapa kau bilang?” bisik yang lain.Alis Jasmine sedikit terangkat. “Kenapa? Ada apa?”Hanif menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tampak serba salah. “Edie sebenarnya tidak terlalu suka bicara,” sahut Hanif lagi. &ldquo
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status