Share

Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku
Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku
Author: Eriin 1208

Bab 1

Author: Eriin 1208
last update Last Updated: 2025-01-12 18:10:13

Sayup-sayup Wilona mulai membuka mata. “Ssst … aw,” desis Wilona sembari memegang kepalanya yang terasa sangat berat, pemandangannya juga berkunang-kunang.

Ceklek.

“Kak Ona sudah sadar?” Terdengar suara seorang wanita yang sangat tidak asing ditelinga Wilona, baru saja membuka pintu.

Wanita itu pun segera berjalan ke arah Wilona dengan antusias, juga dengan senyum yang merekah. Meskipun pandangan Wilona masih sedikit kabur, tapi dia tahu betul siapa gerangan wanita yang menghampirinya saat ini.

“Kak Wilona sudah sadar?” tanya wanita itu lagi sembari memegang telapak tangan Wilona.

Plak! 

Bruk!

Dengan kepala yang masih terasa sangat berat dan pandangan tidak jelas, Wilona bangun dari tidurnya serta menampar wanita tersebut dengan kekuatan penuh, hingga dia tersungkur di bawah ranjang. “Aw, apa yang Kakak lakukan?” jerit wanita itu.

“Pergi kamu! Pergi … ! Wilona berteriak sekencang-kencangnya.

“Kak Ona, ini aku Rosa.” Wanita itu mencoba menenangkan Wilona sembari berusaha berdiri.

“Pergi!”

“Pergi!”

“Dasar wanita licik!”

Bugh.

Wilona terus berteriak sembari melemparkan bantal dan benda lain yang ada di dekatnya ke arah wanita tersebut.

“Pergi!”

“Pergi!”

Krak!

Hingga akhirnya, jarum infus yang tengah menancap di punggung tangan Wilona pun terlepas, tentu saja hal itu menyebabkan tangan Wilona berdarah.

“Kak, hentikan kak, ini aku.” Rosa terus berusaha menyadarkan Wilona yang nampak seperti orang kesurupan tersebut.

“Pergi kamu!”

“Jangan pernah menunjukkan wajahmu di hadapanku lagi!”

“PERGI …. !

BRAAAK.

“Ada apa ini?” Seorang wanita paruh baya masuk ke ruangan Wilona dengan tergopoh.

“Pergi!”

“Pergi!” Sementara Wilona masih terus menjadi-jadi. Wanita paruh baya tersebut pun segera memegang pundak Rosa dan membawanya melangkah mundur.

“Ibu, tenang bu, ada apa ini?” 

“Raka.” Seorang anak laki-laki juga masuk ke ruangan tersebut tanpa diketahui.

“Raka, kenapa kamu nampak berbeda?” Wilona mulai memelankan suaranya sembari terus menatap Raka, dia mencoba mengusap matanya beberapa kali, agar penglihatannya bisa lebih jelas. Sedangkan Raka tidak memperdulikan pandangan Wilona yang nampak keheranan, dia segera menyambar tisu yang ada di atas nakas, kemudian menekan luka di punggung tangan Wilona yang terus mengeluarkan darah.

“Ibu, Ibu sudah sadar?”

“Kenapa Ibu terus berteriak?” tanya Raka dengan terus fokus pada luka Wilona.

“Itu Dok, Ibu sudah sadar, tolong diperiksa.” Seketika Wilona mengalihkan pandangannya pada sumber suara.

“Rani?” gumam Wilona. Dokter dan Rani pun segera menghampiri Wilona.

“Rani, kenapa kamu nampak seperti beberapa tahun yang lalu?” gumam Wilona yang suaranya masih bisa didengar oleh beberapa orang yang ada di dekatnya.

“Ibu, apa yang ibu katakan? Kenapa Ibu terus berteriak?” tanya Rani.

“Apa aku sedang mimpi?” gumam Wilona lagi, tanpa menjawab pertanyaan semua orang yang terus penasaran dengan teriakan Wilona.

“Tidak bu, Ibu tidak bermimpi, hanya saja Ibu baru sadar setelah pingsan beberapa hari,” terang dokter sembari membalut luka di punggung tangan Wilona.

“Pingsan?” tanya Wilona yang semakin keheranan.

“Iya bu, kami berdua menemukan ibu tergeletak di bawah wastafel kamar mandi,” ucap Raka sembari menatap Rani sejenak.

“Sepertinya Ibu sedang kelelahan hingga pingsan di sana, karena dokter tidak menemukan adanya bekas kekerasan ataupun luka,” sahut Rani.

“Benarkah seperti itu?” tanya Wilona sembari menatap Dokter.

“Iya bu, Ibu hanya kelelahan dan juga anemia,” jelas Dokter.

“Anemia? Ya, aku memang kerap punya penyakit darah rendah, dan itu akan semakin memburuk jika aku tidak makan dengan baik serta kelelahan,” gumam Wilona dalam hati.

“Beruntung dua anak ini segera membawa ibu ke rumah sakit,” ucap dokter sembari tersenyum setelah membalut luka dan memasang infus kembali dengan jarum yang baru, di tangan sebelah kanan.

“Eh, tunggu dulu Dok, apa paru-paru ku baik-baik saja? Mungkin saja paru-paruku kemasukan banyak air,” ucap Wilona.

“Tidak ada bu, anda hanya kelelahan saja, kami sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh,” terang Dokter.

“Sekarang apa ada yang ibu keluhkan?” tanya dokter tersebut.

“Hanya kepala saya sangat berat dok,” jawab Wilona.

“Itu wajar, karena Ibu telah pingsan beberapa hari dan memaksa untuk duduk, sebaiknya Ibu berbaring dulu untuk memulihkan tenaga,” ucap dokter tersebut yang kemudian pergi meninggalkan ruangan.

“Dasar wanita gila!” 

“Sudah sakit-sakitan, gak bisa kasih keturunan, bisanya nyusahin saja!” 

“Beruntung Rosa masih mau rawat kamu!” umpat wanita paruh baya yang tadi masuk ke ruangan dengan tergopoh. Wanita paruh baya itu merupakan Ibu mertua Wilona.

“Merawat? Wanita gila itu mau merawatku? Bukankah aku berada di sini karena ulahnya?” monolog Wilona dalam hati.

“Lebih baik Bram menikah dengan Rosa saja, dari pada dengan kamu yang selalu membawa sial buat keluarga!” 

“Ayo Rosa, kita keluar saja, biarkan dia, tidak usah kamu rawat lagi!” ucap Mama Arina, beliau merangkul pundak Rosa dan berjalan keluar ruangan.

“Hah, bukankah Mas Bram dan Rosa memang sudah menikah?” monolog Wilona dalam hati yang semakin kebingungan.

“Sabar ya Bu,” ucap Rani sembari mengelus pundak Wilona, yang juga seketika menyadarkan Wilona dari lamunannya.

“Raka, Rani, anak-anak yang selalu aku sia-siakan dan tidak pernah aku perhatikan, tapi mereka berdua terus merawatku dengan baik, juga sangat perhatian padaku,” monolog Wilona dalam hati lagi sembari memandang Raka dan Rani secara bergantian.

Tes.

Hingga tidak terasa, butiran air matanya tiba-tiba saja terjatuh. “Ibu, apa Ibu sedang kesakitan?” tanya Raka sembari memegang tangan Wilona yang tadi terluka. Wilona pun hanya bisa menggelengkan kepalanya perlahan.

“Ah, benar!”

“Apa aku bisa meminjam handphone?” tanya Wilona yang lagi-lagi memaksa duduk meskipun kepalanya masih terasa berat.

“Handphone?” tanya Raka.

“Iya, pinjam handphone kalian,” ucap Wilona lagi.

“Kami mana punya handphone bu,” sahut Rani.

“Bukankah aku sudah membelikan kalian handphone tempo hari,” ucap Wilona.

“Kapan Ibu membelikan handphone untuk kami?” tanya Raka sembari mengerutkan keningnya.

“Ibu lebih baik istirahat dulu,” ucap Rani.

Ceklek.

“Sayang, apa kamu baik-baik saja?” 

“Mas Bram,” ucap Wilona sembari berhambur ke pelukan Bramasta, yang secepat kilat sudah berada di pinggir ranjang.

“Maaf, karena aku sudah mengganggu Bapak saat bekerja,” ucap Rani lirih sembari menundukkan kepalanya.

“Tidak apa, kamu melakukan hal yang benar,” ucap Bramasta.

“Kamu tadi menelepon Mas Bram?” tanya Wilona sembari menatap ke arah Rani, tanpa melepas pelukannya.

“Iya bu, maaf,” ucap Rani dengan terus tertunduk, seakan merasa takut dan juga bersalah.

“Katanya tadi kamu gak punya handphone?” tanya Wilona dengan tatapan penuh menyelidik.

“Aku tadi menggunakan telepon rumah sakit,” jawab Rani.

“Mereka berdua kan memang tidak punya handphone sayang, tapi mereka hafal dengan nomor telepon kita,” jelas Bramasta yang seketika membuat Wilona melepaskan pelukannya.

“Iyakah? Bukankah aku sudah membelikan handphone pada mereka berdua?” tanya Wilona dengan sangat penasaran.

“Membelikan mereka berdua handphone? Sejak kapan kamu perhatian dengan mereka berdua, hmm?” tanya Bramasta yang semakin membuat Wilona sangat kebingungan.

“Kenapa? Apa ada yang salah dari ucapanku?” tanya Bramasta setelah melihat ekspresi istrinya yang sangat kebingungan.

“Kenapa semua kejadian hari ini sangat aneh?” monolog Wilona dalam hati.

“Kalau begitu, aku pinjam handphone kamu,” ucap Wilona yang langsung dituruti oleh Bramasta, karena memang tidak ada hal apapun yang disembunyikan oleh Bramasta, maka dari itu dia tidak keberatan untuk meminjamkan handphonenya.

“Sayang … Apa kamu salah set tanggal?” 

“Kenapa tahun 2021?” tanya Wilona dengan terus melihat layar ponsel Bramasta.

“Ya memang sekarang tahun 2021 sayang,” jawab Bramasta sembari duduk di sebelah ranjang, sedangkan Rani mengambil botol air mineral untuk diberikan pada Bramasta.

“2021? Bukakah sekarang tahun 2025?” tanya Wilona. Tujuan Wilona meminjam handphone memang untuk melihat tanggal hari itu.

“Sayang, apa kamu pikir kamu berasal dari masa depan?” tanya Bramasta yang membuat Raka dan Rani tersenyum tipis.

Wilona segera membuka aplikasi kalender, dan hasilnya masih sama, yaitu menunjukkan tahun 2021.

“Ibu, apa Ibu masih belum sadar sepenuhnya? Sekarang memang tahun 2021 bu,” ucap Raka sembari menunjukkan kalender yang ada di atas nakas.

Dengan segera, Wilona menyambar kalender tersebut dan membalik setiap lembar, tapi yang dia dapat hanya angka 2021, tidak ada angka 2025 di sana.

“Ssst …” Wilona mendesis sembari memegang kepalanya yang semakin berat. Lambat laun pandangannya kabur dan semakin lama semakin gelap.

Tap.

Bugh.

“Ibu … ”

“Sayang … ” 

Wilona sudah tidak bisa melihat apapun lagi, hanya suara Bramasta, Raka dan Rani yang masih terdengar, mereka terdengar kebingungan dan juga panik memanggil dokter, tapi suara-suara itu pun semakin lama juga tidak terdengar lagi oleh Wilona.

Related chapters

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 2

    Sayup-sayup Wilona mulai membuka mata, kali ini dia melihat ke sekeliling dan mendapati bahwa hari sudah gelap. Wilona terus berusaha duduk sembari memegangi kepalanya yang masih terasa berat.Wilona melihat kesana dan kemari, ia mendapati bahwa Raka dan Rani tengah tidur di sofa, sedangkan Bramasta tidak ada di ruangan. “Sssst … kemana Mas Bram ini,” gumam Wilona dengan menahan rasa sakit.Wilona menyibakkan selimutnya dan berusaha turun dari ranjang rumah sakit, dengan terhuyung-huyung dia mencoba berjalan keluar ruangan sembari memegang tongkat, yang digunakan untuk mengaitkan infus. “Permisi, sekarang tanggal berapa ya?” tanya Wilona pada seseorang yang sedang duduk santai di depan ruangan sebelah Wilona.“Sekarang tanggal 17 Juni,” jawab orang tersebut sembari melihat telepon genggamnya.“Emb … apa sekarang tahun 2021?” tanya Wilona dengan ragu.“Iya, sekarang memang tahun 2021,” jawab orang tersebut dengan yakin.“Baik, terima kasih,” ucap Wilona sembari sedikit membungkukkan ba

    Last Updated : 2025-01-18
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 3

    "Ibu,""Ibu dari mana saja?" Saat Wilona berjalan menyusuri lorong, dia mendengar suara yang tidak asing."Rani," ucap Wilona."Ibu dari mana? Kami semua mencari Ibu dari tadi," tanya Rani sembari berjalan menghampiri Wilona dan berusaha memapahnya. Wilona pun mengulas senyum tipis pada Rani."Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Wilona setelah mereka berdua terpaku beberapa saat."Aku ... aku belum pernah melihat Ibu tersenyum padaku dengan tulus," jawab Rani dengan sedikit ragu."Benarkah?" tanya Wilona."Emmb," jawab Rani sembari mulai berjalan."Apa aku dulu sejahat itu?" tanya Wilona lagi."Ibu tidak jahat, Ibu sangat baik, hanya saja keadaan yang merubah Ibu dari ceria menjadi murung," jawab Rani dengan terus memapah lengan Wilona."Keadaan? Keadaan yang seperti apa?" tanya Wilona."Apa Ibu sudah lupa?" tanya Rani."Kalau bisa ... memang sebaiknya Ibu melupakan hal-hal yang buruk, jadi Ibu bisa kembali menjadi diri Ibu sendiri," lanjut Rani."Entahlah, apa itu memang lebih

    Last Updated : 2025-01-18
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 4

    "Sayang, ini aku bawakan handphone kamu, agar kamu tidak bosan selama menjalani perawatan disini," ucap Bramasta mencoba mencairkan suasana, setelah keadaan menjadi kikuk sejenak. "Oh iya, aku memang sangat membutuhkannya," ucap Wilona sembari menerima handphone tersebut. "Sebentar lagi aku akan pulang, karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, mereka berdua yang akan menjagamu," "Apa tidak masalah?" tanya Bramasta. "Emb, tentu saja tidak masalah, terima kasih karena kamu selalu bekerja keras untuk keluarga, jangan lupa makan dan istirahat," ucap Wilona sembari mengulas senyum manis. "Tentu saja, kamu juga makan yang banyak ya, agar segera pulih dan bisa segera kembali ke rumah," ucap Bramasta sembari mengecup kening istrinya. Wilona pun mengangguk dan tersenyum dengan perlakuan Bramasta tersebut. *** Beberapa saat kemudian setelah kepergian Bramasta, Raka dan Rani pun masuk ke ruangan Wilona. "Dari mana kalian?" tanya Wilona. "Kami hanya di luar Bu," jawab Raka. "Kenap

    Last Updated : 2025-01-18
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 5

    Keesokan harinya."Hais, rasanya malas sekali aku harus pura-pura baik pada keluarga ini," gerutu Rosa sembari berjalan di lorong rumah sakit."Kalau bukan karena harta mas Bram yang berlimpah dan tidak akan habis sampai 7 turunan, aku tidak akan mau melayani mereka." "Lebih-lebih melayani istrinya, demi mendapatkan restu, agar aku bisa menikah dengan Mas Bram, aku harus rela masak dan membawakan makanan untuk istrinya itu, huft." Rosa terus menggerutu sembari membawa rantang yang berisi makanan, yang akan diberikan pada Wilona."Lagian itu perempuan nyawanya banyak banget ya, aku sudah melakukan banyak cara untuk mencelakainya, tapi dia masih saja selamat." "Kalau dia mampus kan enak, tidak perlu lagi untuk mengemis restu darinya." "Lagian Mas Bram juga cinta gila banget sih sama dia, apa dia benar bisa menerimaku jadi istrinya nanti?""Hais, sudahlah, yang pasti aku akan terus berusaha untuk menggodanya, toh aku juga lebih montok kan dari pada istrinya itu," ucap Rosa dengan penu

    Last Updated : 2025-01-18
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 6

    "Apa kamu sudah ingat, bahwa kamu masih mempunyai istri?" tanya Wilona saat mendapati Bramasta baru saja masuk ke kamar. Saat ini Wilona sudah mengenakan piyama, berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponselnya. "Sayang ... aku hanya menolongnya sebagai tamu," jawab Bramasta sembari duduk di ujung ranjang. "Sayang, apa kamu harus berbuat sejauh itu? Kenapa perbuatanmu tidak mencerminkan sebagai wanita yang bermartabat?" cecar Bramasta. "Bermartabat?" "Justru aku sedang melindungi martabatku, bagaimana bisa aku diam saja saat suamiku dijodohkan dengan wanita lain?" "Bak air susu dibalas dengan air tuba, semua kebaikan yang sudah aku berikan padanya, sepertinya itu tidak berarti apa-apa kan?" jelas Wilona. "Hmm, ya, cukup masuk akal," "Lagi pula sekeras apapun Mama dan Rosa memaksa, jika kamu tidak setuju, maka pernikahan itu juga tidak akan pernah terjadi," "Bukankah selama ini aku memang hanya badut bagimu?" tanya Bramasta dengan tetap memunggungi Wilona. "Badut?" "

    Last Updated : 2025-01-22
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 7

    "Bagaimana hasilnya? Kalian berdua sehat kan? Bisa segera program hamil kan?" cecar Mama Arina saat baru saja Wilona membuka pintu."Entahlah," jawab Wilona dengan cuek, sembari dia terus berjalan masuk."Apa maksud kamu entahlah?" Mama Arina mengekor di belakang Wilona."Dari dulu aku tidak begitu peduli dengan keturunan, kenapa Mama selalu mendesakku?" tanya Wilona sembari dia duduk di ruang makan, Rani pun segera menuangkan air putih untuk Wilona."Apa sih yang kamu bicarakan? Bukankah kamu sudah sepakat untuk mencoba?""Dan kata Rani, kamu tadi pergi ke dokter untuk mengambil hasil tes pemeriksaan kalian tempo hari?" cecar Mama Arina tidak mau menyerah."Aku tadi memang pergi ke dokter, tapi bukan untuk mengambil hasil tes," ucap Wilona."Lalu?" sahut Mama Arina."Emb ... aku pergi untuk membatalkan tes yang kita lakukan tempo hari," jawab Wilona tanpa merasa bersalah.Brak!"Gila kamu ya!" sentak Mama Arina, bahkan beliau juga menggebrak meja."Kenapa? ini tubuhku, terserah aku m

    Last Updated : 2025-01-22
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 8

    Malam hari.Tap.Tap.Tap."Nyonya Wilona?" sapa seorang pelayan restoran, saat Wilona baru saja sampai di depan pintu sebuah restoran."Iya," jawab Wilona dengan ramah."Silahkan, tuan Bramasta sudah menunggu," ucap pelayan tersebut.Pelayan itu pun segera menunjukkan jalan dan Wilona mengekor di belakangnya.Tadi siang, saat Wilona tengah bersantai di taman sebelah kolam renang, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Bramasta, bahwa Bramasta akan mengajaknya untuk makan malam disebuah restoran."Apa tempat ini di sewa?" tanya Wilona saat dia mendapati bahwa tidak ada pengunjung lain di restoran tersebut."Benar Nyonya, tuan Bramasta melakukan reservasi tadi pagi," jawab pelayan tersebut dengan tersenyum ramah."Apa semua ini juga disiapkan olehnya?" tanya Wilona lagi, karena di sepanjang dia berjalan, sangat banyak sekali bunga mawar, baik di meja, kursi, dinding, bahkan di lantai juga bertaburan banyak bunga mawar, tidak lupa juga dengan banyak lilin."Benar Bu," "Itu, tuan Bramasta

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 9

    "Selamat pagi," sapa Wilona sembari menuruni anak tangga."Pagi ... " jawab semua orang secara serentak."Kenapa pagi-pagi kamu sudah rapi?" tanya Bramasta."Kan aku sudah bilang, kalau aku mau bekerja lagi," jawab Wilona yang sudah sampai di meja makan dan segera duduk."Mbak, apa Mbak memang perlu bekerja lagi?" tanya Rosa yang tentu saja sudah menjadi anggota keluarga saat ini, bahkan juga tinggal satu atap."Kenapa Ros? Apa kamu keberatan? Bukankah kamu sudah menandatangani syarat untuk menikah dengan Mas Bram tempo hari?" cecar Wilona."Bukan begitu Mbak, Mbak kan sudah berhenti bekerja selama beberapa tahun, takutnya nanti Mbak malah sudah lupa dengan semua yang biasa dikerjakan di kantor, malah repot nanti kalau Mbak harus belajar lagi,""Lebih baik Mbak di rumah saja, mengurusi urusan rumah, bukankah itu sudah menjadi keahlian Mbak Ona," sindir Rosa."Tenang saja, aku adalah orang yang cerdas, tidak mungkin aku melupakan semua tentang urusan kantor, lagi pula di rumah kan suda

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 16

    Hap."Rosa, lepaskan aku! Apa yang kamu lakukan?" teriak Wilona sembari menahan rasa sakit, karena Rosa tengah menjambak rambut dan juga menenggelamkan wajah Wilona beberapa kali ke dalam wastafel yang penuh dengan air.Hap.Beberapa kali juga Wilona mencoba mengambil nafas saat rosa menarik rambutnya, hingga wajahnya keluar dari genangan air di wastafel tersebut.Bruuk."Ro ... sa," rintih Wilona saat dia sudah tidak tahan lagi dan ambruk ke lantai."Ingat, ini hanya pelajaran awal saja, jika kamu tidak segera menandatangani surat pengalihan harta, aku akan memberimu pelajaran yang lebih menyakitkan dari hari ini," ucap Rosa dengan tersenyum puas, bahkan dia berbicara juga sembari memainkan kuku palsunya, seakan tidak menyesali perbuatannya sama sekali.Sayup-sayup Wilona mencoba membuka mata dalam keadaan yang sudah pucat pasi, dia penasaran dengan suara langkah kaki yang baru saja masuk ke kamarnya."Sayaaang ..." teriak Rosa.Jedaaar.Betapa terkejutnya Wilona saat mendapati Brama

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 15

    Beberapa hari kemudian.Braak !!"Kamu masih bisa bersantai seperti ini?" Sentak Rosa saat memasuki ruangan Bramasta.Mengetahui ada istri bosnya masuk, sekretaris Bramasta pun segera keluar dari ruangan. Saat itu Bramasta tengah mengecek beberapa berkas di atas meja."Apa kamu tidak melihat berita hari ini?" Rosa segera mengambil remot dan menyalakan televisi yang ada di ruangan Bramasta.'Nyonya Wilona akan segera mengadakan jumpa pers, terkait kasus penyerangan yang dia alami'"Lihat itu yang sedang dilakukan istrimu! Dia ingin mengadakan jumpa pers untuk mengkonfirmasi kejadian tempo hari, bahkan memar-memar di wajahnya juga masih terlihat jelas!" ucap Rosa dengan menggebu."Bertanggung jawablah atas perbuatanmu sendiri," ucap Bramasta dengan suara lirih dan tegas."Bukan itu maksudku, kamu harus menghentikan langkahnya sebelum dia mencoreng wajah perusahaan, lagian kan pelakunya juga sudah ditangkap semua, lalu apa lagi yang ingin dia konfirmasi?" jelas Rosa."Dia masih meyakini

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 14

    Brak."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Bramasta datang ke rumah sakit dengan tergopoh, hal itu membuat Furi segera menyudahi makan malamnya dan turun dari ranjang."Aku tadi mengabari tuan Bramasta," ucap Furi dengan nada lirih sembari menunduk.Bramasta pun segera berjalan ke ranjang Wilona dan memeluknya dengan erat. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bramasta dengan suara sangau, sepertinya dia sedang menahan tangis."Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak menjaga Ibu dengan baik!" teriak Bramasta sembari menghadap ke arah Raka."Aku baik-baik saja, kenapa kamu berteriak padanya? Dia yang telah menyelamatkanku," sahut Wilona. Sementara Raka, Rani dan Furi hanya bisa menunduk."Cih, padahal dia juga tidak menjaga istrinya dengan baik, kenapa malah marah-marah pada Raka, dasar sampah!" gumam seseorang di seberang telepon Raka, saat dia mendengar teriakan Bramasta.Tut.Orang tersebut pun segera menutup sambungan teleponnya dan menyeruput es Cappucino yang ada di hadapannya dengan s

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 13

    "Berpikir Wilona, berpikirlah dengan cepat," monolog Wilona dalam hati.Pria tadi segera berjalan ke arah sofa mengikuti Wilona. "Eh tunggu, aku tadi kan haus, cepat pesankan aku minum dulu, bagaimana aku bisa melayani kalian dengan baik, jika tubuhku lemas seperti ini.""Pasti tidak akan menyenangkan bukan?" tanya Wilona sembari memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah semua pria tadi."Cepat kalian pesan minuman," suruh pria yang mereka panggil 'Bos'."Oh, ternyata dia yang membawa kunci," batin Wilona dengan memandangi sekeliling agar tidak menimbulkan kecurigaan.Karena dia saat ini sedang berusaha mengulur waktu, Wilona pun berjalan ke arah meja makan, dia mengurungkan niatnya untuk duduk di sofa.Wilona memperhatikan sekeliling dan melihat ada CCTV di mana-mana. "Hmb, tidak mungkin para karyawan tidak tahu kejadian di sini, kecuali mereka memang sudah disuap sehingga mereka menutup mata," monolog Wilona dalam hati.Ceklek.Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa mi

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 12

    Krincing."Kalian masih di sini?" tanya Rosa yang baru saja masuk ke cafe tempat Wilona makan siang tadi."Apa urusannya denganmu?" tanya Wilona dengan nada datar, juga dengan tetap memainkan ponselnya."Rugi dong cafe ini, jika kamu di sini seharian," ucap Rosa yang kemudian ikut duduk di tempat Wilona."Aku sudah menyewanya satu hari, jangan banyak cing cong," ucap Wilona."Apa kamu sudah berhasil menghubungi grup Salim?" tanya Rosa dengan nada mengejek. Wilona meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menarik nafas dalam sembari melihat ke arah Rosa dengan kesal."Taraaam ..." "Aku sudah berhasil membuat janji," ucap Rosa dengan tersenyum, sembari menyodorkan ponselnya ke arah Wilona.Wilona dan Furi pun segera mendekatkan kepala mereka untuk melihat pesan di ponsel Rosa lebih dekat dan lebih jelas."Nih, baca aja sendiri." Rosa meletakan ponselnya di meja."Secepat itu?" tanya Wilona seakan tidak percaya, sementara Furi segera mencatat tempat pertemuan mereka, serta nomor telepon

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 11

    "Apa belum berkumpul semua?" tanya Wilona yang baru saja memasuki cafe, serta melihat Furi dan beberapa karyawan di sana."Sudah," jawab Furi sembari membungkukkan sedikit tubuhnya dengan sopan, karena dia menghormati Wilona sebagai atasannya."Apa?" Wilona pun terkejut dengan jawaban Furi, karena dia mendapati hanya ada 7 karyawan saja di sana."Memang hanya mereka saja yang bertahan," bisik Furi.Tap.Wilona pun segera duduk dan tersenyum pada mereka semua, para karyawan itu pun juga menunduk dengan segan. "Wajah-wajah tidak asing," ucap Wilona."Apa kalian semua masih mengingatku?" tanya Wilona."Tentu saja Bu, kami sangat senang sekali saat mendengar Ibu kembali ke kantor," jawab salah seorang karyawan."Apa Ibu sehat?" tanya karyawan lain."Tentu saja, aku sangat sehat dan tetap cantik," jawab Wilona dengan sedikit mengulas senyum, untuk meminimalisir kecanggungan diantara mereka.Meskipun Wilona nampak sangat dingin dan juga berekspresi datar, tapi para karyawan sangat senang da

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 10

    "Kenapa lampu ruangan kamu masih menyala?" tanya Furi yang juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya, saat dia hendak pergi, dia melihat lampu di ruangan Wilona masih menyala, maka dari itu Furi memutuskan untuk mengecek."Aku harus lembur," jawab Wilona."Kamu sendiri kenapa belum pulang?" tanya Wilona."Aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku, sebelum aku kembali mengabdi padamu paduka," jawab Furi yang seketika membuat Wilona mengulas senyum."Kamu tidak harus menyelesaikannya dalam semalam semua map yang aku kasih tadi," ucap Furi."Aku tidak sedang mengecek map dari kamu," ucap Wilona."Lalu apa yang kamu lakukan?" tanya Furi sembari duduk di hadapan Wilona."Aku sedang membuat proposal untuk kerja sama dengan grup Salim," jawab Wilona."Apa kamu sudah tahu?" tanya Furi dengan terkejut."Tidak, Rosa yang menyuruhku membuat ini," jawab Wilona."Hais, dasar wanita gila," gerutu Furi."Emb, aku tahu kamu memang pekerja keras, tapi ..." "Tapi apa?" tanya Wilona."Pikirkanlah juga

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 9

    "Selamat pagi," sapa Wilona sembari menuruni anak tangga."Pagi ... " jawab semua orang secara serentak."Kenapa pagi-pagi kamu sudah rapi?" tanya Bramasta."Kan aku sudah bilang, kalau aku mau bekerja lagi," jawab Wilona yang sudah sampai di meja makan dan segera duduk."Mbak, apa Mbak memang perlu bekerja lagi?" tanya Rosa yang tentu saja sudah menjadi anggota keluarga saat ini, bahkan juga tinggal satu atap."Kenapa Ros? Apa kamu keberatan? Bukankah kamu sudah menandatangani syarat untuk menikah dengan Mas Bram tempo hari?" cecar Wilona."Bukan begitu Mbak, Mbak kan sudah berhenti bekerja selama beberapa tahun, takutnya nanti Mbak malah sudah lupa dengan semua yang biasa dikerjakan di kantor, malah repot nanti kalau Mbak harus belajar lagi,""Lebih baik Mbak di rumah saja, mengurusi urusan rumah, bukankah itu sudah menjadi keahlian Mbak Ona," sindir Rosa."Tenang saja, aku adalah orang yang cerdas, tidak mungkin aku melupakan semua tentang urusan kantor, lagi pula di rumah kan suda

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 8

    Malam hari.Tap.Tap.Tap."Nyonya Wilona?" sapa seorang pelayan restoran, saat Wilona baru saja sampai di depan pintu sebuah restoran."Iya," jawab Wilona dengan ramah."Silahkan, tuan Bramasta sudah menunggu," ucap pelayan tersebut.Pelayan itu pun segera menunjukkan jalan dan Wilona mengekor di belakangnya.Tadi siang, saat Wilona tengah bersantai di taman sebelah kolam renang, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Bramasta, bahwa Bramasta akan mengajaknya untuk makan malam disebuah restoran."Apa tempat ini di sewa?" tanya Wilona saat dia mendapati bahwa tidak ada pengunjung lain di restoran tersebut."Benar Nyonya, tuan Bramasta melakukan reservasi tadi pagi," jawab pelayan tersebut dengan tersenyum ramah."Apa semua ini juga disiapkan olehnya?" tanya Wilona lagi, karena di sepanjang dia berjalan, sangat banyak sekali bunga mawar, baik di meja, kursi, dinding, bahkan di lantai juga bertaburan banyak bunga mawar, tidak lupa juga dengan banyak lilin."Benar Bu," "Itu, tuan Bramasta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status