Share

Bab 6

Author: Eriin 1208
last update Last Updated: 2025-01-22 20:16:17

"Apa kamu sudah ingat, bahwa kamu masih mempunyai istri?" tanya Wilona saat mendapati Bramasta baru saja masuk ke kamar.

Saat ini Wilona sudah mengenakan piyama, berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponselnya.

"Sayang ... aku hanya menolongnya sebagai tamu," jawab Bramasta sembari duduk di ujung ranjang.

"Sayang, apa kamu harus berbuat sejauh itu? Kenapa perbuatanmu tidak mencerminkan sebagai wanita yang bermartabat?" cecar Bramasta.

"Bermartabat?"

"Justru aku sedang melindungi martabatku, bagaimana bisa aku diam saja saat suamiku dijodohkan dengan wanita lain?"

"Bak air susu dibalas dengan air tuba, semua kebaikan yang sudah aku berikan padanya, sepertinya itu tidak berarti apa-apa kan?" jelas Wilona.

"Hmm, ya, cukup masuk akal,"

"Lagi pula sekeras apapun Mama dan Rosa memaksa, jika kamu tidak setuju, maka pernikahan itu juga tidak akan pernah terjadi,"

"Bukankah selama ini aku memang hanya badut bagimu?" tanya Bramasta dengan tetap memunggungi Wilona.

"Badut?"

"Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?" tanya Wilona.

"Huft, tidak ada, lupakan saja," ucap Bramasta yang segera beranjak dari duduknya dan mulai melangkah menuju kamar mandi.

"Apa sebenarnya kamu juga menginginkan pernikahan itu?"

Tap.

Bramasta menghentikan langkahnya tatkala mendengar pertanyaan Wilona. "Aku hanya tidak ingin kamu dan Mama terus bertengkar." Setelah menjawab pertanyaan itu, Bramasta pun segera masuk ke kamar mandi dan menutup pintu.

"Alasan macam apa itu?"

"Sejak kapan dia sangat peduli dengan perasaan semua orang?" gumam Wilona.

"Tunggu,"

"Sebenarnya, aku kembali ke tahun ini untuk mencegah pernikahan mereka,"

"Ataukah ... "

"Untuk balas dendam?" gumam Wilona dengan pandangan matanya menyorot sangat tajam.

"Bagaimana waktu itu aku bisa tidak menyadari kejanggalan yang diperlihatkan oleh Mas Bramasta seperti tadi? Dan bagaimana juga aku bisa begitu saja akhirnya menyetujui pernikahan mereka?" Wilona mencoba berpikir dengan sangat keras.

"Jadi kali ini aku harus benar-benar memikirkan dengan matang keputusanku," gumam Wilona sembari memejamkan matanya, meskipun dia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, tapi dia cukup stres memikirkan semua ini.

***

"Jangan terlalu dipikirkan." Beberapa lama kemudian, Bramasta keluar dari kamar mandi sembari mengusap rambutnya dengan handuk kecil, dia melihat Wilona yang hanya terduduk di atas ranjang dengan tatapan kosong.

Cup.

Bramasta pun segera mengecup lembut kening istrinya, hal itu tentu saja membuat Wilona seketika tersadar dari lamunannya dan tersenyum.

"Aku akan selalu mendukung semua keputusan kamu," ucap Bramasta sembari duduk di hadapan Wilona dan juga memegang kedua telapak tangan Wilona dengan lembut.

"Mama adalah tetap Mamaku, meskipun aku mengecewakannya, beliau akan tetap memaafkanku,"

"Jadi, jangan terlalu memaksakan diri," ucap Bramasta, sementara Wilona tetap terdiam.

"Bagaimana ... kalau kita pergi cek ke rumah sakit, kita mulai program hamil ataupun kita bisa mencoba mulai program bayi tabung, kita konsultasikan dulu saja ke dokter." Bramasta mencoba memberikan usul yang menurutnya menjadi jalan tengah atas masalah rumah tangganya tersebut.

"Pada akhirnya ... dia pun lelaki dan juga seorang anak, pasti sudah sangat lama juga dibenaknya bahwa dia ingin memiliki anak, dan juga ingin berbakti pada mamanya," monolog Wilona dalam hati.

"Entahlah, apa semua itu bisa membuat ibumu bungkam?"

"Program anak?"

"Bukankah jika benar kamu ingin memiliki anak, seharusnya kita sudah program mulai awal menikah?"

"Kenapa baru sekarang kamu tertarik? Apa kamu baru saja mendapatkan wangsit di kamar mandi?" tanya Wilona.

"Hmmmb, aku hanya ingin kamu membuktikan pada Mama, kalau kamu bisa memberikan keturunan, hanya saja mungkin tidak sekarang,"

"Yang pasti, aku akan menyerahkan hasil tes pada Mama, bahwa kamu tidak bermasalah," terang Bramasta.

"Apa itu perlu?"

"Aku tidak pernah peduli dengan pendapat mamamu," ucap Wilona dengan sengit.

"Jika kamu tidak mau, maka Mama akan terus mendesakmu untuk mengizinkan aku menikah dengan Rosa," ucap Bramasta sembari beranjak dari duduknya.

"Apa kamu sedang mengancamku sekarang?"

"Bukankah kamu bisa menolaknya?" tanya Wilona.

"Aku memang selalu menolaknya, tapi Mama pun juga akan terus mendesak,"

"Jadi ... sekarang terserah kamu saja," ucap Bramasta.

"Terdengar seperti kamu memang ingin menikah lagi," ucap Wilona.

"Terserah seperti apa penilaianmu terhadapku, yang pasti aku tidak ingin berdebat hingga membuat hubungan kita renggang, kita sudahi saja obrolan kita sampai disini," ucap Bramasta yang kemudian keluar dari kamar untuk mengakhiri pembicaraan, setelah sebelumnya dia memakai piyama terlebih dahulu.

Wilona turun dari ranjang dan menenggak beberapa teguk air mineral botol yang tadi sudah disiapkan oleh Raka dan Rani, sejak dia melihat rekaman CCTV kemarin, dia sudah tidak mau lagi makan ataupun minum dirumah ini, selain yang disediakan oleh Raka dan Rani.

"Aku harus benar-benar memikirkan apa yang harus aku lakukan kedepannya," gumam Wilona sembari mondar-mandir di kamarnya.

"Mana sebenarnya yang terbaik, apa aku harus mencegah pernikahan mereka? Ataukah ... biarkan saja mereka tetap menikah, aku tinggal menjaga diriku sendiri,"

"Hais, sungguh membingungkan, kembali ke masa inipun aku masih tetap pusing dengan kelakuan mereka semua," gerutu Wilona.

***

Keesokan harinya.

Wilona baru menuruni tangga untuk menuju ke meja makan.

"Apa kalian yang memasak?" bisik Wilona saat melewati Raka dan Rani yang tengah berdiri agak jauh dari meja makan, mereka berdua pun mengangguk sembari mengangkat jari jempol mereka.

"Oke," jawab Wilona lirih.

"Selamat pagi," sapa Wilona pada Mama Arina dan Bramasta yang sudah duduk di sana lebih dulu.

"Selamat pagi sayang," jawab Bramasta dengan tersenyum, sementara Mama Arina hanya mencebikkan bibirnya saja.

Raka dan Rani segera melayani Wilona, mengambilkan nasi dan juga lauk di atas piringnya.

"Makasih," ucap Wilona lirih.

"Bagaimana? Apa pikiran kamu sudah jernih?" tanya Mama Arina.

"Tentu saja, pikiranku selalu jernih dan juga positif," jawab Wilona.

"Lalu, apa keputusanmu?" desak Mama Arina.

"Hari ini aku akan melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, dan juga memulai program hamil, bagaimana menurut Mama?" tanya Wilona.

"Benarkah?" tanya Mama Arina dengan terkejut.

"Baguslah, jika kamu sudah mulai sadar dan berpikir untuk memiliki anak bersama Bramasta," ucap Mama Arina.

"Jadi ... apa masalah kita sudah selesai?" tanya Wilona.

"Tentu saja, masalah kita selesai sampai di sini," jawab Mama Arina dengan kegirangan.

"Aku sangat senang melihat Kalian berdua akur seperti ini," celetuk Bramasta sembari tersenyum dan melihat ke arah istri serta mamanya secara bergantian.

"Mari kita sarapan," ajak Mama Arina yang sepertinya mulai memiliki mood yang membaik.

"Mama, Mas, aku ingin mengajak Raka dan Rani sarapan bersama, satu meja dengan kita," ucap Wilona dengan sedikit ragu.

"Tentu saja, kenapa tidak," sahut Mama Arina.

"Raka, Rani, ayo kita sarapan sama-sama, jangan sampai merusak momen pagi yang penuh makna ini," ajak Mama Arina.

Raka dan Rani sangat senang mendengar hal itu, begitu juga dengan Wilona yang segera memamerkan senyumnya, Raka dan Rani pun segera duduk dan ikut sarapan bersama.

Ting.

Ting.

Ting.

Tidak ada lagi obrolan di meja makan, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar.

"Wilona," panggil Mama Arina di tengah-tengah alunan irama sendok dan garpu yang mereka ciptakan.

"Hmm." Wilona pun segera mendongak dan melihat ke arah Mama mertuanya.

"Terima kasih," ucap Mama Arina dengan terharu.

"Terima kasih?" Wilona nampak terkejut dengan ucapan Mama mertuanya, hingga dia menghentikan kegiatan sarapannya.

"Terima kasih sudah mau berusaha memberikan keturunan untuk Bramasta,"

"Kalian tahu sendiri kan, kamu adalah anak tunggal, begitu juga dengan Bramasta, Mama hanya tidak mau jika keturunan kalian putus begitu saja,"

"Mama doakan, semoga program hamil kalian diberikan kelancaran," ucap Mama Arina.

Tiba-tiba saja suasana menjadi haru, baru kali ini Mama Arina berbicara dengan lembut, seakan beliau tengah menunjukkan sisi keibuannya.

"Apa orang tua ini benar-benar tulus?" Monolog Wilona dalam hati.

"Kenapa Mama membuat suasana menjadi canggung seperti ini?" ucap Wilona mencoba memecahkan keheningan di meja makan, seketika itu juga mereka semua tersadar dan tertawa bersama.

"Raka, Rani, nanti setelah anak lahir, kalian harus membantu menjaga anak ya,"

"Tenang saja, untuk pekerjaan rumah nanti akan Mama sewakan pembantu, yang pasti anak Wilona dan Bramasta harus mendapatkan kasih sayang yang berlebih, apa kalian mengerti?" ucap Mama Arina.

"Siap, sedetik pun kami tidak akan memalingkan pandangan kami pada adik bayi." Terdengar riuh canda tawa antara Mama Arina, Raka dan Rani, seakan rumah tersebut kembali hidup.

"Suasana macam apa ini? Kenapa aku merasa seperti berada di tengah-tengah keluarga sungguhan?"

"Ini bukan mimpi kan? Mama Arina bisa akrab dengan Raka dan Rani, bahkan juga bisa bersikap hangat."

"Tidak bisa dipungkiri, aku sangat senang sekali dengan keadaan ini,"

"Sepertinya, Mama juga benar-benar tulus, beliau hanya menginginkan cucu, tidak lebih,"

"Semoga saja semua pemeriksaan berjalan dengan lancar."

Wilona memandangi mereka semua yang ada di meja makan bak sedang bermimpi, bukan hanya Mama Arina, bahkan Bramasta pun juga ikut bersenda gurau dengan mereka.

***

Beberapa hari telah berlalu, semenjak Wilona memutuskan untuk melakukan program hamil, suasana di rumah benar-benar berubah menjadi hangat, Mama Arina juga kerap menyiapkan makanan sehat untuk Wilona, hingga Wilona sudah tidak waspada lagi untuk makan di rumah. Lebih-lebih, Mama Arina juga melarang keras Rosa untuk berkunjung ke rumah, agar tidak menimbulkan stres pada Wilona.

"Hmmmb ... aku sangat senang dengan suasana ini," ucap Wilona sembari bersantai di sebelah rumah, lebih tepatnya di taman sebelah kolam renang, sembari memainkan ponselnya.

"Bu," sapa Rani sembari membawakan segelas jus strawberry favorit Wilona.

"Hai," sapa Wilona dengan lembut.

"Bukankah hari ini hasil pemeriksaan Ibu keluar?" tanya Rani sembari meletakkan gelas dan juga duduk berhadapan dengan Wilona.

"Benar, aku masih menunggu dokter menghubungiku," jawab Wilona.

"Aku doakan, semoga hasilnya baik ya Bu," ucap Rani.

"Hmm, semoga saja," ucap Wilona dengan tersenyum.

"Apa Mama benar-benar memperlakukan kalian berdua dengan baik?" tanya Wilona.

"Emm, sejak hari itu Nyonya Arina benar-benar baik," jawab Rani sembari mengangguk tipis.

"Walaupun tidak ada aku?" tegas Wilona.

"Iya, sepertinya Nyonya Arina benar-benar tulus," jawab Rani.

"Syukurlah, aku sangat senang sekali," ucap Wilona dengan lega.

Kring ...

Kring ...

Kring ....

"Lihatlah, dokter menghubungiku," ucap Wilona sembari memperlihatkan layar ponselnya pada Rani.

"Angkat Bu," bisik Rani yang juga tidak sabar ingin mengetahui hasilnya.

"Halo," ucap Wilona setelah dia menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"Baik dokter," ucap Wilona.

Tut.

"Apa kata dokter Bu?" tanya Rani dengan menggebu, setelah Wilona mengakhiri percakapan dengan dokter tersebut.

"Dokter menyuruhku langsung datang ke rumah sakit," ucap Wilona dengan riang.

Glek.

Glek.

Glek.

"Pelan-pelan Bu," ucap Rani dengan gemas, saat Wilona minum jusnya hingga tandas.

"Aku harus segera berangkat," Jawab Wilona setelah meletakkan gelas kembali ke atas meja.

"Apa perlu aku temani?" teriak Rani, karena Wilona sudah mulai berjalan, bahkan di juga berlari kecil.

"Tidak perlu, aku akan segera kembali." Wilona pun juga ikut berteriak sembari terus berjalan.

"Hati-hati Bu," teriak Rani, Wilona hanya mengacungkan jari jempol tanpa merespon ucapan Rani.

"Hmm, semoga saja hasilnya benar-benar bagus," ucap Rani dengan nada memohon.

***

"Apa Bapak Bramasta tidak ikut?" tanya dokter yang menangani perawatan mereka berdua.

"Tidak dok, suami saya sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda," jawab Wilona.

"Ini, silahkan Ibu baca untuk hasil pemeriksaannya," ucap dokter tersebut sembari menyodorkan amplop putih.

"Baik Dok," jawab Wilona sembari menerima amplop tersebut.

Ada sedikit rasa khawatir di benaknya sebelum membuka amplop putih tersebut.

Degh.

Degh.

Degh.

Jedaaar !!!

"Mandul."

Bagai tersambar petir, Wilona membaca hasil yang baru saja didapatnya tersebut, dengan tangan yang gemetar, Wilona memasukkan kembali kertas hasil pemeriksaan ke dalam amplop.

"Bu Wilona," panggil dokter.

"Dok, apa anda bisa merahasiakan semua ini dari keluarga saya?" tanya Wilona.

"Tentu saja Bu, kami sebagai dokter memang tidak diperkenankan membeberkan informasi apapun tentang pasien kami," jawab Dokter tersebut.

"Termasuk pada suami saya Dok," pinta Wilona.

"Bukankah suami Ibu harus mengetahui hasilnya?" tanya Dokter.

"Tidak dok, suami saya bisa terpukul jika mengetahui hal ini,"

"Saya sendiri yang akan memberitahu hasil pemeriksaan ini padanya, nanti pada saat yang tepat," jelas Wilona.

"Baiklah, jika itu yang Ibu inginkan, tapi pastikan bahwa suami anda mengetahui hasil ini, apapun hasilnya suami Ibu harus tahu," ucap Dokter tersebut.

"Iya Dok, saya mengerti," ucap Wilona.

***

"Apa sekarang yang harus aku lakukan?" gumam Wilona saat dia sudah ada di dalam mobil sembari terus memandangi amplop putih yang berisi hasil pemeriksaan tersebut.

Wilona membuka kaca mobilnya dan menarik nafas dalam, berharap pikirannya bisa jernih, agar tidak sampai salah mengambil langkah.

"Baru saja suasana di rumah benar-benar terasa seperti rumah yang hangat, kenapa bisa jadi runyam seperti ini," gumam Wilona sembari menyandarkan kepala pada sandaran jok mobilnya.

Beberapa kali Wilona memejamkan mata untuk berpikir, langkah apa yang harus ia ambil sekarang.

Related chapters

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 7

    "Bagaimana hasilnya? Kalian berdua sehat kan? Bisa segera program hamil kan?" cecar Mama Arina saat baru saja Wilona membuka pintu."Entahlah," jawab Wilona dengan cuek, sembari dia terus berjalan masuk."Apa maksud kamu entahlah?" Mama Arina mengekor di belakang Wilona."Dari dulu aku tidak begitu peduli dengan keturunan, kenapa Mama selalu mendesakku?" tanya Wilona sembari dia duduk di ruang makan, Rani pun segera menuangkan air putih untuk Wilona."Apa sih yang kamu bicarakan? Bukankah kamu sudah sepakat untuk mencoba?""Dan kata Rani, kamu tadi pergi ke dokter untuk mengambil hasil tes pemeriksaan kalian tempo hari?" cecar Mama Arina tidak mau menyerah."Aku tadi memang pergi ke dokter, tapi bukan untuk mengambil hasil tes," ucap Wilona."Lalu?" sahut Mama Arina."Emb ... aku pergi untuk membatalkan tes yang kita lakukan tempo hari," jawab Wilona tanpa merasa bersalah.Brak!"Gila kamu ya!" sentak Mama Arina, bahkan beliau juga menggebrak meja."Kenapa? ini tubuhku, terserah aku m

    Last Updated : 2025-01-22
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 8

    Malam hari.Tap.Tap.Tap."Nyonya Wilona?" sapa seorang pelayan restoran, saat Wilona baru saja sampai di depan pintu sebuah restoran."Iya," jawab Wilona dengan ramah."Silahkan, tuan Bramasta sudah menunggu," ucap pelayan tersebut.Pelayan itu pun segera menunjukkan jalan dan Wilona mengekor di belakangnya.Tadi siang, saat Wilona tengah bersantai di taman sebelah kolam renang, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Bramasta, bahwa Bramasta akan mengajaknya untuk makan malam disebuah restoran."Apa tempat ini di sewa?" tanya Wilona saat dia mendapati bahwa tidak ada pengunjung lain di restoran tersebut."Benar Nyonya, tuan Bramasta melakukan reservasi tadi pagi," jawab pelayan tersebut dengan tersenyum ramah."Apa semua ini juga disiapkan olehnya?" tanya Wilona lagi, karena di sepanjang dia berjalan, sangat banyak sekali bunga mawar, baik di meja, kursi, dinding, bahkan di lantai juga bertaburan banyak bunga mawar, tidak lupa juga dengan banyak lilin."Benar Bu," "Itu, tuan Bramasta

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 9

    "Selamat pagi," sapa Wilona sembari menuruni anak tangga."Pagi ... " jawab semua orang secara serentak."Kenapa pagi-pagi kamu sudah rapi?" tanya Bramasta."Kan aku sudah bilang, kalau aku mau bekerja lagi," jawab Wilona yang sudah sampai di meja makan dan segera duduk."Mbak, apa Mbak memang perlu bekerja lagi?" tanya Rosa yang tentu saja sudah menjadi anggota keluarga saat ini, bahkan juga tinggal satu atap."Kenapa Ros? Apa kamu keberatan? Bukankah kamu sudah menandatangani syarat untuk menikah dengan Mas Bram tempo hari?" cecar Wilona."Bukan begitu Mbak, Mbak kan sudah berhenti bekerja selama beberapa tahun, takutnya nanti Mbak malah sudah lupa dengan semua yang biasa dikerjakan di kantor, malah repot nanti kalau Mbak harus belajar lagi,""Lebih baik Mbak di rumah saja, mengurusi urusan rumah, bukankah itu sudah menjadi keahlian Mbak Ona," sindir Rosa."Tenang saja, aku adalah orang yang cerdas, tidak mungkin aku melupakan semua tentang urusan kantor, lagi pula di rumah kan suda

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 10

    "Kenapa lampu ruangan kamu masih menyala?" tanya Furi yang juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya, saat dia hendak pergi, dia melihat lampu di ruangan Wilona masih menyala, maka dari itu Furi memutuskan untuk mengecek."Aku harus lembur," jawab Wilona."Kamu sendiri kenapa belum pulang?" tanya Wilona."Aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku, sebelum aku kembali mengabdi padamu paduka," jawab Furi yang seketika membuat Wilona mengulas senyum."Kamu tidak harus menyelesaikannya dalam semalam semua map yang aku kasih tadi," ucap Furi."Aku tidak sedang mengecek map dari kamu," ucap Wilona."Lalu apa yang kamu lakukan?" tanya Furi sembari duduk di hadapan Wilona."Aku sedang membuat proposal untuk kerja sama dengan grup Salim," jawab Wilona."Apa kamu sudah tahu?" tanya Furi dengan terkejut."Tidak, Rosa yang menyuruhku membuat ini," jawab Wilona."Hais, dasar wanita gila," gerutu Furi."Emb, aku tahu kamu memang pekerja keras, tapi ..." "Tapi apa?" tanya Wilona."Pikirkanlah juga

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 11

    "Apa belum berkumpul semua?" tanya Wilona yang baru saja memasuki cafe, serta melihat Furi dan beberapa karyawan di sana."Sudah," jawab Furi sembari membungkukkan sedikit tubuhnya dengan sopan, karena dia menghormati Wilona sebagai atasannya."Apa?" Wilona pun terkejut dengan jawaban Furi, karena dia mendapati hanya ada 7 karyawan saja di sana."Memang hanya mereka saja yang bertahan," bisik Furi.Tap.Wilona pun segera duduk dan tersenyum pada mereka semua, para karyawan itu pun juga menunduk dengan segan. "Wajah-wajah tidak asing," ucap Wilona."Apa kalian semua masih mengingatku?" tanya Wilona."Tentu saja Bu, kami sangat senang sekali saat mendengar Ibu kembali ke kantor," jawab salah seorang karyawan."Apa Ibu sehat?" tanya karyawan lain."Tentu saja, aku sangat sehat dan tetap cantik," jawab Wilona dengan sedikit mengulas senyum, untuk meminimalisir kecanggungan diantara mereka.Meskipun Wilona nampak sangat dingin dan juga berekspresi datar, tapi para karyawan sangat senang da

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 12

    Krincing."Kalian masih di sini?" tanya Rosa yang baru saja masuk ke cafe tempat Wilona makan siang tadi."Apa urusannya denganmu?" tanya Wilona dengan nada datar, juga dengan tetap memainkan ponselnya."Rugi dong cafe ini, jika kamu di sini seharian," ucap Rosa yang kemudian ikut duduk di tempat Wilona."Aku sudah menyewanya satu hari, jangan banyak cing cong," ucap Wilona."Apa kamu sudah berhasil menghubungi grup Salim?" tanya Rosa dengan nada mengejek. Wilona meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menarik nafas dalam sembari melihat ke arah Rosa dengan kesal."Taraaam ..." "Aku sudah berhasil membuat janji," ucap Rosa dengan tersenyum, sembari menyodorkan ponselnya ke arah Wilona.Wilona dan Furi pun segera mendekatkan kepala mereka untuk melihat pesan di ponsel Rosa lebih dekat dan lebih jelas."Nih, baca aja sendiri." Rosa meletakan ponselnya di meja."Secepat itu?" tanya Wilona seakan tidak percaya, sementara Furi segera mencatat tempat pertemuan mereka, serta nomor telepon

    Last Updated : 2025-01-25
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 13

    "Berpikir Wilona, berpikirlah dengan cepat," monolog Wilona dalam hati.Pria tadi segera berjalan ke arah sofa mengikuti Wilona. "Eh tunggu, aku tadi kan haus, cepat pesankan aku minum dulu, bagaimana aku bisa melayani kalian dengan baik, jika tubuhku lemas seperti ini.""Pasti tidak akan menyenangkan bukan?" tanya Wilona sembari memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah semua pria tadi."Cepat kalian pesan minuman," suruh pria yang mereka panggil 'Bos'."Oh, ternyata dia yang membawa kunci," batin Wilona dengan memandangi sekeliling agar tidak menimbulkan kecurigaan.Karena dia saat ini sedang berusaha mengulur waktu, Wilona pun berjalan ke arah meja makan, dia mengurungkan niatnya untuk duduk di sofa.Wilona memperhatikan sekeliling dan melihat ada CCTV di mana-mana. "Hmb, tidak mungkin para karyawan tidak tahu kejadian di sini, kecuali mereka memang sudah disuap sehingga mereka menutup mata," monolog Wilona dalam hati.Ceklek.Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa mi

    Last Updated : 2025-01-25
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 14

    Brak."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Bramasta datang ke rumah sakit dengan tergopoh, hal itu membuat Furi segera menyudahi makan malamnya dan turun dari ranjang."Aku tadi mengabari tuan Bramasta," ucap Furi dengan nada lirih sembari menunduk.Bramasta pun segera berjalan ke ranjang Wilona dan memeluknya dengan erat. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bramasta dengan suara sangau, sepertinya dia sedang menahan tangis."Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak menjaga Ibu dengan baik!" teriak Bramasta sembari menghadap ke arah Raka."Aku baik-baik saja, kenapa kamu berteriak padanya? Dia yang telah menyelamatkanku," sahut Wilona. Sementara Raka, Rani dan Furi hanya bisa menunduk."Cih, padahal dia juga tidak menjaga istrinya dengan baik, kenapa malah marah-marah pada Raka, dasar sampah!" gumam seseorang di seberang telepon Raka, saat dia mendengar teriakan Bramasta.Tut.Orang tersebut pun segera menutup sambungan teleponnya dan menyeruput es Cappucino yang ada di hadapannya dengan s

    Last Updated : 2025-01-27

Latest chapter

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 16

    Hap."Rosa, lepaskan aku! Apa yang kamu lakukan?" teriak Wilona sembari menahan rasa sakit, karena Rosa tengah menjambak rambut dan juga menenggelamkan wajah Wilona beberapa kali ke dalam wastafel yang penuh dengan air.Hap.Beberapa kali juga Wilona mencoba mengambil nafas saat rosa menarik rambutnya, hingga wajahnya keluar dari genangan air di wastafel tersebut.Bruuk."Ro ... sa," rintih Wilona saat dia sudah tidak tahan lagi dan ambruk ke lantai."Ingat, ini hanya pelajaran awal saja, jika kamu tidak segera menandatangani surat pengalihan harta, aku akan memberimu pelajaran yang lebih menyakitkan dari hari ini," ucap Rosa dengan tersenyum puas, bahkan dia berbicara juga sembari memainkan kuku palsunya, seakan tidak menyesali perbuatannya sama sekali.Sayup-sayup Wilona mencoba membuka mata dalam keadaan yang sudah pucat pasi, dia penasaran dengan suara langkah kaki yang baru saja masuk ke kamarnya."Sayaaang ..." teriak Rosa.Jedaaar.Betapa terkejutnya Wilona saat mendapati Brama

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 15

    Beberapa hari kemudian.Braak !!"Kamu masih bisa bersantai seperti ini?" Sentak Rosa saat memasuki ruangan Bramasta.Mengetahui ada istri bosnya masuk, sekretaris Bramasta pun segera keluar dari ruangan. Saat itu Bramasta tengah mengecek beberapa berkas di atas meja."Apa kamu tidak melihat berita hari ini?" Rosa segera mengambil remot dan menyalakan televisi yang ada di ruangan Bramasta.'Nyonya Wilona akan segera mengadakan jumpa pers, terkait kasus penyerangan yang dia alami'"Lihat itu yang sedang dilakukan istrimu! Dia ingin mengadakan jumpa pers untuk mengkonfirmasi kejadian tempo hari, bahkan memar-memar di wajahnya juga masih terlihat jelas!" ucap Rosa dengan menggebu."Bertanggung jawablah atas perbuatanmu sendiri," ucap Bramasta dengan suara lirih dan tegas."Bukan itu maksudku, kamu harus menghentikan langkahnya sebelum dia mencoreng wajah perusahaan, lagian kan pelakunya juga sudah ditangkap semua, lalu apa lagi yang ingin dia konfirmasi?" jelas Rosa."Dia masih meyakini

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 14

    Brak."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Bramasta datang ke rumah sakit dengan tergopoh, hal itu membuat Furi segera menyudahi makan malamnya dan turun dari ranjang."Aku tadi mengabari tuan Bramasta," ucap Furi dengan nada lirih sembari menunduk.Bramasta pun segera berjalan ke ranjang Wilona dan memeluknya dengan erat. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bramasta dengan suara sangau, sepertinya dia sedang menahan tangis."Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak menjaga Ibu dengan baik!" teriak Bramasta sembari menghadap ke arah Raka."Aku baik-baik saja, kenapa kamu berteriak padanya? Dia yang telah menyelamatkanku," sahut Wilona. Sementara Raka, Rani dan Furi hanya bisa menunduk."Cih, padahal dia juga tidak menjaga istrinya dengan baik, kenapa malah marah-marah pada Raka, dasar sampah!" gumam seseorang di seberang telepon Raka, saat dia mendengar teriakan Bramasta.Tut.Orang tersebut pun segera menutup sambungan teleponnya dan menyeruput es Cappucino yang ada di hadapannya dengan s

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 13

    "Berpikir Wilona, berpikirlah dengan cepat," monolog Wilona dalam hati.Pria tadi segera berjalan ke arah sofa mengikuti Wilona. "Eh tunggu, aku tadi kan haus, cepat pesankan aku minum dulu, bagaimana aku bisa melayani kalian dengan baik, jika tubuhku lemas seperti ini.""Pasti tidak akan menyenangkan bukan?" tanya Wilona sembari memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah semua pria tadi."Cepat kalian pesan minuman," suruh pria yang mereka panggil 'Bos'."Oh, ternyata dia yang membawa kunci," batin Wilona dengan memandangi sekeliling agar tidak menimbulkan kecurigaan.Karena dia saat ini sedang berusaha mengulur waktu, Wilona pun berjalan ke arah meja makan, dia mengurungkan niatnya untuk duduk di sofa.Wilona memperhatikan sekeliling dan melihat ada CCTV di mana-mana. "Hmb, tidak mungkin para karyawan tidak tahu kejadian di sini, kecuali mereka memang sudah disuap sehingga mereka menutup mata," monolog Wilona dalam hati.Ceklek.Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa mi

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 12

    Krincing."Kalian masih di sini?" tanya Rosa yang baru saja masuk ke cafe tempat Wilona makan siang tadi."Apa urusannya denganmu?" tanya Wilona dengan nada datar, juga dengan tetap memainkan ponselnya."Rugi dong cafe ini, jika kamu di sini seharian," ucap Rosa yang kemudian ikut duduk di tempat Wilona."Aku sudah menyewanya satu hari, jangan banyak cing cong," ucap Wilona."Apa kamu sudah berhasil menghubungi grup Salim?" tanya Rosa dengan nada mengejek. Wilona meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menarik nafas dalam sembari melihat ke arah Rosa dengan kesal."Taraaam ..." "Aku sudah berhasil membuat janji," ucap Rosa dengan tersenyum, sembari menyodorkan ponselnya ke arah Wilona.Wilona dan Furi pun segera mendekatkan kepala mereka untuk melihat pesan di ponsel Rosa lebih dekat dan lebih jelas."Nih, baca aja sendiri." Rosa meletakan ponselnya di meja."Secepat itu?" tanya Wilona seakan tidak percaya, sementara Furi segera mencatat tempat pertemuan mereka, serta nomor telepon

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 11

    "Apa belum berkumpul semua?" tanya Wilona yang baru saja memasuki cafe, serta melihat Furi dan beberapa karyawan di sana."Sudah," jawab Furi sembari membungkukkan sedikit tubuhnya dengan sopan, karena dia menghormati Wilona sebagai atasannya."Apa?" Wilona pun terkejut dengan jawaban Furi, karena dia mendapati hanya ada 7 karyawan saja di sana."Memang hanya mereka saja yang bertahan," bisik Furi.Tap.Wilona pun segera duduk dan tersenyum pada mereka semua, para karyawan itu pun juga menunduk dengan segan. "Wajah-wajah tidak asing," ucap Wilona."Apa kalian semua masih mengingatku?" tanya Wilona."Tentu saja Bu, kami sangat senang sekali saat mendengar Ibu kembali ke kantor," jawab salah seorang karyawan."Apa Ibu sehat?" tanya karyawan lain."Tentu saja, aku sangat sehat dan tetap cantik," jawab Wilona dengan sedikit mengulas senyum, untuk meminimalisir kecanggungan diantara mereka.Meskipun Wilona nampak sangat dingin dan juga berekspresi datar, tapi para karyawan sangat senang da

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 10

    "Kenapa lampu ruangan kamu masih menyala?" tanya Furi yang juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya, saat dia hendak pergi, dia melihat lampu di ruangan Wilona masih menyala, maka dari itu Furi memutuskan untuk mengecek."Aku harus lembur," jawab Wilona."Kamu sendiri kenapa belum pulang?" tanya Wilona."Aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku, sebelum aku kembali mengabdi padamu paduka," jawab Furi yang seketika membuat Wilona mengulas senyum."Kamu tidak harus menyelesaikannya dalam semalam semua map yang aku kasih tadi," ucap Furi."Aku tidak sedang mengecek map dari kamu," ucap Wilona."Lalu apa yang kamu lakukan?" tanya Furi sembari duduk di hadapan Wilona."Aku sedang membuat proposal untuk kerja sama dengan grup Salim," jawab Wilona."Apa kamu sudah tahu?" tanya Furi dengan terkejut."Tidak, Rosa yang menyuruhku membuat ini," jawab Wilona."Hais, dasar wanita gila," gerutu Furi."Emb, aku tahu kamu memang pekerja keras, tapi ..." "Tapi apa?" tanya Wilona."Pikirkanlah juga

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 9

    "Selamat pagi," sapa Wilona sembari menuruni anak tangga."Pagi ... " jawab semua orang secara serentak."Kenapa pagi-pagi kamu sudah rapi?" tanya Bramasta."Kan aku sudah bilang, kalau aku mau bekerja lagi," jawab Wilona yang sudah sampai di meja makan dan segera duduk."Mbak, apa Mbak memang perlu bekerja lagi?" tanya Rosa yang tentu saja sudah menjadi anggota keluarga saat ini, bahkan juga tinggal satu atap."Kenapa Ros? Apa kamu keberatan? Bukankah kamu sudah menandatangani syarat untuk menikah dengan Mas Bram tempo hari?" cecar Wilona."Bukan begitu Mbak, Mbak kan sudah berhenti bekerja selama beberapa tahun, takutnya nanti Mbak malah sudah lupa dengan semua yang biasa dikerjakan di kantor, malah repot nanti kalau Mbak harus belajar lagi,""Lebih baik Mbak di rumah saja, mengurusi urusan rumah, bukankah itu sudah menjadi keahlian Mbak Ona," sindir Rosa."Tenang saja, aku adalah orang yang cerdas, tidak mungkin aku melupakan semua tentang urusan kantor, lagi pula di rumah kan suda

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 8

    Malam hari.Tap.Tap.Tap."Nyonya Wilona?" sapa seorang pelayan restoran, saat Wilona baru saja sampai di depan pintu sebuah restoran."Iya," jawab Wilona dengan ramah."Silahkan, tuan Bramasta sudah menunggu," ucap pelayan tersebut.Pelayan itu pun segera menunjukkan jalan dan Wilona mengekor di belakangnya.Tadi siang, saat Wilona tengah bersantai di taman sebelah kolam renang, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Bramasta, bahwa Bramasta akan mengajaknya untuk makan malam disebuah restoran."Apa tempat ini di sewa?" tanya Wilona saat dia mendapati bahwa tidak ada pengunjung lain di restoran tersebut."Benar Nyonya, tuan Bramasta melakukan reservasi tadi pagi," jawab pelayan tersebut dengan tersenyum ramah."Apa semua ini juga disiapkan olehnya?" tanya Wilona lagi, karena di sepanjang dia berjalan, sangat banyak sekali bunga mawar, baik di meja, kursi, dinding, bahkan di lantai juga bertaburan banyak bunga mawar, tidak lupa juga dengan banyak lilin."Benar Bu," "Itu, tuan Bramasta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status