Share

Bab 7

Author: Eriin 1208
last update Last Updated: 2025-01-22 20:18:09

"Bagaimana hasilnya? Kalian berdua sehat kan? Bisa segera program hamil kan?" cecar Mama Arina saat baru saja Wilona membuka pintu.

"Entahlah," jawab Wilona dengan cuek, sembari dia terus berjalan masuk.

"Apa maksud kamu entahlah?" Mama Arina mengekor di belakang Wilona.

"Dari dulu aku tidak begitu peduli dengan keturunan, kenapa Mama selalu mendesakku?" tanya Wilona sembari dia duduk di ruang makan, Rani pun segera menuangkan air putih untuk Wilona.

"Apa sih yang kamu bicarakan? Bukankah kamu sudah sepakat untuk mencoba?"

"Dan kata Rani, kamu tadi pergi ke dokter untuk mengambil hasil tes pemeriksaan kalian tempo hari?" cecar Mama Arina tidak mau menyerah.

"Aku tadi memang pergi ke dokter, tapi bukan untuk mengambil hasil tes," ucap Wilona.

"Lalu?" sahut Mama Arina.

"Emb ... aku pergi untuk membatalkan tes yang kita lakukan tempo hari," jawab Wilona tanpa merasa bersalah.

Brak!

"Gila kamu ya!" sentak Mama Arina, bahkan beliau juga menggebrak meja.

"Kenapa? ini tubuhku, terserah aku mau hamil apa tidak, lagian di umur Mama kan masih bisa mempunyai keturunan, kenapa bukan Mama saja yang hamil sendiri?" jawab Wilona yang seketika membuat semua orang yang ada di sana tercengang, termasuk Raka, Rani dan juga Bramasta. Pasalnya, semua orang sedari tadi memang menunggu kepulangan Wilona untuk mengetahui hasil pemeriksaan suami istri tersebut.

"Kenapa ekspresi kalian seperti itu? Kalau kalian benar-benar ingin bayi, kalian hamil sendiri lah," ucap Wilona dengan angkuh.

"Ada apa sebenarnya dengan Ibu? Seingatku tadi waktu beliau mendapat telepon dari dokter sangat antusias, apa hasil pemeriksaannya tidak bagus?"  monolog Rani dalam hati.

"Ayolah kita makan, aku sangat lapar," ajak Wilona sembari membalik piring dan hendak mengambil makanan yang sudah tersedia di atas meja, memang semua orang tadi tengah menunggu kedatangan Wilona untuk makan malam.

"Kamu makan saja semuanya sendiri!" ucap Mama Arina dengan kesal, sembari pergi dari ruang makan, Bramasta pun juga segera mengekor di belakang mamanya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Ya sudah kalau tidak mau makan," gumam Wilona yang suaranya masih bisa didengar oleh Raka dan Rani.

"Apa Ibu tidak apa-apa?" Segera Raka menghampiri Wilona, setelah memastikan Mama Arina dan Bramasta menjauh dari ruang makan.

"Tidak apa, aku sangat baik, tidak pernah sebaik ini," jawab Wilona dengan tersenyum.

"Tapi ... " Wilona menghentikan ucapannya.

"Tapi apa Bu?" sahut Rani.

"Tapi ... apa kalian mau menemaniku makan malam?"

"Rasanya tidak enak, jika tidak mengajak makan orang yang telah menyiapkan semua hidangan ini," ucap Wilona dengan tersenyum lebar.

"Ish Ibu, aku kira kenapa," ucap Rani dengan lega.

Rani dan Raka pun segera duduk untuk makan malam bersama. "Apa malam ini tadi akan ada pesta?" tanya Wilona di sela-sela makannya.

"Emb ... ini tadi Nyonya Arina menyuruh kami menyiapkan semua makanan kesukaan Ibu," jawab Rani degan sedikit ragu.

"Oh iya, kalau dilihat-lihat ... memang semua hidangan malam ini adalah makanan kesukaanku," ucap Wilona sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh meja.

"Cih, apa orang tua itu benar-benar perhatian padaku?" gumam Wilona yang suaranya masih bisa didengar oleh Raka dan Rani, tapi mereka berdua tidak berani merespon.

***

Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu, tidak ada obrolan lagi di rumah tersebut, baik dari Mama Arina dan juga Bramasta. Bahkan, saat Wilona turun dari kamar hendak sarapan, Mama Arina dan Bramasta buru-buru meninggalkan meja makan, meskipun sarapan mereka belum habis, Mama Arina juga selalu meninggalkan berkas permohonan izin, agar Bramasta bisa menikah lagi di atas meja, tapi tidak pernah diindahkan oleh Wilona.

***

Beberapa Minggu berlalu, setelah Wilona tidak menghiraukan permohonan izin Bramasta untuk menikah lagi, sekarang Bramasta juga selalu pulang larut malam dan tidur di kamar tamu, bahkan Bramasta juga kerap tidak pulang. Wilona pun juga tidak mau kalah, disebelah berkas yang diletakkan oleh Mama Arina, Wilona juga meletakkan berkas persetujuan cerai untuk Bramasta, tapi sama saja dengan Wilona, berkas itu pun juga tidak dihiraukan oleh Bramasta dan bahkan merobeknya. Sekarang pun Rosa juga sudah mulai sering datang ke rumah lagi.

"Cih, dasar manusia-manusia serakah, padahal sudah aku kasih jalan untuk bercerai, tapi dia masih bersikukuh untuk beristri dua," monolog Wilona dalam hati, tatkala dia melihat perhatian suaminya pada Rosa saat mereka sarapan bersama, sementara Wilona masih di lantai dua.

***

"Jangan pergi, aku ingin bicara," ucap Wilona sembari menuruni anak tangga, saat mendapati Mama Arina, Rosa dan Bramasta hendak beranjak dari meja makan.

"Mari kita akhiri perang kita," ucap Wilona sembari meletakkan map yang dibawanya.

"Dengan cara?" tanya Mama Arina.

"Aku akan menyetujui pernikahan kedua suamiku," jawab Wilona.

"Benarkah?" tanya Bramasta.

"Apa kamu seantusias itu?" tanya Wilona.

"Emb ... bukan seperti itu, aku hanya ingin berbakti dan memberikan Mama cucu,"

"Jika kamu tidak ingin merubah bentuk tubuhmu untuk mengandung, maka bukankah memang aku harus menikah lagi agar keturunan kita tidak putus?"

"Tenang saja, aku menikah lagi hanya semata-mata untuk melanjutkan keturunan, rasa cinta dan sayangku padamu tidak akan berkurang," ucap Bramasta.

"Apa kamu benar-benar yakin, jika menikah lagi akan bisa cepat mempunyai anak?" tanya Wilona.

"Apa yang sedang kamu bicarakan ... jangan berdoa seperti itu, Mama tau saat ini kamu hanya sedang cemburu," 

"Tenang saja, kamu tetap menjadi istri pertama dan akan selalu diutamakan oleh Bramasta, nanti jika Bram mempunyai anak, kamu juga akan tetap menjadi Ibu yang pertama,"

"Bagaimana? Apa itu sudah cukup adil?" tanya Mama Arina dengan lembut.

"Tentu saja, kita semua disini akan selalu mengutamakan kamu,"

"Raka, Rani, jangan sampai lupa untuk melayani Ibu Wilona dengan sangat baik," ucap Bramasta sembari melihat ke arah mereka berdua yang berdiri tidak jauh dari meja makan. Raka dan Rani pun segera mengangguk.

"Kalau begitu cepat tanda tangani berkasnya," ucap Mama Arina.

"Tidak usah buru-buru Ma," 

"Karena Mas Bram tidak mau bercerai, maka aku akan menyetujui pernikahannya yang kedua dengan syarat," ucap Wilona.

"Syarat apa?" tanya Bramasta dan Mama Arina hampir bersamaan.

"Yang pertama, aku ingin beberapa pembantu termasuk tukang kebun yang dulu, kembali bekerja disini, aku tidak peduli mereka semua sekarang ada di mana, yang pasti cari mereka semua hingga ketemu dan bawa kemari," ucap Wilona.

"Tidak masalah," ucap Mama Arina.

"Yang kedua, aku ingin kembali bekerja di perusahaan," ucap Wilona.

"Itu sangat bagus, aku setuju, pasti kamu selama ini sangat bosan berada di rumah," ucap Bramasta.

"Iya benar, bagus itu, kembalilah bekerja, agar kamu mempunyai kesibukan," sahut Mama Arina.

"Apa dia akan menggantikanku menjadi sekretarisnya Mas Bram?" monolog Rosa dalam hati.

"Yang ketiga, jangan ganggu mereka berdua," ucap Wilona sembari melihat ke arah Raka dan Rani.

"Tentu saja, kami tidak akan mengganggu anak-anak miskin itu lagi, kan sebentar lagi ada pembantu," ucap Mama Arina.

"Dan biarkan mereka menempuh pendidikan di luar negeri dengan dana perusahaan," lanjut Wilona.

"Wah ... apa yang baru saja kalian lakukan? Apa kalian sudah mencuci otak istriku?" cecar Bramasta.

"Ya ... orang miskin memang bisanya hanya menjadi parasit saja!" sindir Mama Arina.

"Bukankah Mama baru saja menyetujui untuk tidak mengganggu mereka berdua?" sahut Wilona.

Raka dan Rani yang tidak tahu apa-apa pun hanya bisa tercengang melihat perdebatan kecil mereka.

"Emmb ... Wilona, sebenarnya kamu tidak usah berlebihan seperti itu, mereka kan bukan anggota keluarga kita, Mama juga sudah berjanji tidak akan mengganggu mereka lagi, jadi lebih baik sudah cukup sampai di situ," ucap Mama Arina.

"Terserah Mama saja, jika memang Mama mau aku menandatangani surat izin putra Mama untuk menikah lagi, Mama juga harus mengikuti semua persyaratan dariku,"

"Jika tidak, aku pun juga tidak akan tanda tangan," ucap Wilona sembari memainkan kukunya.

"Tadinya Mama ingin kamu sendiri yang memilihkan istri kedua untuk Bramasta, agar kamu bisa merasa nyaman," 

"Tapi ... karena syarat ketiga dari kamu sangat tidak masuk akal, maka Mama akan memilih Rosa yang akan menjadi madumu dan istri kedua Bramasta," 

"Mama tidak akan peduli jika kamu kedepannya tidak akur dengan madumu," ucap Mama Arina dengan nada penuh ancaman.

"Terserah saja, siapapun yang akan menjadi maduku, toh dia juga hanya parasit!" ucap Wilona dengan percaya diri.

"Hais brengsek! Dia mengataiku, di depanku!"  

"Tunggu saja sampai aku benar-benar sah menjadi istri Mas Bram, aku akan dengan cepat menyingkirkan kamu!"  monolog Rosa dalam hati.

"Jika setuju, kalian bertiga silahkan menandatangani berkas-berkas ini," ucap Wilona sembari menyodorkan Map.

"Aku akan tanda tangan setelah berkas sekolah Raka dan Rani siap," 

"Sembari menunggu, kalian bisa mulai mempersiapkan pernikahan kalian," ucap Wilona. Wilona pun segera beranjak dari meja makan dan meninggalkan map di sana.

Raka dan Rani pun segera mengekor di belakang Wilona, karena mereka ingin penjelasan.

"Dasar parasit! Kalau miskin ya miskin aja, jangan juga menjadi beban keluarga kami dong," teriak Mama Arina saat Raka dan Rani mengejar Wilona.

"Lagian buat apa sih mereka berdua sekolah tinggi-tinggi? Gak akan ada gunanya juga! Mereka juga akan tetap miskin!"

"Dasar tidak tahu diuntung, sudah baik kita mau menampung mereka!" Mama Arina terus menggerutu dengan persyaratan yang diberikan oleh Wilona.

"Sudah Ma, tenang saja, saat ini bukan waktunya jika Mama ingin melawan Wilona," ucap Rosa mencoba menenangkan.

Meskipun Rosa belum menjadi keluarga, tapi sedari dulu dia memang kerap memanggil mamanya Bramasta dengan sebutan Mama, mungkin itu juga yang akhirnya membuat Mama Arina berperilaku baik pada Rosa.

"Hais, Mama tidak habis pikir dengan anak itu!" gerutu Mama Arina.

Tanpa banyak bicara, Bramasta mengambil map yang tadi ditinggalkan oleh Wilona dan segera menandatanganinya.

"Bramasta, apa yang kamu lakukan?" tanya Mama Arina.

"Bukankah ini yang kalian inginkan dari dulu?" ucap Bramasta dengan sedikit sengit, hingga membuat Mama Arina terdiam.

"Lebih baik kalian juga segera menandatanganinya, sebelum Wilona berubah pikiran lagi," 

"Aku mau berangkat ke kantor dulu," ucap Bramasta yang kemudian meninggalkan mereka berdua, bahkan dia kali ini juga tidak mengajak Rosa berangkat bersama.

"Kenapa dia nampak kesal?" gumam Mama Arina yang suaranya masih bisa didengar oleh Rosa.

"Tenang saja Ma, kalau untuk masalah Bramasta, serahkan saja semua sama aku, nanti aku akan membujuknya di kantor," ucap Rosa.

"Ah, benar juga, kamu memang sangat pintar mengambil hati Bramasta," ucap Mama Arina dengan tersenyum.

"Setelah ini, kamu harus selalu menjaga pola makan kamu, agar setelah menikah, kamu bisa langsung hamil dan memberikan Mama cucu," ucap Mama Arina.

"Tenang saja Ma, aku akan memberikan Mama banyak cucu," jawab Rosa.

"Kamu memang yang terbaik," puji Mama Arina.

Mama Arina dan Rosa pun segera menandatangani berkas syarat dari Wilona, setelah itu Rosa berangkat ke kantor, sedangkan Mama Arina, tentu saja berangkat menemui geng sosialitanya.

***

"Apa yang Ibu lakukan? Kenapa Ibu melibatkan kami?" tanya Rani pada Wilona, saat mereka sudah menyusul Wilona masuk ke kamar.

"Apa kamu tidak ingin sekolah?" tanya balik Wilona.

"Tentu saja kami ingin, tapi tidak dengan cara seperti ini Bu," jawab Raka.

"Emb, perbuatan Ibu yang seperti itu malah akan memicu kebencian Nyonya Arina semakin dalam pada kami berdua," sahut Rani.

"Apa kalian tadi tidak mendengar syarat yang aku ajukan?" tanya Wilona.

"Syarat?" gumam Raka.

"Bahwa mereka tidak boleh mengganggu kami," sahut Rani.

"Nah, jadi kalian tidak perlu khawatir kan," ucap Wilona.

"Tapi Bu, kenapa Ibu sampai segitunya, kami mempunyai tempat untuk berteduh saja sudah cukup, tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk kami," ucap Raka.

"Sampai kapan?" 

"Sampai kapan kalian akan menjadi budak mereka?" 

"Jika masih ada aku, mungkin kalian masih tidak terlalu sengsara, tapi jika aku sudah tidak ada? Bisa jadi kalian terlihat seperti bukan manusia dimata mereka," jelas Wilona.

"Memangnya Ibu mau kemana?" tanya Rani.

"Rosa itu sangat licik, aku bisa celaka kapan saja jika dia berada di sekitarku," ucap Wilona.

"Benar juga," gumam Rani.

"Dengar, kalian harus sekolah dan kalian harus mandiri," ucap Wilona.

"Jangan takut apapun, kalian harus bersekolah di tempat yang sangat bagus, salah satu dari kalian harus mengambil jurusan .hukum dan salah satu lagi mengambil bisnis, rundingkan saja sendiri untuk hal itu,"

"Karena ... " Wilona menghentikan ucapannya.

"Karena apa Bu?" sahut Raka dan Rani hampir bersamaan.

"Karena ... hanya kalian berdua saat ini yang bisa aku percaya dan aku andalkan," jawab Wilona.

Suasana Pun menjadi hening seketika, karena mereka tengah larut dalam pikiran mereka masing-masing.

"Baiklah," celetuk Raka di sela-sela keheningan.

"Kami tidak akan lagi menanyakan alasan Ibu mengambil keputusan ini, karena Ibu percaya dan mengandalkan kami, maka kami akan berjuang sekuat tenaga kami untuk mencapai tujuan Ibu,"

"Tapi, satu yang aku minta," ucap Raka.

"Apa?" sahut Wilona.

"Kami akan tetap tinggal, kami tidak akan sekolah di luar negeri," ucap Raka.

"Kenapa? Aku akan memilihkan universitas terbaik untuk kalian,"

"Kalian juga tidak perlu memikirkan biaya sekolah dan biaya hidup selama di sana, yang perlu kalian lakukan hanya sekolah dengan baik," ucap Wilona.

"Tidak, kami akan tetap bersekolah di sini sembari menjaga Ibu," ucap Raka, sementara Rani hanya diam saja mendengar perdebatan mereka berdua.

"Kalian tidak perlu menjagaku, jaga saja diri kalian sendiri nanti di sana," ucap Wilona.

"Tidak bisa Bu, itu adalah wasiat dari Mbok Sum, beliau menyuruh kami untuk tetap menjaga Ibu apapun yang terjadi, karena itu juga kami tetap bertahan di rumah ini dengan susah payah," jelas Raka.

"Mbok Sum ... " gumam Wilona yang seketika terdiam, seperti memori lama saat ini tiba-tiba saja berputar di pikirannya.

Related chapters

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 8

    Malam hari.Tap.Tap.Tap."Nyonya Wilona?" sapa seorang pelayan restoran, saat Wilona baru saja sampai di depan pintu sebuah restoran."Iya," jawab Wilona dengan ramah."Silahkan, tuan Bramasta sudah menunggu," ucap pelayan tersebut.Pelayan itu pun segera menunjukkan jalan dan Wilona mengekor di belakangnya.Tadi siang, saat Wilona tengah bersantai di taman sebelah kolam renang, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Bramasta, bahwa Bramasta akan mengajaknya untuk makan malam disebuah restoran."Apa tempat ini di sewa?" tanya Wilona saat dia mendapati bahwa tidak ada pengunjung lain di restoran tersebut."Benar Nyonya, tuan Bramasta melakukan reservasi tadi pagi," jawab pelayan tersebut dengan tersenyum ramah."Apa semua ini juga disiapkan olehnya?" tanya Wilona lagi, karena di sepanjang dia berjalan, sangat banyak sekali bunga mawar, baik di meja, kursi, dinding, bahkan di lantai juga bertaburan banyak bunga mawar, tidak lupa juga dengan banyak lilin."Benar Bu," "Itu, tuan Bramasta

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 9

    "Selamat pagi," sapa Wilona sembari menuruni anak tangga."Pagi ... " jawab semua orang secara serentak."Kenapa pagi-pagi kamu sudah rapi?" tanya Bramasta."Kan aku sudah bilang, kalau aku mau bekerja lagi," jawab Wilona yang sudah sampai di meja makan dan segera duduk."Mbak, apa Mbak memang perlu bekerja lagi?" tanya Rosa yang tentu saja sudah menjadi anggota keluarga saat ini, bahkan juga tinggal satu atap."Kenapa Ros? Apa kamu keberatan? Bukankah kamu sudah menandatangani syarat untuk menikah dengan Mas Bram tempo hari?" cecar Wilona."Bukan begitu Mbak, Mbak kan sudah berhenti bekerja selama beberapa tahun, takutnya nanti Mbak malah sudah lupa dengan semua yang biasa dikerjakan di kantor, malah repot nanti kalau Mbak harus belajar lagi,""Lebih baik Mbak di rumah saja, mengurusi urusan rumah, bukankah itu sudah menjadi keahlian Mbak Ona," sindir Rosa."Tenang saja, aku adalah orang yang cerdas, tidak mungkin aku melupakan semua tentang urusan kantor, lagi pula di rumah kan suda

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 10

    "Kenapa lampu ruangan kamu masih menyala?" tanya Furi yang juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya, saat dia hendak pergi, dia melihat lampu di ruangan Wilona masih menyala, maka dari itu Furi memutuskan untuk mengecek."Aku harus lembur," jawab Wilona."Kamu sendiri kenapa belum pulang?" tanya Wilona."Aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku, sebelum aku kembali mengabdi padamu paduka," jawab Furi yang seketika membuat Wilona mengulas senyum."Kamu tidak harus menyelesaikannya dalam semalam semua map yang aku kasih tadi," ucap Furi."Aku tidak sedang mengecek map dari kamu," ucap Wilona."Lalu apa yang kamu lakukan?" tanya Furi sembari duduk di hadapan Wilona."Aku sedang membuat proposal untuk kerja sama dengan grup Salim," jawab Wilona."Apa kamu sudah tahu?" tanya Furi dengan terkejut."Tidak, Rosa yang menyuruhku membuat ini," jawab Wilona."Hais, dasar wanita gila," gerutu Furi."Emb, aku tahu kamu memang pekerja keras, tapi ..." "Tapi apa?" tanya Wilona."Pikirkanlah juga

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 11

    "Apa belum berkumpul semua?" tanya Wilona yang baru saja memasuki cafe, serta melihat Furi dan beberapa karyawan di sana."Sudah," jawab Furi sembari membungkukkan sedikit tubuhnya dengan sopan, karena dia menghormati Wilona sebagai atasannya."Apa?" Wilona pun terkejut dengan jawaban Furi, karena dia mendapati hanya ada 7 karyawan saja di sana."Memang hanya mereka saja yang bertahan," bisik Furi.Tap.Wilona pun segera duduk dan tersenyum pada mereka semua, para karyawan itu pun juga menunduk dengan segan. "Wajah-wajah tidak asing," ucap Wilona."Apa kalian semua masih mengingatku?" tanya Wilona."Tentu saja Bu, kami sangat senang sekali saat mendengar Ibu kembali ke kantor," jawab salah seorang karyawan."Apa Ibu sehat?" tanya karyawan lain."Tentu saja, aku sangat sehat dan tetap cantik," jawab Wilona dengan sedikit mengulas senyum, untuk meminimalisir kecanggungan diantara mereka.Meskipun Wilona nampak sangat dingin dan juga berekspresi datar, tapi para karyawan sangat senang da

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 12

    Krincing."Kalian masih di sini?" tanya Rosa yang baru saja masuk ke cafe tempat Wilona makan siang tadi."Apa urusannya denganmu?" tanya Wilona dengan nada datar, juga dengan tetap memainkan ponselnya."Rugi dong cafe ini, jika kamu di sini seharian," ucap Rosa yang kemudian ikut duduk di tempat Wilona."Aku sudah menyewanya satu hari, jangan banyak cing cong," ucap Wilona."Apa kamu sudah berhasil menghubungi grup Salim?" tanya Rosa dengan nada mengejek. Wilona meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menarik nafas dalam sembari melihat ke arah Rosa dengan kesal."Taraaam ..." "Aku sudah berhasil membuat janji," ucap Rosa dengan tersenyum, sembari menyodorkan ponselnya ke arah Wilona.Wilona dan Furi pun segera mendekatkan kepala mereka untuk melihat pesan di ponsel Rosa lebih dekat dan lebih jelas."Nih, baca aja sendiri." Rosa meletakan ponselnya di meja."Secepat itu?" tanya Wilona seakan tidak percaya, sementara Furi segera mencatat tempat pertemuan mereka, serta nomor telepon

    Last Updated : 2025-01-25
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 13

    "Berpikir Wilona, berpikirlah dengan cepat," monolog Wilona dalam hati.Pria tadi segera berjalan ke arah sofa mengikuti Wilona. "Eh tunggu, aku tadi kan haus, cepat pesankan aku minum dulu, bagaimana aku bisa melayani kalian dengan baik, jika tubuhku lemas seperti ini.""Pasti tidak akan menyenangkan bukan?" tanya Wilona sembari memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah semua pria tadi."Cepat kalian pesan minuman," suruh pria yang mereka panggil 'Bos'."Oh, ternyata dia yang membawa kunci," batin Wilona dengan memandangi sekeliling agar tidak menimbulkan kecurigaan.Karena dia saat ini sedang berusaha mengulur waktu, Wilona pun berjalan ke arah meja makan, dia mengurungkan niatnya untuk duduk di sofa.Wilona memperhatikan sekeliling dan melihat ada CCTV di mana-mana. "Hmb, tidak mungkin para karyawan tidak tahu kejadian di sini, kecuali mereka memang sudah disuap sehingga mereka menutup mata," monolog Wilona dalam hati.Ceklek.Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa mi

    Last Updated : 2025-01-25
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 14

    Brak."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Bramasta datang ke rumah sakit dengan tergopoh, hal itu membuat Furi segera menyudahi makan malamnya dan turun dari ranjang."Aku tadi mengabari tuan Bramasta," ucap Furi dengan nada lirih sembari menunduk.Bramasta pun segera berjalan ke ranjang Wilona dan memeluknya dengan erat. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bramasta dengan suara sangau, sepertinya dia sedang menahan tangis."Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak menjaga Ibu dengan baik!" teriak Bramasta sembari menghadap ke arah Raka."Aku baik-baik saja, kenapa kamu berteriak padanya? Dia yang telah menyelamatkanku," sahut Wilona. Sementara Raka, Rani dan Furi hanya bisa menunduk."Cih, padahal dia juga tidak menjaga istrinya dengan baik, kenapa malah marah-marah pada Raka, dasar sampah!" gumam seseorang di seberang telepon Raka, saat dia mendengar teriakan Bramasta.Tut.Orang tersebut pun segera menutup sambungan teleponnya dan menyeruput es Cappucino yang ada di hadapannya dengan s

    Last Updated : 2025-01-27
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 15

    Beberapa hari kemudian.Braak !!"Kamu masih bisa bersantai seperti ini?" Sentak Rosa saat memasuki ruangan Bramasta.Mengetahui ada istri bosnya masuk, sekretaris Bramasta pun segera keluar dari ruangan. Saat itu Bramasta tengah mengecek beberapa berkas di atas meja."Apa kamu tidak melihat berita hari ini?" Rosa segera mengambil remot dan menyalakan televisi yang ada di ruangan Bramasta.'Nyonya Wilona akan segera mengadakan jumpa pers, terkait kasus penyerangan yang dia alami'"Lihat itu yang sedang dilakukan istrimu! Dia ingin mengadakan jumpa pers untuk mengkonfirmasi kejadian tempo hari, bahkan memar-memar di wajahnya juga masih terlihat jelas!" ucap Rosa dengan menggebu."Bertanggung jawablah atas perbuatanmu sendiri," ucap Bramasta dengan suara lirih dan tegas."Bukan itu maksudku, kamu harus menghentikan langkahnya sebelum dia mencoreng wajah perusahaan, lagian kan pelakunya juga sudah ditangkap semua, lalu apa lagi yang ingin dia konfirmasi?" jelas Rosa."Dia masih meyakini

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 52

    "Memangnya Wilona tahu dari mana kalau kita bisa melawan Rosa pakai daun kelor, dia aja gak pernah pergi ke dukun!" hardik Mama Risma. Pagi itu, Rani segera pergi ke kediaman Mama Risma untuk mengajaknya berbelanja bahan yang disuruh oleh Wilona ke pasar, sekalian juga memberi kabar Mama Risma, bahwa putrinya baik-baik saja."Ada Ma di buku catatannya Bu Rosa, lengkap dari ritual sampai pantangannya," jelas Rani."Oh, jadi selain bermain santet, dia juga bermain susuk. Apa lagi yang dia mainkan?" tanya Mama Risma dengan penasaran."Guna-guna," jawab Rani singkat."Guna-guna?" gumam Mama Risma."Ayo Ma kita segera ke pasar untuk beli semua bahan dan kita segera eksekusi dia, biar dia tahu rasanya senjata makan tuan," ajak Rani dengan geram."Memangnya kamu tahu bentuknya daun kelor? Mama aja baru denger namanya barusan dari kamu," ucap Mama Risma."Lah? Mama juga gak tau? Aku kira Mama tahu, makannya aku mau ngajak Mama," gerutu Rani.Mama Risma terdiam sejenak, beliau mengambil ponsel

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 51

    Bunga sampai di depan mansion Melisa, ada perasaan gelisah dan berkecamuk di sana, terlebih saat dia melihat pengawal Melisa yang selalu sigap. Dengan perasaan yang masih ragu, Bunga pun turun dari mobil, setelah sebelumnya menarik nafas panjang dan mencoba menguasai pikirannya sendiri."Aku hanya akan mencari ponselku yang kemarin hilang," ucap Bunga pada salah satu pengawal Melisa."Di mana?" tanya pengawal tersebut."Ya mana aku tahu, namanya juga hilang. Seingatku semalam aku hanya mendatangi atap dan juga pantai, tidak banyak ruangan yang aku kunjungi di sini," jelas Bunga."Aku akan memeriksanya di atap," ucap pengawal tersebut."Oke kalau begitu, aku akan menyusuri pantai," ucap Bunga yang kemudian pergi ke pantai, pantai tersebut ada di depan mansion.Bunga berjalan pelan sembari melihat laut, sesekali juga dia melihat ke mansion. "Bu Wilona ada di kamar yang mana ya," gumam Bunga sembari mengingat kejadian tadi malam, saat Wilona baru dibawa keluar oleh dua pengawal dalam kea

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 50

    Bramasta datang ke Mansion Melisa dengan perasaan berkecamuk. BRAAAK! Tentu saja tidak ada lagi yang menahannya saat masuk ke mansion tersebut, karena semua anak buah Melisa sudah tahu, bahwa Bramasta adalah salah satu partner kerja Melisa. Begh! "Kenapa kamu melakukan itu?" Saat baru saja masuk ke mansion, Bramasta mendapati Melisa berdiri di ruang kerjanya. Bramasta segera masuk dan mencekik leher Melisa menggunakan satu tangan hingga Melisa memundurkan langkahnya dan berhenti karena menabrak meja. Merasakan bahwa tangan Bramasta semakin erat dan membuatnya kesulitan bernafas, Melisa segera meraih pistol yang memang ada di atas meja. Setelah mendapatkan pistol tersebut dengan susah payah, Melisa pun segera menodongkan pistol itu ke pelipis Bramasta. Mereka berdua sempat bersitegang sebentar dengan saling menatap. "Oke." Tepat saat Melisa hendak menarik pelatuknya, Bramasta melepaskan tangannya yang mencengkeram leher Melisa. Melisa mengatur nafas sejenak, dia menoleh ke arah

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 49

    BRUUAAAKKK!!Raka, Debby, Firman dan Furi segera menoleh ke arah sumber suara. "Tolong selamatkan dia dulu, nanti aku akan kembali," ucap Bunga sembari membopong Alex dan juga memberi sesuatu dari sakunya ke Raka.Bunga segera meninggalkan villa Debby, sementara Debby, Firman dan Furi masih terpaku sembari melihat seorang pria yang tengah duduk di lantai dengan darah bercucuran di lengannya."Bukankah tadi itu adalah sekretarisnya Pak Bram?" tanya Furi dengan keheranan."Apa???" pekik Firman dan Debby secara bersamaan.Grep.Begh.Debby segera berjalan ke arah Raka dan mencekik lehernya dengan satu tangan, hal itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut. "Apa maksud kamu memberitahu villa ini pada sekretarisnya Bramasta?" tanya Debby dengan kesal."Atau kamu adalah pengkhianatnya sejak awal?" Debby tidak memberi celah untuk Raka menjelaskan."Lepaskan aku," ucap Raka dengan terbata dan mencari celah untuk bernafas."Lepaskan Debby." Firman segera beranjak dan mencoba menarik tan

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 48

    Bramasta sampai di depan mansion, dia mengikuti arah yang diberikan oleh Melisa. Namun Bramasta terkejut, saat seseorang segera menodongkan senjata tepat ke mobil Bramasta, sehingga harus membuatnya mengangkat kedua tangan, untuk memberitahu, bahwa dia tengah bersih, tidak membawa senjata dan tidak mengancam.Bramasta menelan salivanya, dia melirik kesana dan kemari dengan keringat bercucuran yang sudah membasahi seluruh wajahnya."Apa benar alamat ini yang diberikan oleh Melisa? Atau ini jebakan?" monolog Bramasta dalam hati."Baik." Terdengar suara pria yang tadi menodongkan senjata sembari memegang telinganya yang tengah mengenakan earpiece dan terhubung dengan seseorang. Bramasta menggunakan kesempatan tersebut untuk melihat ke arah bawah jok mobil, memastikan bahwa dia saat ini juga membawa pistol."Maaf tuan." Tepat saat Bramasta hendak mengambil pistolnya, pria yang ada di hadapannya menurunkan senjata dan segera membuka pintu mobil Bramasta."Mari saya antar," ucap pria tersebu

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 47

    Saat melirik ke sela pintu, Melisa mendapati Wilona tengah menatapnya ."Kamu sudah bangun?" tanya Melisa seraya membuka pintu. "Melisa ... " "Ada apa ini Mel? Kenapa kamu sampai mengotori tanganmu seperti ini?" tanya Wilona tanpa basa-basi. "Pasti kamu mencari benda ini kan?" tanya Melisa sembari melempar gelang milik Wilona, gelang tersebut sudah putus dan tentu saja Mati. "Aku tidak terkejut kamu menemukan gelang itu sebagai ancaman, karena kamu memang pintar," ucap Wilona. "Sekarang katakan, kenapa kamu harus menculikku seperti itu?" tanya Wilona dengan keadaan kedua tangan dan kaki yang masih terikat. Melisa yang sedari tadi masih berdiri di ambang pintu pun segera mendekati Wilona seraya mengeluarkan pisau kecil. "Hmm ... aku sebenarnya tidak punya alasan khusus untuk melakukan ini semua, aku hanya tidak suka saja melihatmu," jelas Melisa sembari memainkan pisau kecil tersebut di wajah Wilona. "Jangan main-main dengan benda itu Mel," ucap Wilona yang mulai tegang. "Apa

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 46

    "HAI PACARNYA ROSA!" Pagi-pagi buta Wilona mencoba membuat keributan."PACARNYA ROSA, AKU HAUS NIH!" "APA KAMU TULI?"BRAAAK!"Apa sih? Pagi-pagi buta sudah berisik, bahkan matahari saja belum muncul!" gerutu Rama sembari membuka pintu dengan keras."Aku haus nih," keluh Wilona."Aku tidak boleh memberimu makan ataupun minum sama Rosa," ucap Rama."Bagaimana jika Rosa tidak segera kesini, lalu aku kehausan sampai dehidrasi dan meninggal?" "Kamu tidak mau berurusan dengan polisi kan?" "Kamu juga tahu aku mantan CEO kan? Tidak mungkin orang tidak mencariku jika aku tiba-tiba saja hilang." Wilona mencoba menyabotase pikiran Rama."Baiklah, baiklah, tapi kamu jangan kasih tahu Rosa kalau aku beri minum ya," ucap Rama."Tenang saja, aku pandai menyimpan rahasia," ucap Wilona dengan meyakinkan.Rama pun segera membuka satu botol air mineral yang masih tersegel."Nih," ucap Rama sembari menyodorkan botol air tersebut pada Wilona."Ayolah, tanganku sedang terikat ke belakang, bagaimana aku

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 45

    Sayup-sayup Wilona mulai membuka matanya, dia merasa sangat pusing, serta pandangannya sedikit kabur, Wilona memperhatikan sekeliling, dia mendapati bahwa dirinya tengah berada di sebuah ruangan kumuh, kasur dari kapuk yang sudah berwarna kecoklatan, begitu juga dengan bantal dan guling."Arrgh ... " desis Wilona saat mendapati tangannya rupanya terikat ke belakang, saat ini dia dalam keadaan tidur menghadap ke samping."Biarkan saja dia di sini dulu." Mendengar ada suara, Wilona buru-buru menutup matanya kembali."Tapi pastikan ini akan baik-baik saja, aku tidak mau jika harus berurusan dengan polisi," ucap seorang pria."Tenang saja, semua yang aku lakukan tidak akan melibatkan polisi." "Rosa," monolog Wilona dalam hati, saat mendengar suara yang familiar di telinganya."Lalu siapa pria yang bersamanya? Kurasa itu bukan suara Bramasta," batin Wilona.Tit.Tit.Wilona segera menekan tombol yang ada di gelangnya, untuk memberikan sinyal pada Raka. Sejak banyak ancaman yang mengincar,

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 44

    Pagi itu dengan pandangan yang belum terlalu jelas dan juga kepala yang sedikit pusing, Debby berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Rupanya semalam setelah meredakan stresnya, Debby memutuskan untuk pulang, tidak menginap di apartemen Firman."Suara siapa itu?" gumam Debby. Sayup-sayup dia mendengar ada suara perempuan yang berasal dari meja makan, padahal dia hanya tinggal bersama kakek dan saudara laki-lakinya, tidak mungkin juga mereka mengobrol sangat akrab dengan pembantu.Degh.Dari kejauhan Debby sedikit terkejut, karena mendapati Melisa ada di ruang makan bersama sang kakek, Melisa juga melambaikan tangan pada Debby. Debby terus berjalan menghampiri tanpa membalas lambaian tangan tersebut."Duduklah, ayo kita sarapan bersama," ajak sang Kakek pada Debby.Debby segera duduk dan mulai makan, sementara Melisa melayani sang Kakek, mengambilkan nasi dan juga lauk."Debby, kenapa kamu tidak menyapa Melisa?" tanya sang Kakek."Kita sudah sering bertemu saat pertemuan bisnis Kakek,"

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status