Share

Bab 5

Author: Eriin 1208
last update Last Updated: 2025-01-18 15:50:02

Keesokan harinya.

"Hais, rasanya malas sekali aku harus pura-pura baik pada keluarga ini," gerutu Rosa sembari berjalan di lorong rumah sakit.

"Kalau bukan karena harta mas Bram yang berlimpah dan tidak akan habis sampai 7 turunan, aku tidak akan mau melayani mereka." 

"Lebih-lebih melayani istrinya, demi mendapatkan restu, agar aku bisa menikah dengan Mas Bram, aku harus rela masak dan membawakan makanan untuk istrinya itu, huft." Rosa terus menggerutu sembari membawa rantang yang berisi makanan, yang akan diberikan pada Wilona.

"Lagian itu perempuan nyawanya banyak banget ya, aku sudah melakukan banyak cara untuk mencelakainya, tapi dia masih saja selamat." 

"Kalau dia mampus kan enak, tidak perlu lagi untuk mengemis restu darinya." 

"Lagian Mas Bram juga cinta gila banget sih sama dia, apa dia benar bisa menerimaku jadi istrinya nanti?"

"Hais, sudahlah, yang pasti aku akan terus berusaha untuk menggodanya, toh aku juga lebih montok kan dari pada istrinya itu," ucap Rosa dengan penuh percaya diri.

Sepanjang perjalanan dari lobby menuju ruang rawat Wilona, Rosa terus berbicara sendiri, hingga akhirnya dia sampai di ruangan yang dia tuju.

"Lho? Kok gak ada siapa-siapa?" ucap Rosa dengan terkejut, saat mendapati ranjang ruangan tersebut kosong, bahkan sprei, bantal, dan selimut juga sudah tertata dengan rapi.

"Eh, Sus," panggil Rosa saat mendapati ada suster yang tengah berjalan melewatinya.

"Iya Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Suster tersebut.

"Pasien yang ada di sini kemana ya?" tanya Rosa.

"Oh, Ibu Wilona?" tanya Suster tersebut.

"Iya, Ibu Wilona, kemana dia?" tanya Rosa dengan tergopoh.

"Ibu Wilona sudah pulang, beliau juga sudah membayar semua administrasi," jawab Suster tersebut.

"Ish, siapa yang memberikan izin dia keluar dari rumah sakit secepat ini," gerutu Ros yang kemudian berlari ke arah receptionist, bahkan dia juga meninggalkan bekal makanan yang tadinya akan diberikan pada Wilona begitu saja.

***

Brak.

"Jam berapa Wilona keluar dari rumah sakit?" Setelah sampai di lobby, dia segera menggebrak meja, hingga menyebabkan receptionist yang jaga di sana terkejut.

"Eh, sebentar Bu, saya cek dulu, Bu Wilona ada di ruang apa sebelumnya?" tanya receptionist.

"Dahlia," jawab Rosa sembari merogoh tasnya untuk mengambil telepon genggam.

Receptionist pun memainkan jari lentiknya di atas keyboard. "Bu Wilona sudah keluar sejak tadi pagi subuh Bu," ucap Receptionist yang semakin membuat Rosa kalang kabut.

Tuut ...

Tuut ....

Tuut ....

"Hais ... kenapa tidak diangkat!" gerutu Rosa sembari memainkan ponselnya dengan geram, entah siapa yang tengah dia hubungi saat itu.

Tanpa berterima kasih, Rosa pun segera berlari ke parkiran, masuk ke mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat.

***

"Sayang, kata Mama kamu sudah pulang?" tanya Bramasta.

Rosa, Bramasta dan Mama Arina tiba di ruang makan secara bersamaan, sedangkan di sana sudah ada Wilona, Raka dan Rani.

"Kenapa kamu bisa pulang secepat ini?" tanya Mama Arina, tentu saja saat Wilona masuk ke rumah, Mama Arina tidak mengetahuinya, karena beliau setiap harinya hanya sibuk arisan kesana kemari dengan geng sosialitanya.

"Iya Kak, aku tadi ke rumah sakit lho, bahkan aku juga bela-belain bawa makanan yang aku masak sendiri untuk kakak." Kali ini Rosa yang berbicara.

Wilona masih tetap duduk manis sembari menikmati apel yang baru saja dikupas oleh Rani. "Sayang ... kalau kamu memang mau pulang cepat kan bisa bilang, nanti Mas akan jemput dan urus semuanya," ucap Bramasta sembari duduk di sebelah Wilona, seketika itu juga Raka dan Rani mundur beberapa langkah.

"Sayang, aku tidak ingin merepotkan kamu yang sedang bekerja," ucap Wilona dengan tersenyum.

"Lagian ngapain Rosa ada di sini? Apa dia tidak punya rumah? Sehingga setiap hari dia harus datang kemari?" cecar Wilona sembari memicingkan matanya.

"Ona! Jaga ucapan kamu! Kalau tidak ada Rosa, kamu kira siapa yang akan bawa kamu ke rumah sakit tempo hari!" bentak Mama Arina.

"Tentu saja dia ada di rumah, karena memang dia yang menyebabkan aku celaka,"  monolog Wilona dalam hati.

"Di rumah kan ada mobil, ada sopir, ada mereka berdua juga," ucap Wilona sembari menatap ke arah Raka dan Rani.

"Sudahlah! Yang pasti kamu berhutang terima kasih pada Rosa," tegas Mama Arina.

"Oh ya, karena kamu sudah ada di rumah, itu berarti kan kamu sudah sehat,"

"Lebih baik sekarang, cepat kamu tanda tangani surat izin untuk suamimu menikah lagi," ucap Mama Arina sembari duduk di dekat Bramasta.

"Memangnya siapa yang bilang kalau aku akan mengizinkan Mas Bramasta untuk menikah lagi Ma?" tanya Wilona.

"Wilona, kamu jangan egois dong, waktu lima tahun yang Mama berikan pada kamu sudah habis, dan sampai saat ini kamu belum bisa memberikan keturunan pada Bramasta," ucap Mama Arina.

"Apa tujuan menikah hanya untuk keturunan saja?" 

"Bagaimana denganmu Mas?" tanya Wilona sembari menatap ke arah Bramasta.

"Emmb ... Eh ... kalau aku sih masih tetap sabar aja, tidak masalah juga jika kita tidak bisa mempunyai anak." Ada keraguan dan juga senyum yang dipaksakan terlukis jelas di wajah Bramasta.

"Bramasta! Kamu yang tegas dong jadi suami, Mama ini sudah semakin tua, Mama hanya ingin menimang cucu saja, apa itu sangat sulit bagi kalian?" cecar Mama Arina.

"Wilona, lagian kan kamu juga sudah kenal dengan Rosa, tidak akan jadi masalah, jika dia yang menjadi madumu, dari pada kamu harus mencari madu yang lain, belum tentu nanti kamu bisa akur," jelas Mama Arina.

Semua orang terdiam beberapa saat, hingga menyebabkan suasana menjadi hening.

"Emmb ... sepertinya aku sudah punya solusi," celetuk Wilona yang membuat semua orang tertuju padanya.

"Bagaimana ... kalau aku dan Mas Bram bercerai saja," ucap Wilona.

"Sayang ... " sahut Bramasta.

"Kamu sudah gila ya! Aku tidak akan membiarkan kamu dan Bramasta bercerai dengan semudah itu!" sentak Mama Arina.

"Dasar Wanita gila! Kenapa dia tidak membiarkan mereka berpisah saja, bukankah itu akan lebih mudah bagiku,"  monolog Rosa dalam hati mengatai calon mertuanya.

"Kan yang Mama inginkan, Mas Bram bisa menikah dengan Rosa, kalau begitu biarkan aku dan Mas Bram bercerai saja Ma," tegas Wilona.

"Tidak, aku tidak mau kita bercerai," sahut Bramasta.

"Aku juga tidak akan membiarkan kalian bercerai, yang aku inginkan adalah cucu dari keturunan Bramasta, entah itu dari Rosa ataupun wanita lain, yang pasti Mama hanya menginginkan cucu!" teriak Mama Arina.

"Hais, akan lebih sulit lagi jika sampai ada Wanita lain yang datang tiba-tiba menjadi saingan, kenapa sih mereka tidak ingin melepaskan Wilona, padahal sudah jelas-jelas dia pasti mandul," gerutu Rosa dalam hati.

"Haduh ... Mama semakin pusing kalau seperti ini," 

"Heh, kalian berdua, jangan hanya berdiri saja, cepat ambilkan kami semua minum," suruh Mama Arina pada Raka dan Rani.

"Biar aku saja," ucap Rosa sembari bergegas ke dapur.

"Enak-enakan ya kalian berdua bisa tinggal di rumah mewah, kalian pikir yang perlu kalian layani hanya Wilona saja!" umpat Mama Arina, Wilona pun segera menoleh ke arah mereka berdua dan mengulas senyum, agar mereka tidak terlalu merasa terintimidasi.

"Ingat ya kalian berdua! Kalian harus bekerja di sini seumur hidup, untuk menggantikan semua biaya sekolah kalian yang kami keluarkan!" tegas Mama Arina pada Raka dan Rani. Mereka berdua pun hanya bisa menundukkan kepala, tanpa ada keinginan untuk melawan.

"Tenang ... selama ada Ibu Wilona, kami masih akan diperlakukan seperti manusia,"  monolog Rani dalam hati.

Tidak lama kemudian, Rosa datang dengan membawa nampan, tentu saja dia bahkan sudah hafal letak perabotan di rumah tersebut. Satu per satu Rosa meletakkan gelas berisi air di dekat Mama Arina, Bramasta dan juga Wilona.

Tap.

Byur.

Namun, saat dia meletakkan gelas di dekat Wilona, dengan cepat Wilona menyambar gelas tersebut dan mengguyurkan air ke kepala Rosa.

"Wilona! Apa yang kamu lakukan?" teriak Mama Arina.

"Emmb, aku hanya menguji kesabarannya, mungkin saja nanti dia benar-benar akan menjadi maduku, bukankah dia harus selalu menghormati ku," ucap Wilona dengan senyum tanpa bersalah, Rosa hanya bisa tetap tertunduk sembari mengepalkan tangannya.

"Sabar Rosa ... sabar, sekarang masih belum giliranmu,"  monolog Rosa dalam hati.

"Baiklah, Obrolan kita sampai disini dulu, aku mau istirahat untuk memulihkan tenaga ku," ucap Wilona yang kemudian berlalu meninggalkan mereka semua, dia tidak peduli pada pandangan Mama mertuanya yang begitu mengintimidasi.

Mama Arina dan Bramasta segera mengelap rambut dan baju Rosa yang tengah basah, tanpa memperdulikan lagi kepergian Wilona.

***

Tap.

Tap.

"Ibu, apa Ibu baik-baik saja?" tanya Rani dengan terkejut.

Saat berjalan menuju kamar, tiba-tiba saja Wilona merasa bahwa kakinya sangat lemas, hingga dia hampir terjatuh, beruntung di belakangnya ada Raka dan Rani.

"Tidak apa, aku baik-baik saja,"

"Hanya ... ini pertama kalinya aku berbicara tegas pada mereka bertiga," ucap Wilona dengan malu.

"Bagaimana? Apa aku sudah terlihat keren?" gurau Wilona.

"Ibu sangat keren sekali," ucap Rani dengan antusias.

"Mari Bu, aku bantu," sementara Raka tidak merespon, karena lebih fokus pada memapah Wilona.

"Seharusnya Ibu seperti itu dari dulu, agar Nyonya Rosa tidak bisa masuk ke sini," 

"Ssst ... diamlah." Raka seketika memotong ucapan Rani, agar tidak menuai keributan. sementara Wilona lagi-lagi tersenyum dengan tingkah Raka dan Rani.

Rani pun segera ikut memapah Wilona menuju kamar, dia juga saling bertukar senyum dengan Wilona.

Related chapters

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 6

    "Apa kamu sudah ingat, bahwa kamu masih mempunyai istri?" tanya Wilona saat mendapati Bramasta baru saja masuk ke kamar. Saat ini Wilona sudah mengenakan piyama, berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponselnya. "Sayang ... aku hanya menolongnya sebagai tamu," jawab Bramasta sembari duduk di ujung ranjang. "Sayang, apa kamu harus berbuat sejauh itu? Kenapa perbuatanmu tidak mencerminkan sebagai wanita yang bermartabat?" cecar Bramasta. "Bermartabat?" "Justru aku sedang melindungi martabatku, bagaimana bisa aku diam saja saat suamiku dijodohkan dengan wanita lain?" "Bak air susu dibalas dengan air tuba, semua kebaikan yang sudah aku berikan padanya, sepertinya itu tidak berarti apa-apa kan?" jelas Wilona. "Hmm, ya, cukup masuk akal," "Lagi pula sekeras apapun Mama dan Rosa memaksa, jika kamu tidak setuju, maka pernikahan itu juga tidak akan pernah terjadi," "Bukankah selama ini aku memang hanya badut bagimu?" tanya Bramasta dengan tetap memunggungi Wilona. "Badut?" "

    Last Updated : 2025-01-22
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 7

    "Bagaimana hasilnya? Kalian berdua sehat kan? Bisa segera program hamil kan?" cecar Mama Arina saat baru saja Wilona membuka pintu."Entahlah," jawab Wilona dengan cuek, sembari dia terus berjalan masuk."Apa maksud kamu entahlah?" Mama Arina mengekor di belakang Wilona."Dari dulu aku tidak begitu peduli dengan keturunan, kenapa Mama selalu mendesakku?" tanya Wilona sembari dia duduk di ruang makan, Rani pun segera menuangkan air putih untuk Wilona."Apa sih yang kamu bicarakan? Bukankah kamu sudah sepakat untuk mencoba?""Dan kata Rani, kamu tadi pergi ke dokter untuk mengambil hasil tes pemeriksaan kalian tempo hari?" cecar Mama Arina tidak mau menyerah."Aku tadi memang pergi ke dokter, tapi bukan untuk mengambil hasil tes," ucap Wilona."Lalu?" sahut Mama Arina."Emb ... aku pergi untuk membatalkan tes yang kita lakukan tempo hari," jawab Wilona tanpa merasa bersalah.Brak!"Gila kamu ya!" sentak Mama Arina, bahkan beliau juga menggebrak meja."Kenapa? ini tubuhku, terserah aku m

    Last Updated : 2025-01-22
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 8

    Malam hari.Tap.Tap.Tap."Nyonya Wilona?" sapa seorang pelayan restoran, saat Wilona baru saja sampai di depan pintu sebuah restoran."Iya," jawab Wilona dengan ramah."Silahkan, tuan Bramasta sudah menunggu," ucap pelayan tersebut.Pelayan itu pun segera menunjukkan jalan dan Wilona mengekor di belakangnya.Tadi siang, saat Wilona tengah bersantai di taman sebelah kolam renang, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Bramasta, bahwa Bramasta akan mengajaknya untuk makan malam disebuah restoran."Apa tempat ini di sewa?" tanya Wilona saat dia mendapati bahwa tidak ada pengunjung lain di restoran tersebut."Benar Nyonya, tuan Bramasta melakukan reservasi tadi pagi," jawab pelayan tersebut dengan tersenyum ramah."Apa semua ini juga disiapkan olehnya?" tanya Wilona lagi, karena di sepanjang dia berjalan, sangat banyak sekali bunga mawar, baik di meja, kursi, dinding, bahkan di lantai juga bertaburan banyak bunga mawar, tidak lupa juga dengan banyak lilin."Benar Bu," "Itu, tuan Bramasta

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 9

    "Selamat pagi," sapa Wilona sembari menuruni anak tangga."Pagi ... " jawab semua orang secara serentak."Kenapa pagi-pagi kamu sudah rapi?" tanya Bramasta."Kan aku sudah bilang, kalau aku mau bekerja lagi," jawab Wilona yang sudah sampai di meja makan dan segera duduk."Mbak, apa Mbak memang perlu bekerja lagi?" tanya Rosa yang tentu saja sudah menjadi anggota keluarga saat ini, bahkan juga tinggal satu atap."Kenapa Ros? Apa kamu keberatan? Bukankah kamu sudah menandatangani syarat untuk menikah dengan Mas Bram tempo hari?" cecar Wilona."Bukan begitu Mbak, Mbak kan sudah berhenti bekerja selama beberapa tahun, takutnya nanti Mbak malah sudah lupa dengan semua yang biasa dikerjakan di kantor, malah repot nanti kalau Mbak harus belajar lagi,""Lebih baik Mbak di rumah saja, mengurusi urusan rumah, bukankah itu sudah menjadi keahlian Mbak Ona," sindir Rosa."Tenang saja, aku adalah orang yang cerdas, tidak mungkin aku melupakan semua tentang urusan kantor, lagi pula di rumah kan suda

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 10

    "Kenapa lampu ruangan kamu masih menyala?" tanya Furi yang juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya, saat dia hendak pergi, dia melihat lampu di ruangan Wilona masih menyala, maka dari itu Furi memutuskan untuk mengecek."Aku harus lembur," jawab Wilona."Kamu sendiri kenapa belum pulang?" tanya Wilona."Aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku, sebelum aku kembali mengabdi padamu paduka," jawab Furi yang seketika membuat Wilona mengulas senyum."Kamu tidak harus menyelesaikannya dalam semalam semua map yang aku kasih tadi," ucap Furi."Aku tidak sedang mengecek map dari kamu," ucap Wilona."Lalu apa yang kamu lakukan?" tanya Furi sembari duduk di hadapan Wilona."Aku sedang membuat proposal untuk kerja sama dengan grup Salim," jawab Wilona."Apa kamu sudah tahu?" tanya Furi dengan terkejut."Tidak, Rosa yang menyuruhku membuat ini," jawab Wilona."Hais, dasar wanita gila," gerutu Furi."Emb, aku tahu kamu memang pekerja keras, tapi ..." "Tapi apa?" tanya Wilona."Pikirkanlah juga

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 11

    "Apa belum berkumpul semua?" tanya Wilona yang baru saja memasuki cafe, serta melihat Furi dan beberapa karyawan di sana."Sudah," jawab Furi sembari membungkukkan sedikit tubuhnya dengan sopan, karena dia menghormati Wilona sebagai atasannya."Apa?" Wilona pun terkejut dengan jawaban Furi, karena dia mendapati hanya ada 7 karyawan saja di sana."Memang hanya mereka saja yang bertahan," bisik Furi.Tap.Wilona pun segera duduk dan tersenyum pada mereka semua, para karyawan itu pun juga menunduk dengan segan. "Wajah-wajah tidak asing," ucap Wilona."Apa kalian semua masih mengingatku?" tanya Wilona."Tentu saja Bu, kami sangat senang sekali saat mendengar Ibu kembali ke kantor," jawab salah seorang karyawan."Apa Ibu sehat?" tanya karyawan lain."Tentu saja, aku sangat sehat dan tetap cantik," jawab Wilona dengan sedikit mengulas senyum, untuk meminimalisir kecanggungan diantara mereka.Meskipun Wilona nampak sangat dingin dan juga berekspresi datar, tapi para karyawan sangat senang da

    Last Updated : 2025-01-24
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 12

    Krincing."Kalian masih di sini?" tanya Rosa yang baru saja masuk ke cafe tempat Wilona makan siang tadi."Apa urusannya denganmu?" tanya Wilona dengan nada datar, juga dengan tetap memainkan ponselnya."Rugi dong cafe ini, jika kamu di sini seharian," ucap Rosa yang kemudian ikut duduk di tempat Wilona."Aku sudah menyewanya satu hari, jangan banyak cing cong," ucap Wilona."Apa kamu sudah berhasil menghubungi grup Salim?" tanya Rosa dengan nada mengejek. Wilona meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menarik nafas dalam sembari melihat ke arah Rosa dengan kesal."Taraaam ..." "Aku sudah berhasil membuat janji," ucap Rosa dengan tersenyum, sembari menyodorkan ponselnya ke arah Wilona.Wilona dan Furi pun segera mendekatkan kepala mereka untuk melihat pesan di ponsel Rosa lebih dekat dan lebih jelas."Nih, baca aja sendiri." Rosa meletakan ponselnya di meja."Secepat itu?" tanya Wilona seakan tidak percaya, sementara Furi segera mencatat tempat pertemuan mereka, serta nomor telepon

    Last Updated : 2025-01-25
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 13

    "Berpikir Wilona, berpikirlah dengan cepat," monolog Wilona dalam hati.Pria tadi segera berjalan ke arah sofa mengikuti Wilona. "Eh tunggu, aku tadi kan haus, cepat pesankan aku minum dulu, bagaimana aku bisa melayani kalian dengan baik, jika tubuhku lemas seperti ini.""Pasti tidak akan menyenangkan bukan?" tanya Wilona sembari memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah semua pria tadi."Cepat kalian pesan minuman," suruh pria yang mereka panggil 'Bos'."Oh, ternyata dia yang membawa kunci," batin Wilona dengan memandangi sekeliling agar tidak menimbulkan kecurigaan.Karena dia saat ini sedang berusaha mengulur waktu, Wilona pun berjalan ke arah meja makan, dia mengurungkan niatnya untuk duduk di sofa.Wilona memperhatikan sekeliling dan melihat ada CCTV di mana-mana. "Hmb, tidak mungkin para karyawan tidak tahu kejadian di sini, kecuali mereka memang sudah disuap sehingga mereka menutup mata," monolog Wilona dalam hati.Ceklek.Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa mi

    Last Updated : 2025-01-25

Latest chapter

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 42

    Keesokan harinya."Sayang, apa mayat ART itu benar-benar tidak perlu di otopsi?" tanya Rosa pada Bramasta. Saat ini mereka tengah sarapan bersama, mereka sarapan dengan normal seakan tidak pernah terjadi pertengkaran, padahal terakhir kali mereka bertemu adalah saat Bramasta mencekik Rosa."Tidak perlu, aku sudah mengurusnya dengan baik.""Lagi pula kenapa kamu sangat penasaran dengan hal kecil seperti ini?" tanya Bramasta."Aku ... aku hanya penasaran saja kenapa dia sampai gantung diri," ucap Rosa dengan sedikit ragu."Tidak perlu memikirkan hal yang tidak perlu kamu pikirkan," ucap Bramasta sembari terus melahap nasi goreng dan telor ceplok yang disiapkan oleh pembantu."Tidak mungkin kamu yang membunuhnya kan?" tanya Rosa dengan hati-hati."Menurutmu bagaimana?" tanya balik Bramasta.Rosa segera memberi kode pada para pembantu, termasuk pada Bunga agar mereka pergi dari ruang makan."Sudahlah, tidak usah memikirkan pembantu.""Sayang, kinerjamu kemarin sangat bagus sekali, aku tid

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 41

    BLAAR.BLAAR.Malam itu petir menyambar disertai dengan hujan yang lumayan deras, bahkan kilatan cahaya petir juga bisa masuk melalui celah jendela kamar.Wilona terjaga dalam tidurnya, dia membalikkan tubuhnya dan merasakan bahwa tidak ada Bramasta di sebelahnya, Wilona pun terbangun dan segera menutup gorden, karena cahaya kilat benar-benar menyilaukan mata. Keadaan kamar saat itu gelap gulita."Kenapa kamu tidak mati saja?" Namun, saat Wilona berbalik badan dan hendak tidur kembali, tiba-tiba saja Bramasta ada di hadapannya dengan wajah penuh kedengkian.Wilona berjalan mundur dengan perlahan beberapa langkah, tapi Bramasta justru malah berjalan maju dan terus mendekati Wilona."Jangan mendekat," ucap Wilona sembari menyambar vas bunga yang ada di meja dekat jendela, serta mengarahkannya pada wajah Bramasta.PLAK.PYAAAR.Bramasta segera menepis vas bunga tersebut hingga jatuh dan hancur berkeping-keping."Mati kamu, mati!" sentak Bramasta sembari mencekik leher Wilona dengan kedua

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 40

    "Kalian sudah berapa lama ikut denganku?" tanya Wilona pada para pembantu yang saat ini tengah berkumpul di dapur.Setelah menurunkan mayat Tika dan dikirim ke keluarganya, mereka pasti tengah bergosip saat ini."Sudah lama Bu," jawab Bu Maria, yang memang sudah lama ikut dengannya, hampir sama seperti Mbok Sum."Dari dulu hingga sekarang, bukankah tidak pernah terjadi hal seperti ini di rumah ini?" tanya Wilona lagi."Iya Bu, hidup kita sangat tenang, terlebih sebelum Ibu menikah," jawab Bu Maria."Apa maksudnya, kamu lebih suka aku menjanda?" tanya Wilona."Yah ... dari pada menikah dengan orang seperti itu, lebih baik menjanda saja Bu, Ibu juga sudah sangat mandiri sejak dulu secara finansial," jawab pembantu yang lain."Ish," desis Bu Maria sembari menyenggol lengan pembantu tersebut."Eh, maaf Bu," "Sepertinya pendapat kamu memang benar," gumam Wilona."Aku hanya ingin memberitahu saja, mulai sekarang lebih berhati-hati dalam bertindak ataupun berucap, jaga diri kalian sendiri,"

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 39

    BUGH.BUGH.BUGH.Siang itu Wilona berlatih tinju dengan Debby, salah satu olahraga kesukaan mereka berdua."Melihatmu seperti ini, benar-benar mengingatkanku saat kita masih kuliah dulu," ucap Debby saat mereka berdua selesai berolahraga."Wilona yang kuat dan tegas," imbuh Debby."Percayalah padaku, aku akan kembali menjadi diriku yang dulu," ucap Wilona dengan tersenyum sembari mengatur nafas."Aku pasti akan memberi mereka berdua pelajaran yang setimpal," geram Wilona."Apa kamu sudah siap?" tanya Debby."Aku sangat siap, bagaimana denganmu? Apa kamu sudah siap membantuku?" tanya balik Wilona."Tentu saja, apapun yang kamu butuhkan," jawab Debby.***Malam hari.Semua mata tertuju pada kedatangan Wilona, saat ini di rumah Wilona sedang mengadakan pesta atas terpilihnya Bramasta menjadi CEO, pesta tersebut dilakukan di halaman rumah yang hanya dihadiri oleh keluarga inti.Wilona berjalan dengan sangat anggun dan cantik, gaun warna tosca, rambut panjang menjuntai, dan juga membawa b

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 38

    BRAAK!"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Bramasta dengan santai setelah menendang pintu kamar Bunga."SIAL!" umpat Alex sembari mengepalkan tangan dan meninju tembok, lalu dia beranjak dan pergi dari sana, bahkan melewati Bramasta begitu saja."Sadarkan dia," suruh Bramasta pada 2 anak buah yang berdiri di belakangnya.BYOOOR.Mereka pun segera mengambil seember air dan menyiramkannya begitu saja pada Bunga, hingga mmbuat Bunga gelagapan saat bernafas.***"Aku tahu hal ini pasti akan terjadi setidaknya satu kali," ucap Bramasta."Tapi aku tidak menyangka kalau pelakunya adalah kamu Alex," ucap Bramasta sembari menjambak rambut Alex yang sedang berlutut di ruangan Bramasta, hingga Alex mendongakkan wajahnya."Kenapa kamu melakukan hal itu? Apa kamu tidak terima kalah bertarung dengannya?" "Jika tidak terima, kamu berlatihlah lebih giat," ejek Bramasta."Aku akan keluar saja dari kelompok ini," ucap Alex dengan kesal."Kamu yang berbuat kesalahan, dan kamu juga yang marah-marah?"

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 37

    Tahun 2023, tepat 3 bulan setelah semua kejadian mencekam telah berlalu. Raka dan Rani sudah pulih total dan melanjutkan aktivitas kuliahnya seperti biasa, sementara Wilona masih memulihkan diri dan mental di villanya Debby."Cinta, apa itu cinta? Aku yang sangat pintar di dunia bisnis, bahkan sangat tidak pandai menilai orang yang aku cintai, kuserahkan seluruh hidup dan hatiku untuknya. Aku bagaikan burung plastik, aku pernah sangat mencintai matahari dengan sayapku yang mudah meleleh, sungguh sangat sulit sekali untuk digapai. But, everything it's gonna be ok, aku masih bisa bertahan dan aku masih hidup, lalu apa yang harus aku lakukan terhadap matahari itu? Apa aku harus memadamkannya meskipun itu akan sangat sulit?" "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Debby yang tiba-tiba saja muncul di belakang Wilona. Saat ini Wilona tengah bersantai di pinggir pantai sembari menikmati cahaya surya dan hembusan angin yang terasa sejuk, kedatangan Debby seketika membuyarkan lamunan Wilona. "

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 36

    Malam hari."Bagaimana hasilnya?" tanya Debby saat Furi baru saja masuk ke villa, Furi hanya menggelengkan kepalanya pelan.Semua orang yang ada di sana pun hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Bagaimana keadaan Wilona hari ini Ma? Apa dia kejang lagi?" tanya Furi pada Mama Risma."Syukurlah dia sudah tidak seperti kemarin, hanya saja dia belum sadar," jawab Mama Risma."Kemana Raka dan Rani ya, dari tadi mereka tidak menjawab teleponku, mereka tidak mungkin ketahuan kan?" tanya Mama Risma dengan khawatir."Tidak mungkin tante, aku seharian bersama Bram dan istrinya, aku juga selalu berkomunikasi dengan Firman, memastikan kalau para pembantu belum pulang," jelas Debby."Mungkin mereka sedang ada diperjalanan Ma, kita berdoa saja," ucap Furi yang juga disetujui oleh semua orang.***2 jam kemudian, hujan turun dengan lebatnya, tidak ada juga tanda-tanda kedatangan Raka, Rani maupun Firman. Saat ini semua orang sudah merasa panik dan khawatir, banyak yang mondar-mandir denga

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 35

    Dengan tatapan tajam dan putus asa, Furi beranjak dari lantai, dia segera berjalan menghampiri Wilona.BUGH.BUGH.BUGH."Bangun, bangun!" Furi berteriak sembari memukul dada Wilona dengan kencang.BUGH.BUGH.BUGH."Bangun!" "Balas sendiri dendammu!""Setidaknya jangan pergi meninggalkan beban!""Bangun brengsek! Bangun!"Tidak ada yang menghentikan perbuatan Furi, karena semua orang saat ini juga sedang putus asa, tidak bisa menghibur satu sama lain.BUGH.BUGH."BANGUN ... !" Kali ini Furi memukul dada Wilona lebih keras lagi."Aku mohon bangunlah brengsek," ucap Furi sembari menangis di atas dada Wilona.BUGH.Sekali lagi Furi memukul Wilona dengan tenaga penuh.Tiit.Tiit.Tiit.Tiba-tiba saja monitor berbunyi lagi, mendengar hal itu, dokter dan perawat yang memang masih berada di kamar segera berlari ke arah Wilona, sedangkan Raka yang memang berada tidak jauh dari Furi, dia segera menarik Furi menjauh, karena sekarang giliran dokter yang bertindak."Dia kembali," ucap Dokter

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 34

    Dokter datang bersama 2 perawat, beliau segera memeriksa keadaan Wilona, mengecek suhu tubuh, membuka mata dan menyenterinya, membuka mulut serta segera memasang selang oksigen dan peralatan yang lain."Dia sebenarnya sedang pingsan atau tertidur sih? Kenapa belum juga sadar," gumam Furi dengan suara lirih dan khawatir sembari terus melihat dokter melakukan tugasnya."Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Debby setelah dokter mengambil beberapa ml sampel darah milik Wilona."Dia hanya kelelahan dan dehidrasi," jawab Dokter."Bagaimana dengan perutnya?" tanya Furi."Apa ada masalah dengan perutnya?" tanya sang dokter."Hmmb, dia selalu mengeluhkan perutnya sakit,""Dia terus menahan sakit yang teramat itu, hingga pingsan," jelas Furi."Tapi aku tidak menemukan apapun di sana," ucap Dokter yang segera memasang stetoskopnya kembali, lalu memeriksa ulang keadaan Wilona. Kali ini Dokter memeriksa perut Wilona dengan sangat hati-hati."Iya, tidak ada apa-apa di sana,""Atau mungkin kita harus me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status