Share

Bab 3

Penulis: Eriin 1208
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 15:47:30

"Ibu,"

"Ibu dari mana saja?" Saat Wilona berjalan menyusuri lorong, dia mendengar suara yang tidak asing.

"Rani," ucap Wilona.

"Ibu dari mana? Kami semua mencari Ibu dari tadi," tanya Rani sembari berjalan menghampiri Wilona dan berusaha memapahnya. Wilona pun mengulas senyum tipis pada Rani.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Wilona setelah mereka berdua terpaku beberapa saat.

"Aku ... aku belum pernah melihat Ibu tersenyum padaku dengan tulus," jawab Rani dengan sedikit ragu.

"Benarkah?" tanya Wilona.

"Emmb," jawab Rani sembari mulai berjalan.

"Apa aku dulu sejahat itu?" tanya Wilona lagi.

"Ibu tidak jahat, Ibu sangat baik, hanya saja keadaan yang merubah Ibu dari ceria menjadi murung," jawab Rani dengan terus memapah lengan Wilona.

"Keadaan? Keadaan yang seperti apa?" tanya Wilona.

"Apa Ibu sudah lupa?" tanya Rani.

"Kalau bisa ... memang sebaiknya Ibu melupakan hal-hal yang buruk, jadi Ibu bisa kembali menjadi diri Ibu sendiri," lanjut Rani.

"Entahlah, apa itu memang lebih baik?" tanya Wilona, tapi Rani sudah tidak menjawabnya, dia hanya menoleh ke arah Wilona sebentar dan mengulas senyum dengan manis.

"Kalau tidak salah, di tahun ini, kamu dan kakakmu baru selesai melaksanakan ujian kan?" tanya Wilona.

"Iya bu, hasilnya pun sudah keluar," jawab Rani.

"Waktu itu kami berdua ingin menunjukkan hasil ujian kami pada Ibu, karena bagaimanapun juga, hanya Ibu yang selalu mendukung kami berdua,"

"Meskipun Ibu terlihat tidak peduli, tapi kami berdua tahu kalau Ibu lah yang sangat peduli dengan kami," 

"Namun, setelah beberapa lama kami mengetuk pintu kamar, tidak ada jawaban dari Ibu, akhirnya kami memberanikan diri untuk masuk, dan ternyata kami menemukan Ibu sudah tergeletak di bawah wastafel," 

"Kami tahu Ibu sangat tidak senang jika ada yang masuk ke kamar Ibu, maka dari itu sebelum Ibu mendengar cerita dari orang lain, lebih baik aku bercerita dahulu," terang Rani.

"Jadi Bu, aku juga mewakili kakak untuk minta maaf karena lancang masuk ke kamar Ibu," ucap Rani dengan terus berjalan secara perlahan.

"Apa aku memang sedisiplin itu dari dulu?" gumam Wilona yang suaranya masih bisa didengar oleh Rani, terlihat Rani hanya tersenyum tipis saja.

"Kalau begitu, bagaimana hasil ujian kalian?" tanya Wilona mencoba mencairkan suasana.

"Alhamdulillah Bu, kami lulus dengan nilai yang memuaskan," jawab Rani dengan sangat antusias.

"Nanti, setelah Ibu sudah pulih dan pulang ke rumah, akan kami tunjukkan hasilnya," lanjut Rani.

"Apa kalian sudah mendaftar ke perguruan tinggi?" tanya Wilona.

"Bagaimana kami bisa mendaftar ke sana Bu?" tanya Rani dengan wajah datar.

"Kenapa? Apa karena biaya?" tanya Wilona.

"Bukankah aku akan sangat sanggup untuk membiayai kalian berdua? Apa aku tidak mau membiayai kalian?" cecar Wilona.

Tap.

"Bukan itu Bu, apa Ibu sudah benar-benar lupa semua?" tanya Rani sembari menghentikan langkahnya.

"Lalu?" tanya Wilona dengan penasaran.

"Nyonya Arina selalu merasa keberatan jika kami menempuh pendidikan lebih tinggi, bahkan jika itu menggunakan bea siswa. Nyonya Arina merasa bahwa kami berdua harus membayar semua biaya yang sudah Ibu berikan untuk sekolah kami, dengan bekerja di rumah tanpa digaji," jelas Rani.

"Sampai kapan?" pekik Wilona.

"Selamanya, sampai Nyonya Arina merasa itu cukup," jawab Rani.

"Gila! Seingatku, bukankah kalian berdua bersekolah dengan aku ambilkan jatah pendidikan dari perusahaan?" tanya Wilona.

"Tapi kan ... yang mengelola perusahaan Pak Bram, bukan Ibu," Jawab Rani.

"Tapi kan ... "

"Rani!" Teriakan Raka seketika menghentikan obrolan mereka berdua.

"Rani," ucap Raka seakan memberikan kode.

"Ibu, maafkan adikku, tolong jangan diambil hati semua ucapannya," kata Raka, dia juga membungkukkan badan dengan sopan.

"Apa yang sedang kamu lakukan Raka?" tanya Wilona.

"Aku tidak mau, jika Ibu dan Nyonya Arina terus berselisih paham karena kami berdua," jawab Raka.

"Sudah, sudah, jangan seperti itu, ayo kita kembali ke ruangan dulu, aku sudah merasa sedikit kedinginan di luar," ucap Wilona.

Dengan sigap Raka segera melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Wilona, begitupun dengan Rani yang segera melepas syalnya serta membalut leher Wilona dengan syal tersebut. Wilona pun merasa sangat senang dengan perlakuan mereka berdua. Mereka bertiga segera berjalan ke ruangan dengan saling mengulas senyum.

***

Ceklek.

"Sayang ... dari mana saja kamu?" Bramasta segera beranjak dari sofa dan menghampiri Wilona yang baru saja membuka pintu.

"Kalian berdua ini bagaimana sih! Disuruh jaga Ibu malah enak-enakan tidur!" 

"Kalian pikir ini hotel!" teriak Bramasta dengan nada yang sedikit tinggi dan juga melotot.

"Ma ... maafkan kami Pak," ucap Raka.

"Maaf, maaf! Awas ya, kalau sampai terjadi sesuatu dengan Ibu!" ucap Bramasta.

"Mas ... kenapa kamu bentak mereka?" 

"Aku hanya keluar sebentar untuk jalan-jalan, juga untuk meredakan rasa pusingku," ucap Wilona.

"Kenapa kamu sampai membentak mereka seperti itu? Mereka tidak bersalah Mas," lanjut Wilona.

"Eh maaf sayang, kamu pasti sangat lelah, ayo naik ke atas ranjang dan beristirahat," ajak Bramasta yang dengan segera mengambil alih memapah Wilona, dia juga melotot ke arah Raka dan Rani, seakan memberi kode bahwa Raka dan Rani harus menjauh, tentu saja hal itu tanpa sepengetahuan istrinya.

Dengan perlahan, Raka dan Rani memundurkan langkahnya dan keluar dari ruangan.

"Sayang ... kenapa kamu tidak bilang kalau ingin jalan-jalan? Apa kamu sudah baikan?" tanya Bramasta dengan lembut sembari memegang telapak tangan Wilona.

"Mas, kenapa kamu tadi membentak mereka seperti itu? Mereka sampai takut untuk melihat wajahmu," tanya Wilona.

"Aku ... Aku hanya khawatir saja dengan kamu sayang," jawab Bramasta memberikan alasan.

"Tapi kan kamu tidak harus seperti itu Mas," dengus Wilona.

"Iya sayang, Mas minta maaf ya," ucap Bramasta yang terkesan tidak ingin lagi berdebat.

"Mas, kenapa kamu tidak mendaftarkan mereka berdua ke perguruan tinggi?" tanya Wilona.

"Emb ... bukankah kita sudah membahasnya dan sepakat," jawab Bramasta.

"Kita?" tanya Wilona dengan penasaran sembari menarik selimutnya.

"Hmmb, bukankah kamu mengatakan bahwa tanggung jawabmu sudah selesai saat mereka lulus, kamu begitu benci dengan Mbok Sum, tapi kamu juga tidak ingin mengabaikan yang sudah kamu mulai, maka dari itu ... kamu membiarkan mereka tetap di rumah hingga mereka kelas 3 dan juga lulus." 

"Tapi ... " Bramasta menghentikan ucapannya.

"Tapi apa Mas?" sahut Wilona.

"Tapi karena mereka tidak punya rumah dan tidak punya saudara lagi, maka Mama memutuskan untuk mempekerjakan mereka saja di rumah, lumayan kan kita juga bisa berhemat, dari pada kita harus menyewa pembantu rumah tangga," jelas Bramasta.

"Jadi maksud kamu ... mereka bekerja di rumah tanpa digaji?" tegas Wilona.

"Jadi benar apa yang tadi diceritakan Rani," monolog Wilona dalam hati.

"Mau bagaimana lagi, itung-itung juga untuk mengganti biaya pendidikan mereka, toh mereka juga masih bisa berteduh, masih punya kamar dan juga masih bisa makan, dari pada mereka harus keloyongan di jalan," terang Bramasta tanpa berperasaan.

"Apa ini benar-benar Bramasta yang aku kenal?" monolog Wilona dalam hati dengan ekspresi yang terkejut.

"Kenapa ekspresi kamu seperti itu? Bukankah kamu juga sudah menyetujuinya," ucap Bramasta yang seketika menyadarkan Wilona dari lamunannya.

"Aku?" 

"Menyetujuinya ... ?" Wilona seakan tidak bisa mempercayai apa yang diucapkan oleh suaminya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 4

    "Sayang, ini aku bawakan handphone kamu, agar kamu tidak bosan selama menjalani perawatan disini," ucap Bramasta mencoba mencairkan suasana, setelah keadaan menjadi kikuk sejenak. "Oh iya, aku memang sangat membutuhkannya," ucap Wilona sembari menerima handphone tersebut. "Sebentar lagi aku akan pulang, karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, mereka berdua yang akan menjagamu," "Apa tidak masalah?" tanya Bramasta. "Emb, tentu saja tidak masalah, terima kasih karena kamu selalu bekerja keras untuk keluarga, jangan lupa makan dan istirahat," ucap Wilona sembari mengulas senyum manis. "Tentu saja, kamu juga makan yang banyak ya, agar segera pulih dan bisa segera kembali ke rumah," ucap Bramasta sembari mengecup kening istrinya. Wilona pun mengangguk dan tersenyum dengan perlakuan Bramasta tersebut. *** Beberapa saat kemudian setelah kepergian Bramasta, Raka dan Rani pun masuk ke ruangan Wilona. "Dari mana kalian?" tanya Wilona. "Kami hanya di luar Bu," jawab Raka. "Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 5

    Keesokan harinya."Hais, rasanya malas sekali aku harus pura-pura baik pada keluarga ini," gerutu Rosa sembari berjalan di lorong rumah sakit."Kalau bukan karena harta mas Bram yang berlimpah dan tidak akan habis sampai 7 turunan, aku tidak akan mau melayani mereka." "Lebih-lebih melayani istrinya, demi mendapatkan restu, agar aku bisa menikah dengan Mas Bram, aku harus rela masak dan membawakan makanan untuk istrinya itu, huft." Rosa terus menggerutu sembari membawa rantang yang berisi makanan, yang akan diberikan pada Wilona."Lagian itu perempuan nyawanya banyak banget ya, aku sudah melakukan banyak cara untuk mencelakainya, tapi dia masih saja selamat." "Kalau dia mampus kan enak, tidak perlu lagi untuk mengemis restu darinya." "Lagian Mas Bram juga cinta gila banget sih sama dia, apa dia benar bisa menerimaku jadi istrinya nanti?""Hais, sudahlah, yang pasti aku akan terus berusaha untuk menggodanya, toh aku juga lebih montok kan dari pada istrinya itu," ucap Rosa dengan penu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 6

    "Apa kamu sudah ingat, bahwa kamu masih mempunyai istri?" tanya Wilona saat mendapati Bramasta baru saja masuk ke kamar. Saat ini Wilona sudah mengenakan piyama, berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponselnya. "Sayang ... aku hanya menolongnya sebagai tamu," jawab Bramasta sembari duduk di ujung ranjang. "Sayang, apa kamu harus berbuat sejauh itu? Kenapa perbuatanmu tidak mencerminkan sebagai wanita yang bermartabat?" cecar Bramasta. "Bermartabat?" "Justru aku sedang melindungi martabatku, bagaimana bisa aku diam saja saat suamiku dijodohkan dengan wanita lain?" "Bak air susu dibalas dengan air tuba, semua kebaikan yang sudah aku berikan padanya, sepertinya itu tidak berarti apa-apa kan?" jelas Wilona. "Hmm, ya, cukup masuk akal," "Lagi pula sekeras apapun Mama dan Rosa memaksa, jika kamu tidak setuju, maka pernikahan itu juga tidak akan pernah terjadi," "Bukankah selama ini aku memang hanya badut bagimu?" tanya Bramasta dengan tetap memunggungi Wilona. "Badut?" "

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 7

    "Bagaimana hasilnya? Kalian berdua sehat kan? Bisa segera program hamil kan?" cecar Mama Arina saat baru saja Wilona membuka pintu."Entahlah," jawab Wilona dengan cuek, sembari dia terus berjalan masuk."Apa maksud kamu entahlah?" Mama Arina mengekor di belakang Wilona."Dari dulu aku tidak begitu peduli dengan keturunan, kenapa Mama selalu mendesakku?" tanya Wilona sembari dia duduk di ruang makan, Rani pun segera menuangkan air putih untuk Wilona."Apa sih yang kamu bicarakan? Bukankah kamu sudah sepakat untuk mencoba?""Dan kata Rani, kamu tadi pergi ke dokter untuk mengambil hasil tes pemeriksaan kalian tempo hari?" cecar Mama Arina tidak mau menyerah."Aku tadi memang pergi ke dokter, tapi bukan untuk mengambil hasil tes," ucap Wilona."Lalu?" sahut Mama Arina."Emb ... aku pergi untuk membatalkan tes yang kita lakukan tempo hari," jawab Wilona tanpa merasa bersalah.Brak!"Gila kamu ya!" sentak Mama Arina, bahkan beliau juga menggebrak meja."Kenapa? ini tubuhku, terserah aku m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 8

    Malam hari.Tap.Tap.Tap."Nyonya Wilona?" sapa seorang pelayan restoran, saat Wilona baru saja sampai di depan pintu sebuah restoran."Iya," jawab Wilona dengan ramah."Silahkan, tuan Bramasta sudah menunggu," ucap pelayan tersebut.Pelayan itu pun segera menunjukkan jalan dan Wilona mengekor di belakangnya.Tadi siang, saat Wilona tengah bersantai di taman sebelah kolam renang, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Bramasta, bahwa Bramasta akan mengajaknya untuk makan malam disebuah restoran."Apa tempat ini di sewa?" tanya Wilona saat dia mendapati bahwa tidak ada pengunjung lain di restoran tersebut."Benar Nyonya, tuan Bramasta melakukan reservasi tadi pagi," jawab pelayan tersebut dengan tersenyum ramah."Apa semua ini juga disiapkan olehnya?" tanya Wilona lagi, karena di sepanjang dia berjalan, sangat banyak sekali bunga mawar, baik di meja, kursi, dinding, bahkan di lantai juga bertaburan banyak bunga mawar, tidak lupa juga dengan banyak lilin."Benar Bu," "Itu, tuan Bramasta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 9

    "Selamat pagi," sapa Wilona sembari menuruni anak tangga."Pagi ... " jawab semua orang secara serentak."Kenapa pagi-pagi kamu sudah rapi?" tanya Bramasta."Kan aku sudah bilang, kalau aku mau bekerja lagi," jawab Wilona yang sudah sampai di meja makan dan segera duduk."Mbak, apa Mbak memang perlu bekerja lagi?" tanya Rosa yang tentu saja sudah menjadi anggota keluarga saat ini, bahkan juga tinggal satu atap."Kenapa Ros? Apa kamu keberatan? Bukankah kamu sudah menandatangani syarat untuk menikah dengan Mas Bram tempo hari?" cecar Wilona."Bukan begitu Mbak, Mbak kan sudah berhenti bekerja selama beberapa tahun, takutnya nanti Mbak malah sudah lupa dengan semua yang biasa dikerjakan di kantor, malah repot nanti kalau Mbak harus belajar lagi,""Lebih baik Mbak di rumah saja, mengurusi urusan rumah, bukankah itu sudah menjadi keahlian Mbak Ona," sindir Rosa."Tenang saja, aku adalah orang yang cerdas, tidak mungkin aku melupakan semua tentang urusan kantor, lagi pula di rumah kan suda

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 10

    "Kenapa lampu ruangan kamu masih menyala?" tanya Furi yang juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya, saat dia hendak pergi, dia melihat lampu di ruangan Wilona masih menyala, maka dari itu Furi memutuskan untuk mengecek."Aku harus lembur," jawab Wilona."Kamu sendiri kenapa belum pulang?" tanya Wilona."Aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku, sebelum aku kembali mengabdi padamu paduka," jawab Furi yang seketika membuat Wilona mengulas senyum."Kamu tidak harus menyelesaikannya dalam semalam semua map yang aku kasih tadi," ucap Furi."Aku tidak sedang mengecek map dari kamu," ucap Wilona."Lalu apa yang kamu lakukan?" tanya Furi sembari duduk di hadapan Wilona."Aku sedang membuat proposal untuk kerja sama dengan grup Salim," jawab Wilona."Apa kamu sudah tahu?" tanya Furi dengan terkejut."Tidak, Rosa yang menyuruhku membuat ini," jawab Wilona."Hais, dasar wanita gila," gerutu Furi."Emb, aku tahu kamu memang pekerja keras, tapi ..." "Tapi apa?" tanya Wilona."Pikirkanlah juga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 11

    "Apa belum berkumpul semua?" tanya Wilona yang baru saja memasuki cafe, serta melihat Furi dan beberapa karyawan di sana."Sudah," jawab Furi sembari membungkukkan sedikit tubuhnya dengan sopan, karena dia menghormati Wilona sebagai atasannya."Apa?" Wilona pun terkejut dengan jawaban Furi, karena dia mendapati hanya ada 7 karyawan saja di sana."Memang hanya mereka saja yang bertahan," bisik Furi.Tap.Wilona pun segera duduk dan tersenyum pada mereka semua, para karyawan itu pun juga menunduk dengan segan. "Wajah-wajah tidak asing," ucap Wilona."Apa kalian semua masih mengingatku?" tanya Wilona."Tentu saja Bu, kami sangat senang sekali saat mendengar Ibu kembali ke kantor," jawab salah seorang karyawan."Apa Ibu sehat?" tanya karyawan lain."Tentu saja, aku sangat sehat dan tetap cantik," jawab Wilona dengan sedikit mengulas senyum, untuk meminimalisir kecanggungan diantara mereka.Meskipun Wilona nampak sangat dingin dan juga berekspresi datar, tapi para karyawan sangat senang da

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 53

    "Permisi," ucap petugas kebersihan yang ada di perusahaan pink, saat ini dia tengah mencoba mengetuk pintu ruangan CCTV."Ada apa?" tanya seorang petugas yang baru saja membuka pintu."Ini, aku bawakan minuman untuk kalian, ada salah satu orang perusahaan yang bagi-bagi," jelas seorang paruh baya yang menjadi petugas kebersihan tersebut."Wah ... kebetulan sekali, kami sedang mengantuk, makasih ya Bu," ucap petugas CCTV tersebut dengan ramah sembari menerima 2 gelas es cappucino."Bekerjalah dengan baik, jangan sampai kamu ketiduran," ucap petugas kebersihan tersebut sembari mendorong trolinya dan pergi dari sana. 2 petugas CCTV pun segera menyeruput es cappucino tersebut hingga habis setengah gelas, sepertinya mereka benar-benar kehausan."Satu ... " "Dua ... ""Tiga ... "Sementara itu, Furi yang berada di balik tembok, dia terus menghitung dengan menggunakan jarinya, juga sembari memainkan kakinya."Lima puluh sembilan." Setelah menghitung hingga satu menit, Furi pun segera berjal

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 52

    "Memangnya Wilona tahu dari mana kalau kita bisa melawan Rosa pakai daun kelor, dia aja gak pernah pergi ke dukun!" hardik Mama Risma. Pagi itu, Rani segera pergi ke kediaman Mama Risma untuk mengajaknya berbelanja bahan yang disuruh oleh Wilona ke pasar, sekalian juga memberi kabar Mama Risma, bahwa putrinya baik-baik saja."Ada Ma di buku catatannya Bu Rosa, lengkap dari ritual sampai pantangannya," jelas Rani."Oh, jadi selain bermain santet, dia juga bermain susuk. Apa lagi yang dia mainkan?" tanya Mama Risma dengan penasaran."Guna-guna," jawab Rani singkat."Guna-guna?" gumam Mama Risma."Ayo Ma kita segera ke pasar untuk beli semua bahan dan kita segera eksekusi dia, biar dia tahu rasanya senjata makan tuan," ajak Rani dengan geram."Memangnya kamu tahu bentuknya daun kelor? Mama aja baru denger namanya barusan dari kamu," ucap Mama Risma."Lah? Mama juga gak tau? Aku kira Mama tahu, makannya aku mau ngajak Mama," gerutu Rani.Mama Risma terdiam sejenak, beliau mengambil ponsel

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 51

    Bunga sampai di depan mansion Melisa, ada perasaan gelisah dan berkecamuk di sana, terlebih saat dia melihat pengawal Melisa yang selalu sigap. Dengan perasaan yang masih ragu, Bunga pun turun dari mobil, setelah sebelumnya menarik nafas panjang dan mencoba menguasai pikirannya sendiri."Aku hanya akan mencari ponselku yang kemarin hilang," ucap Bunga pada salah satu pengawal Melisa."Di mana?" tanya pengawal tersebut."Ya mana aku tahu, namanya juga hilang. Seingatku semalam aku hanya mendatangi atap dan juga pantai, tidak banyak ruangan yang aku kunjungi di sini," jelas Bunga."Aku akan memeriksanya di atap," ucap pengawal tersebut."Oke kalau begitu, aku akan menyusuri pantai," ucap Bunga yang kemudian pergi ke pantai, pantai tersebut ada di depan mansion.Bunga berjalan pelan sembari melihat laut, sesekali juga dia melihat ke mansion. "Bu Wilona ada di kamar yang mana ya," gumam Bunga sembari mengingat kejadian tadi malam, saat Wilona baru dibawa keluar oleh dua pengawal dalam kea

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 50

    Bramasta datang ke Mansion Melisa dengan perasaan berkecamuk. BRAAAK! Tentu saja tidak ada lagi yang menahannya saat masuk ke mansion tersebut, karena semua anak buah Melisa sudah tahu, bahwa Bramasta adalah salah satu partner kerja Melisa. Begh! "Kenapa kamu melakukan itu?" Saat baru saja masuk ke mansion, Bramasta mendapati Melisa berdiri di ruang kerjanya. Bramasta segera masuk dan mencekik leher Melisa menggunakan satu tangan hingga Melisa memundurkan langkahnya dan berhenti karena menabrak meja. Merasakan bahwa tangan Bramasta semakin erat dan membuatnya kesulitan bernafas, Melisa segera meraih pistol yang memang ada di atas meja. Setelah mendapatkan pistol tersebut dengan susah payah, Melisa pun segera menodongkan pistol itu ke pelipis Bramasta. Mereka berdua sempat bersitegang sebentar dengan saling menatap. "Oke." Tepat saat Melisa hendak menarik pelatuknya, Bramasta melepaskan tangannya yang mencengkeram leher Melisa. Melisa mengatur nafas sejenak, dia menoleh ke arah

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 49

    BRUUAAAKKK!!Raka, Debby, Firman dan Furi segera menoleh ke arah sumber suara. "Tolong selamatkan dia dulu, nanti aku akan kembali," ucap Bunga sembari membopong Alex dan juga memberi sesuatu dari sakunya ke Raka.Bunga segera meninggalkan villa Debby, sementara Debby, Firman dan Furi masih terpaku sembari melihat seorang pria yang tengah duduk di lantai dengan darah bercucuran di lengannya."Bukankah tadi itu adalah sekretarisnya Pak Bram?" tanya Furi dengan keheranan."Apa???" pekik Firman dan Debby secara bersamaan.Grep.Begh.Debby segera berjalan ke arah Raka dan mencekik lehernya dengan satu tangan, hal itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut. "Apa maksud kamu memberitahu villa ini pada sekretarisnya Bramasta?" tanya Debby dengan kesal."Atau kamu adalah pengkhianatnya sejak awal?" Debby tidak memberi celah untuk Raka menjelaskan."Lepaskan aku," ucap Raka dengan terbata dan mencari celah untuk bernafas."Lepaskan Debby." Firman segera beranjak dan mencoba menarik tan

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 48

    Bramasta sampai di depan mansion, dia mengikuti arah yang diberikan oleh Melisa. Namun Bramasta terkejut, saat seseorang segera menodongkan senjata tepat ke mobil Bramasta, sehingga harus membuatnya mengangkat kedua tangan, untuk memberitahu, bahwa dia tengah bersih, tidak membawa senjata dan tidak mengancam.Bramasta menelan salivanya, dia melirik kesana dan kemari dengan keringat bercucuran yang sudah membasahi seluruh wajahnya."Apa benar alamat ini yang diberikan oleh Melisa? Atau ini jebakan?" monolog Bramasta dalam hati."Baik." Terdengar suara pria yang tadi menodongkan senjata sembari memegang telinganya yang tengah mengenakan earpiece dan terhubung dengan seseorang. Bramasta menggunakan kesempatan tersebut untuk melihat ke arah bawah jok mobil, memastikan bahwa dia saat ini juga membawa pistol."Maaf tuan." Tepat saat Bramasta hendak mengambil pistolnya, pria yang ada di hadapannya menurunkan senjata dan segera membuka pintu mobil Bramasta."Mari saya antar," ucap pria tersebu

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 47

    Saat melirik ke sela pintu, Melisa mendapati Wilona tengah menatapnya ."Kamu sudah bangun?" tanya Melisa seraya membuka pintu. "Melisa ... " "Ada apa ini Mel? Kenapa kamu sampai mengotori tanganmu seperti ini?" tanya Wilona tanpa basa-basi. "Pasti kamu mencari benda ini kan?" tanya Melisa sembari melempar gelang milik Wilona, gelang tersebut sudah putus dan tentu saja Mati. "Aku tidak terkejut kamu menemukan gelang itu sebagai ancaman, karena kamu memang pintar," ucap Wilona. "Sekarang katakan, kenapa kamu harus menculikku seperti itu?" tanya Wilona dengan keadaan kedua tangan dan kaki yang masih terikat. Melisa yang sedari tadi masih berdiri di ambang pintu pun segera mendekati Wilona seraya mengeluarkan pisau kecil. "Hmm ... aku sebenarnya tidak punya alasan khusus untuk melakukan ini semua, aku hanya tidak suka saja melihatmu," jelas Melisa sembari memainkan pisau kecil tersebut di wajah Wilona. "Jangan main-main dengan benda itu Mel," ucap Wilona yang mulai tegang. "Apa

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 46

    "HAI PACARNYA ROSA!" Pagi-pagi buta Wilona mencoba membuat keributan."PACARNYA ROSA, AKU HAUS NIH!" "APA KAMU TULI?"BRAAAK!"Apa sih? Pagi-pagi buta sudah berisik, bahkan matahari saja belum muncul!" gerutu Rama sembari membuka pintu dengan keras."Aku haus nih," keluh Wilona."Aku tidak boleh memberimu makan ataupun minum sama Rosa," ucap Rama."Bagaimana jika Rosa tidak segera kesini, lalu aku kehausan sampai dehidrasi dan meninggal?" "Kamu tidak mau berurusan dengan polisi kan?" "Kamu juga tahu aku mantan CEO kan? Tidak mungkin orang tidak mencariku jika aku tiba-tiba saja hilang." Wilona mencoba menyabotase pikiran Rama."Baiklah, baiklah, tapi kamu jangan kasih tahu Rosa kalau aku beri minum ya," ucap Rama."Tenang saja, aku pandai menyimpan rahasia," ucap Wilona dengan meyakinkan.Rama pun segera membuka satu botol air mineral yang masih tersegel."Nih," ucap Rama sembari menyodorkan botol air tersebut pada Wilona."Ayolah, tanganku sedang terikat ke belakang, bagaimana aku

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 45

    Sayup-sayup Wilona mulai membuka matanya, dia merasa sangat pusing, serta pandangannya sedikit kabur, Wilona memperhatikan sekeliling, dia mendapati bahwa dirinya tengah berada di sebuah ruangan kumuh, kasur dari kapuk yang sudah berwarna kecoklatan, begitu juga dengan bantal dan guling."Arrgh ... " desis Wilona saat mendapati tangannya rupanya terikat ke belakang, saat ini dia dalam keadaan tidur menghadap ke samping."Biarkan saja dia di sini dulu." Mendengar ada suara, Wilona buru-buru menutup matanya kembali."Tapi pastikan ini akan baik-baik saja, aku tidak mau jika harus berurusan dengan polisi," ucap seorang pria."Tenang saja, semua yang aku lakukan tidak akan melibatkan polisi." "Rosa," monolog Wilona dalam hati, saat mendengar suara yang familiar di telinganya."Lalu siapa pria yang bersamanya? Kurasa itu bukan suara Bramasta," batin Wilona.Tit.Tit.Wilona segera menekan tombol yang ada di gelangnya, untuk memberikan sinyal pada Raka. Sejak banyak ancaman yang mengincar,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status