Beranda / Pernikahan / Kontrak Hasrat Tuan Presdir / BAB 37 — RAMBUT TERURAI

Share

BAB 37 — RAMBUT TERURAI

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-05 21:22:50

Beberapa hari kemudian ....

Yura menyibak kain tirai berwarna putih.

Usai membersihkan diri, ia ingin mencari udara segar, melepas lelah yang sejak siang ia tahan.

Rahangnya hampir jatuh ke lantai tatkala melihat pemandangan indah yang disuguhkan hotel bintang lima ini.

“Aku sudah sampai di sini, Mas. Masih ingatkah kamu tentang tempat ini? Tempat yang pernah kita jadikan tujuan untuk ulang tahun pernikahan kita yang kedua.” Yura terkekeh pelan dalam gumamnya.

“Dan ini sudah tahun ke-5 kita menikah, apa kamu tidak ingin bangun dan menyusulku ke mari?” bisiknya pada angin yang bertiup kencang.

Setelah menikah, Yura telah mengumpulkan beberapa uang berharap bisa ke tempat ini bersama sang suami—sebagai perayaan ulang tahun pernikahan—tetapi harapnya sirna dan rencananya gagal setelah Rama terbaring koma. Uang itu turut raib untuk biaya pengobatan rumah sakit.

Yura pikir, tak akan ada lagi kesempatan untuk pergi mengunjungi tempat ini.

Hingga, entah bagaimana rencana semesta,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Oren Rendha
update lagi dong thor... biar feel bacanya gak ilang ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 38 — ANGGAP SAJA SEDANG HONEYMOON

    Selera makan Yura mendadak lenyap. Bahkan, sepiring fettucini di hadapannya dibiarkan mendingin dilahap angin. Sesekali memandangi sosok pria di hadapannya yang sedang menyantap menu berjuluk Spicy Lobster Tails miliknya dengan tenang. Setiap hari bertegur sapa, tetapi malam ini Yura bisa mengamati dengan leluasa. “Gunakan pelembap bibir dan urai rambutmu! Saya tunggu di depan lift!” Setelah berhari-hari, mengapa baru menyadari bahwa nada bicara mereka mirip? Cara mereka menekankan sesuatu pada sebuah kalimat juga persis. Selain itu, Gin tak suka rambutnya diikat, berantakan apalagi basah, dan Arya juga demikian. Usia mereka sama, meski Yura tak bisa memastikan berapa tepatnya. Namun, apakah beberapa hal persamaan mereka cukup akurat untuk membuktikan dugaannya? Mungkin hanya kebetulan, berulang kali Yura menekankan dirinya sendiri. Lagipula, pimpinannya itu sudah memiliki istri, bukan? Hal ini jelas berbeda dengan Gin yang mengaku masih single. "Kita datang ke sini untuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 39 — HONREYMOON DI BALI

    Dua manik hitam mereka beradu pandang. Beberapa saat dua insan itu tenggelam dalam pikiran masing-masing. Namun, Yura yang lebih dulu tersadar, lalu spontan terkekeh dengan celotehan Arya yang memintanya menganggap agenda kali ini sebagai honeymoon. “Ada yang lucu dengan kalimat saya?” tanya Arya dengan kedua alis saling bertaut. “Bapak dan saya ini kan bukan suami istri, tidak mungkin jika saya menganggap ini sebagai honeymoon,” jawab Yura dengan masih tertawa kecil. Perempuan itu lalu bangkit dari tidurnya dan duduk bersila, sepasang tangannya menjulur ke belakang sebagai sandaran. “Lagipula, meskipun saya di tempat wisata, kenyataannya saya masih bekerja bersama Bapak.” “Bukan begitu maksud saya, maksudnya—” Arya mendadak kehilangan kosa kata. Pria berkaos putih itu merasa telah kelolosan mengucapkan sesuatu. Tubuhnya hampir bangkit dari tidur, tetapi tertahan ketika Yura menoleh ke arahnya. Wanita itu tersenyum tulus. “Saya tahu maksudnya hanya bercanda, tapi serius saya ing

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 40 — JALAN-JALAN BERSAMA ARYA

    TRING!Dering alarm yang di pasang pada ponsel meraung bersahutan dengan debur ombak di luar kamar. Dengan mata yang masih terpejam, Yura menggerakkan tangannya mencari sumber kebisingan. Baru pukul lima pagi. Masih ada beberapa menit untuk memperpanjang durasi tidurnya. Hanya saja, aktivitas berat yang ia lakukan dengan Gin semalam kembali membuat tulang-tulangnya bergemertakan. "Hah! Ya ampun!"Matanya kini bisa melihat dengan bebas, tak ada lagi kain membelit kepalanya. Yura lantas menyingkap selimut guna melihat tubuhnya sendiri. Tidak ada yang berubah, semua pakaian yang ia gunakan tidak ada satupun yang terlepas.Yura kembali memutar ingatannya. Masih terekam jelas bagaimana Gin mencumbu dan menggaulinya. Yura ingat betul lelaki itu menyusulnya ke tempat ini. Mereka bercinta dengan penuh gairah. Biasanya, usai melewati malam yang panas, lelaki itu akan meninggalkan Yura dengan keadaan tanpa busana. Namun, kali ini tidak demikian. Tempat tidur yang ia gunakan bahkan tampak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 41 — BERTEMU SAHABAT LAMA

    Dalam sekejap, Yura merasa dunianya berputar. Beberapa kali matanya mengerjap terpana kepada Arya yang dengan gagah duduk di atas motor dengan mesin berkapasistas lebih dari 400 cc itu. Ia sedang sibuk mengenakan sarung tangannya. Yura sendiri mendadak lupa dengan perintah yang Arya berikan sebelumnya. Kepalanya justru penuh dengan pertanyaan lain, ini motor siapa? “Sampai kapan kamu melamun seperti itu?” tegurnya saat Yura tak kunjung melakukan perintah. Sorot matanya yang tajam menghentikan angin ribut dalam pikiran Yura. “Cepat, naik!” “Ba—baik, Pak!” Mau tak mau Yura segera menyusul Arya menaiki motor tersebut. Mau bagaimana lagi, ingin menolak pun tidak bisa, bukan? Yura bahkan tidak tahu rencana apa yang di buat lelaki itu setelah ini. “Pegangan!” Arya menitah lagi. “Pe—pegangan?” “Perlu saya beritahu juga caranya?” Arya mendengus kesal akibat Yura yang tak bisa mencerna perintah dengan cepat. “Ayolah! Saya bukan pria yang banyak modus!” Tangan yang sudah siap memegang

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 42 — CIUMAN ITU....

    "Terserah kau ingin menganggapnya apa." Jawaban Arya mengundang sebuah tekuk dahi dari Louis. Awalnya mengira lelaki itu serius sebab tak ada gurat lucu sedikit pun. Wajahnya tetap datar dan sebuah senyuman tipis. Namun tak berlangsung lama karena Louis langsung memukul lengan Arya seraya mengubar tawa, lalu menambahkan opininya. “Oh, come on! Dia hanya sekretarismu, benar? Ayolah! Aku sangat tahu seleramu, Dude! Lagian, kalian sangat tidak cocok menjadi suami istri. Kalian lebih cocok menjadi paman dan keponakan!” Arya sendiri tidak menanggapinya dengan serius. Lelaki itu malah sibuk melihat-lihat pemandangan di sekitar villa. Mengamati satu per satu detail bangunan yang terlihat di indera penglihatan. Sedangkan Yura bungkam seribu bahasa sembari berjalan di belakang kedua insan itu. Sesekali mendengarkan Louis yang menjelaskan asal-muasal juga kegunaan beberapa bagian. Lalu, Arya yang sudah lama berkecimpung dalam dunia properti juga memberikan tanggapan singkat. Hanya itu yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 44 — TERLALU MENGGODA

    “Louis berikan apa ke kamu?”Arya memarkirkan kendaraan motor yang mereka gunakan. Setelah melalui jalan yang panjang, juga menghentikan sejenak perjalanan di sebuah resto, mereka telah tiba kembali di hotel.Matahari sedang terik-teriknya, tetapi dua insan itu nekat menerobos jalanan untuk pulang. Sebab jika tidak segera kembali, mereka tidak akan memiliki waktu untuk beristirahat sebelum menghadiri agenda di sore hingga malam nanti.Yura sendiri hanya mengikuti kehendak Arya yang memang tidak meminta pendapat apapun padanya. Begitu Arya meminta pulang, maka saat itu juga ia harus ikut pergi“Maaf, saya hanya dibawakan cokelat saja, Pak.” Yura berusaha melepas pengait helm dan ia cukup beruntung karena tak memerlukan bantuan Arya lagi. Ah, itu melegakan dan jika bisa mungkin ia sudah berteriak kegirangan. “Bu Louisa juga menitip beberapa pack untuk Bapak. Semuanya ada di dalam tas ini. Bapak ingin membawanya?” tanyanya lagi seraya menunjukkan sebuah tote bag kain cukup besar berwarna

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 45 — FESTIVAL LAMPION

    Setelah "diomeli" oleh sang atasan, tidak ada lagi yang spesial di malam kemarin--menurut Yura.Hanya makan bersama dengan para pertinggi Prastaga dan beberapa orang internal perusahaan. Yura dan Arya sendiri tak banyak terlibat percakapan.Dan kini sudah berganti hari.Seharian Yura tak keluar kamar dan memanfaatkan waktu senggang untuk membaca novel fiksi yang tesedia di rak kamar. Beruntung Arya sibuk meeting dari pagi hingga sore. Ia tak perlu repot-repot pergi dengannya, atau bertatap muka dengan atasannya itu. Semua pekerjaan cukup diingatkan lewat pesan.Jujur, wanita itu masih belum sanggup untuk menemui Arya lagi sejak kejadian kemarin. Demi Tuhan, Yura rasanya ingin resign saja, atau menghilang dari muka bumi!Sorot mata setajam elang itu masih terkenang jelas diingatan. Hembusan napas yang beradu, hingga wajah Arya yang berjarak sedekat itu masih terngiang-ngiang di kepalanya. Tidak hilang sebanyak apapun Yura mengusap wajahnya.Suara beratnya entah kenapa terngiang di t

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 46 — PELUK SAYA

    “Apa yang ingin Bapak bicarakan?”Sayangnya, belum juga mendapat jawaban, pelayan telah lebih dulu menghadirkan beberapa menu.Dua porsi kentang goreng, dua cup popcorn, dua gelas lychee tea, dan dua spagetti bolognese. Mungkin ini yang menjadi alasan tiket mereka mahal?Harga sudah satu paket dan area ini khusus. Cukup worth it, mengingat ini di Bali. Namun tetap saja, terlalu mahal untuk Yura yang terbiasa hidup pas-pasan.“Anything. Feel free to ask.”Seolah sadar tatapan Yura, Arya lantas bertanya padanya membuat wanita itu kelimpungan. Kenapa dia yang ditodong pertanyaan?Bukan apa-apa, Yura hanya takut pertanyaannya tak berkenan. Secara, Arya masih pimpinannya sekali pun saat ini sedang duduk berdua layaknya seorang teman. Walau ... Yura sebenarnya ingin bertanya dengan kejadian akhir-akhir ini. Mengapa sikap Arya yang —tidak seperti dengan karyawan biasa—begitu posesif? Terlebih, terlihat sangat marah hanya karena rambut yang tidak digerai? Apakah itu juga yang menjadi a

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10

Bab terbaru

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 271 — TULANG RUSUK YANG TERTUKAR

    Tenggorokan Yura terasa kering. Sebenarnya, tidak masalah jika Rama berkenalan dengan putrinya. Tetapi, bukan itu yang menjadi kekhawatirannya. Semua itu tergantung dengan tanggapan Gin. Bagaimana pun juga, pria itu yang bisa menentukan keputusannya."Berikan saja, Sayang. Biarkan Pak Rama mengenal putri kita." Gin menyahut dari arah belakang. Entah kapan pria itu kembali, kini Gin sudah berdiri di sampingnya."Tapi—""Aku tidak keberatan. Tidak ada salahnya," sahut Gin kembali.Yura kemudian mengangguk dan memberikan Raya kepada mantan suaminya. Rama tampak berbinar melihat Raya dalam pangkuannya. Pria itu bahkan tersenyum sendiri.Sebagai mantan istri, Yura paham betul bahwa semenjak pernikahan mereka dulu, Rama selalu mendambakan kehadiran seorang anak. Namun, harapan mereka pupus kala mendapatkan hasil pemeriksaan medis yang menyatakan bahwa Rama tak bisa memiliki keturunan.Yura berharap, kehadiran Raya bisa sedikit mengobati rasa sakit Rama.Cukup lama Rama menimang Raya. Hingga

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 270 — AKU TIDAK PERNAH MENYESAL

    Sosok itu adalah Rama. Pria yang pernah menjadi suaminya selama kurang lebih lima tahun. Orang yang pernah ia perjuangkan dengan segenap jiwa dan raganya.Yura sudah tidak peduli padanya. Bahkan, dia tidak ingin tahu tentang apa yang dilakukan lelaki itu, hanya tidak menyangka akan bertemu dengan Rama kembali saat ini, di rumah mertuanya sendiri. Dan, Yura melihat perubahan yang sangat besar.Wajah Rama tampak lebih tua dan badannya sedikit kurus. Kumis dan jambangnya terlihat lebih lebat. Penampilannya pun jauh berbeda dengan pertemuan terakhir mereka dahulu. Ia sempat tak percaya bahwa orang yang kini berdiri di hadapannya ini adalah Rama. "Salam kenal, Bu Shinta." Yura menyapa Bu Shinta terlebih dahulu, kemudian mengarahkan padangannya kepada Rama. Ada kecanggungan yang kentara saat Yura bertatap muka dengan Rama, ia tampak ragu saat ingin menyapanya. Demikian halnya dengan Rama yang terlihat menelan ludahnya kasar. Untungnya, interaksi kaku mereka terbaca oleh Bu Shinta. Wanita

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 269 — SANG PEMILIK MASA LALU

    Suasana kediaman utama sore hari ini sedikit lebih ramai dari biasanya. Ketika Gin dan Yura sampai di sana, beberapa mobil jasa angkut berada di sana membawa beberapa paket barang. Gin bertanya kepada beberapa satu asisten rumah tangga yang berjaga di sana dan mereka mengatakan bahwa barang yang dibeli oleh sang ayah adalah lukisan yang secara khusus telah dipesan sejak berbulan-bulan lalu."Kenapa Ayah membeli banyak lukisan?" tanya Yura ketika sudah menjauh dari para asisten rumah tangga. "Maksudku, tumben sekali pesan sebanyak ini. Biasanya hanya satu atau dua untuk ganti properti kantor."Ya. Memesan lukisan bukan sesuatu yang tabu di keluarga Satwika. Sebagai menantu, Yura kerap membantu Wira atau pun Gin mencarikan seniman untuk membeli atau membuat lukisan. Namun, untuk kali ini, tampaknya Wira mencari tanpa bantuannya. Bahkan Gin, putranya sendiri, tidak tahu-menahu tentang ini.Gin yang sedang menggendong putrinya juga mengamati keadaan sekitar selama beberapa saat. Kemudian

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 268 — TEMPAT TERNYAMAN

    Beberapa minggu setelah kepergian Sarah.Mendengar suara tangisan bayi yang begitu kencang, Yura mematikan kompornya dan segera berlari ke lantai atas untuk memeriksa. Saat membuka pintu kamar ruang bayi, tubuhnya sejenak terpaku ketika menemukan Gin sedang menimang putrinya.Wanita itu menghela napas panjang. Sejak tadi, ia sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Saking sibuknya, sampai lupa dengan Raya. Namun, ketika kembali di sini, ia justru dibuat kagum dengan sikap sang suami. Pria itu bahkan belum berganti baju, masih mengenakan handuk mandi untuk menutupi tubuhnya.“Kenapa wajahmu tampak tegang seperti itu?” tegur Gin dengan suara beratnya."Ah, tidak, aku hampir lupa kalau meninggalkan Raya. Aku pikir kau masih mandi atau siap-siap, tapi ternyata kau sudah di sini."Gin hanya merespon dengan sebuah tawa pelan. "Apa aku tidak boleh menimang putriku sendiri?""Bukan seperti itu, Gin. Aku hanya terkejut saja," tutur Yura usai menggeleng sebagai respon.Gin kembali menarik kedua sudut

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 267 — MARTHA, SANG PENAWAR DUKA

    Meskipun ada kelegaan dalam hati karena telah menemukan Martha, Wira tetap tak bisa menyembunyikan dukanya. Kepergian Sarah meninggalkan luka mendalam dan penyesalan dalam dirinya. Semua juga tahu, tak ada yang bahagia saat ditinggalkan selamanya. Sejak tadi, pria itu memilih menyendiri di balkon kamar, merenungkan masa lalunya dan memikirkan masa depannya bersama Martha. Bahkan saat doa bersama di gelar di rumah untuk mengenang Sarah, Wira tak ingin bergabung dengan mereka. Ia lebih memilih untuk menikmati kesunyian dan keheningan di balkon kamarnya."Sudah hampir larut, Mas. Mau sampai kapan melamun di situ?"Suara Martha memecah keheningan di balkon. Malam ini, Wira langsung membawa Martha ke kediaman utama malam itu juga. Ia tidak ingin kehilangan jejak Martha lagi, wanita yang telah membawa secercah cahaya di tengah kesedihannya.Ketika tangan Martha menyentuh pundaknya, Wira menoleh. Ia menurunkan kaki dan mematikan puntung rokoknya. "Sudah selesai?" tanyanya, bermaksud menany

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 266 — JANGAN BIARKAN AKU KEHILANGANMU

    Setelah tiga puluh menit berkendara, mobil berwarna hitam milik Wira terparkir rapi di halaman sebuah rumah beraksen kayu. Rumah modern yang sebenarnya biasa saja dan jauh dari kota, tetapi begitu berarti untuk Martha, wanita yang kini menjadi istri satu-satunya. Rumah ini satu-satunya harapan Wira. Walau tak bisa memastikan apakah wanita itu benar-benar ke rumah ini atau tidak, pria tua berkemeja hitam itu hanya mengikuti kata hati. Gantungan kunci yang terlepas, menjadi satu-satunya petunjuk yang ingin ia buktikan.Dan semoga saja, Martha bisa ia temukan di sini.Ting Tong! Ting Tong! Wira menekan bel dan menanti beberapa saat. Hingga akhirnya terdengar suara pintu terbuka, Wira menoleh dengan cepat. Sayangnya, yang ia temukan bukan Martha, tetapi seorang pembantu di rumah itu.“Bapak?” sapa wanita itu kepada Wira. Rupanya, meski pertemuan mereka dulu hanya beberapa kali, tetapi wanita itu masih ingat bahwa Wira adalah suami majikannya.“Ibu pulang ke sini?” tanya Wira tanpa basa-

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 265 — AKU TAHU DIMANA DIA

    “Dimana Martha?”Wira menatap lurus dua orang binatu perempuan yang baru saja membukakan pintu. Mereka tampak gagap dengan kemunculan sosok Wira yang tidak terduga. Mungkin, mereka mengira Wira tak akan datang ke tempat ini karena sedang berduka. Dan, saat lelaki itu melempar pertanyaan, mereka semua hanya saling melempar tatap, seolah bingung dengan jawaban apa yang harus diberikan kepada sang majikan. “Saya yakin kalian tidak tuli. Dimana Martha?” Sekali lagi Wira bertanya dengan nada lebih tinggi. Tidak peduli dengan dengan mata yang sembab dan wajah kuyu sehabis dari pemakaman, ia mencecar pegawainya. Dua wanita di hadapannya serentak menunduk. Salah seorang memberanikan diri untuk bicara. “Maaf, Bapak, Ibu …. Sedang pergi.”“I—ibu pergi sejak tiga hari yang lalu dan belum pulang, Pak,” timpal pembantu yang satunya. Wira memijat pelipisnya. Kini kecurigaannya terbukti. Hatinya merasa ada yang tidak beres. Sebab sejak semalam wanita itu tak bisa dihubungi dan ketika dijemput,

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 264 — TURUT BERDUKACITA

    Turut Berduka Cita atas meninggalnya Ibu Sarah Gharvita.Puluhan papan karangan bunga berlatar hitam berjajar rapi di sepanjang halaman kediaman keluarga Satwika. Saking banyaknya, sampai harus turun ke bahu jalan. Tak lain halnya dengan pusara, ucapan belasungkawa tak henti mengalir di tempat itu. Sarah tidak tertolong. Setelah jatuh, Wira segera membawa Sarah ke rumah sakit, ia pikir masih ada waktu lebih lama lagi untuk Sarah bertahan, akan tetapi Tuhan menghendaki takdir yang lain.Sarah meninggal dunia tepat dalam pelukan Wira. Setelah semalam di semayamkan, hari ini, jenazahnya dikebumikan.“Istirahatlah dengan tenang,” bisik Wira seraya menabur bunga mawar merah di gundukan tanah yang masih basah. Sebasah wajahnya yang dibanjiri air mata.Semua itu terjadi dengan tiba-tiba. Tidak ada yang menduga kepergian Sarah, bahkan ini lebih cepat dari vonis dokter. Wira orang yang paling terpukul. Meski bertahun-tahun hubungannya dengan Sarah tak baik, sempat pisah ranjang bahkan merasa

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 263 — SALAM PERPISAHAN

    “Untuk apa kau mengundang Martha datang?” Wira bertanya dengan sedikit nada panik. Takut, bila Sarah memintanya melakukan hal yang tidak-tidak. Mengingat beberapa teror yang pernah dilakukannya, Wira tak bisa berpikir positif lagi tentang Sarah, sekalipun wanita itu telah banyak berubah. Dan, perihal bertemu Martha itu adalah hal yang kedengarannya mustahil.“Bukan untuk apa-apa. Kau bisa bertanya kepada Yura jika kau tidak percaya.” Sarah tersenyum singkat. Nada bicaranya juga pelan. Tidak ada penekanan sama sekali. “Aku hanya ingin mengenal dia lebih dekat saja. Selama ini, kami belum pernah bicara langsung. Sekarang aku mengerti, mengapa kau lebih memilih dia. Kau bisa mendapatkan apa yang tidak bisa aku berikan darinya.” Tidak banyak yang dilakukan oleh Wira. Hanya menghempas napas panjang setelah istrinya bicara. “Apa tujuanmu ke sini hanya untuk membahas itu? Jika iya, ayo kita pulang saja.”Sarah menolak ajakan itu. “Mengapa di hadapanku kau seolah tidak peduli dengan Marth

DMCA.com Protection Status