SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)

SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)

last updateLast Updated : 2023-12-16
By:  Irma JuitaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
43Chapters
25.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Kamu bayar sendiri biaya persalinanmu. Itu karena salahmu tidak melahirkan anak laki-laki sesuai keinginanku!” bentak Mas Gunawan. Hanum--25 tahun adalah seorang istri yang menjadi korban keegoisan suami yang menginginkan anak laki-laki dari pernikahannya. Saat keinginannya tidak terpenuhi, Gunawan-- 28 tahun bersikap dingin dan tidak peduli kepada Hanum dan ketiga anaknya. Hanum harus berjuang sendiri melawan syndrom baby blues yang menyerangnya. Akankah Hanum berhasil melawan syndrom yang berbahaya bagi wanita pasca melahirkan itu tanpa dukungan dari suaminya?

View More

Chapter 1

Bab.1: Suami Egois

"Kamu bayar sendiri biaya persalinanmu. Itu karena salahmu tidak melahirkan anak laki-laki sesuai keinginanku!” bentak Mas Gunawan.

Laki-laki bermanik mata hitam itu adalah suami yang sudah memperistriku selama empat tahun. Dia tidak mempedulikan kondisiku yang sedang dalam perawatan di sebuah rumah sakit pasca operasi caesar.

“Tega kamu, Mas. Bukannya mengucapkan selamat atau berterimakasih karena sudah melahirkan anakmu, tetapi malah menyalahkanku. Padahal aku hampir saja kehilangan nyawa di meja operasi tadi,” ujarku seraya terisak. Tak terasa buliran bening menetes dari kedua netraku.

“Aku tidak sudi punya anak perempuan lagi, karena hanya akan menjadi beban buatku!” hardik Mas Gunawan lagi.

“Astagfirullah, Mas. Ini sudah takdir dari Tuhan. Anak laki-laki atau perempuan sama saja, yang terpenting lahir dengan sehat dan sempurna!” timpalku dengan suara serak membuatku Mas Gunawan terlihat semakin tersulut emosi.

“Ini bukan masalah takdir. Semua ini terjadi karena kamu jadi Adik Ipar pembangkang. Kamu selalu membantah nasihat kak Sita yang selalu memberikan resep agar mempunyai anak laki-laki. Lihat hasilnya, kamu dan ketiga anakmu hanya menjadi beban buatku!” kali ini Mas Gunawan berteriak meluapkan emosinya. Mungkin karena di ruangan ini hanya ada kami berdua, hingga dia bertindak sesuka hati.

"Astagfirullah, nyebut Mas. Jadi selama ini kamu merasa terbebani olehku dan anak-anak?" tanyaku dengan wajah yang telah basah dipenuhi air mata.

"Iya, karena kamu tidak bisa menghasilkan uang. Selama ini aku sendiri yang banting tulang memenuhi kebutuhan hidup kita. Aku hanya minta anak laki-laki saja kamu tidak bisa. Dasar perempuan tidak berguna!” semburnya lagi, semakin membuatku menangis tersedu.

"Bukannya kamu sendiri yang meminta aku berhenti bekerja, agar fokus mengurus rumah tangga? Kenapa sekarang kamu mengeluh, Mas?" ucapku mempertanyakan alasan ucapannya dulu saat meminta berhenti bekerja.

"Iya itu dulu, saat aku hanya membiayamu saja. Sekarang aku harus membiayai dua anak perempuan yang kamu lahirkan dan sekarang bertambah satu lagi. Dasar si*l!!”

Mas Gunawan meninju brankar dan membuat tubuhku ikut bergetar. Seketika tangisanku berhenti. Aku menatap Mas Gunawan dengan perasaan takut. Dia memang tidak pernah bermain tangan kepadaku, namun kebiasaan buruknya melampiaskan emosi kepada benda di sekitarnya.

Mas Gunawan terlihat belum puas meluapkan amarahnya kepadaku. Beruntung aku terselamatkan oleh kedatangan dua orang perawat yang masuk ke dalam ruangan. Mereka membawa beberapa peralatan medis serta obat -obatan. Mas Gunawan pergi menjauh dengan menarik kursi dan membawanya ke dekat jendela.

"Bu Hanum, bagaimana kondisinya saat ini? Selamat ya Bu, atas kelahiran putri ketiganya!" ucap salah seorang perawat wanita yang berkulit putih dan berwajah cantik.

Tangannya dengan cekatan memperbaiki jalan infusan yang mengalir di pergelangan tanganku. Sementara perawat yang satunya terlihat memeriksa tekanan darah dan mencatatnya di berkas yang dibawanya.

Dengan cepat aku mengusap air mata di wajah, seraya berusaha menyunggingkan senyum kepada kedua perawat itu. Sebisa mungkin aku menyembunyikan kepedihan hati. Sementara Mas Gunawan hanya memperhatikanku dari kejauhan dan terlihat tidak peduli dengan yang dilakukan kedua perawat itu.

"Sebentar lagi efek biusnya mungkin akan segera hilang. Ibu yang sabar ya, jika mulai terasa nyeri di bagian perut, silakan tarik napas dalam dan buang perlahan-lahan. Saya akan menyuntikkan obat, agar membantu meredakan rasa sakitnya!" ucap perawat itu berpesan kepadaku.

"Sus, kira-kira kapan kateternya bisa dibuka? saya sudah enggak nyaman!" tanyaku lagi.

"Kateter dibuka setelah dua belas jam pasca operasi, Ibu yang sabar ya!" jawab salah seorang perawat.

Aku mengangguk paham. Tak lama berselang, tiba-tiba salah seorang perawat berkulit putih itu menengok ke arah Mas Gunawan.

"Bapak suaminya Ibu Hanum?" tanya perawat cantik itu kepadanya.

Mas Gunawan nampak terkejut, lalu segera bangkit dari tempat duduk dan berjalan menghampiri kami.

"I-iya, Sus. Ada apa?" tanyanya sedikit gugup.

"Tolong istrinya dijaga dengan baik ya Pak, jangan sampai ditinggalkan sendiri. Karena kondisi fisik Ibu masih sangat lemah dan memerlukan bantuan. Apalagi nanti setelah obat biusnya habis, Bapak harus menghibur Ibu agar tidak fokus pada rasa sakitnya. Sama satu lagi, si Ibu harus banyak makan yang berserat seperti buah dan sayur agar BAB nya lancar!" perawat itu berpesan pada Mas Gunawan.

Mas Gunawan mengangguk pelan. Tak lama berselang, kedua perawat itu pun berpamitan keluar ruangan. Sepeninggal kedua perawat itu, Mas Gunawan kembali duduk di dekat jendela dan sibuk dengan ponselnya.

"Mas, Aku haus!" ucapku seraya melirik ke arah Mas Gunawan. Aku belum bisa banyak bergerak karena rasa nyeri yang semakin terasa di bagian perut.

“Dasar wanita lemah,” umpat Mas Gunawan kembali menggores perih di hati. Aku hanya terdiam mendengar umpatannya.

"Kamu ini bisanya cuma menyusahkan saja. Coba kalau melahirkan normal, pasti nggak bakal serepot ini!" sungutnya seraya berlalu keluar ruangan tanpa berpamitan.

Mungkin dia akan membelikanku makanan dan minuman. Aku diharuskan berpuasa dari sebelum operasi berlangsung, sehingga wajar jika saat ini merasa haus dan lapar. Tak lama, Mas Gunawan kembali ke ruangan dengan membawa sebuah kantong plastik hitam berisi air mineral dalam botol ukuran besar. Hanya minuman, tanpa ada makanan.

Padahal perutku terasa sangat lapar hingga mengeluarkan bunyi. Namun apa daya, Mas Gunawan hanya membelikanku minuman. Aku harus minum banyak untuk mengganjal rasa lapar.

"Ini minumnya!" ucap Mas Gunawan dengan wajah sinis.

"Aku belum boleh banyak bergerak, Mas. Bisa tolong bantu aku minum!" ucapku dengan wajah memelas.

Mas Gunawan mendengkus seperti menahan rasa kesal, namun akhirnya perlahan dia mendekat ke arahku. Dia mengubah posisi brankar sebelumnya menjadi setengah duduk, lalu membantuku minum menggunakan sedotan. Aku minum banyak sekali, hingga menghbiskan setengah dari isi air mineral itu.

Tak lama kemudian, petugas rumah sakit mengantarkan jatah makan siang. Aku berucap syukur dalam hati, karena sebentar lagi rasa lapar yang mendera segera terobati. Kali ini tanpa diminta, Mas Adnan mengambil makanan yang terletak di atas nampan yang tertutup plastik bening. Setelah membuka pembungkusnya, dia menyuapiku.

Aku tersenyum mendapatkan perlakuan manis darinya. Dengan semangat aku membuka mulutku lebar, agar Mas Gunawan tidak kesusahan saat menyuapi. Namun baru saja beberapa suapan aku terima, makanan yang berada di tangannya sudah kosong. Tak hanya itu, setelah menghabiskan jatah makan siang, dia juga menghabiskan camilan dan buah-buahan yang disediakan untukku.

"Mas, camilan dan buahnya kenapa dihabiskan juga? Aku masih lapar. Kamu tidak ingat pesan dari perawat tadi? aku harus banyak makan buah agar lancar BAB!" ucap Hanum dengan wajah sedih.

"Kamu baru habis dioperasi, jangan makan terlalu banyak. Pencernaanmu masih belum stabil. Kamu juga jangan dulu makan buah, bisa-bisa rahimmu menciut lagi karena makan yang asam-asam. Ingat pesan Mbak Sita!" jawab Mas Gunawan dengan wajah tanpa dosa.

Aku hanya bisa pasrah dengan perlakuan Mas Gunawan. Tidak mungkin kami bertengkar hanya karena makanan. Mataku menerawang menatap langit-langit rumah sakit. Aku teringat ayah dan kakak Lala.

"Mas, tolong ambilkan tasku!" ucapku.

Mas Gunawan terlihat beranjak dari tempat duduknya dengan malas. Dia melangkah perlahan menuju lemari kayu berukuran kecil yang berada di samping brankar dan mengambil tasku. Dia menyerahkan tas masih dengan wajah sinisnya.

"Mau nelpon siapa kamu?" tanya Mas Gunawan dengan tatapan menyelidik.

"Mau mengabari Ayah dan Kak Lala kalau aku sudah melahirkan. Sekalian minta bantuan untuk membayar biaya persalinannku!" jawabku. Wajah Mas Gunawan terlihat terkejut mendengar jawabanku.

"Jangan minta bantuan Ayahmu, Aku malu!" cegah Mas Gunawan.

"Kalau aku nggak minta bantuan Ayah, bagaimana caranya mengganti uangmu? Apa sebaiknya minta tolong sama Kak Lala saja, ya?" tanyaku dan semakin membuatnya panik.

Kenapa Mas Gunawan terlihat panik saat aku akan meminta bantuan ayah dan kak Lala?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Sadjidah Kalsoem
bagus bikin adrenalin naik
2024-07-06 19:44:12
0
user avatar
Mama fia
cerita yg sangat menguras emosi, bikin pembaca gregetan
2024-01-03 18:44:13
0
43 Chapters
Bab.1: Suami Egois
"Kamu bayar sendiri biaya persalinanmu. Itu karena salahmu tidak melahirkan anak laki-laki sesuai keinginanku!” bentak Mas Gunawan. Laki-laki bermanik mata hitam itu adalah suami yang sudah memperistriku selama empat tahun. Dia tidak mempedulikan kondisiku yang sedang dalam perawatan di sebuah rumah sakit pasca operasi caesar.“Tega kamu, Mas. Bukannya mengucapkan selamat atau berterimakasih karena sudah melahirkan anakmu, tetapi malah menyalahkanku. Padahal aku hampir saja kehilangan nyawa di meja operasi tadi,” ujarku seraya terisak. Tak terasa buliran bening menetes dari kedua netraku.“Aku tidak sudi punya anak perempuan lagi, karena hanya akan menjadi beban buatku!” hardik Mas Gunawan lagi.“Astagfirullah, Mas. Ini sudah takdir dari Tuhan. Anak laki-laki atau perempuan sama saja, yang terpenting lahir dengan sehat dan sempurna!” timpalku dengan suara serak membuatku Mas Gunawan terlihat semakin tersulut emosi.“Ini bukan masalah takdir. Semua ini terjadi karena kamu jadi Adik Ip
last updateLast Updated : 2023-10-20
Read more
Bab.2: PoV Gunawan
Jangan minta bantuan Ayah atau Kak Lala, aku malu!" akhirnya aku menjawab pertanyaan Hanum.Wanita ini memang selalu menguji kesabaranku. Dia sepertinya tahu kalau kelemahanku terletak pada ayahnya. Aku tidak memungkiri, jika kehidupan kami selama ini tidak lepas dari sokongan dana dari ayahnya.Bahkan rumah yang kami tempati, bengkel yang selama ini aku kelola semuanya milik ayahnya Hanum. Oleh sebab itu, sikapku akan sedikit manis kepada Hanum jika di depan ayahnya. Jangan sampai ayah mertua tahu kalau selama ini aku tidak menafkahi anak dan cucunya dengan baik.Alasan menerima tawaran menikah dengan Hanum pun karena dia putri bungsu Pak Hartawan, pemilik bengkel tempatku bekerja. Beliau adalah seorang pengusaha kaya serta memiliki puluhan bengkel yang tersebar di berbagai daerah. Belum lagi harta lainnya berupa perkebunan, bisnis kuliner, bisnis property dan masih banyak lagi.Hidupku pasti tidak akan susah jika menikahi anaknya. Namun yang jadi ganjalan selama ini adalah kak Lala,
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more
Bab.3: Suami Bermuka Dua
Aku terkejut melihat kedatangan ayah dan kak Lala secara bersamaan. Wajah ayah terlihat tidak bersahabat, terlebih kak Lala. Lantas, apa maksud dari pertanyaannya?Wajah Mas Gunawan terlihat pias mendapatkan pertanyaan dari kak Lala. Jelas terlihat dia meneguk salivanya. "Kenapa diam? Kamu sudah tidak mampu membiayai persalinan Adikku, hingga sampai hati menjadikan KTP-nya sebagai jaminan? hardik kak Lala lagi."Bu-kan be-gitu. Kakak tolong sabar dulu, jangan terbawa emosi." Mas Gunawan terlihat gugup. Wajahnya juga terlihat ketakutan. Apa benar yang dikatakan kak Lala, kalau kartu identitasku mejadi jaminan di rumah sakit? Memang sebelum operasi berlangsung, Mas Gunawan sempat meminjam KTP-ku. "Coba kamu jelaskan kepada kami, kenapa KTP Hanum bisa menjadi jaminan di ruang administrasi?" tanya ayah dengan suara beratnya. Wajahnya yang biasanya tenang, kali ini terlihat tegang.Aku kembali menatap laki-laki berambut ikal dan bermanik mata hitam itu dengan lekat. Ingin tahu jawaban a
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more
Bab.4: Dia Tidak Peduli
Hatiku terasa perih membaca pesan dari kakak ipar yang memang selalu mencampuri urusan rumah tangga kami. Pantas saja Mas Gunawan selalu perhitungan kepada keluarga kecilnya. Rupanya selama ini diam-diam dia mengirimkan uang kepada Mbak Sita. Sebenarnya aku tidak masalah jika dia membantu saudara kandungnya, jika kewajibannya telah dijalankan dengan baik. Namun pada kenyataannya, dia lalai dengan semua tanggung jawabnya.Aku bukan tidak bersyukur menerima nafkah seadanya dari Mas Gunawan, namun aku tahu penghasilan dari bengkel setiap harinya. Jatah bulanan yang aku dapat, tidak ada separuh atau bahkan seperempat penghasilan dari bengkel.Jangankan membeli kebutuhan pakaian yang kini sudah tidak layak pakai, untuk kebutuhan makan sehari-hari, jajan kedua anakku saja masih kekurangan kalau tidak mendapatkan bantuan dari ayah."Hanum, lancang sekali kamu membuka hapeku!!" teriak Mas Gunawan yang sudah berdiri di depan pintu toilet dengan pancaran kemarahan yang membuatku terkejut. Sak
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more
Bab.5: Gejala Baby Blues Syndrome
Kondisi tubuhku semakin menurun pada hari ketiga pasca melahirkan. Bukan hanya rasa sakit pada area perut, namun aku merasa kelelahan karena harus begadang setiap malam. Asiku belum kunjung keluar, mungkin itu sebabnya si bayi selalu rewel dan tidak nyenyak tidurnya. Aku merasa menjadi ibu yang tidak berguna, karena tidak dapat memberinya asi. Sementara Mas Gunawan tidak peduli kepada anaknya, meskipun beberapa kali aku telah meminta membelikannya susu formula.Aku menangis tersedu dikamar, meluapkan semua kesedihanku. Bukan kali ini saja aku menangis. Namun akhir-akhir ini, entah mengapa aku sering menangis tanpa sebab yang jelas. Aku merasa suasana hati gampang berubah-ubah pasca melahirkan. Terkadang aku merasa sedih, namun tiba-tiba merasa kesal bercampur emosi. Bukan karena sikap Mas Gunawan, tetapi aku sendiri tidak tahu penyebab sering menangis tanpa alasan yang jelas.Tiba-tiba perutku terasa mulas, sepertinya aku ingin buang hajat. Aku melangkah perlahan dan berhati-hati menu
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more
Bab.6: Pov Gunawan
Aku berangkat kerja dengan perasaan kesal bercampur emosi. Semua gara-gara Hanum, istriku. Seenaknya dia memintaku membawanya kontrol ke rumah sakit, padahal obatnya saja masih belum habis. Dia bilang harus diperiksa oleh dokter sekalian mengganti plester yang menutupi luka pasca caesarnya, memangnya tidak memakai biaya?Semuanya tidak gratis, sementara uang tabunganku sudah berkurang dua puluh juta karena dipinjam oleh kak Lala untuk membayar tunggakkan arisannya. Aku tidak rela kalau sampai dia dikeroyok oleh teman-temannya karena belum membayar arisan, padahal sudah menang diawal.Aku menolak permintaan Hanum mentah-mentah. Wanita itu memang lebay, padahal proses persalinannya secara caesar sehingga tidak perlu capek-capek mengejan karena proses keluar bayi bukan lewat jalan lahir. Setahuku persalinan caesar keluar lewat perut melalui jalan operasi, itupun sebelumnya disuntik bius terlebih dahulu sehingga tidak akan merasakan rasa sakit.Hanum … kenapa dia sekarang berubah? Padahal
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more
Bab.7: Keputusan yang Salah
"Nggak usah kebanyakan drama kamu, cepat pergi dari sini dan jangan pernah menampakkan batang hidungmu lagi!" bentak kak Lala pada sosok laki-laki di hadapanku ini dengan wajah memelas.Namun tiba-tiba ayah yang berada di dekatku terlihat memegangi dadanya. Nafasnya terlihat naik turun. Aku dan kak Lala langsung panik. Pasti penyakit jantung ayah kumat lagi. Kak Lala segera berlari keluar ruangan, sepertinya hendak memanggil bantuan. Sementara Mas Gunawan terlihat terkejut dengan keadaan ayah mertuanya.Dia berinisiatif untuk memapah ayah ke arah sofa yang berada di pojokan ruangan. Lalu kemudian membaringkannya perlahan. Ayah masih memegangi dadanya dan matanya terlihat terpejam. Selang beberapa lama kemudian, kak Lala datang bersama seorang laki-laki yang aku duga sebagai dokter.Laki-laki berpakaian putih serta berkacamata itu memeriksa kondisi ayah."Sebaiknya Ayah Anda dipindahkan ke ruang IGD, untuk pemeriksaan lebih lanjut!" ucapnya setelah selesai melakukan pemeriksaan."Baik,
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more
Bab.8: Kewarasanku Terganggu
Aku berada di ambang kebimbangan. Antara harus percaya atau tidak dengan pesan yang dikirim oleh nomor yang tidak dikenal itu. Namun apa salahnya jika mengecek keberadaan Mas Gunawan di bengkel, karena dugaanku memang mengarah kesana.Aku segera bersiap untuk menuju bengkel. Beruntung kedua anakku Hana dan Hani masih tertidur. Aku berangkat hanya membawa si bayi dalam gendongan. Sebenarnya merasa khawatir meninggalkan kedua anakku yang masih balita dirumah tanpa ada yang mengawasi. Namun aku terpaksa, karena tidak ada Bik Inah yang dimintai tolong untuk menjaga mereka.Sedangkan untuk meminta bantuan Bu Andi tetanggaku rasanya sungkan. Aku sangat sering merepotkannya. Sebenarnya jarak bengkel dengan tempat tinggal lumayan dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki, namun untuk menghemat waktu memilih menggunakan ojek agar tiba dengan cepat dan kembali sebelum anak-anak bangun.Setibanya dibengkel, suasana masih terlihat sepi karena masih pagi. Para pekerja belum ada satu pun yang d
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more
Bab.9: PoV Lala
PoV: Lala“Hanum!!!” teriakku, saat melihatnya ingin melukai leher anaknya sendiri menggunakan pecahan kaca yang tidak diketahui darimana asalnya.Bahkan beberapa goodie bag yang aku bawa terlepas begitu saja dari genggaman karena terkejut melihat pemandangan mengerikan di depan mata.Hanum menoleh ke arahku seiring terjatuhnya kaca yang berada digenggamannya. Beberapa detik kemudian, dia pun terjatuh tidak sadarkan diri. Aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepada adikku.Namun yang jelas kondisi kamarnya kini sudah hancur berantakan. Rupanya pecahan kaca tadi didapat dari cermin meja riasnya yang sudah tercerai berai. Sungguh pemandangan yang memilukan. Aku segera memeluk Hana dan Hani yang menangis ketakutan di pojok kamar. “Atagfirullah, ada apa, La?” tanya ayah sama terkejutnya saat melihat pemandangan yang mengerikan di depan mata.Aku memang masuk terlebih dahulu saat ayah sedang memarkirkan kendaraannya. Aku sangat bersemangat untuk bertemu dengan keponakan
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more
Bab.10: PoV Lala
"Te-tapi Ba-pak Gunawan sudah memecat saya, Bu Lala," jawab Bik Inah terdengar gugup.Aku tersentak mendengar jawaban Bik Inah. Rupanya alasan inilah yang membuat kondisi adikku memburuk. Dia kelelahan karena menghandle semua pekerjaan rumah tangga, ditambah mengurus tiga anak sekaligus. Padahal dia melahirkan secara operasi caesar. "Dasar keterlaluan si Gunawan itu" makiku dalam hati."Bik, Adik saya sekarang dirawat di rumah sakit. Luka caesarnya robek dan terpaksa dijahit kembali," ucapku menimpali jawaban Bik Inah."Astagfirullah, Bu Hanum dirawat di rumah sakit? Kasihan sekali Bu Hanum," ujar Bik Inah ikut terkejut mendengar kabar Hanum."Iya, Bik. Sepertinya sejak tidak ada Bibik, Hanum kerepotan mengurus semuanya sendirian. Tujuan saya menghubungi Bibik ingin meminta bantuan untuk merawat anak-anak Hanum yang sekarang berada di rumah Ayah. Kalau Bibik bersedia, nanti ada sopir yang menjemput," ucapku memberikan alasan menghubunginya."Siap, Bu Lala. Saya bersedia merawat anak-a
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status