Share

SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)
SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)
Author: Irma Juita

Bab.1: Suami Egois

Author: Irma Juita
last update Last Updated: 2023-10-20 21:16:12

"Kamu bayar sendiri biaya persalinanmu. Itu karena salahmu tidak melahirkan anak laki-laki sesuai keinginanku!” bentak Mas Gunawan.

Laki-laki bermanik mata hitam itu adalah suami yang sudah memperistriku selama empat tahun. Dia tidak mempedulikan kondisiku yang sedang dalam perawatan di sebuah rumah sakit pasca operasi caesar.

“Tega kamu, Mas. Bukannya mengucapkan selamat atau berterimakasih karena sudah melahirkan anakmu, tetapi malah menyalahkanku. Padahal aku hampir saja kehilangan nyawa di meja operasi tadi,” ujarku seraya terisak. Tak terasa buliran bening menetes dari kedua netraku.

“Aku tidak sudi punya anak perempuan lagi, karena hanya akan menjadi beban buatku!” hardik Mas Gunawan lagi.

“Astagfirullah, Mas. Ini sudah takdir dari Tuhan. Anak laki-laki atau perempuan sama saja, yang terpenting lahir dengan sehat dan sempurna!” timpalku dengan suara serak membuatku Mas Gunawan terlihat semakin tersulut emosi.

“Ini bukan masalah takdir. Semua ini terjadi karena kamu jadi Adik Ipar pembangkang. Kamu selalu membantah nasihat kak Sita yang selalu memberikan resep agar mempunyai anak laki-laki. Lihat hasilnya, kamu dan ketiga anakmu hanya menjadi beban buatku!” kali ini Mas Gunawan berteriak meluapkan emosinya. Mungkin karena di ruangan ini hanya ada kami berdua, hingga dia bertindak sesuka hati.

"Astagfirullah, nyebut Mas. Jadi selama ini kamu merasa terbebani olehku dan anak-anak?" tanyaku dengan wajah yang telah basah dipenuhi air mata.

"Iya, karena kamu tidak bisa menghasilkan uang. Selama ini aku sendiri yang banting tulang memenuhi kebutuhan hidup kita. Aku hanya minta anak laki-laki saja kamu tidak bisa. Dasar perempuan tidak berguna!” semburnya lagi, semakin membuatku menangis tersedu.

"Bukannya kamu sendiri yang meminta aku berhenti bekerja, agar fokus mengurus rumah tangga? Kenapa sekarang kamu mengeluh, Mas?" ucapku mempertanyakan alasan ucapannya dulu saat meminta berhenti bekerja.

"Iya itu dulu, saat aku hanya membiayamu saja. Sekarang aku harus membiayai dua anak perempuan yang kamu lahirkan dan sekarang bertambah satu lagi. Dasar si*l!!”

Mas Gunawan meninju brankar dan membuat tubuhku ikut bergetar. Seketika tangisanku berhenti. Aku menatap Mas Gunawan dengan perasaan takut. Dia memang tidak pernah bermain tangan kepadaku, namun kebiasaan buruknya melampiaskan emosi kepada benda di sekitarnya.

Mas Gunawan terlihat belum puas meluapkan amarahnya kepadaku. Beruntung aku terselamatkan oleh kedatangan dua orang perawat yang masuk ke dalam ruangan. Mereka membawa beberapa peralatan medis serta obat -obatan. Mas Gunawan pergi menjauh dengan menarik kursi dan membawanya ke dekat jendela.

"Bu Hanum, bagaimana kondisinya saat ini? Selamat ya Bu, atas kelahiran putri ketiganya!" ucap salah seorang perawat wanita yang berkulit putih dan berwajah cantik.

Tangannya dengan cekatan memperbaiki jalan infusan yang mengalir di pergelangan tanganku. Sementara perawat yang satunya terlihat memeriksa tekanan darah dan mencatatnya di berkas yang dibawanya.

Dengan cepat aku mengusap air mata di wajah, seraya berusaha menyunggingkan senyum kepada kedua perawat itu. Sebisa mungkin aku menyembunyikan kepedihan hati. Sementara Mas Gunawan hanya memperhatikanku dari kejauhan dan terlihat tidak peduli dengan yang dilakukan kedua perawat itu.

"Sebentar lagi efek biusnya mungkin akan segera hilang. Ibu yang sabar ya, jika mulai terasa nyeri di bagian perut, silakan tarik napas dalam dan buang perlahan-lahan. Saya akan menyuntikkan obat, agar membantu meredakan rasa sakitnya!" ucap perawat itu berpesan kepadaku.

"Sus, kira-kira kapan kateternya bisa dibuka? saya sudah enggak nyaman!" tanyaku lagi.

"Kateter dibuka setelah dua belas jam pasca operasi, Ibu yang sabar ya!" jawab salah seorang perawat.

Aku mengangguk paham. Tak lama berselang, tiba-tiba salah seorang perawat berkulit putih itu menengok ke arah Mas Gunawan.

"Bapak suaminya Ibu Hanum?" tanya perawat cantik itu kepadanya.

Mas Gunawan nampak terkejut, lalu segera bangkit dari tempat duduk dan berjalan menghampiri kami.

"I-iya, Sus. Ada apa?" tanyanya sedikit gugup.

"Tolong istrinya dijaga dengan baik ya Pak, jangan sampai ditinggalkan sendiri. Karena kondisi fisik Ibu masih sangat lemah dan memerlukan bantuan. Apalagi nanti setelah obat biusnya habis, Bapak harus menghibur Ibu agar tidak fokus pada rasa sakitnya. Sama satu lagi, si Ibu harus banyak makan yang berserat seperti buah dan sayur agar BAB nya lancar!" perawat itu berpesan pada Mas Gunawan.

Mas Gunawan mengangguk pelan. Tak lama berselang, kedua perawat itu pun berpamitan keluar ruangan. Sepeninggal kedua perawat itu, Mas Gunawan kembali duduk di dekat jendela dan sibuk dengan ponselnya.

"Mas, Aku haus!" ucapku seraya melirik ke arah Mas Gunawan. Aku belum bisa banyak bergerak karena rasa nyeri yang semakin terasa di bagian perut.

“Dasar wanita lemah,” umpat Mas Gunawan kembali menggores perih di hati. Aku hanya terdiam mendengar umpatannya.

"Kamu ini bisanya cuma menyusahkan saja. Coba kalau melahirkan normal, pasti nggak bakal serepot ini!" sungutnya seraya berlalu keluar ruangan tanpa berpamitan.

Mungkin dia akan membelikanku makanan dan minuman. Aku diharuskan berpuasa dari sebelum operasi berlangsung, sehingga wajar jika saat ini merasa haus dan lapar. Tak lama, Mas Gunawan kembali ke ruangan dengan membawa sebuah kantong plastik hitam berisi air mineral dalam botol ukuran besar. Hanya minuman, tanpa ada makanan.

Padahal perutku terasa sangat lapar hingga mengeluarkan bunyi. Namun apa daya, Mas Gunawan hanya membelikanku minuman. Aku harus minum banyak untuk mengganjal rasa lapar.

"Ini minumnya!" ucap Mas Gunawan dengan wajah sinis.

"Aku belum boleh banyak bergerak, Mas. Bisa tolong bantu aku minum!" ucapku dengan wajah memelas.

Mas Gunawan mendengkus seperti menahan rasa kesal, namun akhirnya perlahan dia mendekat ke arahku. Dia mengubah posisi brankar sebelumnya menjadi setengah duduk, lalu membantuku minum menggunakan sedotan. Aku minum banyak sekali, hingga menghbiskan setengah dari isi air mineral itu.

Tak lama kemudian, petugas rumah sakit mengantarkan jatah makan siang. Aku berucap syukur dalam hati, karena sebentar lagi rasa lapar yang mendera segera terobati. Kali ini tanpa diminta, Mas Adnan mengambil makanan yang terletak di atas nampan yang tertutup plastik bening. Setelah membuka pembungkusnya, dia menyuapiku.

Aku tersenyum mendapatkan perlakuan manis darinya. Dengan semangat aku membuka mulutku lebar, agar Mas Gunawan tidak kesusahan saat menyuapi. Namun baru saja beberapa suapan aku terima, makanan yang berada di tangannya sudah kosong. Tak hanya itu, setelah menghabiskan jatah makan siang, dia juga menghabiskan camilan dan buah-buahan yang disediakan untukku.

"Mas, camilan dan buahnya kenapa dihabiskan juga? Aku masih lapar. Kamu tidak ingat pesan dari perawat tadi? aku harus banyak makan buah agar lancar BAB!" ucap Hanum dengan wajah sedih.

"Kamu baru habis dioperasi, jangan makan terlalu banyak. Pencernaanmu masih belum stabil. Kamu juga jangan dulu makan buah, bisa-bisa rahimmu menciut lagi karena makan yang asam-asam. Ingat pesan Mbak Sita!" jawab Mas Gunawan dengan wajah tanpa dosa.

Aku hanya bisa pasrah dengan perlakuan Mas Gunawan. Tidak mungkin kami bertengkar hanya karena makanan. Mataku menerawang menatap langit-langit rumah sakit. Aku teringat ayah dan kakak Lala.

"Mas, tolong ambilkan tasku!" ucapku.

Mas Gunawan terlihat beranjak dari tempat duduknya dengan malas. Dia melangkah perlahan menuju lemari kayu berukuran kecil yang berada di samping brankar dan mengambil tasku. Dia menyerahkan tas masih dengan wajah sinisnya.

"Mau nelpon siapa kamu?" tanya Mas Gunawan dengan tatapan menyelidik.

"Mau mengabari Ayah dan Kak Lala kalau aku sudah melahirkan. Sekalian minta bantuan untuk membayar biaya persalinannku!" jawabku. Wajah Mas Gunawan terlihat terkejut mendengar jawabanku.

"Jangan minta bantuan Ayahmu, Aku malu!" cegah Mas Gunawan.

"Kalau aku nggak minta bantuan Ayah, bagaimana caranya mengganti uangmu? Apa sebaiknya minta tolong sama Kak Lala saja, ya?" tanyaku dan semakin membuatnya panik.

Kenapa Mas Gunawan terlihat panik saat aku akan meminta bantuan ayah dan kak Lala?

Related chapters

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.2: PoV Gunawan

    Jangan minta bantuan Ayah atau Kak Lala, aku malu!" akhirnya aku menjawab pertanyaan Hanum.Wanita ini memang selalu menguji kesabaranku. Dia sepertinya tahu kalau kelemahanku terletak pada ayahnya. Aku tidak memungkiri, jika kehidupan kami selama ini tidak lepas dari sokongan dana dari ayahnya.Bahkan rumah yang kami tempati, bengkel yang selama ini aku kelola semuanya milik ayahnya Hanum. Oleh sebab itu, sikapku akan sedikit manis kepada Hanum jika di depan ayahnya. Jangan sampai ayah mertua tahu kalau selama ini aku tidak menafkahi anak dan cucunya dengan baik.Alasan menerima tawaran menikah dengan Hanum pun karena dia putri bungsu Pak Hartawan, pemilik bengkel tempatku bekerja. Beliau adalah seorang pengusaha kaya serta memiliki puluhan bengkel yang tersebar di berbagai daerah. Belum lagi harta lainnya berupa perkebunan, bisnis kuliner, bisnis property dan masih banyak lagi.Hidupku pasti tidak akan susah jika menikahi anaknya. Namun yang jadi ganjalan selama ini adalah kak Lala,

    Last Updated : 2023-10-23
  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.3: Suami Bermuka Dua

    Aku terkejut melihat kedatangan ayah dan kak Lala secara bersamaan. Wajah ayah terlihat tidak bersahabat, terlebih kak Lala. Lantas, apa maksud dari pertanyaannya?Wajah Mas Gunawan terlihat pias mendapatkan pertanyaan dari kak Lala. Jelas terlihat dia meneguk salivanya. "Kenapa diam? Kamu sudah tidak mampu membiayai persalinan Adikku, hingga sampai hati menjadikan KTP-nya sebagai jaminan? hardik kak Lala lagi."Bu-kan be-gitu. Kakak tolong sabar dulu, jangan terbawa emosi." Mas Gunawan terlihat gugup. Wajahnya juga terlihat ketakutan. Apa benar yang dikatakan kak Lala, kalau kartu identitasku mejadi jaminan di rumah sakit? Memang sebelum operasi berlangsung, Mas Gunawan sempat meminjam KTP-ku. "Coba kamu jelaskan kepada kami, kenapa KTP Hanum bisa menjadi jaminan di ruang administrasi?" tanya ayah dengan suara beratnya. Wajahnya yang biasanya tenang, kali ini terlihat tegang.Aku kembali menatap laki-laki berambut ikal dan bermanik mata hitam itu dengan lekat. Ingin tahu jawaban a

    Last Updated : 2023-10-23
  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.4: Dia Tidak Peduli

    Hatiku terasa perih membaca pesan dari kakak ipar yang memang selalu mencampuri urusan rumah tangga kami. Pantas saja Mas Gunawan selalu perhitungan kepada keluarga kecilnya. Rupanya selama ini diam-diam dia mengirimkan uang kepada Mbak Sita. Sebenarnya aku tidak masalah jika dia membantu saudara kandungnya, jika kewajibannya telah dijalankan dengan baik. Namun pada kenyataannya, dia lalai dengan semua tanggung jawabnya.Aku bukan tidak bersyukur menerima nafkah seadanya dari Mas Gunawan, namun aku tahu penghasilan dari bengkel setiap harinya. Jatah bulanan yang aku dapat, tidak ada separuh atau bahkan seperempat penghasilan dari bengkel.Jangankan membeli kebutuhan pakaian yang kini sudah tidak layak pakai, untuk kebutuhan makan sehari-hari, jajan kedua anakku saja masih kekurangan kalau tidak mendapatkan bantuan dari ayah."Hanum, lancang sekali kamu membuka hapeku!!" teriak Mas Gunawan yang sudah berdiri di depan pintu toilet dengan pancaran kemarahan yang membuatku terkejut. Sak

    Last Updated : 2023-10-23
  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.5: Gejala Baby Blues Syndrome

    Kondisi tubuhku semakin menurun pada hari ketiga pasca melahirkan. Bukan hanya rasa sakit pada area perut, namun aku merasa kelelahan karena harus begadang setiap malam. Asiku belum kunjung keluar, mungkin itu sebabnya si bayi selalu rewel dan tidak nyenyak tidurnya. Aku merasa menjadi ibu yang tidak berguna, karena tidak dapat memberinya asi. Sementara Mas Gunawan tidak peduli kepada anaknya, meskipun beberapa kali aku telah meminta membelikannya susu formula.Aku menangis tersedu dikamar, meluapkan semua kesedihanku. Bukan kali ini saja aku menangis. Namun akhir-akhir ini, entah mengapa aku sering menangis tanpa sebab yang jelas. Aku merasa suasana hati gampang berubah-ubah pasca melahirkan. Terkadang aku merasa sedih, namun tiba-tiba merasa kesal bercampur emosi. Bukan karena sikap Mas Gunawan, tetapi aku sendiri tidak tahu penyebab sering menangis tanpa alasan yang jelas.Tiba-tiba perutku terasa mulas, sepertinya aku ingin buang hajat. Aku melangkah perlahan dan berhati-hati menu

    Last Updated : 2023-10-23
  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.6: Pov Gunawan

    Aku berangkat kerja dengan perasaan kesal bercampur emosi. Semua gara-gara Hanum, istriku. Seenaknya dia memintaku membawanya kontrol ke rumah sakit, padahal obatnya saja masih belum habis. Dia bilang harus diperiksa oleh dokter sekalian mengganti plester yang menutupi luka pasca caesarnya, memangnya tidak memakai biaya?Semuanya tidak gratis, sementara uang tabunganku sudah berkurang dua puluh juta karena dipinjam oleh kak Lala untuk membayar tunggakkan arisannya. Aku tidak rela kalau sampai dia dikeroyok oleh teman-temannya karena belum membayar arisan, padahal sudah menang diawal.Aku menolak permintaan Hanum mentah-mentah. Wanita itu memang lebay, padahal proses persalinannya secara caesar sehingga tidak perlu capek-capek mengejan karena proses keluar bayi bukan lewat jalan lahir. Setahuku persalinan caesar keluar lewat perut melalui jalan operasi, itupun sebelumnya disuntik bius terlebih dahulu sehingga tidak akan merasakan rasa sakit.Hanum … kenapa dia sekarang berubah? Padahal

    Last Updated : 2023-11-09
  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.7: Keputusan yang Salah

    "Nggak usah kebanyakan drama kamu, cepat pergi dari sini dan jangan pernah menampakkan batang hidungmu lagi!" bentak kak Lala pada sosok laki-laki di hadapanku ini dengan wajah memelas.Namun tiba-tiba ayah yang berada di dekatku terlihat memegangi dadanya. Nafasnya terlihat naik turun. Aku dan kak Lala langsung panik. Pasti penyakit jantung ayah kumat lagi. Kak Lala segera berlari keluar ruangan, sepertinya hendak memanggil bantuan. Sementara Mas Gunawan terlihat terkejut dengan keadaan ayah mertuanya.Dia berinisiatif untuk memapah ayah ke arah sofa yang berada di pojokan ruangan. Lalu kemudian membaringkannya perlahan. Ayah masih memegangi dadanya dan matanya terlihat terpejam. Selang beberapa lama kemudian, kak Lala datang bersama seorang laki-laki yang aku duga sebagai dokter.Laki-laki berpakaian putih serta berkacamata itu memeriksa kondisi ayah."Sebaiknya Ayah Anda dipindahkan ke ruang IGD, untuk pemeriksaan lebih lanjut!" ucapnya setelah selesai melakukan pemeriksaan."Baik,

    Last Updated : 2023-11-10
  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.8: Kewarasanku Terganggu

    Aku berada di ambang kebimbangan. Antara harus percaya atau tidak dengan pesan yang dikirim oleh nomor yang tidak dikenal itu. Namun apa salahnya jika mengecek keberadaan Mas Gunawan di bengkel, karena dugaanku memang mengarah kesana.Aku segera bersiap untuk menuju bengkel. Beruntung kedua anakku Hana dan Hani masih tertidur. Aku berangkat hanya membawa si bayi dalam gendongan. Sebenarnya merasa khawatir meninggalkan kedua anakku yang masih balita dirumah tanpa ada yang mengawasi. Namun aku terpaksa, karena tidak ada Bik Inah yang dimintai tolong untuk menjaga mereka.Sedangkan untuk meminta bantuan Bu Andi tetanggaku rasanya sungkan. Aku sangat sering merepotkannya. Sebenarnya jarak bengkel dengan tempat tinggal lumayan dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki, namun untuk menghemat waktu memilih menggunakan ojek agar tiba dengan cepat dan kembali sebelum anak-anak bangun.Setibanya dibengkel, suasana masih terlihat sepi karena masih pagi. Para pekerja belum ada satu pun yang d

    Last Updated : 2023-11-10
  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.9: PoV Lala

    PoV: Lala“Hanum!!!” teriakku, saat melihatnya ingin melukai leher anaknya sendiri menggunakan pecahan kaca yang tidak diketahui darimana asalnya.Bahkan beberapa goodie bag yang aku bawa terlepas begitu saja dari genggaman karena terkejut melihat pemandangan mengerikan di depan mata.Hanum menoleh ke arahku seiring terjatuhnya kaca yang berada digenggamannya. Beberapa detik kemudian, dia pun terjatuh tidak sadarkan diri. Aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepada adikku.Namun yang jelas kondisi kamarnya kini sudah hancur berantakan. Rupanya pecahan kaca tadi didapat dari cermin meja riasnya yang sudah tercerai berai. Sungguh pemandangan yang memilukan. Aku segera memeluk Hana dan Hani yang menangis ketakutan di pojok kamar. “Atagfirullah, ada apa, La?” tanya ayah sama terkejutnya saat melihat pemandangan yang mengerikan di depan mata.Aku memang masuk terlebih dahulu saat ayah sedang memarkirkan kendaraannya. Aku sangat bersemangat untuk bertemu dengan keponakan

    Last Updated : 2023-11-11

Latest chapter

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.43: Akhir Cerita (TAMAT)

    Aku menerima panggilan Rani meskipun dengan hati ragu. Semoga saja panggilan Rani ada hubungannya dengan pesan aneh yang dikirim Mas Hadi."Hallo, ada apa Rani?" tanyaku memulai pembicaraan."Ibu sudah menerima pesan dari Bapak?" tanya Rani yang membuatku sedikit terkejut."Iya, sudah. Kenapa kamu bisa tahu kalau Bapak mengirimkan pesan kepada saya?" tanyaku penasaran."Tentu saja saya tahu, karena Bapak dan anak-anak akan pergi bersama saya!" jawab Rani enteng."Kamu jangan main-main, Rani. Katakan kalau apa yang kamu ucapkan itu tidak benar!" hardikku merasa kesal dengan jawaban Rani."Saya tidak main-main. Kami akan pergi bersama dan hidup berbahagia untuk selamanya, ha ... ha ... ha ..." Rani mengakhiri panggilan dengan tawa yang mengerikan.Aku semakin bingung. Mencoba kembali menghubungi Rani untuk meminta penjelasan, namun tiba-tiba kontaknya tidak dapat dihubungi. Aku sedikit panik, namun berulang kali mencoba menghubunginya kembali. "Kenapa, Hanum?" tanya kak Lala penasaran.

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.42: Pesan Aneh

    Aku melihat tubuh ayah terkapar dengan mulut bersimbah darah. Posisi beliau yang terlentang dan tidak sadarkan diri. Aku panik melihat kondisi ayah yang mengenaskan. Dengan segera aku mendekat ke arah ayah dan meletakkan kepala beliau dalam pangkuanku. Hati di sampingku hanya terdiam dengan wajah bingung.“Ayah, bangun. Apa yang terjadi sebenarnya?” tanyaku seraya menangis. Hening, tidak ada jawaban dari beliau. Wajah laki-laki yang menjadi cinta pertamaku ini hanya terdiam dengan wajah yang tampak memucat. Perlahan aku mencoba memeriksa denyut nadi dari pergelangan tangannya dan masih terasa denyutannya meskipun lemah. Berarti masih ada harapan ayah untuk selamat. Keberanianku tiba-tiba muncul demi menyelamatkan beliau. Aku menghubungi rumah sakit untuk dibawakan ambulance segera.Aku bingung harus melakukan apa sembari menunggu mobil ambulance datang. Tiba-tiba terlintas nama kak Lala. Iya, aku harus menghubunginya. Mungkin saja kak Lala tau apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.41: PoV--Gunawan

    PoV: GunawanSi*al … Gara-gara Hanum, hidupku jadi sengsara seperti ini. Menghabiskan waktu di dalam jeruji besi yang membuatku hampir gila. Bagaimana tidak? Aku hidup dalam sel yang dihuni puluhan orang. Tidur berdesakan dengan hanya beralaskan kasur yang sangat tipis, setipis imanku. Selain itu, menu makanan disini juga sangat tidak menggugah selera. Baru beberapa minggu saja tinggal disini, aku merasa bobot tubuh merosot drastis.“Hei Gunawan, kenapa kamu melamun? Jangan bermimpi bisa kabur dari sini, karena aku sudah mencobanya berpuluh kali namun selalu gagal,” ledek Agus, teman sesama napi yang mendapatkan vonis seumur hidup. “Lihat saja nanti, aku akan keluar dari sel terkutuk ini,” jawabku jumawa.Agus terkekeh. Saking gelinya, ia tertawa hingga mengeluarkan air mata. Mungkin baginya ucapanku seperti sebuah lelucon yang sangat lucu. Bagaimana bisa aku seorang narapidana yang tergolong baru bisa keluar dari sel ini dengan selamat. Sedangkan dirinya yang sudah tinggal puluhan t

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.40: Apa yang Terjadi pada Ayah?

    Aku terjaga di sepertiga malam, menengadahkan kedua tangan memohon ampunan dan petunjuk-Nya. Bukan berputus asa, namun aku lelah menghadapi masalah yang tidak jelas akar permasalahannya ini sendirian. Suamiku yang hangat dan penyanyang tiba-tiba berubah menjadi dingin dan acuh. Begitu pun dengan kedua putriku Hana dan Hani. Mereka yang penurut juga tiba-tiba berubah menjadi anak pembangkang dan lebih menuruti ucapan Rani, asisten rumah tanggaku.Ya, Rani. Ia penyebab semua permasalahan di keluargaku. Semenjak kedatangannya di rumah ini, hidupku yang bahagia berubah menjadi sebuah malapetaka. Aku terus bermuhasabah dan introspeksi diri, khawatir ada sikap atau kesalahan yang pernah dilakukan tanpa sengaja sehingga Allah memberikan teguran dengan mendatangkan permasalahan ini. Akan tetapi aku yakin, Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.Aku pikir dengan memecat Rani, semua permasalahan akan selesai. Namun ternyata perkiraanku salah, karena justru menambah m

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.39: PoV: Rani

    "Aduh ... sakit. Jangan sakiti saya, Bu." Aku sengaja berakting seolah sedang disakiti oleh Bu Hanum, tujuannya untuk mencari perhatian Bapak Hadi, suaminya.Sontak aktingku menarik perhatiannya. Begitupun dengan kedua anak-anaknya, mereka berlari menghampiriku."Kamu kenapa, Rani?" tanya Bapak Hadi dengan wajah cemas. Ini memang tujuanku, menarik perhatiannya."Ibu Hanum mengusir saya dari rumah, Pak. Saya menolaknya karena merasa tidak mempunyai kesalahan, namun Ibu Hanum mendorong saya sampai jatuh," jawabku dengan wajah dibuat sesedih mungkin.Jawabanku sontak membuat Bapak Hadi terkejut. Matanya menatap ke arah Ibu Hanum yang tengah berdiri di belakangku dengan gugup. "Hanum, apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?" hardik Bapak Hadi kepada istrinya."M-as Hadi. Ini semua tidak benar. Rani kembali memfitnahku. Oleh karena itu aku memintanya untuk berhenti bekerja disini, agar keluarga kita kembali harmonis seperti dulu lagi," jawab Ibu Hanum dengan mata yang berembun.Puas r

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.38: Sumber Masalah

    "Kamu jangan fitnah, Rani. Aku dan Bu Hanum hanya mengobrol biasa!" hardik Badru pada Rani yang sedang menatap kami berdua dengan tajam.Rupanya teriakan Rani memancing kedatangan Mas Hadi. Laki-laki yang bergelar suami itu menunjukkan wajah penuh amarah."Siapa yang selingkuh Rani?" tanya Mas Hadi dengan wajah tegang.Aku membulatkan kedua bola mata. Jangan sampai Mas Hadi terkena hasutan Rani yang menuduh berselingkuh dengan Badru. "Badru, Pak." Jawab Rani mantap."Iya, maksudnya Badru selingkuh sama siapa?" tanya Mas Hadi lagi."Sama ...." Rani menggantung kalimatnya.Kedua kalinya aku membulatkan kedua bola mata menatap ke arah Rani. Jangan sampai ia mengadu yang tidak-tidak kepada Mas Hadi."Sama siapa?" tanya Mas Hadi tidak sabar."Sama Bu Hanum," jawab Rani seraya menundukkan wajahnya. Ia tampak seperti seolah merasa bersalah, namun aku tahu itu hanya aktingnya semata.Mas Hadi membelalakkan matanya, menatap ke arahku dan Badru secara bergantian. Jantungku rasanya seperti berh

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.37: Masalah Baru

    Sontak aku berlari menuju kamar tamu yang ditempati oleh kak Lala. Aku terkejut saat melihat kak Lala seperti orang yang ketakutan berdiri di ambang pintu. Matanya menatap ke arah kolong tempat tidur."Kak Lala kenapa?" tanyaku heran bercampur curiga. "H-hanum, ada u-ular ....." jawab kak Lala dengan terbata. "Ular? Dimana, Kak?" tanyaku seolah tidak percaya dengan jawaban kak Lala."Di kolong tempat tidur. Ularnya besar sekali, Kakak takut!" jawab kak Lala dengan wajah sedikit mulai pias.Aku menghampiri dan berusaha menenangkannya. Mataku menatap tajam kolong tempat tidur yang ditunjuk oleh kak Lala. Rasanya tidak mungkin jika ada ular di kamar tamu ini. Seumur hidup tinggal di rumah ini, aku tidak pernah berjumpa dengan binatang berbisa itu. Jangankan binatang berbisa, seekor kecoa dan nyamuk pun tidak pernah aku lihat di rumah ini. Aku sangat menjaga kebersihan rumah ini."Kakak yang tenang, ya. Tidak mungkin di rumah ini ada ular. Apa Kakak barusan tengah tertidur dan bermimpi?

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.36: Jawaban Doa Hanum

    Kak Lala menelponku. Apakah ini jawaban dari doaku? Sosok kakak yang selalu melindungi adiknya itu hadir setelah beberapa bulan tidak memberi kabar. Setelah peristiwa berdarah di Surabaya tempo hari, kak Lala menemukan jodohnya dan diboyong oleh suaminya ke daerah yang sama. Dengan perasaan suka cita, aku segera menerima panggilan darinya.“Assalamualaikum Kak Lala, apa kabar?” sapaku mengawali pembicaraan dengan antusias.“Waalaikumslaam, Adikku Sayang. Alhamdulillah, kabar Kakak baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?”“Kabarku kurang baik, Kak. Seandainya Kakak ada disini, aku ingin bercerita banyak,” jawabku lirih.“Kakak siap mendengarkannya. Tunggu Kakak sebentar lagi akan sampai di rumahmu. Jika tidak ada halangan, Insya Allah Kakak ingin menginap di rumahmu, Num.”Aku terkejut mendengar jawaban Kak Lala. Mungkin Allah telah mengirimkan Kak Lala sebagai jawaban atas doa-doa sebelumnya mengenai solusi kemelut dalam rumah tanggaku.Setelah berpamitan, Kak Lala mengakhiri teleponnya.

  • SESAL SUAMI(GAGAL MENJAGA KEWARASAN ISTRI)   Bab.35: Keanehan Semakin Menjadi

    Aku mencoba menepis pikiran buruk tentang Mas Hadi, sebelum ada bukti yang menguatkannya. Aku perlahan mendekat ke arah Mas Hadi dan menepuk bahunya..Mas Hadi nampak terkejut melihat kedatanganku. Wajahnya seperti orang yang linglung. Aku sempat mengira bahwa ia sedang mengalami 'tidur berjalan, namun kenyataannya Mas Hadi dalam kondisi terjaga."Apa yang kamu lakukan disini, Mas?" tanyaku dengan tatapan tajam kepadanya."Mas tidak tahu, Dek. Kenapa Mas bisa ada disini, ya?" Mas Hadi malah balik bertanya dengan wajah bingung.Aku merasa aneh dengan pertanyaannya. Mungkinkah yang dikatakannnya benar, atau hanya alibinya saja agar tidak membuatku curiga? "Ya sudah Mas, ayo kita ke kamar lagi." Ajakku seraya menggandeng tangannya melangkah menuju kamar kami. Mas Hadi diam saja dan mengikuti langkahku. Setibanya di kamar, Mas Hadi kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Aku menatap sedih Mas Hadi. Suami yang selama ini selalu bersikap hangat, namun kini sekarang ia berubah menjadi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status