Kaisar Naga Langit

Kaisar Naga Langit

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-08
Oleh:  greyy2  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
12 Peringkat. 12 Ulasan-ulasan
16Bab
10.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aden, seorang pengusaha kaya yang juga melingkup dunia bawah. Setelah orang yang berharga baginya mati di depan matanya sendiri, nyawanya pun juga melayang karena orang itu. Tekadnya untuk membalas dendam, menarik jiwanya yang seharusnya berada di alam lain untuk masuk kembali ke dalam tubuhnya. Tapi bukan di dunia yang dia kenal, melainkan dunia yang menganggap bahwa mereka yang kuatlah yang dapat menduduki puncak. Kenapa Aden bisa sampai kesini? Lalu bisakah dia kembali ke dunianya sendiri?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Kematian Aden

Di ruang bawah tanah yang pengap dan minim cahaya, seorang pria yang tubuhnya dipenuhi luka diikat di kursi. Matanya ditutup dengan kain. Tetapi kain itu dengan cepat dilepas oleh pria yang berdiri di depannya dengan kasar."T-tuan ..." ucapnya tersengal karena napasnya terasa tercekat. Siksaan yang diberikan oleh pria yang dia panggil tuan itu nyaris membuatnya kehilangan nyawa.Tetapi dia belum mau mati sekarang ini. Dia harus meluruskan ah tidak meyakinkan tuannya itu."Sudah kubilang aku tidak mengizinkan siapa pun berkhianat. Dan meskipun kau tangan kananku sendiri aku tidak akan mengecualikannya!" Aden Tereo, seorang pengusaha kaya raya di negara Z itu menggeram marah."B-bukan ak-akhh!" pria itu kembali berteriak ketika Aden menancapkan pisau di paha kirinya. Darah segar pun mengucur.Pria itu meringis. Tubuhnya terasa hampir mati rasa. Oh god tolong jangan biarkan dia mati dahulu. Dia tidak bisa membiarkan Aden mengalami kejadian yang buruk

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
CahyaGumilar79
Lanjut Kak
2023-05-26 20:25:08
0
user avatar
Andi Rustandi
natural.. ceritanya mengalir denganbaik sehingga enak dibaca
2023-04-02 12:31:00
0
user avatar
Aldho Alfina
Bantu promote thor "Penguasa Dewa Naga"
2023-01-27 18:11:47
0
user avatar
Zhu Phi
Lanjut thor Salam dari Pendekar Naga Biru
2022-04-13 18:31:50
0
user avatar
OgiAbee
mantap lah
2022-01-23 14:07:51
0
user avatar
Pengelana Kesepian
Up Lagi thor
2022-01-06 23:08:41
0
user avatar
Tanty Longa
Lanjut terus Thor, tidak sabar menunggu kelanjutannya
2021-11-27 20:14:08
0
user avatar
ms huang
aku mampir kk...salam dari KEKASIH BRENGSEKKU ... smangattt y...up truz ......
2021-11-27 18:52:04
0
user avatar
Antubanyu
Wuaah... menarik ini... ceritanya segar...
2021-11-26 22:18:27
0
user avatar
Ikabelatrix
Ceritanya menarik, kak..
2021-11-26 13:09:56
0
user avatar
CahyaGumilar79
Ceritanya keren, satu server kita
2021-11-24 17:36:09
0
user avatar
Anira Ahmadd
upload banyak-banyak thor
2021-12-18 01:06:22
0
16 Bab

Kematian Aden

Di ruang bawah tanah yang pengap dan minim cahaya, seorang pria yang tubuhnya dipenuhi luka diikat di kursi. Matanya ditutup dengan kain. Tetapi kain itu dengan cepat dilepas oleh pria yang berdiri di depannya dengan kasar."T-tuan ..." ucapnya tersengal karena napasnya terasa tercekat. Siksaan yang diberikan oleh pria yang dia panggil tuan itu nyaris membuatnya kehilangan nyawa.Tetapi dia belum mau mati sekarang ini. Dia harus meluruskan ah tidak meyakinkan tuannya itu."Sudah kubilang aku tidak mengizinkan siapa pun berkhianat. Dan meskipun kau tangan kananku sendiri aku tidak akan mengecualikannya!" Aden Tereo, seorang pengusaha kaya raya di negara Z itu menggeram marah."B-bukan ak-akhh!" pria itu kembali berteriak ketika Aden menancapkan pisau di paha kirinya. Darah segar pun mengucur.Pria itu meringis. Tubuhnya terasa hampir mati rasa. Oh god tolong jangan biarkan dia mati dahulu. Dia tidak bisa membiarkan Aden mengalami kejadian yang buruk
Baca selengkapnya

Bertemu Emily

Suara jangkrik terdengar. Angin dingin berhembus menerpa kulit. Daun-daun berguguran. Aroma tanah yang basah setelah diguyur hujan menguar. Rumput tebal sebagai alas makin membuat tubuh merasakan dingin.Suara binatang yang mengaum samar-samar masuk ke indra pendengarannya. Batinnya kebingungan. Apakah kematiannya cuma mimpi? Tetapi mengapa rasanya benar-benar menyakitkan kala peluru itu menembus jantungnya?Lalu jika bukan mimpi apa yang baru saja dia dengar dan rasakan saat ini?Aden membuka kedua matanya. Dia tidak perlu menyesuaikan cahaya karena hari sudah malam. Hanya bulan sabit lah yang terlihat muncul dari balik awan.Setelah itu dia berusaha duduk dari posisi berbaringnya. Matanya melihat sekeliling. Ini di luar ruangan, lebih tepatnya bisa dibilang hutan karena banyaknya pepohonan dan semak-semak belukar. Dahinya mengernyit. Mengapa dia bisa berada di sini?Apakah orang dengan tangan kotor seperti dirinya tidak masuk ke dalam neraka? Ras
Baca selengkapnya

Daratan Genezula

Daratan Genezula. Sebuah tempat yang sangat luas, di mana di dalamnya berdiri beberapa perguruan. Ada lima perguruan besar, dan kurang dari sepuluh perguruan kecil. Setidaknya itu untuk saat ini. Kalau ditanya mengapa jumlahnya tidak pasti, tentu saja itu karena sebuah pertarungan.Biasanya di dalam perguruan kecil tidak memiliki banyak kesatria di dalamnya. Meski terkadang ada yang memiliki jumlah hampir sama dengan perguruan besar, jarang ada yang mencapai level tinggi.Itulah sebabnya perguruan kecil jumlahnya sering berkurang. Tetapi bisa juga karena hal lain. Misalnya, sebagai benteng pertahanan mereka gabung ke perguruan besar. Tentu hal ini tidak bisa diremehkan, karena kelima perguruan itu sangatlah kuat.Dan sebagai bayaran, perguruan kecil tersebut berganti nama seperti perguruan yang diikutinya. Pada akhirnya, perguruan itu pun dianggap musnah.Di Daratan Genezula, tepatnya di ujung timur terdapat Hutan Saga yang kaya akan unsur-unsur yang bisa
Baca selengkapnya

Duo E

"Jadi kau bukan Maden?""Tentu saja bukan." ini suara Emily. Pria itu hanya mengangguk tanda mengiyakan, sementara Aden sendiri kembali menampilkan raut sedihnya.Emily sungguh tidak peduli dengan suasana hati Aden, meski saat sedih dia mirip seperti anak kecil yang kehilangan permennya. Emily tidak tahu saja yang dirasakan Aden lebih dari itu.Sebelum Emily berkata lagi, pria itu lebih dahulu berbicara. "Namaku Edgar. Kau sendiri mengapa di sini? Tempat ini terlalu berbahaya bagimu."Melupakan rasa sedihnya, Aden menjawab. "Mungkin bagi kalian ini terdengar konyol. Tetapi ini memang faktanya,"Aden menjeda kalimatnya sebentar. Emily tampak gusar, menyuruh Aden agar segera mengatakannya. "Cepat bocah!""Aku hidup kembali.""Apa?""Beberapa saat yang lalu aku mati karena luka tembak. Dan entah mendapat keajaiban darimana, aku hidup kembali. Tetapi bukan dalam wujudku yang dahulu, melainkan aku menyusut. Yah seperti yang kalian l
Baca selengkapnya

Murid Edgar

"Lupakan saja bocah!" Dahi Aden berkerut. "Mengapa?" Lagi-lagi Edgar yang menjelaskan dengan sabar, karena sudah pasti Emily tidak mau bersusah payah. Menurutnya tidak ada gunanya juga jika Aden tahu. "Benda itu tidak ada satupun yang pernah melihatnya. Yah bisa dikatakan seperti dongeng yang diturunkan ke generasi oleh para leluhur. Konon, barangsiapa yang bisa mendapatkan mustika itu mereka juga bisa menduduki puncak hierarki. Beberapa orang pun ada yang tertarik untuk memilikinya. Jadi mereka mencari ....." "Bagaimana mereka mencarinya kalau tidak ada yang pernah melihat seperti apa benda itu?" tanya Aden memotong ucapan Edgar. "Banyak tanya kau!" geram Emily. Dia lantas mengambil sesuatu dari balik bajunya dan melemparkannya ke Edgar. Aden tidak tahu apa itu, karena Edgar langsung memasukkannya ke kantung. Setelahnya, Emily memanggil Max yang sejak tadi di pinggir sungai dan akan mencebur ke dalam untuk menangkap ikan yang lewat. M
Baca selengkapnya

Keputusan

"Apa ini layak disebut tempat tinggal?" Aden memandang ruangan yang kini dimasukinya bersama Helda—nama wanita tadi, yang baginya lebih menyebalkan daripada Emily. Dari luar rumah seluas lima meter persegi itu tampak baik-baik saja, tetapi dalamnya tampak bobrok. Satu lemari kecil yang kayunya sudah keropos, tempat tidur beralaskan tikar yang koyak di beberapa bagian, tanah becek di sekeliling karena atapnya bocor, belum lagi sarang laba-laba dan debu di mana-mana. "Tempat lain sudah penuh. Kalau kau tak mau ya sudah tidur di luar sana!" Helda tak peduli. Dia langsung keluar dari rumah itu, kembali ke tempatnya sendiri. Tanpa sepengetahuan Aden, dia terkikik pelan. Aden jelas lebih memilih untuk tidur di luar. Maka dia pun melangkah. Pikirnya lebih baik dia jalan-jalan sebentar guna melihat seperti apa Perguruan Goya ini. Oh iya, dia baru tahu saat tadi Helda dengan mulutnya yang terus nyerocos tanpa henti mengatakan ini itu padanya. Sampai akhirnya d
Baca selengkapnya

"Ujian masuk"

Keesokan harinya.Aden terbangun merasakan hangat serta silau matahari yang mengenai netranya. Rasanya dia baru saja memejamkan mata, namun sudah harus bangun. Bukannya dia tidak bisa tidur karena tidak mendapat alas berupa kasur yang empuk. Dia sudah pernah hampir tiga hari tiga malam harus berada di hutan karena menghindari jebakan musuh. Dan tentunya dia juga tidak terlalu mempermasalahkan tidur hanya beralaskan rumput.Saat masih mengumpulkan nyawa, dia mendengar suara di sampingnya."Matahari terlihat indah kan dari sini?"Suara lembut itu mengalun di telinga Aden, terasa nyaman.Aden menoleh, terpana. Jujur saja dari sekian wanita yang pernah ditemuinya, baru kali ini dia melihat wanita yang benar-benar cantik alami.Wanita itu menoleh ke arahnya dengan senyum yang terlukis di bibir semerah cerinya. "Aku sering kesini disaat ingin menyendiri. Orang-orang mungkin menganggap hidupku sangatlah sempurna, tetapi mereka salah. Hanya aku yang
Baca selengkapnya

Dimulai

Selama tiga hari ini Aden menghabiskan waktunya berkeliling Perguruan Goya bersama Helda. Aden baru tahu kalau ternyata Helda itu seumuran dengannya. Itupun karena saat melakukan pendaftaran penerimaan murid baru dengan Edgar, ada alat yang bisa mengetahui fisik seseorang. Dan umur juga termasuk di dalamnya. Jadi sekarang sudah jelas kalau usia Aden lima belas tahun. Namun karena tingginya yang hanya sebatas telinga Helda, membuat wanita itu menganggap Aden lebih muda darinya. Tak jarang Helda sering memukul kepala Aden, yang pastinya dibalas kembali oleh Aden. Dari sekian banyak tingkah Helda, yang paling dibenci Aden adalah muka duanya yang muncul ketika ada Edgar. Helda terpaksa, ah tidak lebih tepatnya dia mengatakan secara tegas bahwa dia menyukai Edgar dan ingin dekat dengannya. Tetapi berhubung Edgar tidak terlalu suka jika berdekatan dengan wanita, Helda hanya bisa memberi perhatian dengan cara sering menyapa Edgar. Aneh memang. Terlebih lagi
Baca selengkapnya

Curang?

"Tanpa berbasa-basi maka ujian ini dimulai!" suara Zidi menggelegar.Semuanya memperhatikan apa yang dia katakan."Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini hanya ada satu tahap yang harus kalian selesaikan." Zidi menunjuk lingkaran batu, "Para peserta yang datang akan diuji di sana.""Kalian cukup meletakkan tangan kalian di bagian pusat, maka benda itu akan secara otomatis memberitahukan apakah kalian pantas."Selesai Zidi berbicara, baik yang hanya menonton maupun peserta saling bertanya. Batu itu dirasa tidak bisa memberikan keadilan, karena siapa yang tahu ada campur tangan orang lain. Ya misalnya jika ada orang berteriak mengatakan lolos?Bisa jadi bukan?Namun melihat para guru memasang raut seriusnya, agaknya tidak mungkin juga kecurangan terjadi. Atau bisa saja itu untuk menutupi yang sebenarnya."Mengapa mereka memilih ujian yang aneh ini? Lebih baik adu kekuatan saja seperti yang lalu," komentar Helda. Dia menoleh ke
Baca selengkapnya

Pangeran Nugi

Cuaca sore hari ini mendung dengan awan yang berwarna abu-abu lebih ke hitam. Mungkin tak lama lagi air yang ditampung akan turun menjadi hujan. Angin berhembus, menggoyangkan rerumputan serta dedaunan sehingga terlihat melambai indah. Suasana yang kontras sekali dengan cuaca pagi tadi yang terbilang sangat panas. Setelah ujian selesai, Aden dan Helda jalan bersama. Bukan berarti keduanya berteman sekarang, Helda cuma ingin melihat orang yang satu itu. Aden pun juga begitu, akhirnya mereka barengan saja. Beberapa orang bertegur sapa dengan Helda, Helda menjawab sekenanya. Sementara Aden, saat ada gadis yang malu-malu ataupun secara terang-terangan melirik ke arahnya, hanya cuek saja. Sewaktu Helda menyuruh agar Aden sedikit tersenyum saja, jawaban Aden membuatnya bungkam. "Banyak tersenyum membuat kulitmu cepat keriput." Mereka kembali ke rumah Helda, duduk di kursi bambu lagi. Mumpung suasananya begini Helda masuk ke rumah, mengambil
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status