Share

Bab 3. Teman Makan Malam

"Hasil MRI nya menunjukkan adanya saraf terjepit di leher, ruas C-5 dan C-6. Ini termasuk salah satu yang riskan ya, Bu. Kita ada dua solusi, keputusan saya kembalikan ke Ibu," ujar dokter Zainal, dokter senior itu.

"Apa, Dok?"

"Operasi atau—"

"Operasi? Waduh, Dok." Wajah Bu Sum seketika panik.

"Tenang dulu, Bu." Dara mengusap pundak wanita tua itu.

"Atau kita observasi, selain dengan obat, Ibu harus tetap memakai collar neck. Penyangga leher hingga waktu yang ditentukan."

"Kalau di lihat dari hasil MRI Ibu, tonjolan pada bantalan sendi hampir mengenai saraf utama," ucap Rizal.

"Bahaya?" Kali ini Dara menunjukkan wajah paniknya.

"Bahaya kalo nggak di tanggulangi dengan cepat." Rizal menahan senyumnya saat melihat wajah Dara.

"Jadi gimana Dok, baiknya?" 

"Kita observasi dulu saja ya, dengan obat dan collar neck. Satu bulan lagi kontrol, kalo masih belum ada perubahan, mau tidak mau kita ambil tindakan operasi."

"Observasi. Ok, enggak apa-apa, kan Bu?"

"Ibu mana baiknya aja, Ra. Ibu udah nggak bisa mikir."

"Tapi dengan satu syarat, Bu Sum harus benar-benar menghindari pekerjaan berat. Usahakan selalu olahraga ringan dan stretching tubuh," ucap Rizal. 

"Baik, Dok." 

"Ibu sudah dengarkan apa kata dokter tadi, istirahat dulu. Jangan kerja berat dulu, sementara kerjaannya biar Dara yang kerjakan, kan Dara juga setelah wisuda nggak langsung kerja. Jadi Ibu nggak usah khawatir," ucap Dara saat mereka sudah sampai di parkiran motor.

Terkadang hidup itu memang cuma harus di jalani, apa-apa mengenai rejeki semua sudah di atur oleh Yang Maha Kuasa. Bu Sum tersenyum, bersyukurnya dia mempunyai anak-anak yang penurut dan tidak banyak menuntut seperti Dara dan Bagas.

"Maaf ya, Dara jadi harus mengalah lagi." Bu Sum membelai wajah Dara.

"Sekarang pakai helmnya, peluk Dara erat-erat, kita cari collar neck terbaik buat Ibu, biar Ibu cepat sembuh dan nggak harus operasi."

*****

"Gimana Ibu Sum?" Isi pesan Rizal malam itu.

"Baik."

"Udah dapet collar neck-nya?"

"Sudah."

"Kamu pelit banget jawabnya." Isi pesan Rizal di sertai emot datar.

"Ibu baik, sudah enakan setelah pakai collar neck."

"Nah, gitu dong. Kamu sudah makan?" 

"Belum, baru selesai setrika baju Pak Dokter Rizal. Mungkin besok Bagas yang antar ke sana."

"Lengkap banget jawabnya."

"Tadi katanya di suruh jawab panjang-panjang." Dara mengulum senyum.

Rizal mengirimkan emoticon senyum tersipu.

"Makan dulu, nanti malah nggak ada tenaga buat besok."

"Males sih, udah malem juga."

Lama pesan itu tak kunjung di jawab oleh Rizal. Pikir Dara mungkin lelaki itu tertidur.

"Dara." Rizal kembali mengirimkan pesan untuknya. "Sekitar setengah jam lagi, ada ojek online datang antar makanan ke rumah kamu."

"Hah?"

"Jangan nggak di makan, ya. Selamat makan dan selamat malam." 

Dara terpaku, darimana Rizal tahu alamat rumahnya hingga lelaki itu bisa-bisanya mengirimkan dia makanan di saat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih.

Pintu kamar Dara terbuka, Bagas memajukan kepalanya. 

"Mbak, ada kiriman makanan," ujar Bagas. "Dari Rizal kata abang ojol nya."

"Ya ampun." Dara beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah menuju ruang makan.

"Enak lagi ini Mbak, tau aja aku suka nasi goreng ini. Rizal siapa, Mbak?"

"Langganan laundry ibu," ucap Dara pelan takut membangunkan Bu Sum.

"Baru ya, kok baru denger namanya."

Dara hanya mengangguk sambil membuka beberapa kotak makan di hadapannya.

"Kok dia bisa tau alamat rumah kita ya, Gas."

"Loh, nggak tau. Kan Mbak Dara yang kenal."

"Iya tapi Mbak nggak pernah kasih tau kita tinggal dimana."

"Oh, mungkin dari nota laundry Mbak," tebak Bagas.

"Oh, iya juga ya. Ya sudahlah, makasih orang baik, makan Gas mumpung hangat." Dara tersenyum melihat adiknya langsung menarik kursi meja makan dan menikmati nasi goreng seafood kesukaannya.

"Bagas, besok pulang sekolah bisa bantu Mbak antar baju-baju laundry, ya?"

"Ok, Mbak. Banyak ya?"

"Ada delapan packing-an, tapi semua ke kost Paradigma. Bantu Mbak ya, karena siang Mbak harus ke kampus urus persiapan wisuda."

"Motor di tinggal ya, Mbak." Bagas kembali menyuapkan sendok terakhir nasi goreng ke mulutnya.

"Iya, nanti biar Mbak naik Trans aja."

"Ok."

"Abis makan di beresin, ya. Mbak ngantuk." 

Dara merebahkan tubuhnya, di raihnya ponsel yang tergeletak di sisi kanannya.

"Makasih kiriman makanannya, kapan-kapan gantian saya yang traktir."

Tanpa menunggu balasan dari pesan yang dia kirimkan, Dara pun terlelap karena lelahnya.

*****

Matahari semakin mencondongkan dirinya ke arah barat. Dara berjalan di bawah rindangnya pohon-pohon kampus menuju halte Trans. Sesekali rambut yang terjuntai itu pun berayun tertiup angin sore.

Motor sport itu berhenti di depannya. Dara mengerutkan keningnya, lelaki itu pun membuka helm full facenya.

"Dokter?"

"Hai." Rizal tersenyum. 

"Kok bisa di sini?"

"Bisa dong, kan ini jalan umum. Kebetulan tadi liat kamu, ya udah aku samperin. Mau pulang?"

"I—iya sih." 

"Ayo, bareng aja. Kan searah ...." Rizal menurunkan footstep. "Ayo ... aku nggak gigit kok."

"Tapi itu motornya—" Dara memperhatikan tempat duduk penumpang motor sport milik Rizal.

"Kenapa? Enggak masalah, kan? atau kamu di depan aku di belakang?" 

Rizal sudah tak tahan lagi menyembunyikan tawanya. Gadis yang baru beberapa waktu dia temui ini sungguh membuat benang kusut di kepalanya, perlahan-lahan mulai terurai.

"Terserah kamu mau duduk seperti apa, senyamannya aja, ayo."

Dara terdiam, dalam diamnya pun dia masih memikirkan bagaimana caranya dia bisa berada di atas jok yg lumayan tinggi untuknya.

"Taruh sini tangannya." Rizal menepuk pundaknya.

"Sorry," kata Dara lalu meletakkan tangannya di pundak Rizal. 

"Senyamannya," batin Dara kemudian tas yang dia bawa pun dia letakkan di tengah, diantara punggung Rizal dan tubuhnya.

"Kita makan dulu ya," ucap Rizal sebelum menutup helm wajahnya.

"Hah?"

"Kamu janji bakal traktir kan kemarin. Jadi hari ini giliran kamu yang traktir aku."

Tanpa menunggu jawaban, motor Rizal melaju dengan kecepatan tinggi memecah keramaian jalan raya sore itu.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
ASEK ....udah mulai pedekate terus nih pak dokter hihi Modus aja ngajak makan Mulu hahaha
goodnovel comment avatar
Christina Natalia
asekkkk nempel2 enak nich
goodnovel comment avatar
Indarini Rini
pak dokter udah mulai suka ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status