Home / Romansa / KAWIN LARI / Bab 6. Melting

Share

Bab 6. Melting

Author: Chida
last update Last Updated: 2024-10-28 10:03:41

"Bawa ini." Bu Sum menyerahkan kantung plastik berisi bubur ayam pagi itu.

"Apa ini, Bu?"

"Bubur ayam buat sarapan dokter Rizal."

"Loh kan Dara cuma mau anter baju ke Mas Teguh, Bu. Enggak ke tempat dokter Rizal."

"Sekalian, Ra. Kan satu tempat juga, lagian kasian anak rantau sakit tuh nggak ada yang ngurus. Mosok kamu tega, mana sakitnya tipes kan nggak bisa makan yang keras-keras dulu "

Dara menghela napasnya, dirapihkannya kembali baju-baju yang akan dia antar pagi ini.

"Ya sudah, Dara pergi dulu." Dara meraih kunci motornya. "Oh iya Bu, nanti Dara pulang agak sore ya. Dara mau ketemu temen di kampus, katanya ada lowongan kerjaan di tempat dia kerja."

Motor Mio itu berhenti di bangunan tiga lantai yang berisi para anak rantau. Dara mengetik pintu kamar Teguh, salah satu pelanggan laundry Bu Sum yang sangat baik padanya. 

"Pagi Dara," sapa lelaki itu masih dengan wajah bangun tidur.

"Pagi Mas Teguh," balas Dara sambil tersenyum. "Mau antar baju, Mas." Dara memberikan tas laundry berisi dua packing baju pada pada Teguh. 

"Makasih ya, Ra. Oh iya selamat atas wisudanya ya."

"Makasih, Mas. Kalo gitu lanjutin lagi aja Mas tidur nya, maaf ya Dara ganggu." Dara memutar tubuhnya dan melangkah menuju tangga.

"Eh iya, Ra. Makasih ya." Teguh melambaikan tangan pada Dara. "Loh Ra, mau kemana?" Teguh mengurungkan niatnya menutup pintu kamar.

"Ke atas Mas, mau anter pesanan ibu." Dara mengangkat kantung plastik berisi tempat makan.

"Hhmm." Teguh tersenyum usil. "Ke Pak dokter itu, ya? Pepet terus Ra ...." Teguh memberikan semangat pada Dara. Nyatanya kata-kata Teguh berhasil membuat wajahnya merona.

"Apaan sih, Mas Teguh. Ada-ada aja, udah ya Dara naik dulu." 

Dara tersenyum simpul, langkah kakinya menaiki anak tangga, terus melangkah hingga berhenti di depan pintu kamar Rizal. Sebelum mengetuk pintu itu Dara memberanikan diri terlebih dahulu dan sedikit menebalkan mukanya lantaran ide Bu Sum pagi ini.

Pintu kamar terbuka, Rizal menyipitkan kedua matanya. Mimpi apa dia hingga gadis manis yang semalam berhasil membuat jantungnya berdebar itu sudah kembali berdiri di depan pintu kamarnya.

"Dara?'

"Pagi, Dok. Saya mau antar ini. Ibu bilang kalo sakit tipes belom boleh makan yang keras-keras. Ini buat Dokter sarapan." 

Dara mengulurkan tangannya, memberikan bingkisan dari Bu Sum.

"Oh." Rizal mengacak rambutnya. Sejujurnya dia serba salah dengan penampilannya sekarang. Hanya mengenakan kaos oblong dan celana jogger yang sudah usang.

"Masuk dulu." Rizal membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

"Hhmm ... sepertinya saya pamit saja. Dokter juga kelihatan sudah baikan." Dara sedikit menundukkan kepalanya untuk berpamitan pada Rizal.

"Dara." Rizal menahan tangan Dara. "Sebenarnya aku masih belum baikan, kepalaku masih pusing. Kamu bisa tolongin aku buatkan teh? Please ...." Wajah tampan itu memohon meskipun hanya untuk mengelabui Dara agar tetap bersamanya pagi itu.

Dara mengerutkan alisnya, rasa-rasanya lelaki dihadapannya ini sudah berangsur baik tapi mengapa tiba-tiba wajah itu memelas memohon.

"Hanya membuatkan teh?" Dara memicingkan sudut matanya.

"Dan juga temani sarapan." Rizal menahan senyum. "Ya?" Wajahnya memastikan lawan bicaranya setuju dengan idenya.

"Tambah lama dong." Dara melangkahkan kakinya masuk ke ruangan itu.

"Malah bagus," jawab Rizal nyaris tak terdengar.

"Saya dengar loh." Dara berdiri di sisi meja kerja Rizal.

"Haha ... itu dispensernya nyalain biar airnya panas, di rak itu teh dan gulanya. Lalu cangkirnya di sana," ujar Rizal yang duduk santai di sisi tempat tidur. 

Dara meletakkan secangkir teh di atas nakas, dia menarik kursi, matanya mengedar melihat tumpukan-tumpukan buku di atas meja. Beberapa judul tentang buku medis, ah manalah mengerti Dara. Ruangan ini cukup besar, dengan adanya dapur kecil di sudut ruangan. Diatas meja dapur ada kompor listrik, magic com dan rak piring kecil. Sudah bisa dipastikan lelaki bergelar dokter ini hanya makan sesekali di dalam kamarnya. 

"Buburnya nggak di makan?"

Tatapan Rizal tak lepas dari gadis itu, padahal Dara hanya menawarkan bubur yang dia bawa.

"Apa?" tanya Dara serba salah.

"Berharap aku di suapin sih sebenarnya," ucap Rizal malu.

"Astaga." Dara membuang wajahnya ke arah lain sambil mengulum senyum. 

"Boleh?"

Dara meraih kotak makan berisi bubur ayam khas Jakarta yang sebenarnya adalah bubur kesukaannya.

"Mau di aduk atau nggak?" tanya Dara.

"Apanya?"

"Buburnya," ucap gadis itu.

"Oh, aku kira perasaanku." Rizal tersenyum manis membuat wajah Dara merona. "Karena kalo perasaanku sudah teraduk-aduk dari semalam."

Dara ikut tersenyum, sumpah demi apapun debar jantungnya seperti ingin meloncat keluar.

"Melting ya? Sama, aku juga." Rizal kembali menggodanya.

"Aku pulang aja ya."

"Aku? Oh akhirnya ...," ucap Rizal lega saat Dara menggunakan kata aku untuk dirinya. "Jangan pakai kata saya lagi ya? Aku ngerasa kayak di ruangan interview," kekehnya.

"Kayaknya memang Dokter udah sembuh." Sambil menahan senyumnya Dara beranjak dari tempat duduknya.

"Eh mau kemana? belum juga makan." Rizal ikut berdiri. "Ok, aku janji nggak gitu lagi. Tapi aku lapar, suapin ya," ujarnya dengan nada manja. "Aku belom sembuh, serius." 

Dara kembali duduk, kali ini dia ikut duduk di sisi tempat tidur. Suapan demi suapan dari tangan Dara habis di lahap Rizal. Rizal menghentikan suapan terakhir dari Dara. Dia menahan tangan gadis itu.

"Ini suapan terakhir, sedangkan aku belum tanya kamu udah makan atau belum."

"Aku sudah makan tadi, jadi selesaikan ini aku harus ke kampus," ujar Dara. 

Rizal kembali membuka mulutnya seperti anak kecil. Kemudian Dara memberikan cangkir berisi teh tadi.

"Karena sudah selesai, aku pulang ya. Jangan lupa minum obatnya." Dara meraih totebag berwarna hitam miliknya di atas meja.

"Ngapain ke kampus? Bukannya urusan semua sudah selesai?" tanya Rizal ikut mengantarkan Dara menuju pintu.

"Ada teman nawarin kerja, aku mau coba. Semakin cepat dapet kerja semakin baik buat ibu, nggak harus terima banyak laundry lagi jadi dia bisa banyak istirahat."

"Oh. Kerja dimana?" tanya Rizal penasaran.

"Belum tau, aku pamit ya. Cepat sehat." Dara meninggalkan seutas senyum saat itu. Rizal melihat dari lantai dua kamar kostnya hingga gadis itu melaju dan tak lagi nampak.

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Muti
ikutan melting woiiii
goodnovel comment avatar
Anies
pak dokter oooh pak dokter bisa banget bikin melting
goodnovel comment avatar
DyazRini Janardhani
yang dibaperin mas dokter dara,,kok ak yang senyum² ya,,astaga......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KAWIN LARI    Bab 7. Butterfly Era

    "Kamu sibuk besok malam?"Isi pesan dari Rizal untuk Dara. Sudah hampir satu minggu ini lelaki itu tak mendapat kabar bahkan bertemu dengan Dara. Yang datang mengantarkan atau mengambil baju kotornya hanya Bagas. Bertanya pada Bagas pun, pemuda itu hanya mengatakan sang Kakak sedang sibuk."Kebetulan aku nggak ada jadwal jaga, kita bisa ketemu?" Lagi pesan itu masuk namun belum mendapat balasan dari Dara. Hanya saja tanda centangnya sudah berwarna biru itu artinya Dara membaca pesannya.Kesal menunggu, Rizal meraih jaketnya kemudian berjalan menuju parkiran motor rumah sakit. Untung saja hari ini jam jaganya hanya sampai setelah Magrib.Motor sport itu berhenti di depan pagar rumah Dara. Lampu rumah pun sudah menyala, kios kecil tempat Bu Sum menerima pakaian laundry juga sudah di tutup. Hanya saja motor Mio milik Dara tak terlihat di sana, bisa jadi motor itu sedang di pakai oleh Bagas. Rizal mendorong motornya masuk ke halaman rumah Bu Sum. Dia letakkan helm full facenya di meja y

    Last Updated : 2024-10-28
  • KAWIN LARI    Bab 8. Siapa Dia?

    "Mama ada di Jogja? Sejak kapan?" tanya Rizal yang bergegas ke parkiran motor Rumah Sakit, dia harus segera menuju hotel tempat kedua orangtuanya menginap.Memasuki sebuah hotel berbintang lima di pusat kota Jogja, Rizal melangkahkan kakinya menuju restoran hotel itu. Wanita cantik berumur 50 puluh tahunan itu sedang berbincang dengan dua orang pria yang jelas sekali Rizal kenal, ayah dan pamannya. Entah dalam rangka apa ketiga orang yang dituakan ini datang tiba-tiba ke Jogja. "Ma, Pa." Rizal berdiri di antara mereka yang duduk di meja makan besar mengulurkan tangannya, menyalami kedua orangtuanya. Matanya melirik ke arah lelaki berkacamata dengan tatapan datar."Mamak, apa kabar?" Rizal kembali sedikit membungkuk, menyalami kakak pertama dari sang Ibu."Haa ...tumben Ichal langsuang tibo manamui Mama Papa, biasonyo tunggu sahari duo hari dulu baru ka tibo kamari, itupun kalau indak tapaso ndak ka tibo do," sindir Donna, ibu Rizal.(Tumben langsung nemuin Mama sama Papa, biasanya Ma

    Last Updated : 2024-10-28
  • KAWIN LARI    Bab 9. Salah Menaruh Hati

    "Ini Synthia, anak dari Datuk Basri Alam," ujar Donna. "Kamu masih ingat kan, Synthia kecil dulu sering ke rumah kita."Rizal pun tersenyum, tidak pernah terbesit di ingatannya tentang wanita di hadapannya ini pernah datang ke rumahnya. Atau memang dia yang sudah lupa."Enggak sering Tante, cuma beberapa kali sebelum Bunda bawa Synthia ke Australia."Wanita yang umurnya mungkin hanya berbeda satu tahun di bawah Rizal ini pun mengulurkan tangannya."Apa kabar?""Baik," jawab Rizal canggung."Jadi pertemuan kali ini memang sangat mendadak," ujar lelaki yang umurnya di atas lebih tua dari Rizal. Mungkin hampir memasuki 40 tahun. Lelaki itu Amar kakak laki laki tertua Synthia."Kebetulan kami juga ada perjalanan bisnis ke Jogja, dan Bunda memberi tahu kalau Tante Donna dan Om Andreas sedang berada di Jogja. Mengenai kerjasama perusahaan yang pernah kita bahas tempo hari, kami selalu wakil dari perusahaan menyetujui persyaratan dan perjanjiannya.""Mengenai kelanjutannya, kita bicarakan de

    Last Updated : 2024-10-28
  • KAWIN LARI    Bab 10. Ya Udah

    Rizal menuntun motornya masuk ke pekarangan rumah Dara. Sudah menjadi kebiasaannya selama bertamu ke rumah gadis itu, Rizal psti mematikan motornya, maklum saja suara motor sport milik Rizal memang terdengar sedikit berisik."Loh, Mas Dokter." Bagas yang baru saja masuk ke pekarangan rumah kaget melihat Rizal juga baru datang."Gas," sapa Rizal. "Dara ada?""Ada, aku panggil dulu." Bagas memarkirkan motornya."Eh, Gas ... ini buat kamu dan ibu." Rizal memberikan satu kantung plastik berwarna putih."Makasih, Mas Dokter. Aku panggil Mbak Dara dulu." Bagas masuk ke dalam rumah dengan hati senang membawa bungkusan yang dari harumnya saja sudah bisa dia tebak."Emang rejeki anak soleh," ujar Bagas menaruh kantung plastik berisi dua tempat martabak manis dan martabak telur. "Tau aja ngambil hatinya," kekeh Bagas lalu melangkah menuju kamar Dara."Mbak." Suara Bagas terdengar dari balik pintu, pintu pun dia buka. "Ada yang cari tuh."Dara gelagapan, "siapa?""Pake nanya ... sana temuin dulu

    Last Updated : 2024-10-28
  • KAWIN LARI    Bab 11. Lama-lama Terasa Nyaman

    Senyum Rizal kembali terukir, ingatannya masih melekat saat tadi dirinya memberanikan diri menyatakan perasaannya pada Dara. Tiba-tiba memeluk gadis itu, bahkan wajah mereka sempat dekat beberapa inci lagi, saling menatap sendu.Lamunannya buyar saat pesan masuk ke ponselnya dari sang Mama."Mama besok pagi pulang, penerbangan jam tujuh pagi. Malam ini sempatkan bertemu Mama dan Papa." Isi pesan itu rasanya enggan Rizal baca, toh selama ini juga orangtuanya datang dan pergi sesuka hati. Datang dengan melimpahkan masalah padanya, dan pergi meninggalkan masalah baru.Seperti pertemuan malam itu dengan Synthia dan Amar. Rizal baru mengetahui kalau ada rencana paman dan orangtuanya menjodohkannya dengan Synthia dengan alasan menjadikan kerajaan bisnis mereka khususnya rumah sakit berkembang lebih pesat lagi. Salah satunya menambah jangkauan bisnis sang Ayah yang mencoba bermain di pertambangan. Dan Synthia siang itu mengatakan sendiri pada Rizal. "Ya aku nggak bisa memaksa kamu, tapi ad

    Last Updated : 2024-11-05
  • KAWIN LARI    Bab 12. Maunya Rizal

    "Ra, Ibu boleh tanya?" Bu Sum menarik kursi di ruang makan, dia memperhatikan Dara yang sedang mengunyah nasi goreng buatan Bu Sum pagi itu."Ya, Bu. Ibu mau tanya apa?" Dara meneguk air putih di dalam gelas."Kamu dan dokter Rizal, benar kalian pacaran?""Uhuk ... uhuk ...." Dara tersedak membuat dia pun terbatuk-batuk. "Pake acara batuk-batuk segala. Bilang aja iya, Mbak. Lagian Ibu juga pertanyaannya bikin ketawa, mana ada sih Bu, cowok tiap malem Minggu dateng ke rumah terus mau ketemu anak gadis Ibu." Bagas meletakkan tasnya di kursi lalu menerima piring berisi nasi goreng dari Bu Sum."Kan Ibu butuh kejelasan, Gas.""Mbak, pinjem motor ya. Bagas ada tugas P5, Mbak nggak kemana-mana kan hari ini?" tanya Bagas."Sabtu ini Mbak mau ke toko buku.""Yah, kirain nggak kemana-mana." Raut wajah Bagas kecewa."Pake aja, biar Mbak naik bis Trans." "Hhmm ... nggak sama ayang bebeb?" goda Bagas menahan senyumnya."Enggak, dia ada jadwal hari ini." "Jadi bener pacaran, Ra?" Bu Sum masih p

    Last Updated : 2024-11-07
  • KAWIN LARI    Bab 13. Rizal Yang Misterius

    Kenapa sih, Mas?" tanya Dara lagi. "Mas ...." Dara membelalakkan matanya saat tubuh Rizal semakin mendekat. "Mas ... mau ngapain?' tangan Dara menahan dada Rizal."Mau ambil remote." Rizal meraih remote TV tepat berada di sebelah Dara."Ih." Dara menepuk pundak lelaki itu. "Kirain mau ngapain.' "Emang mau ngapain?' Rizal senyum-senyum, diapaling senang jika usil pada Dara. Tak tahan melihat wajah kekasihnya itu memerah jika dia goda.Rizal beranjak dari tempat duduknya setelah membaca pesan yang masuk."Mas mau kemana?" "Mau ambil pesanan di bawah," jawab Rizal. "Aku ikut." Dara ikut beranjak."Sebentar aja, Ra. Di sini aman, nggak ada apa-apa. Aku cuma sebentar."Tidak sampai 10 menit Rizal sudah kembali ke unit apartemen miliknya. Saat membuka pintu dia tidak menemukan Dara di sana. Terdengar aliran air dari kamar mandi, sudah pasti kekasihnya itu berada di sana. Rizal menyiapkan makan malam untuk mereka, sengaja dia memesan beef teriyaki, salad sayur dan salad buah, dan dua kot

    Last Updated : 2024-11-09
  • KAWIN LARI    Bab 14. Jogja Dan Gadisnya

    "Bagaimana dengan project alat kesehatan yang masuk ke rumah sakit kita?" tanya Andreas pada Hana."Dari kesepakatan bersama mereka baru mengirimkan satu batch sesuai dengan perjanjian. Semua sudah di alokasikan ke bagian purchasing untuk di proses lebih lanjut, Pa," jawab Hana.Hana adalah anak yang di asuh oleh Andreas dan Donna sejak masih bayi, dua tahun sebelum Rizal lahir melengkapi kebahagiaan keluarga mereka."Han, persiapan pernikahan kamu sudah berapa persen?""Masih 80 persen, Ma. Hari ini rencananya kami akan meeting untuk resepsi wedding nya.""Bisa nggak kamu nggak terlalu sering pulang malam. Enggak pantas calon pengantin masih sibuk pekerjaan di kantor hingga harus lembur." Donna memoleskan selai cokelat di rotinya. "Pa, bisa kan di kurangi sedikit saja kerjaan Hanna. Bagaimanapun dia harus menjaga sikap dan sifatnya sebagai keturunan kita.""Ya kan memang kerjaan di kantor apalagi urusan rumah sakit memang harus Hanna yang handle. Siapa lagi kalo bukan Hanna, Rizal? a

    Last Updated : 2024-11-11

Latest chapter

  • KAWIN LARI    Bab 53. Sakit Hati

    "Jadi mantumu belum hamil?" "Belum, Etek. Hanna juga kemarin nunggu sampai enam bulan akhirnya hamil." "Iya, tapi Hanna itu kan anak angkat mu. Sedangkan Rizal itu anakmu sendiri, jadi dia harus punya keturunan untuk meneruskan adat istiadat kita, hartamu dan banyak lagi semuanya, Don. Cukup sekali saja kau gagal dalam menjodohkan Rizal dengan anak konglomerat itu, jangan juga kau gagal mendapatkan cucu, darah daging Rizal." "Sudah berapa lama mereka menikah?" "Delapan bulan sepertinya," ujar Donna lalu menyeruput secangkir teh hangat sore itu di taman belakang. "Hampir satu tahun ... lalu wanita yang dulu mau kau jodohkan dengan Rizal, bagaimana kabarnya?" "Perusahaan Andreas masih bekerjasama dengan perusahaan orangtuanya. Kenapa Etek?" "Enggak ada, aku cuma tanya. Tapi ada baiknya kau pertimbangkan kata-kata Etek mu ini. Bisa jadi Rizal akan lama mendapatkan keturunan dari istrinya." "Maksud, Etek?" "Ya kau cari caralah bagaimana istri Rizal itu hamil. Atau kau cadangkan s

  • KAWIN LARI    Bab 52. Lagi, ya?

    Synthia melenguh, suaranya mendesah berkali-kali, tubuhnya sudah polos dan berada di dalam kungkungan Matthew. Pria itu terkejut saat membuka pintu apartemennya malam itu. Melihat Synthia berdiri di ambang pintu dengan melempar senyum padanya.Malam setelah resepsi pernikahan Dara dan Rizal, Synthia memutuskan untuk terbang ke Jakarta. Tempat dimana dia bisa mengekspresikan dirinya lebih bebas lagi. Ini malam kedua dia menghabiskan waktunya bersama Matthew, selain menjadi teman bisnis, Matthew juga merupakan partner di atas ranjang, saat dibutuhkan."Akh ...." Desahan lembut itu kembali keluar dari bibir sensual Synthia."Sebentar lagi," ucap suara parau Matthew. Hentakan terakhir Matthew membawa pelepasan bersama mereka.Napas yang memburu dari keduanya setelah menghabiskan banyak energi malam itu. Suhu ruangan pun masih terasa panas, peluh keringat membasahi keduanya.Matthew menarik pinggang ramping yang membelakanginya itu mendekat pada tubuh telanjangnya."Mau lagi?" tanya Matthe

  • KAWIN LARI    Bab 51. Perpisahan

    “Rancak bini si Rizal ... kamek (cantik istri Rizal)," ucap seorang kerabat jauh keluarga Rizal."Iyo, santun pulo anaknyo. Cocok dan patuik bana jo si Rizal yang gagah coga berwibawa.” (Iya, santun juga anaknya. Cocoklah dengan Rizal, ganteng dan berwibawa," ujar yang lain.)“Iyo batua, dibandiang nan ka dijodohan kapatang ko, rancak iko lai. Nampak elok dari raut mukonyo.” (Bener, dibandingkan dengan yang dijodohkan dengan Rizal waktu itu, ini lebih baik kelihatan dari wajahnya.)“Oh anak Datuak Basri Alam tu yo? Nan itu banyak urang mangecek kalau inyo suko pai ka klub malam dan hura2 se karajonyo. Ma cocok samo si Rizal ko.” (Oh anaknya Datuk Basri Alam itu? Ah kalo dia itu banyak yang bilang suka ke club, mungkin masih suka hura-hura. Mana cocok dengan Rizal.)“Iyo kan, padahal anak urang tapandang juo nak, tapi parangainyo di lua nagari awak kabanyo ndak elok." (Ah iya, padahal anak orang terpandang juga tapi kelakuannya di luar kota kita ini, gosipnya nggak bagus.)"Beruntungla

  • KAWIN LARI    Bab 50. Ide Ayah Mertua

    "Ya, Ical akan kembali ke rumah ini dengan syarat Dara ikut tinggal di sini. Kalian terima, layaknya seperti anggota keluarga yang lain."Andreas menelan ludahnya kasar, dia seperti membuat kesepakatan bisnis dengan putranya sendiri. Di sisi lain, Andreas menginginkan keluarganya kembali utuh namun di sisi lain dia masih berat menerima menantu barunya dari kalangan orang biasa."Papa nggak ada masalah, selagi semua berjalan baik-baik saja.""Secepat itu Papa merubah pendirian Papa, nggak ada maksud lain kan, Pa?""Ah, Cal ... Papa ini sudah tua. Setelah Papa pikir lagi, hidup Papa juga sudah nggak lama lagi. Jadi ya, mungkin Papa harus berdamai dengan keadaan." Andreas lalu menatap Dara."Rizal bicarakan dulu dengan istri Ical. Bulan depan Ical ujian kelulusan.""Setelahnya kembali lah," ujar Andreas penuh harap.Perbincangan antara Rizal, Dara dan Andreas pagi itu seperti membawa titik terang. Dara hanya bisa mengikuti apa yang suaminya yakini benar. Mereka tetap perlu berbicara dari

  • KAWIN LARI    Bab 49. Keputusan Final

    "Aku membawa Dara kemari bukan untuk memperkeruh keadaan keluarga kita. Tapi perlu kalian ketahui bahwa kami sudah sah menjadi suami dan istri. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kalian memisahkan kami berdua. Senang ataupun tidak senang, kalian harus menerimanya." Semua orang terdiam dan menatap Rizal serta Dara. Hanna dan Hasan menarik sudut bibir, kagum dan terharu pada sikap Rizal. Lain hal dengan keluarga Synthia, hembusan napas kasar dan wajah kekecewaan kentara sekali terlihat. Jangan tanya bagaimana dengan Dahlan dan Synthia, mereka masih setia dengan drama keluarga Andreas. "Jadi biarkan kamu hidup dengan tenang dan damai. Karena kita sudah punya kehidupan sendiri-sendiri sekarang. Aku, Rizal juga tidak akan mengurusi urusan kalian. Tentang bagaimana perusahaan dan rumah sakit ini berjalan, aku serahkan pada kalian. Silahkan kalian coret namaku dari semua surat wasiat." "Mama, Papa ... Ical minta maaf, bukan karena Ical sengaja melakukan ini tapi memohon restu dari Papa dan

  • KAWIN LARI    Bab 48. Dara, Istriku

    Donna mondar mandir di ruang tunggu pasien, Hanna dan suaminya duduk dengan gelisah. Sementara Dahlan berdiri tepat di dekat pintu ruang ICU. "Cal." Hanna berdiri saat melihat Rizal datang setelah berkonsultasi dengan dokter yang menangani Andreas. "Apa kata dokter?" "Serangan jantung, tapi akan di periksa lebih lanjut langkah apa yang harus dilakukan setelah ini. Melihat kondis papa dulu, kita berdoa saja. Semoga tidak ada penyempitan pembuluh darah." "Maksud kamu apa, Cal?" Donna mendekat. "Kalo sudah mengalami itu, maka papa diharuskan pasang ring, Ma." "Ya Allah." Donna memalingkan wajahnya, Hanna mengusap punggung sang Ibu memberikan kekuatan. "Semua baik-baik aja, Ma. Papa bisa melewatinya, percaya sama aku." Bagaimanapun, sejahat apapun orang tua padanya, tetap saja yang terbaring di rumah ICU dan yang berdiri di hadapannya dengan terisak ini adalah orangtuanya. "Sebaiknya Mama istirahat dulu, aku sudah minta ruangan untuk kita beristirahat tadi. Uni bisa bawa Mama kesa

  • KAWIN LARI    Bab 47. Kedatangan Rizal

    Dara duduk di kursi tunggu pasien, tepat di depan ruangan ICU. Ya, Bu Sum terkena stroke. Diagnosa sementara Bu Sum terkena stroke ringan. Menurut dokter Budi yang saat itu kebetulan berada di IGD, bisa jadi Bu Sum terlalu stress atau terlalu banyak pikiran."Kamu bisa ceritain ke Mbak, kenapa ibu tiba-tiba seperti ini, Gas?" tanya Dara pada Bagas yang duduk menelungkupkan wajahnya."Mbak Siti bilang, saat kejadian ada dua orang laki-laki yang datang ke rumah. Kata Mbak Siti, dua orang itu marah-marah sama Ibu.""Marah-marah kenapa? Apa ibu punya sangkutan hutang?" tanya Dara heran."Enggak lah Mbak, semiskin miskinnya kita, ibu selalu nggak mau ngutang sama orang. Dia pasti memilih bekerja siang malam buat kita daripada ada urusan hutang piutang," tegas Dara."Ya lalu kenapa ibu bisa begini?" Dara frustasi."Mbak Siti sempat bilang, lelaki itu sempat mengancam ibu.""Mengancam?" Rizal mengerutkan alisnya."Gas, coba kamu cerita yang benar. Dari awal!" Dara mulai terpancing emosi."Sab

  • KAWIN LARI    Bab 46. Kekesalan Synthia.

    "Butuh apa lagi?' tanya Rizal sambil mendorong troli belanjaan mereka."Daging, Mas. Sama buah-buahan." Dara melangkah ke area daging-daging segar. Baru saja dia memilih-milih daging, suara seseorang membuat dia dan Rizal menoleh ke asal suara."Kebetulan sekali bisa bertemu di sini," sapa Synthia sambil menenteng tas belanja. "Apa kabar?" "Synthia?" Rizal terperanjat. Dara menoleh pada suaminya."Suatu kebetulan banget bisa ketemu dengan kalian," ucap Synthia basa basi."Lagi di Jogja?" tanya Rizal."Yup, liburan ... belakangan ini Jogja lebih sering menyita perhatian." Synthia menatap Dara dengan sinis."Oh, enjoy holiday. Maaf kami sepertinya sudah selesai. Sudah selesai kan, Sayang?" tanya Rizal dengan penekanan kata Sayang pada Dara."Mm ... sudah." Dara pun mengangguk sambil memasukkan kantung berisi daging yang dia pilih tadi."Kapan ada waktu untuk bicara, Zal?" tanya Synthia tanpa memperdulikan Dara."Aku belum tau kapan, karena minggu-minggu ini masih persiapan untuk ujian

  • KAWIN LARI    Bab 45. Terbongkar

    "Mau apalagi Anda datang ke rumah ini?"Bu Sum berdiri dengan tangan bersedekap di depan dada. Dahlan siang itu sudah berada di serambi teras rumah Bu Sum."Saya akan terus datang ke rumah ini sampai anak ibu dan keponakan saya berpisah.""Anda ini nggak waras ya. Atau Anda memang di ciptakan Tuhan nggak punya hati. Bisa bisanya Anda yang hanya seorang manusia mau memisahkan dua orang yang saling mencintai berpisah. Entah dimana harga diri Anda.""Jangan bicarakan harga diri, jika Ibu sendiri merendahkan harga diri Ibu hanya untuk mempermantukan keponakan saya.""Benar-benar nggak waras Anda. Pergi dari sini sebelum saya teriak dan orang kampung semua datang.""Silahkan saja, saya yakin orang kampung aka tau skandal ini.""Ini bukan skandal! Mereka saling mencintai, saya dan anak saya tidak pernah memandang orang dengan materi mereka asal Anda tau!""Bu ...." Siti yang baru datang dari mengantarkan baju berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Bu Sum."Sebaiknya Anda pergi!" Wajah Bu Sum t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status