Setelah berada didalam, Kakak Ardi menyuruh mereka berdua untuk duduk dan menceritakan apa yang terjadi tadi.
Billa duduk disamping Ardi dan kakak Ardi duduk berhadapan didepan mereka berdua. Billa berpikir ini adalah kesempatannya untuk mengambil perhatian dari kakak Ardi dan membuat Ardi menuruti semua perkataannya.
"Gini kak, Ardi tadi usir aku gara gara enggak ngejawab pertanyaannya aja. Lebih dari sepuluh menit aku memencet bel, tapi dia enggak keluar sama sekali" Billa membuat wajahnya menjadi murung.
"Kakak juga liat kamu dari tadi kok, dan lebih dari 5 menit kakak awasi kamu" jawab Kakak Ardi.
Ardi tidak sanggup melihat sikap Billa tersebut, dan mengatakan kepada kakaknya apa yang sebenarnya terjadi. Kakak Ardi percaya dengan perkataan adiknya tersebut, tapi dia juga melihat sendiri Billa yang sudah cukup lama berdiri didepan pintu apartemennya Ardi tanpa dibukakan olehnya. Dan itu membuat kakaknya merasa kesal dengan sikapnya tersebut.
"Ardi..... Kakak jauh jauh datang kesini bukan hanya untuk menjenguk mu saja tetapi karena tunanganku memaksa untuk kerumahnya" kata kakak ardi
Ardi hanya diam dan menundukkan kepalanya untuk menghindari ucapan kakaknya lagi. Dia tau pasti kali ini kakaknya tersebut akan menceramahinya sangat lama.
"Sudahlah, kakak mau istirahat dulu. Di kamar kamu nggak ada yang macam-macam kan?" Ujar kakak Ardi.
Ardi terkejut dengan sikap kakaknya kali ini, biasanya jika dia berbicara dengan sedikit keluhan, pasti akan menceramahi Ardi jika telah membuat kesalahan. Tapi sepertinya kali ini diluar perkiraannya.
Ardi kemudian menjawab pertanyaan kakaknya tersebut.
"Sejak kapan aku berbuat hal yang tidak-tidak dengan kamar sendiri!" jawab Ardi.
Kemudian kakaknya pergi menuju kamar Ardi untuk beristirahat. Sebelum masuk, dia mengatakan suatu hal pada Ardi dan Billa.
"Semua orang yang menjalin hubungan pasti pernah mengalami apa yang namanya kesalahpahaman. Tapi masalah tersebut dapat diselesaikan oleh orang yang terlebih dahulu meminta maaf, tidak peduli yang meminta maaf itu siapa, tapi dengan berbuat hal seperti itu maka kalian akan bisa memahami seberapa besarnya kasih sayang yang dia berikan". Kemudian kakak Ardi memasuki kamar tersebut lalu tidur.
Billa dengan sengaja menempelkan kepalanya di paha Ardi untuk mengerjainya. Ardi yang merasa tidak nyaman dengan hal itu langsung mengangkat kepala Billa dan berpindah tempat duduk. Billa hanya terdiam dan menahan ketawanya karena melihat tingkah Ardi yang seperti itu. Tapi tanpa ada angin apapun, Billa tiba-tiba mengingat kejadian tadi pagi saat Ardi berjalan keluar tanpa menggunakan pakaian apapun, dan itu membuat pipinya memerah kembali.
Setelah menjauh dari Billa, Ardi sering sekali menatapnya. Dia saat ini merasakan hal yang sangat aneh dengan perasaannya sendiri. Ardi merasa di satu sisi dia merasakan rasa nyaman saat Billa tadi menempelkan kepalanya di pahanya, tapi di sisi lain dia merasa seperti sedang dikerjai dan dimanfaatkan. Jadi dia tidak tau apa yang harus dilakukannya saat ini, karena ada rasa cinta dan juga rasa kesal dipikirannya. Tapi sekarang pikiran Ardi semakin dibuat bingung saat Billa menanyakan satu hal.
"Ardi, kamu suka sama aku ya?".
Tanpa ada angin atau pembicaraan apapun yang mengarah ke situ, Billa tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Dan sontak hal itu membuat Ardi terkejut dan tidak tau harus menjawab apa, karena dia memikirkan apakah Billa bertanya serius atau hanya candaan belaka. Tapi sebelum Ardi menjawab Billa mengalihkan topiknya.
"Sudahlah, lupakan aja pertanyaan yang tadi. Untuk sekarang, gimana kalau kita berdua jalan-jalan aja untuk refreshing" ujar Billa.
Ardi menyetujui saran dari Billa, tidak ada salahnya bagi dia untuk menenangkan pikirannya dari pekerjaan yang menumpuk akhir-akhir ini, walaupun dia juga agak ragu dengan saran tersebut. Ardi kali ini tidak tau apa tujuan Billa selanjutnya untuk mengerjainya.
Ardi kemudian bersiap-siap untuk menemani Billa jalan-jalan. Kali ini dia menggunakan kaos hijau berlogo perusahaan terkenal di bagian tengah baju, dan menggunakan celana jeans pendek untuk melengkapi fashionnya. Dari gaya berpakaian Ardi tersebut, Billa menyimpulkan kalau temannya itu sama sekali tidak terlalu mengerti dengan style zaman sekarang. Tapi itu tidak masalah baginya, karena menurut Billa itu semua tergantung dari kenyamanan orang tersebut.
Kemudian mereka berangkat menggunakan motor Ardi untuk pergi makan siang terlebih dahulu. Ardi membawa Billa ke restoran favoritnya, restoran tersebut sangatlah tenang dan semua pelanggan yang ada disitu juga tidak terlalu membuat kebisingan, kecuali pelanggan yang sedang berbicara dengan waiter untuk menunjukkan pesanannya.
Ardi memanggil salah satu waiter untuk mencatatkan makanan yang mereka pesan. Ardi memesan satu porsi ayam panggang saus keju dan minumannya Coffee latte, lalu Billa memesan satu porsi ayam teriyaki dan untuk minumannya dia memesan Orange jus. Selagi menunggu makanan mereka berdua sampai, Billa bertanya kepada Ardi nama kakaknya tadi.
"Di..., kakakmu tadi kelihatannya cantik sekali, namanya siapa?" ujar Billa.
"Namanya Chintya, dia kakak pertamaku" jawab Ardi "Ada lagi kakak aku yang kedua, namanya Freddy, dan aku juga punya ade, namanya Zen" sambungnya.
"Ternyata kamu juga punya banyak saudara ya, nggak kayak aku yang cuma anak tunggal" Ujar Billa sambil membuka ponselnya untuk mengecek sesuatu.
Kemudian makanan yang mereka pesan tadi kini sudah tersaji-kan di atas meja.
Ardi sangat menyukai tempat itu karena suasananya sangat hening dan tenang, dan itu sangat cocok dengannya yang tidak terlalu suka dengan kebisingan. Tempat tersebut tidak terlalu berisik karena sudah ada kebijakan yang dibuat oleh pemiliknya, dan dia tidak segan-segan untuk mengusir orang yang sudah membuat keributan ataupun berbicara dengan sangat keras seperti berteriak. Dia juga membatasi pelanggan yang ada, karena meja makan yang dia pakai hanya ada 8. Bukan karena mereka tidak mempunyai modal, melainkan karena dia ingin membuat ciri khasnya restorannya sendiri. Makanan yang mereka sajikan sangat banyak, mulai dari makanan yang lokal, internasional, dan bahkan makanan hotel bintang empat juga mereka sajikan. Semuanya sangat enak dan sama seperti masakan restoran terkenal lainnya. Billa dan Ardi kali ini beruntung karena tempatnya masih belum penuh, karena jika sudah penuh maka mereka berdua harus mencari tempat lain ataupun menunggu sampai salah satu pelanggan telah selesai.
Ardi melihat Billa sangat menyukai makanannya, dan dia sangat lahap sekali memakannya.
"Kelihatannya enak sekali, minta dong" Ardi membukakan mulutnya dan memejamkan matanya.
Lalu Billa langsung mengambil potongan ayam itu dan menyuapinya. Tanpa sadar mereka berdua telah melakukan hal yang mengejutkan dirinya sendiri.
"Eh.. ".
Mereka berdua sama-sama terkejut dengan sikap masing-masing yang secara refleks langsung melakukan hal tersebut. Karena sama-sama merasa malu, mereka berdua langsung melanjutkan makannya.
Setelah selesai makan, mereka berdua membicarakan tentang hal yang harus dilakukan Ardi pada saat bertemu dengan teman Billa nanti. Waktu yang mereka gunakan untuk membicarakan hal itu cukup lama, sehingga membuat salah seorang waiter meminta dengan sopan kepada mereka berdua untuk bergantian dengan pelanggan yang ingin menggunakan meja mereka untuk makan. Lalu mereka berdua pun membayar dan berjalan keluar dari restoran tersebut.
Karena ingin menyegarkan pikirannya, Ardi mengajak Billa untuk mengunjungi sebuah taman kota yang ada di daerah itu.
Ketika sampai di sana, Billa sangat takjub melihat keindahannya, air mancur yang sangat indah, pohon-pohon dengan bunga yang warna-warni, dan juga tanah lapang yang indah beralaskan rumput hijau. Sehingga tempat tersebut sangat cocok untuk dijadikan tempat piknik.
Billa mengajak Ardi untuk duduk ditempat itu, dia ingin menikmati pemandangan yang sangat indah di taman itu. Karena hari itu juga tidak terlalu panas, Ardi menyetujui permintaan Billa, dan membeli alas untuk tempat duduk mereka yang ada dijual disekitar taman tersebut.
Billa sangat menikmatinya, lalu menyenderkan kepalanya ke bahu Ardi. Hal itu membuat hati Ardi merasa cenat-cenut senang dan juga merasa malu, karena disekitar mereka juga ada beberapa orang yang sedang menikmati keindahan taman itu. Ardi dengan suara gugup mengatakan kepada Billa untuk mengangkat kepalanya dari bahunya.
" Bil.., tolong kepala kamu jangan seperti ini, aku malu dilihat oleh orang lain" ujar Ardi.
"Sebentar aja Di, aku lagi menikmati keindahan yang ada di sini. Dan juga kita sudah pacaran kan!" Ujar Billa.
Di saat mereka berdua sedang menikmati suasana itu, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil dan bertanya kepada Ardi.
"Mas...".
Lalu Ardi menoleh dan melihat siapa orang yang memanggilnya tersebut. Setelah Ardi melihatnya, dia terkejut dan membuat Billa yang sedang bersender di bahu Ardi terjatuh.
"Eh..., Kenapa kamu ada disini" ujar ardi.
"Ternyata yang jadi pacarnya Billa itu kamu".
Billa yang terjatuh tadi langsung bangun setelah mendengar suara dari perempuan itu, suaranya mirip seperti temannya.
"Susi!!" Billa terkejut ketika melihat teman yang mengejeknya ada ditempat itu "Kenapa kamu bisa ada disini? kita kan janjiannya ketemuan di mall" tambah Billa."Cuma menghabiskan waktu luang sebelum ketemuan" Ujar Susi.Billa kemudian berdiri lalu menarik Susi ke tempat yang agak jauh dari Ardi."Kamu jangan bicara hal yang enggak-enggak ya dengan Ardi nanti" Kata Billa setelah mereka berdua cukup jauh dari Ardi."Maksud kamu apa?, Ardi itu teman aku juga.Teman kuliah, akrab malahan"Billa sangat terkejut, dia menutup wajahnya dan langsung berlari kearah Ardi.Kemudian dia bertanya kepada Ardi apakah dia dan Susi adalah teman kuliah?Ardi menjawab "Iya, kami teman dekat".Billa merasa sangat menyesal sekali dengan keputusan yang dia ambil kali ini, tidak disangka, ternyata mereka berdua sudah saling kenal. Sambil menahan rasa malu, Kemudi
"Aaaaaaaaaa". Seorang anak laki-laki berteriak di atas tempat tidurnya sendiri. Dia adalah Ardi, seorang siswa SMA yang tinggal sendirian di rumahnya. Orang tuanya tinggal ditempat berbeda karena Ayahnya dipindahtugaskan oleh pemimpin perusahaan tempat Ia bekerja, dan ibu serta adiknya ikut bersama dengan ayahnya di rumah baru mereka. Ardi tidak bersama dengan mereka karena dia dalam waktu dekat ini akan mengahadapi ujian nasional, sehingga tidak memungkinkan untuk pindah sekolah untuk mengikuti keluarganya."Langit-langit ruangan yang aku kenal. Astaga, kenapa hal seindah itu harus terjadi di dalam mimpi saja. Seandainya mimpi itu bisa terjadi di kehidupanku ini". Selagi meratapi kehidupannya, ponsel Ardi berbunyi.*Kriiiiinnggg......*Dengan cepat Ardi mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari ibunya tersebut."Ada apa ma?"."Kamu udah sarapan belum? kalau
Sambil mengusap pipinya, Ardi bertanya kepada Ariel mengapa dia melakukan hal seperti itu."Kenapa aku tiba-tiba dipukulin? kalau cuma gara-gara menguping, seharusnya jangan sampai seperti itu"."Ini bukan cuma gara-gara kamu menguping, tapi ini adalah balas dendam karena kamu sudah mengintip kami saat itu". Jawab Ariel.Henry hanya bisa melihat mereka berdua, karena untuk menjadi penengah masalah tersebut haruslah bisa berpikir dengan cepat, soalnya Ariel dan Ardi adalah orang yang cukup pintar dalam berkata-kata. Dan jika dia membela salah satu dari mereka berdua, itu hanya akan membuat masalah baru baginya. Karena tidak tau harus melakukan apa lagi, Henry dengan cepat mendekat ke arah Jessy lalu meminta tolong padanya untuk membantu dia meleraikan Ardi dan Ariel. Jessy yang juga ingin bergegas untuk pergi ke rumah temannya itu akhirnya membantu Henry meleraikan mereka berdua. Henry mengira kalau Jessy benar-benar memban
Dalam pikiran Ardi, dia merasa ini seperti deja vu."Kenapa perkataan ini seperti pernah aku dengar?" Kata Ardi dalam benaknya. "Ma-maksud kamu apa?" Tanya Ardi kepadanya. "Kalau aku mengatakan hal seperti itu, apa yang akan kamu lakukan?. Tanya Jessy kembali. "Enggak bakalan aku terima, soalnya aku sama sekali belum kepikiran untuk menjalin hubungan". Jawab Ardi. Jessy menghela napas lalu menasihati Ardi. "Ardi, kalau kamu mengatakan hal seperti itu kepada perempuan lain, dan dia memang menyimpan perasaan kepadamu, lalu kamu menolak kembali pada saat dia mengutarakan perasaannya, itu hanya akan membuat dia berada dalam kesedihan yang mendalam. Jadi sebaiknya, kalau kamu serius ya harus serius. Jangan jadikan perasaan seseorang sebagai mainan". "Memangnya aku udah buat apa?". Tanya Ardi kembali. "Kamu itu parah sekali. Tadi pada saat dirumah Rachel, kamu bertanya ke aku apakah mau jadi pacar kamu, iya kan?".
"Ardi, Ardi, bangun. . Kamu kenapa". Jessy menepuk-nepuk pipi Ardi agar segera bisa sadar dari tidurnya."Hah...? Jessy, kenapa aku bisa ada disini?". Tanya Ardi dengan rasa terkejut dan juga trauma."Tadi waktu aku mau ngasih makanan ini, aku dengar kamu teriak-teriak. Jadi aku masuk aja, soalnya pintu depan enggak kamu kunci. Kamu mimpi apa tadi?". Jelas Jessy sambil memberikan air yang dia ambil dari atas meja belajar Ardi.Setelah selesai minum, Ardi bertanya kembali pada Jessy."Jessy, apa kamu ada dikejar oleh preman pada saat kita pulang tadi?"."Preman? preman apa? setelah makan tadi, kita kan langsung pulang". Jawab Jessy."Syukurlah". Ardi langsung memeluk Jessy kemudian menangis. "Jessy, aku sangat takut, sangat takut. Kenapa aku selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini, kenapa?". Dengan meneteskan air matanya, Ardi masih terus memeluk Jessy dengan erat."Ardi, mimpi buruk pasti pernah di alami oleh semua orang. Aku juga
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m
Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk