Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi.
"Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.
Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.
Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah.
"Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.
Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi.
"Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, mencium Ardi adalah hal yang biasa untukku. Bisa dibilang juga karena aku sudah menganggapnya seperti adik sendiri". Ujar Jessy.
Setelah mendengar jawaban Jessy tersebut, tatapan laki-laki itu berubah menjadi tatapan orang mesum, dan arah matanya selalu melihat ke bagian dada Jessy.
Perlahan-lahan tangan laki-laki itu mulai ingin merabanya. Karena melihat hal itu, dia langsung menepiskan tangan Frank. Tapi apa yang dilakukan Jessy berhasil ditahan oleh Frank. Laki-laki itu adalah senior Jessy di ekskulnya pada saat masih kelas dua, dia lebih dahulu mendapatkan sabuk hitam, karena dia sangat berbakat dalam ilmu bela diri. Bahkan sampai sekarang Jessy masih belum bisa menandingi dia.
Setelah berhasil menahan tangan Jessy tadi, Frank langsung menarik kedua tangannya Jessy kebelakang dan kemudian menempelkannya di punggung perempuan itu. Dengan teknik itu, Jessy tidak bisa bergerak. Kalau dia bergerak sedikitpun, maka tangannya akan terasa sangat sakit.
Pada saat dia ingin berteriak, Frank langsung menutup mulutnya dan membisikkan sesuatu didekat telinga Jessy.
"Kalau kamu berteriak, tanganmu ini akan langsung aku patahkan!".
Kemudian dia membawa Jessy ke tempat yang lebih jauh lagi dari keramaian, dan tangan Jessy masih belum dia lepaskan.
Frank membawa Jessy ke dalam Toilet pria yang sudah jarang digunakan. Jessy tau apa ingin dilakukan oleh laki-laki itu, tapi dia tidak bisa berbuat apapun. Dia tidak berani berteriak karena ancaman tadi. Jadi dia hanya bisa pasrah dan menuruti kehendak Frank.
Sesampainya mereka di toilet, Frank langsung membawa Jessy masuk ke dalam salah satu kamar kecil yang ada di situ, lalu menguncinya.
Setelah dirasanya aman, Frank langsung meraba tubuh Jessy dengan penuh nafsu. Dia sangat menikmatinya, dia memegang dada Jessy, mencium lehernya, dan bahkan memasukkan tangannya kedalam rok Jessy untuk menyentuh bagian paling sensitifnya.
Jessy hanya bisa menangis kecil, dia sama sekali tidak bisa bergerak. Sangat ingin sekali baginya untuk berteriak dengan sangat keras, memanggil siapapun yang sedang melewati toilet itu. Tapi dia tau, kalau Frank adalah orang yang sangat kuat, dan jika dia tidak menuruti kemauannya, maka dia yakin, pasti tangannya akan dipatahkan.
Semakin lama Frank semakin bergairah, dia bahkan langsung melepaskan pakaian Jessy. Setelah melihat Jessy yang hanya menggunakan bra dan celana dalam, nafsunya semakin memuncak. Kemudian dia melepaskan juga celananya dan bersiap melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Jessy hanya bisa pasrah menangis, air matanya semakin banyak berjatuhan. Dalam pikirannya, kegadisannya akan hilang dengan cara yang sangat buruk.
Pada saat Frank akan melepaskan celana dalam Jessy, terdengar suara seorang laki-laki dari kamar kecil sebelah mereka, dia mengatakan;
"Hei! Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Saya mau buang air aja harus terganggu". Laki-laki itu menampakkan kepalanya dari samping di atas mereka.
Bagian atas kamar kecil itu tidak tertutup, sehingga orang-orang yang berniat jahil, akan bisa melihat bagian lain jika memanjatnya, dan lagi, dindingnya tidak terlalu tinggi.
Jessy dan Frank serentak melihat ke arah orang itu. Frank sangat marah ketika mengetahui ada orang yang mengganggunya, tapi Jessy merasa sangat bersyukur. Apalagi orang tersebut adalah Nathan, dia tidak tau bagaimana bisa Nathan bisa sampai di tempat itu, tapi dia memperdulikannya, baginya sudah cukup beruntung jika ada yang mau menolongnya, dan dia merasa sangat lega.
"Nathan, tolong aku. Aku enggak mau diperlakukan seperti ini, tolong aku Nathan". Dengan air mata yang masih berjatuhan, dan suara yang tersedu-sedu, Jessy sangat berharap besar pada Nathan untuk menolongnya.
Tapi sebelum Nathan mengatakan apapun, Frank langsung mengajaknya untuk ikut bersama dengannya. Baginya tidak masalah siapapun itu, asalkan dia mau menyembunyikan masalah ini, dia akan membagi hal yang sedang dia rasakan saat ini.
Nathan hanya terdiam, dan kemudian turun dari tempat itu, lalu mengetuk pintu kamar kecil tempat Jessy dan Frank berada.
Frank kemudian membuka pintu tersebut, dan tidak lupa masih mengunci tangan Jessy dengan kuat agar tidak terlepas. Pada saat pintu itu terbuka, dengan keras sebuah pukulan menghantam wajah Frank.
Buk.....
Pukulan itu sangat keras, sampai membuat Frank terjungkal. Jessy yang terlepas dari cengkeraman Frank, dengan cepat memasang kembali pakaiannya dan keluar dari kamar kecil itu.
Karena merasakan pukulan Nathan tadi, Frank sangat marah. Sehingga dia langsung bangkit dari tempatnya dan memberikan serangan balasan.
Tapi sepertinya tingkatan Frank dan Nathan dalam bela diri sangatlah jauh. Dengan mudahnya Nathan menghindari setiap serangan Frank, dan Nathan sama sekali belum memberikan serangannya.
Di sela-sela perkelahian itu, Ardi tiba-tiba datang sambil berteriak kepada temannya yang ada diluar.
"Sabar! Aku mau kencing dulu". Ujarnya ketika membuka pintu.
Ardi terkejut melihat ada tiga orang di dalam toilet itu, dan dia bahkan lebih terkejut ketika melihat Jessy juga ada didalamnya.
"Jessy? Kamu sedang apa disini?" Tanya Ardi sambil mengernyitkan dahinya.
"Enggak apa-apa kok. Aku tadi enggak sengaja dengar mereka berdua berkelahi, makanya aku datang mau meleraikan mereka". Jawab Jessy membohongi Ardi. Dia tidak ingin temannya itu mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.
Perkelahian Frank dan Nathan juga terhenti saat Ardi memasuki tempat itu.
Karena Jessy berbohong, Nathan langsung hal yang sebenarnya kepada Ardi.
"Dia hampir diperkosa oleh laki-laki ini". Nathan menunjuk ke arah Frank "Untungnya aku ada ditempat ini tadi".
"Maaf, aku enggak tau bakalan seperti ini". Kata Jessy yang sudah tidak bisa menahan tangisannya.
Karena melihat Jessy yang menangis tersedu-sedu, Ardi merasa sangat marah. Dia kemudian mengambil sebuah tongkat yang ada di samping pintu tempatnya berdiri, dan kemudian menghampiri Frank. Tapi Jessy menahannya, dia mengatakan kepada Ardi kalau hal itu jangan terlalu dia pikirkan. Tapi Ardi mengabaikannya, dia tidak mendengarkan perkataan Jessy, dan terus berjalan untuk menghampiri Frank.
"Nathan! Tolong hentikan Ardi. Dia sangat berbeda kalau sudah marah, apalagi kalau ada senjata di tangannya". Teriak Jessy kepada Nathan untuk membantunya menghentikan Ardi.
Dalam benaknya, Nathan bertanya-tanya memangnya Ardi itu sekuat apa? Sedangkan kemarin aja Jessy yang membantu dia melawan ketiga mafia itu.Tapi sebenarnya Ardi adalah orang yang sangat berbakat dalam meniru gerakan. Dalam beberapa menit saja, dia sudah bisa menghapal gerakan bela diri yang Jessy ajarkan kepadanya. Apalagi Ardi pernah menunjukkan kepada Jessy gerakan yang dia tiru dari salah satu dari film terkenal, dan dia bisa melakukannya dengan sempurna hanya dalam tiga hari latihan. Pada saat masih berumur sepuluh tahun, Ardi bahkan pernah memukuli anak yang seumuran dengannya sampai masuk ke rumah sakit dan koma. Alasannya karena dia telah mengejek dan menghina Jessy.
"Nathan! Jangan diam aja. Bantu aku!". Teriak Jessy kembali.
Dengan terpaksa, Nathan akhirnya membantu Jessy. Tapi pada saat Nathan ikut menahannya, Ardi mengatakan sesuatu kepada Nathan.
"Jangan ikut campur! Aku sudah berterima kasih karena kamu telah menolong Jessy. Tapi jika kamu ikut menghalangiku, maka aku pastikan kalau salah satu tulang milikmu nanti akan patah!". Ancam Ardi kepada Nathan.
Dari perkataan Ardi tadi, Nathan merasa hawa yang sangat berbeda darinya. Sifat pengecut Ardi kemarin tidak dia lihat saat ini, dia melihat Ardi yang berbeda.
Kemudian Nathan mencoba memukul wajah Ardi dengan sangat cepat. Tapi pukulan itu dengan mudah Ardi hindari. Setelah melihat serangan Nathan tadi, Ardi menatap tajam ke arah Nathan.
"Jessy, biarkan Ardi meluapkan amarahnya. Tapi masih dalam pengawasanku". Kata Nathan kepada Jessy. Kemudian dia menarik Jessy menjauh dari Ardi.
Ardi kini sudah berhadapan dengan Frank.
Dari matanya, Ardi terlihat sangat membenci Frank, dan cengkeraman dengan tongkat yang dia pegang semakin kuat. Frank hanya tertawa melihat sikap Ardi, dia mengatakan kalau Ardi hanyalah orang lemah yang selalu mengandalkan perempuan untuk menyelesaikan masalahnya. Memang benar, pada saat di sekolah, Ardi sangat sering meminta pertolongan Jessy untuk membantu dia menghentikan temannya yang berkelahi. Dia tidak berani menghentikannya karena takut ikut terpukul oleh mereka, dan dia selalu menghindar jika ada seseorang yang mengajaknya berkelahi.
"Aku tidak peduli dengan hal itu. Saat ini aku sangat marah karena kamu berani melakukan hal yang buruk kepada Jessy!". Kata Ardi sambil menahan amarahnya.
"Hah? Kamu bilang apa? Mau melawan aku? Jessy yang menjadi pahlawan kamu aja kalah, masa orang yang lemah berani melawanku". Kata Frank mengejeknya.
Karena sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, dengan cepat Ardi mengayunkan tongkat yang di pegang ke kepala Frank, dan dengan cepat juga Frank menangkis serang itu. Tapi Frank terlaku fokus dengan tongkat Ardi, sehingga dia tidak sadar kalau Ardi akan menendangnya. Karena tendangan Ardi, Frank terdorong sampai tersentuh dinding yang ada dibelakangnya. Dengan kesempatan itu, Ardi kemudian mengayunkan kembali tongkat yang dia pegang ke kepala Frank, dan bersamaan dengan kaki kirinya menendang kaki Frank.
"Tunggu-tunggu?. Itu gerakan yang ada di film Jack and mafia kan?". Tanya Nathan kepada Jessy.
"Iya, jika dia menyukai gerakan yang ada di film, maka pasti akan dia tiru. Dan itu hanya butuh beberapa hari saja untuk menyempurnakannya". Jawab Jessy.
Nathan hampir tidak percaya dengan kemampuan Ardi, tapi dia masih bingung, kenapa Ardi pada saat itu sangat ketakutan? jika dibandingkan dengan ke tiga anggota mafia tersebut, Frank adalah orang yang lebih kuat.
Serangan yang diberikan Ardi tadi membuat Frank terjatuh, dan di saat itulah Ardi memanfaatkannya untuk menghajar Frank habis-habisan.
Karena melihat Frank yang sudah tidak bisa melakukan apapun lagi, dengan cepat Nathan menarik Ardi untuk menghentikan pukulannya, karena dia melihat Frank sudah sangat babak belur dan tidak berdaya.
Setelah ditarik oleh Nathan tadi, Ardi sangat marah, soalnya dia masih belum puas untuk memberikan pelajaran kepada Frank, dan bahkan ingin membuatnya mati. Tapi karena tamparan dari Jessy yang tepat mengenai pipinya, Ardi akhirnya menuruti permintaan mereka berdua. Dia tidak ingin Jessy lebih khawatir lagi dari saat ini, apalagi dia masih melihat air matanya Jessy yang belum hilang sepenuhnya. Lalu Ardi menghapus air mata Jessy yang masih melekat di matanya dengan tisu toilet yang ada di dekatnya.
"Aku takut... Kenapa kamu enggak datang dari tadi. Aku takut sekali Ardi...". Ujar Jessy sambil memeluknya dengan erat.
"Maaf, aku enggak tau kalau kamu punya musuh seperti ini". Jawab Ardi kembali dan membalas pelukan Jessy.
Nathan tidak memperdulikan mereka berdua, dia hanya melihat dan membalik-balikan wajah Frank yang saat ini sedang pingsan, dia melihat bagian-bagian yang tertampar oleh Ardi tadi.
"Gila! Tempat tamparannya sama persis dengan yang diberikan oleh Jack. Sepertinya dia adalah orang yeng hebat, cuman mentalnya aja yang kertas". Kata Nathan dalam benaknya.
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Malam ini adalah malam yang sunyi, di saat itu seorang pria sedang duduk di balkon apartemennya sambil menikmati kopi yang ia buat sendiri. Pria itu sepertinya sedang memikirkan sesuatu, sesekali dia memegang dahinya sambil berkata. "Parah! Sangat parah!" kata dia yang terus saja mengulang kalimatnya sambil sesekali menyeruput kopinya. Jam sudah menunjukkan pukul 22:00 namun pria itu masih tetap duduk termenung di tempat itu memikirkan masalahnya, sampai-sampai tidak menyadari dering ponsel yang ada di atas meja. Dia hanya terus menatap langit malam dan sesekali melihat ke arah bawah. Kemungkinan ada masalah yang sangat buruk terjadi padanya. Dering ponsel itupun terus berbunyi nampak seperti ada hal penting yang ingin disampaikan oleh seseorang. Karena sudah merasa risih mendengarnya, dia pun akhirnya menjawab telepon tersebut. "Ada kepentingan apa yang membuatmu menelepon saya malam-malam seperti ini? Sekarang sudah waktunya untuk tidur!" tegas laki-laki tersebut yang bernama len
Ardi menyetujui permintaan Billa karena terpaksa dan merasa kasihan pada temannya itu. Dia memang mempunyai perasaan cinta dengan Bila, tapi dia masih belum yakin dengan perasaannya tersebut."Sekarang cepat mandi" ujar Billa kepadanya."Kenapa?" tanya Ardi "Sekarang aja masih jam delapan pagi. Aku itu belum makan, jadi mau makan dulu baru mandi" sambungnya."Sayang..., Kamu itu harus mandi dulu baru makan. Tenang aja kalau masalah makanan nanti aku masak makanan yang saaaangat enak untuk kamu, jadi sekarang kamu harus mandi! cepat!" Suara imut dari Billa keluar menjawab perkataan Ardi tadi.Ardi terkejut dengan apa yang diucapkan temannya, dia merasa malu dengan perkataan Billa yang merayunya tersebut."Nanti aja bisa kan? Soalnya risih aku dengarnya" Ardi kemudian memalingkan wajahnya.Billa tidak mengacuhkan perkataan Ardi kemudian berdiri dan menarik tangannya dan membawa dia pergi
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m
Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk