Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri.
"Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya.
"Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi.
"Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.
Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya.
"Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya.
"Kamu penipu ya?". Tanya Jessy.
"Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.
Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke kamarnya, setelah melihat apa yang dia ambil, mereka berdua akhirnya percaya kalau dia bukanlah orang yang jahat. Karena benda yang dia ambil tadi adalah ponselnya,dan mereka berdua sempat melihat wallpaper utamanya tadi.
Setelah laki-laki tadi pergi, Ardi masih penasaran siapa dia sebenarnya?. Karena melihat Ardi seperti orang melamun, Jessy mencubit pipinya.
"Awww..... Sakit! Cubitan kamu lebih keras dari biasanya". Rintih Ardi.
"Lemah". Jawab Jessy sinis.
Mendengar jawaban itu, Ardi langsung memasuki kepala Jessy ke bawah ketiaknya, dan itu membuat Jessy marah. Dengan perlawanan yang kuat, Jessy memutar tubuhnya yang tadinya posisi tengkurap kini menjadi posisi telentang dan langsung menendang kepala Ardi menggunakan tumitnya.
"Aw...!!! Aw...!!!". Kali ini Ardi menjerit lebih keras.
"Rasain!!".
Ardi tidak bisa memarahi Jessy, karena itu adalah kesalahannya sendiri, karena berani membuat masalah seperti itu. Jadi dia hanya diam lalu pergi keluar sambil menahan rasa sakit di hidungnya. Tendangan Jessy cukup kuat, sampai membuat Ardi tertangis.
"Cup cup cup, maaf ya kalau kakak kamu kasar sekali". Jessy datang tiba-tiba dan kemudian menghapus air mata Ardi.
"Ish.. apa sih? Aku nangis bukan karena cengeng, tapi tendangan kamu tadi keras sekali". Ardi langsung mendorong Jessy.
Ketika sedang asyik menggodanya, kemudian datanglah ayah dan ibu Ardi, mereka berdua sepertinya cukup banyak membawa barang belanjaan turun dari mobil.
"Kalian berdua nanti aja pacarannya, sekarang bantu mama". Kata ibu Ardi menggoda mereka berdua.
"Ish.. Tante, Aku itu udah nganggap Ardi adik sendiri, sama Cherly juga!" Tegas Jessy.
Ibu Ardi tersenyum mendengar jawaban Jessy, kemudian meminta tolong dengan mereka berdua untuk membantunya memindahkan barang belanjaan dari mobil. Ibu Ardi tau seperti apa kedekatan Ardi dan juga Jessy dari mereka kecil dulu, mereka selalu bersama setelah Ardi bisa memberanikan diri untuk bermain bersama temannya kembali. Jessy sangat peduli dan perhatian dengan Ardi, bahkan sampai sekarang dia masih memperhatikan Ardi. Orang Tua Ardi dan Jessy sempat ingin menjodohkan mereka berdua, tapi keputusan itu mereka batalkan setelah melihat lebih dalam lagi kedekatan Ardi dan jessy, sikap perhatian dan perasaan kasih sayang yang mereka berdua saling berikan adalah perasaan saudara.
"Jessy, kalau kamu menganggap Ardi dan Cherly sebagai saudara, lalu Edy kamu anggap seperti apa?" Jessy tidak tau siapa yang dimaksud Edy oleh ibu Ardi.
"Edy itu siapa Tante?" tanya Jessy.
"Itu loh, cowok yang datang ke sini tadi. Dia namanya Edy, anak angkat Tante." jawab Ibu Ardi.
Bruuuurrr.....
Minuman yang ada di mulut Ardi semua tersembur ke luar, dia terkejut mendengar perkataan Ibunya tentang anak angkat tadi.
"Ma, maksudnya anak angkat itu gimana?" tanya Ardi dengan penuh penasaran.
Ibu Ardi menjelaskan sedetail mungkin agar bisa membuat anaknya mengerti.
"Jadi gini, kami mengangkat dia jadi keluarga kita karena kedua orang tuannya telah meninggal dunia, dia hidup sendirian tanpa rumah dan keluarga. Karena merasa kasihan, maka Mama sama papa mengadopsinya."
"Tapi kenapa enggak kasih tau Ardi dulu! memangnya Ardi ini bukan bagian keluarga ini!" Ardi marah, dia merasa seperti bukan bagian dari keluarga itu.
Intan, Ibu Ardi menenangkannya, dia tau Ardi pasti akan marah jika mendengarkan hal seperti itu. Bagi Ardi, membantu orang lain yang sama sekali tidak ada keuntungannya hanyalah akan mempersulit hidup mereka. Dan karena sifat yang seperti inilah, ayahnya terkadang sering memarahinya.
"Nak, kamu sudah dewasa, kan? pasti cara berpikir kamu bukan anak-anak lagi ... dia membutuhkan tempat tinggal, dan karena dia orang yang pekerja keras, maka Mama sama papa memberikan dia tempat tinggal. Jadi kamu jangan seperti itu sama kakak angkat kamu, harus bisa berteman baik dengannya, sama seperti kamu dengan Jessy." Intan mengelus kepala Ardi.
"Terserah kalian!" Ardi pergi meninggalkan mereka berdua lalu menuju ke kamarnya.
Melihat sikap Ardi yang seperti itu, Intan menyuruh Jessy untuk menghampiri Ardi dan menasihatinya, dia sangat yakin kalau Jessy pasti bisa melakukannya, karena Jessy lah yang sangat mengerti Ardi dari mereka.
"Tapi Tante, Jessy masih nyuci sayur ini." Sahut Jessy ketika disuruh oleh Intan.
"Biar Tante aja yang mencucinya, kamu bantuin nasihati adik kesayanganmu itu aja." pinta Intan.
Jessy kemudian menghampiri kamar Ardi lalu mengetuknya.
tok ... tok ... tok ...
Ardi tidak membukanya, dia juga tidak menyahut panggilan Jessy. Lebih dari sepuluh menit Jessy mengetuk pintunya, tapi tetap saja tidak dibukakan, sampai pada akhirnya Jessy berbicara dari luar.
"Ardi ... kalau kamu enggak bukain pintunya, aku janji bakalan menuruti satu permintaan kamu." kata Jessy.
Dari dalam Ardi kemudian mengatakan sesuatu, "Kamu janji, kan?".
"Iya, aku janji." sahut Jessy kembali.
Kemudian Ardi membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Jessy masuk. Di dalam kamar Ardi, Jessy kemudian bertanya beberapa hal tentang penilaian Ardi kepada kakak angkatnya itu.
"Ardi, apa kamu enggak suka dengan kakak angkat kamu itu? apa dia orang yang tidak baik? menurut kamu dia seperti apa?" Jessy memberikan Ardi pertanyaan yang cukup banyak.
"Ini kebiasaan buruk kamu, bertanya suatu hal tanpa jeda untuk setiap pertanyaannya." keluh Ardi.
Jessy hanya tersenyum. Kemudian Ardi menjawab satu-persatu pertanyaan Jessy, tapi sebelum itu dia menarik napas panjang terlebih dahulu.
"Pertama, aku bukannya enggak suka dengan dia, cuma aku itu enggak suka dengan mama sama papa yang sama sekali enggak beritahu aku dulu. Apalagi dia orang asing, dan juga kamu tau, kan! dari dulu aku enggak suka sama orang yang enggak ada hubungannya dengan aku, apalagi sampai seperti ini. Kedua dan ketiga aku belum tau, soalnya baru ketemu." Setelah itu Ardi langsung menuju tempat tidurnya lalu menyelimuti seluruh tubuhnya, memberi isyarat ke Jessy kalau dia sudah tidak ingin ditanya lebih banyak lagi. Jessy kemudian menarik selimut Ardi dengan paksa, lalu menatap dia tajam.
"Ardi! kamu harus dengar perkataan aku dulu. Sikap kamu itu seperti anak-anak, kalau masih umur delapan atau sepuluh tahun itu enggak masalah, tapi sekarang kamu udah tujuh belas tahun lebih!."
"Jessy, aku mau kamu kabulkan permintaan yang kamu bilang tadi, tolong hentikan ocehan mu, sesuai dengan yang kamu janjikan tadi." pinta Ardi yang kemudian menutup wajahnya dengan bantal.
"Ardi! kamu harus mendengarkan aku dulu! jangan langsung menutup wajah kamu lagi! kamu itu udah mau dewasa, masa terus seperti ini! dengar, kalau kamu seperti ini terus saat aku ngomong, siap-siap aja tidur di luar! Ardi! Lagipula aku enggak ada bilang akan menuruti permintaan kamu!" Jessy berbicara dengan suara yang cukup keras.
Kebetulan pada saat itu Edy melewati kamar Ardi, dan tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua. kemudian dia bertanya kepadanya Cherly yang saat itu juga baru tiba.
"Dek, mereka berdua bertengkar tuh, coba kamu bantu." pinta Edy.
"Udah biasa itu kak, Kak Ardi sama kak Jessy selalu seperti itu kalau kak Ardi udah buat kesalahan." kata Cherly kepadanya.
Kemudian sampai Intan telah selesai memasak makanan untuk makan malam, Jessy juga baru selesai menasihati Ardi dengan cukup keras. Dia menyuruh Ardi duduk didepannya dan mendengarkan dia tanpa berpaling sedikitpun, dan itu membuat Ardi merasa seperti disiksa. Tapi Ardi terselamatkan karena ibunya yang memanggil mereka berdua untuk makan malam, sehingga ocehan Jessy terhentikan.
...
Beberapa hari setelah itu, Ardi kini mulai terbiasa dengan kehadiran kakak angkatnya, walaupun terkadang dia menyimpan rasa tidak suka terhadapnya. Tapi karena Jessy yang cukup hebat mengurus Ardi, semua yang Ardi rasakan tadi bisa dilupakannya dengan cepat. Karena mendapatkan satu anggota keluarga baru, Intan dan suaminya membawa anak-anaknya datang ke studio foto, untuk membuat foto keluarga yang baru. Dalam foto tersebut Jessy juga ikut bergabung, karena dia meminta kepada Intan untuk menjadikan dia anak angkatnya juga, walaupun tidak secara hukum. Dan setelah hari-hari itu, Ardi kemudian menjalankan kehidupannya seperti biasa. Dia, Jessy dan Cherly berjalan-jalan ke kota hampir setiap hari, mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi selama ini, dan datang ke tempat makan yang kulinernya berbeda dari tempat lain.
...
Sekarang tiba waktunya bagi mereka berdua berangkat menuju bandara, untuk pergi ke universitas Veulla di kota Byla.
"Akhirnya ... kita tiba juga di kota ini." ujar Ardi setelah turun dari pesawat.
Ardi dan Jessy kini tiba di sebuah kota yang terkenal dengan pendidikannya yang luar biasa di negara itu. Sekarang mereka berdua sudah dijemput oleh seseorang dari universitas Veulla. Orang yang menjemput mereka berdua itu adalah calon pemimbingnya. Setelah saling berkenalan, Ardi dan Jessy masuk ke dalam mobil laki-laki itu, dan kemudian mereka berangkat. Laki-laki yang bernama Brown tersebut adalah orang yang ramah, dia sangat mudah sekali diajak bercanda oleh Ardi dan Jessy ketika masih dalam perjalanan. Dia memberitahukan kepada Ardi dan Jessy untuk menganggap dia sebagai orang tua kedua mereka di tempat ini, karena dia tau kalau mereka berdua berasal dari tempat yang jauh.
Setibanya mereka di wilayah luar Universitas Veulla, mereka disambut dengan sejumlah pohon yang ditanam dengan rapi dan cantik sebelum mereka memasuki pintu gerbang Universitas tersebut. Dan di balik gerbang itu juga terdapat gedung-gedung fakultas yang besar dan tinggi, lalu terdapat juga sebuah taman yang besar dan sebuah air mancur yang sangat besar di tengah-tengahnya. Mereka berdua sangat kagum melihat keindahan dan kebersihan universitas itu, sampai satupun sampah plastik tidak terlihat sama sekali.
Setelah sampai di asrama yang akan mereka berdua tempati, mereka bertiga disambut oleh seorang pasangan suami-istri yang sedang berdiri menunggu di depan pintu asrama.
"Selamat datang calon mahasiswa Veulla, kalian berdua adalah orang yang beruntung bisa tinggal di tempat ini, jadi silahkan ikuti kami untuk menunjukkan kamar kalian." Kedua pasangan itu mempersilahkan mereka masuk.
"Baiklah, sekarang kalian berdua ikuti pemilik tempat ini, mereka berdua adalah suami istri yang sampai sekarang belum mempunyai anak, jadi kalian pasti akan diurus dengan baik olehnya. Dan saya akan tinggalkan kalian disini, karena ada beberapa hal lainnya yang harus diurus." kata Brown kepada mereka berdua.
Kemudian Brown pergi meninggalkan mereka, dan mereka berdua mengikuti pemilik asrama itu yang menunjukkan arah kamar mereka berdua.
"Baiklah, ini kamar untuk Jessy, dan ini kamar untuk Ardi. Kalian berdua akan tidur dengan kamar yang berhadapan." Kata perempuan yang bernama Kyle tersebut sambil menunjukkan kamarnya.
Setelah mereka berdua beristirahat, Ardi kemudian berjalan keluar mengelilingi asrama tersebut, dia ingin mencuci matanya dengan pemandangan yang indah di sekitar asrama itu. Tapi pada saat sedang berjalan-jalan, ada seseorang yang menabraknya dengan sengaja.
"Aduh ... maaf, sengaja." kata perempuan itu.
Ardi tidak tau harus memberikan reaksi apa, dia berpikir apakah perempuan ini salah bicara atau bagaimana?
"Maksudnya apa?" tanya Ardi.
"Ya sengaja, mau cari maksud apa lagi?" ketus perempuan itu. "Tapi karena kamu manusia, maka aku biarkan. kenalkan nama aku Susi, perempuan yang paling cantik di tempat ini." dia menyodorkan tangannya meminta Ardi bersalaman dengannya.
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Malam ini adalah malam yang sunyi, di saat itu seorang pria sedang duduk di balkon apartemennya sambil menikmati kopi yang ia buat sendiri. Pria itu sepertinya sedang memikirkan sesuatu, sesekali dia memegang dahinya sambil berkata. "Parah! Sangat parah!" kata dia yang terus saja mengulang kalimatnya sambil sesekali menyeruput kopinya. Jam sudah menunjukkan pukul 22:00 namun pria itu masih tetap duduk termenung di tempat itu memikirkan masalahnya, sampai-sampai tidak menyadari dering ponsel yang ada di atas meja. Dia hanya terus menatap langit malam dan sesekali melihat ke arah bawah. Kemungkinan ada masalah yang sangat buruk terjadi padanya. Dering ponsel itupun terus berbunyi nampak seperti ada hal penting yang ingin disampaikan oleh seseorang. Karena sudah merasa risih mendengarnya, dia pun akhirnya menjawab telepon tersebut. "Ada kepentingan apa yang membuatmu menelepon saya malam-malam seperti ini? Sekarang sudah waktunya untuk tidur!" tegas laki-laki tersebut yang bernama len
Ardi menyetujui permintaan Billa karena terpaksa dan merasa kasihan pada temannya itu. Dia memang mempunyai perasaan cinta dengan Bila, tapi dia masih belum yakin dengan perasaannya tersebut."Sekarang cepat mandi" ujar Billa kepadanya."Kenapa?" tanya Ardi "Sekarang aja masih jam delapan pagi. Aku itu belum makan, jadi mau makan dulu baru mandi" sambungnya."Sayang..., Kamu itu harus mandi dulu baru makan. Tenang aja kalau masalah makanan nanti aku masak makanan yang saaaangat enak untuk kamu, jadi sekarang kamu harus mandi! cepat!" Suara imut dari Billa keluar menjawab perkataan Ardi tadi.Ardi terkejut dengan apa yang diucapkan temannya, dia merasa malu dengan perkataan Billa yang merayunya tersebut."Nanti aja bisa kan? Soalnya risih aku dengarnya" Ardi kemudian memalingkan wajahnya.Billa tidak mengacuhkan perkataan Ardi kemudian berdiri dan menarik tangannya dan membawa dia pergi
Setelah berada didalam, Kakak Ardi menyuruh mereka berdua untuk duduk dan menceritakan apa yang terjadi tadi.Billa duduk disamping Ardi dan kakak Ardi duduk berhadapan didepan mereka berdua. Billa berpikir ini adalah kesempatannya untuk mengambil perhatian dari kakak Ardi dan membuat Ardi menuruti semua perkataannya."Gini kak, Ardi tadi usir aku gara gara enggak ngejawab pertanyaannya aja. Lebih dari sepuluh menit aku memencet bel, tapi dia enggak keluar sama sekali" Billa membuat wajahnya menjadi murung."Kakak juga liat kamu dari tadi kok, dan lebih dari 5 menit kakak awasi kamu" jawab Kakak Ardi.Ardi tidak sanggup melihat sikap Billa tersebut, dan mengatakan kepada kakaknya apa yang sebenarnya terjadi. Kakak Ardi percaya dengan perkataan adiknya tersebut, tapi dia juga melihat sendiri Billa yang sudah cukup lama berdiri didepan pintu apartemennya Ardi tanpa dibukakan olehnya. Dan itu memb
"Susi!!" Billa terkejut ketika melihat teman yang mengejeknya ada ditempat itu "Kenapa kamu bisa ada disini? kita kan janjiannya ketemuan di mall" tambah Billa."Cuma menghabiskan waktu luang sebelum ketemuan" Ujar Susi.Billa kemudian berdiri lalu menarik Susi ke tempat yang agak jauh dari Ardi."Kamu jangan bicara hal yang enggak-enggak ya dengan Ardi nanti" Kata Billa setelah mereka berdua cukup jauh dari Ardi."Maksud kamu apa?, Ardi itu teman aku juga.Teman kuliah, akrab malahan"Billa sangat terkejut, dia menutup wajahnya dan langsung berlari kearah Ardi.Kemudian dia bertanya kepada Ardi apakah dia dan Susi adalah teman kuliah?Ardi menjawab "Iya, kami teman dekat".Billa merasa sangat menyesal sekali dengan keputusan yang dia ambil kali ini, tidak disangka, ternyata mereka berdua sudah saling kenal. Sambil menahan rasa malu, Kemudi
"Aaaaaaaaaa". Seorang anak laki-laki berteriak di atas tempat tidurnya sendiri. Dia adalah Ardi, seorang siswa SMA yang tinggal sendirian di rumahnya. Orang tuanya tinggal ditempat berbeda karena Ayahnya dipindahtugaskan oleh pemimpin perusahaan tempat Ia bekerja, dan ibu serta adiknya ikut bersama dengan ayahnya di rumah baru mereka. Ardi tidak bersama dengan mereka karena dia dalam waktu dekat ini akan mengahadapi ujian nasional, sehingga tidak memungkinkan untuk pindah sekolah untuk mengikuti keluarganya."Langit-langit ruangan yang aku kenal. Astaga, kenapa hal seindah itu harus terjadi di dalam mimpi saja. Seandainya mimpi itu bisa terjadi di kehidupanku ini". Selagi meratapi kehidupannya, ponsel Ardi berbunyi.*Kriiiiinnggg......*Dengan cepat Ardi mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari ibunya tersebut."Ada apa ma?"."Kamu udah sarapan belum? kalau
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m
Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk