Share

Chapter 4

Penulis: Mysterious man
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Susi!!" Billa terkejut ketika melihat teman yang mengejeknya ada ditempat itu "Kenapa kamu bisa ada disini? kita kan janjiannya ketemuan di mall" tambah Billa.

"Cuma menghabiskan waktu luang sebelum ketemuan" Ujar Susi.

Billa kemudian berdiri lalu menarik Susi ke tempat yang agak jauh dari Ardi.

"Kamu jangan bicara hal yang enggak-enggak ya dengan Ardi nanti" Kata Billa setelah mereka berdua cukup jauh dari Ardi.

"Maksud kamu apa?, Ardi itu teman aku juga.Teman kuliah, akrab malahan"

Billa sangat terkejut, dia menutup wajahnya dan langsung berlari kearah Ardi.

Kemudian dia bertanya kepada Ardi apakah dia dan Susi adalah teman kuliah?

Ardi menjawab "Iya, kami teman dekat".

Billa merasa sangat menyesal sekali dengan keputusan yang dia ambil kali ini, tidak disangka, ternyata mereka berdua sudah saling kenal. Sambil menahan rasa malu, Kemudian Billa duduk dibelakang Ardi dan menyembunyikan wajahnya dipunggung Ardi lalu mengatakan satu hal. "Di, tetap rahasiakan hubungan kita berdua ya, aku nggak suka diejek oleh Susi". Setelah mengatakan itu, Billa kemudian berbalik melihat Susi yang berdiri cukup jauh dari mereka berdua dan memanggilnya untuk bergabung dengan mereka.

Susi berjalan kearahnya dan mengejeknya lagi "Aku nggak nyangka sih, ternyata dua teman dekatku ini menjalin hubungan".

Billa sepertinya kali ini bisa menahan sikapnya dari perkataan Susi tadi, dan menanggapi hal tersebut dengan tenang.

"Emangnya nggak cocok ya? padahal aku merasa nyaman loh disamping Ardi" ujar Billa sambil menyenderkan kepalanya lagi ke bahu Ardi.

Ardi hanya bisa diam melihat kelakuan temannya itu, dia dilarang untuk mengatakan apapun tanpa kode dari Billa.  Pembicaraan mereka awalnya baik-baik sebelum Susi menanyakan satu pertanyaan yang membuat Ardi juga harus berbohong mengikuti Billa.

"Ardi, kapan kalian nikah? kamu masih ingat kan dengan sumpah kamu saat itu!. Kamu bilang begini, AKU TIDAK AKAN PACARAN JIKA PEREMPUAN TERSEBUT TIDAK BISA MENJADI ISTRIKU. Jadi... kapan kalian nikah, jangan-jangan itu cuma perkataan laki-laki jomblo yang merasa iri" ejek Susi.

"Kami saat ini sedang merencanakan foto prewedding, dan yah... Mungkin bulan depan resepsinya" ujar Ardi tanpa ragu. Sedangkan Billa yang ada disampingnya menatapnya dingin kepada Ardi. Dibalik tatapan itu, ada sebuah pertanyaan dibenak Billa, mengapa Ardi mengatakan hal seperti itu. Apakah harga dirinya sangat tinggi?, Jika memang benar, maka Billa kali ini menambahkan masalah baru bagi Ardi.

Setelah cukup lama mereka berbincang, mereka tidak menyadari kalau jam sudah hampir menunjukkan pukul empat jika Billa tidak melihat ponselnya saat itu.

"Eh, ternyata kita udah kelamaan duduk di sini loh, sekarang udah hampir jam empat". Kata Billa.

"Kalian aja yang enggak sadar dari tadi, aku mau kasih tau kalian berdua, cuman karena kelihatannya pembicaraannya asik sekali makanya aku diam aja" kata Ardi dengan nada mengejek.

"Wah..., pacar yang hebat, aku pastiin deh Billa, kalau Ardi ini bisa jadi suami kamu sempurna. Ya udah kalau gitu, aku pulang dulu untuk jemput Brian, kalian tunggu aja dulu. Nanti aku telepon kalau udah sama-sama dengan Brian"  kata Susi sambil memegang tas nya lalu pergi.

Setelah Susi sudah tidak terlihat, Billa meminta maaf kepada Ardi karena sudah sangat merepotkan dia kali ini. Dan juga sudah membuat dia diejek oleh Susi.

Ardi dengan wajah yang tenang mengatakan kepada Billa kalau itu bukanlah masalah yang besar untuknya, dan apa yang dikatakan Susi tadi dia anggap hanyalah candaan belaka, karena dia juga tau seperti apa sifatnya. Walaupun begitu tetap saja Billa merasa bersalah kepada Ardi.

Karena melihat wajah temannya itu murung, Ardi berniat untuk menghiburnya. Dia kemudian berdiri dan mengatakan kepada Billa untuk jangan khawatir.

"Bill..., Enggak usah terlalu memikirkannya seperti itu. Memang benar aku pernah mengatakan kepada Susi kalau aku tidak akan berpacaran jika perempuan tersebut tidak mau menikahi ku. Tapi kita saat ini sama sekali tidak menjalin sebuah hubungan,kita hanyalah berpura-pura berpacaran didepan Susi".

Billa bukannya takjub dengan maksud Ardi, tapi dia takjub kalau Ardi bisa memahami apa yang dipikirkannya saat ini.

"Aku nggak percaya ternyata kamu bisa cepat tanggap juga untuk memahami perasaanku". Ujar Billa mengejeknya.

Ardi kali ini tidak terlalu menanggapi ejekan Billa, dia hanya tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Billa berdiri dan kemudian membersihkan tempat mereka tadi.

Sekarang mereka berdua telah berada di sebuah mall yang ditentukan oleh Susi dan Billa, mereka ketemuan di restoran nomor satu yang ada di mall tersebut.

Pada saat mereka berdua memasukinya, sambutan hangat dari pelayan membuat kesan yang sangat nyaman dari restoran tersebut. Kini mereka berdua menuju ke meja tempat Brian dan Susi berada. Dari kejauhan Ardi dan Billa melihat kemesraan dari Susi dan kekasihnya, dan dia sepertinya sangat dimanjakan oleh kekasihnya itu .

Pada saat sampai di depan mereka berdua, Billa langsung duduk dan memanggil pelayan untuk segera memberikan buku menunya.

"Sabar dong Bill.. paling enggak kan kita nikmati dulu suasananya" Ujar Susi yang saat ini sedang bersender di bahu Brian, dan tangan Brian yang sedang mengusap kepalanya.

"Aku cuma mau menikmati waktu berdua bersama dengan Ardi aja, jadi lebih baik kita cepat-cepat aja makannya. Soalnya kalau berduaan sama Ardi itu lebih nyaman aja". Jawab Billa sambil membaca buku menu yang ada.

Sambil berbincang-bincang, mereka berempat menikmati makanan yang ada.

"Sudah berapa lama kalian pacaran". Tanya Susi sambil menyuapkan sepotong steak ke mulutnya.

Setelah meneguk minumannya, Billa menjawab.

"Sekitar enam bulan, kami bisa berpacaran karena sering ketemuan ditempat kerja".

Kemudian Susi bertanya kepada Ardi.

"Di, yang buat kamu menyukai Billa bagian apanya sih? Billa kan orangnya kepo sekali, dan juga dia itu tukang paksa".

Ardi menjawab "Yang aku suka dari Billa itu karena sifatnya yang lain. Dia itu baik, perhatian dan juga pengertian". Tentu saja jawaban yang diberikan Ardi itu bukanlah kebohongan, dia mengatakan apa yang dirasakannya selama ini.

Billa sebenarnya dari siang tadi merasakan ada hal yang aneh dengan Ardi, dan juga dari jawaban Ardi tadi dia sempat berpikir apakah Ardi mengatakannya dengan sungguh-sungguh atau hanya berpura-pura.

Susi hanya hanya diam setelah mendengar jawaban dari Ardi, soalnya dia juga mengetahui sifat Billa yang lainnya.

Setelah selesai makan, mereka berempat berpisah. Karena Billa tidak ingin membuat Ardi lebih tertekan, makanya dia tidak mengikuti Susi dan Brian. Dan sebagai permintaan maafnya, Billa mengajak Ardi untuk menikmati pemandangan kota dari atas mall. Ardi menyetujuinya, tapi dia tidak tau alasan Billa tersebut.

Setelah sampai di atas, Ardi takjub melihat taman yang ada di tempat terbuka tersebut, tempatnya sangat indah, yang dihiasi lampu kelap-kelip yang warna-warni, dan juga air mancur mini yang warnanya bisa berubah-ubah. Mall tersebut adalah gedung tertinggi yang ada di kota itu, sehingga siapapun bisa menikmati pemandangan yang indah dari atasnya.

Ardi merasa kalau suasana seperti ini adalah saat yang tepat bagi dia untuk melamar Billa.

Kemudian dia mengajak Billa ke tempat yang agak jauh dari keramaian, dia membawa Billa ke ujung taman tersebut.

Sebelum mengungkapkan perasaannya, Ardi menyiapkan dirinya terlebih dahulu agar tidak salah mengucapkan kata saat berbicara kepada Billa. Setelah merasa siap, akhirnya dia mengungkapkan perasaannya.

"Bill..., Aku berterima kasih atas semua bantuan yang kamu berikan selama ini, dan aku juga meminta maaf dengan sikap aku pagi tadi yang mengusir kamu. Tapi tolong kali ini kamu dengarkan dulu perkataanku dan pikirkan dengan matang sebelum kamu menyimpulkannya. A-". Billa memotong perkataan Ardi.

"Kamu mau ngomong apa sih, seperti orang yang mau mengucapkan kata-kata terakhir sebelum meninggal". 

Ardi hanya tersenyum mendengar perkataan Billa, kemudian dia melanjutkannya.

"Aku suka sama kamu, kamu mau kan menjadi tunanganku?". Dia mengatakan langsung ke intinya.

Billa terkejut dengan pernyataan Ardi tersebut, dan memalingkan tubuhnya. Dia juga merasakan hal yang aneh dengan perasaannya, padahal selama ini dia tidak memiliki perasaan apapun pada Ardi. Tapi setelah Ardi menembaknya ditempat ini, dia merasa senang.

Kemudian Billa berbalik menghadap Ardi dan memberikan jawabannya.

"Gua nggak nyangka lu bakal ngelakuin itu disini, tapi bukan berarti gua kagak punya jawaban untuk itu". Billa langsung memeluk Ardi dan melanjutkannya "Iya, aku mau sama kamu. Tapi kamu nembak aku bukan karena kejadian tadi pagi kan?, saat kamu lari telanjang".

Ardi membalas pelukan Billa dan menjawab pertanyaannya.

"Bukan kok, aku selama ini memang suka sama kamu. Dan apa yang aku katakan pada Susi tadi juga bukanlah kebohongan, itu adalah hal yang aku rasakan dari kamu selama ini". Ardi kemudian melepaskan pelukannya lalu mencondongkan badannya kepagar yang ada disampingnya. Dia ingin berteriak seperti adegan Yang ada di drama atau film-film untuk membagikan perasaan senangnya. Tapi sebelum Ardi berteriak, pagar yang menahannya tersebut terlepas dan langsung terjatuh. Ardi yang bertahan di pagar itu pun juga ikut terjauh. Selagi malayang di udara, Ardi berpikir dengan kejadian yang terjadi didepan matanya.

"Mengapa? Mengapa aku harus meninggalkan dia dengan air mata?. Disaat mendapatkan kebahagiaan, mengapa aku harus berakhir dengan kematian seperti ini. Aku ingin hidup menua bersamanya". 

Ardi terjatuh tepat didepan pintu mall. Dan hal tersebut membuat beberapa orang yang berada ditempat itu berteriak.

Bab terkait

  • Journey of Life   Chapter 5

    "Aaaaaaaaaa". Seorang anak laki-laki berteriak di atas tempat tidurnya sendiri. Dia adalah Ardi, seorang siswa SMA yang tinggal sendirian di rumahnya. Orang tuanya tinggal ditempat berbeda karena Ayahnya dipindahtugaskan oleh pemimpin perusahaan tempat Ia bekerja, dan ibu serta adiknya ikut bersama dengan ayahnya di rumah baru mereka. Ardi tidak bersama dengan mereka karena dia dalam waktu dekat ini akan mengahadapi ujian nasional, sehingga tidak memungkinkan untuk pindah sekolah untuk mengikuti keluarganya."Langit-langit ruangan yang aku kenal. Astaga, kenapa hal seindah itu harus terjadi di dalam mimpi saja. Seandainya mimpi itu bisa terjadi di kehidupanku ini". Selagi meratapi kehidupannya, ponsel Ardi berbunyi.*Kriiiiinnggg......*Dengan cepat Ardi mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari ibunya tersebut."Ada apa ma?"."Kamu udah sarapan belum? kalau

  • Journey of Life   Chapter 6

    Sambil mengusap pipinya, Ardi bertanya kepada Ariel mengapa dia melakukan hal seperti itu."Kenapa aku tiba-tiba dipukulin? kalau cuma gara-gara menguping, seharusnya jangan sampai seperti itu"."Ini bukan cuma gara-gara kamu menguping, tapi ini adalah balas dendam karena kamu sudah mengintip kami saat itu". Jawab Ariel.Henry hanya bisa melihat mereka berdua, karena untuk menjadi penengah masalah tersebut haruslah bisa berpikir dengan cepat, soalnya Ariel dan Ardi adalah orang yang cukup pintar dalam berkata-kata. Dan jika dia membela salah satu dari mereka berdua, itu hanya akan membuat masalah baru baginya. Karena tidak tau harus melakukan apa lagi, Henry dengan cepat mendekat ke arah Jessy lalu meminta tolong padanya untuk membantu dia meleraikan Ardi dan Ariel. Jessy yang juga ingin bergegas untuk pergi ke rumah temannya itu akhirnya membantu Henry meleraikan mereka berdua. Henry mengira kalau Jessy benar-benar memban

  • Journey of Life   Chapter 7

    Dalam pikiran Ardi, dia merasa ini seperti deja vu."Kenapa perkataan ini seperti pernah aku dengar?" Kata Ardi dalam benaknya. "Ma-maksud kamu apa?" Tanya Ardi kepadanya. "Kalau aku mengatakan hal seperti itu, apa yang akan kamu lakukan?. Tanya Jessy kembali. "Enggak bakalan aku terima, soalnya aku sama sekali belum kepikiran untuk menjalin hubungan". Jawab Ardi. Jessy menghela napas lalu menasihati Ardi. "Ardi, kalau kamu mengatakan hal seperti itu kepada perempuan lain, dan dia memang menyimpan perasaan kepadamu, lalu kamu menolak kembali pada saat dia mengutarakan perasaannya, itu hanya akan membuat dia berada dalam kesedihan yang mendalam. Jadi sebaiknya, kalau kamu serius ya harus serius. Jangan jadikan perasaan seseorang sebagai mainan". "Memangnya aku udah buat apa?". Tanya Ardi kembali. "Kamu itu parah sekali. Tadi pada saat dirumah Rachel, kamu bertanya ke aku apakah mau jadi pacar kamu, iya kan?".

  • Journey of Life   Chapter 8

    "Ardi, Ardi, bangun. . Kamu kenapa". Jessy menepuk-nepuk pipi Ardi agar segera bisa sadar dari tidurnya."Hah...? Jessy, kenapa aku bisa ada disini?". Tanya Ardi dengan rasa terkejut dan juga trauma."Tadi waktu aku mau ngasih makanan ini, aku dengar kamu teriak-teriak. Jadi aku masuk aja, soalnya pintu depan enggak kamu kunci. Kamu mimpi apa tadi?". Jelas Jessy sambil memberikan air yang dia ambil dari atas meja belajar Ardi.Setelah selesai minum, Ardi bertanya kembali pada Jessy."Jessy, apa kamu ada dikejar oleh preman pada saat kita pulang tadi?"."Preman? preman apa? setelah makan tadi, kita kan langsung pulang". Jawab Jessy."Syukurlah". Ardi langsung memeluk Jessy kemudian menangis. "Jessy, aku sangat takut, sangat takut. Kenapa aku selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini, kenapa?". Dengan meneteskan air matanya, Ardi masih terus memeluk Jessy dengan erat."Ardi, mimpi buruk pasti pernah di alami oleh semua orang. Aku juga

  • Journey of Life   Chapter 9

    "Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk

  • Journey of Life   Chapter 10

    "Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.

  • Journey of Life   Chapter 11

    Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m

  • Journey of Life   Chapter 12

    Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m

Bab terbaru

  • Journey of Life   Chapter 17

    Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah

  • Journey of Life   Chapter 16

    Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan

  • Journey of Life   Chapter 15

    "Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau

  • Journey of Life   Chapter 14

    Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke

  • Journey of Life   Chapter 13

    Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa

  • Journey of Life   Chapter 12

    Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m

  • Journey of Life   Chapter 11

    Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m

  • Journey of Life   Chapter 10

    "Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.

  • Journey of Life   Chapter 9

    "Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk

DMCA.com Protection Status