"Aaaaaaaaaa". Seorang anak laki-laki berteriak di atas tempat tidurnya sendiri. Dia adalah Ardi, seorang siswa SMA yang tinggal sendirian di rumahnya. Orang tuanya tinggal ditempat berbeda karena Ayahnya dipindahtugaskan oleh pemimpin perusahaan tempat Ia bekerja, dan ibu serta adiknya ikut bersama dengan ayahnya di rumah baru mereka. Ardi tidak bersama dengan mereka karena dia dalam waktu dekat ini akan mengahadapi ujian nasional, sehingga tidak memungkinkan untuk pindah sekolah untuk mengikuti keluarganya.
"Langit-langit ruangan yang aku kenal. Astaga, kenapa hal seindah itu harus terjadi di dalam mimpi saja. Seandainya mimpi itu bisa terjadi di kehidupanku ini". Selagi meratapi kehidupannya, ponsel Ardi berbunyi.
*Kriiiiinnggg......*
Dengan cepat Ardi mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari ibunya tersebut.
"Ada apa ma?".
"Kamu udah sarapan belum? kalau belum, lebih baik cepat sarapan sana, nanti terlambat datang ke sekolah".
"Sekolah apaan sih ma, hari ini kan minggu, sekolah tutup semua". Jawab Ardi dengan suara seperti orang yang ingin tidur kembali.
"Hei!! Ini hari Senin, bukan hari Minggu. Lebih baik kamu cepat mandi sana, jangan tidur terus".
Karena mendengar perkataan ibunya tadi, mata Ardi seketika langsung melek, dan dengan cepat dia mengakhiri pembicaraan dengan ibunya agar bisa segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Pada saat membuka pintu kamar, Ardi mendengar suara seorang perempuan memanggil-manggil dia. Karena sedang tergesa-gesa, Ardi menghiraukan panggilan tersebut dan langsung menuju ke arah kamar mandi.
Setelah sudah siap semua, Ardi kemudian dengan cepat bergegas untuk menuju ke sekolahnya.
Ketika dia membuka pintu rumahnya, tiba-tiba didepan pintu tersebut ada seorang anak perempuan yang menggunakan baju seragam SMA yang sama dengan sekolah miliknya. Perempuan tersebut adalah anak tetangganya, sekaligus teman Ardi sejak kecil yang selalu satu sekolahan dengan dia.
"Ardi, kamu pasti mengira hari ini masih hari Minggu kan?" Tanya perempuan itu.
Ardi menjawab sambil mengunci pintu rumahnya dan menarik perempuan itu agar bergegas untuk berangkat.
"Kalau enggak ditelepon oleh ibu aku tadi, mungkin aku nggak bakalan sekolah hari ini".
Sambil terkekeh kecil, perempuan itu mengejeknya "Ternyata tebakan aku benar, soalnya mana mungkin orang yang bernama Ardi memperhatikan tanggal dan hari".
"Sudahlah, lebih baik kita segera berangkat".
Kemudian Dia dan perempuan tersebut berangkat menggunakan motor miliknya. Perempuan yang bernama Jessy tersebut selalu berangkat bersama-sama dengan dia untuk pergi ke sekolah, saking seringnya mereka berdua bersamaan setiap berangkat sekolah, teman-teman Ardi sempat berpikir kalau mereka berdua telah berpacaran. Tapi Ardi tidak menghiraukan pemikiran teman-temannya itu, karena dia menganggap kalau apa yang mereka pikirkan hanyalah keisengan belaka.
Setelah sampai di sekolah, setelah Ardi selesai memarkirkan sepeda motornya, sahabat Ardi berteriak memanggil dia. Karena teriakan yang cukup keras, guru yang sedang berada di situ memarahi sahabatnya tersebut.
Setelah selesai melihat sahabatnya yang dinasehati oleh guru tersebut, barulah Ardi menghampiri dia dan mengejeknya.
"Gimana?, enak kan diomelin?"
"Itu enggak penting, yang penting itu, kamu mau kan! bantu aku nanti siang untuk ngajak Ariel jalan-jalan?". Tanya temannya tersebut.
"Hei!!, itu adalah kewajiban dari anda sendiri, kenapa harus bawa saya?. Lagian masalah seperti itu harus kamu lakukan sendiri, kalau bawa aku nantinya kamu bakalan di cap sebagai laki-laki pengecut oleh Ariel. Lagipula Ariel orangnya seperti itu, judes, hal yang menyinggung sedikit aja langsung marah, bahkan aku yang enggak sengaja ngintip dia ganti baju kemaren langsung dipukulin oleh pasukannya". Jawab Ardi.
"Itu kesalahan kamu sendiri, waktu itu kamu memang sengaja kan?, masa ruangan kelas yang pintunya udah jelas-jelas ditutup malah kamu buka. Kalau bukan pelajaran olahraga sih nggak papa, tapi saat itu kan mata pelajaran olahraga". Kata sahabatnya tersebut.
"Hehe, ya kamu pasti tau kan kenapa aku enggak mau bantu. Soalnya kalau ketemu sama tuh cewek, kemungkinan besar kamu bakalan di tolak". Sahut Ardi kembali yang kemudian langsung meninggalkan sahabatnya tersebut
Sahabatnya itu memahami tujuan Ardi menolak untuk membantunya. Dia juga baru sadar kalau perempuan yang dia sukai itu sedang bermusuhan dengan sahabat baiknya, sehingga dia sekarang menyiapkan tekadnya untuk memberanikan diri mengajak Ariel untuk jalan-jalan setelah pulang sekolah nanti. Sahabat Ardi tersebut tidak sadar kalau dia sudah ditinggalkan oleh Ardi, sehingga dia berteriak dan berlari untuk mengejarnya.
Setelah sampai di ruangan mereka, tangan Ardi langsung dipeluk oleh seseorang. Orang tersebut tidak lain adalah teman sekelasnya sendiri, yang dimana setiap hari membuat risih Ardi. Perempuan itu bernama Milla, dia selalu suka mengerjai Ardi, dimana ada kesempatan untuk memeluk atau bersikap romantis didekatnya, pasti perempuan itu langsung memanfaatkannya. Bukan berarti dia memiliki perasaan terhadap Ardi, tapi entah kenapa, dia selalu melakukan hal tersebut.
Ardi merasa malu ketika tangannya dipeluk oleh temannya tersebut, dan dengan segera dia melepaskan pelukan dari Milla.
"Udah lah Mil, aku tau kamu bercanda, tapi jangan seperti ini juga. Aku itu enggak enak kalau pacar kamu ngeliat hal seperti ini". Kata Ardi kepada perempuan itu.
"Untuk apa dipikirkan, lagipula pacar aku juga enggak ada di sekolah ini". Sahut Milla.
Ardi selalu mendengar jawaban yang sama ketika dia mengatakan hal seperti itu.
***
Sepulang sekolah, Ardi melihat sahabatnya sedang bersama dengan seorang perempuan didekat tempat parkir, Ardi tau kalau perempuan tersebut adalah Ariel.
"Ardi, nanti sebelum pulang, antar aku ke tempat temanku ya, soalnya ada yang harus aku selesaikan sebentar". Kata Jessy yang mengejutkannya.
"Iya, terserah kamu. Tapi tunggu sebentar ya, aku mau ngeliat hasil usaha dari Henry. Dia berhasil atau enggak, kalau dia ditolak oleh Ariel, nanti bakalan aku ketawain" Kata Ardi yang kemudian langsung berjalan mengendap-endap mendekati Henry dan Ariel.
Ardi bersembunyi di balik beberapa motor yang ada didekat situ, dan untungnya suara mereka berdua masih bisa terdengar dengan jelas di tengah kebisingan anak-anak yang mengeluarkan motor mereka.
"Ariel, hm...., kamu mau nggak jalan-jalan sama aku nanti malam?" Kata Henry memulai pembicaraan.
Ardi merasa beruntung, karena dia bisa mendengarkan pembicaraan mereka dari awal.
"Jalan-jalan? Untuk apa?". Jawab Ariel.
Ardi hampir tidak bisa menahan rasa ketawanya melihat temannya yang akan ditolak mentah-mentah oleh Ariel.
"Enggak bisa ya? Padahal aku mau merasakan pegangan tangan sama kamu, nonton bioskop, dan juga makan malam di tempat romantis". Ujar Henry.
"Gila si Henry, langsung to the point". Kata Ardi kepada dirinya sendiri.
Setelah ucapan dari Henry tadi, tiba-tiba Ariel langsung memegang kedua pipinya.
"Bukan begitu sayang..., maksud aku itu, untuk apa kamu mintanya di tempat seperti ini, kenapa enggak langsung datang aja nanti malam ke rumah, toh kamu tau sendiri kalau aku juga jarang keluar malam-malam". Kata Ariel kepada Henry.
Ardi terkejut, dia tidak mengerti apa yang sedang Ariel bicarakan. Ardi dengan Ariel selama ini tidak terlalu dekat, tidak tau oleh masalah apa, tapi Ariel selalu buang muka ketika bertemu dengan Ardi. Jadi karena itu, dia juga agak senang kalau temannya tidak berhubungan dengan perempuan yang sombong itu, sombong dalam sudut pandang Ardi.
"Mas sedang apa disini? Permisi sebentar, saya mau mengeluarkan motor saya" Kata seorang laki-laki yang sedang memegang kunci ditangannya.
Henry dan Ariel yang mendengar ada orang lain di dekat parkir itu, langsung menoleh ke arah orang tersebut. Dan mereka melihat kalau di situ ada Ardi dan seseorang yang tidak mereka kenal. Melihat hal itu, Ariel langsung menghampiri Ardi dan bertanya dengan kasar kepadanya.
"Kamu ngapain disini!? Nguping ya?" Kata Ariel dengannya.
Sebelum Ardi menjawab, laki-laki pemilik motor tadi langsung menjawab pertanyaan Ariel.
"Dia saya lihat dari tadi disini, saya pikir mau merusak motor saya". Kata laki-laki itu.
Sebelum Ardi menjawab perkataan laki-laki tadi, Jessy yang ada dibelakangnya menghampiri dia dan bertanya kepadanya. Sehingga membuat dia semakin terpojok.
"Ardi, udah belum ngupingnya, nanti teman aku kelamaan nunggu".
Ardi terlihat sangat kebingungan untuk menjawab mereka.
"Oh..., Jadi kamu menguping pembicaraan kami berdua ya?". Kata Ariel yang kemudian langsung menampar pipi Ardi. Tamparan tersebut membuat mereka yang ada di situ terkejut melihat perbuatan Ariel yang secara blak-blakan melakukannya.
Sambil mengusap pipinya, Ardi bertanya kepada Ariel mengapa dia melakukan hal seperti itu."Kenapa aku tiba-tiba dipukulin? kalau cuma gara-gara menguping, seharusnya jangan sampai seperti itu"."Ini bukan cuma gara-gara kamu menguping, tapi ini adalah balas dendam karena kamu sudah mengintip kami saat itu". Jawab Ariel.Henry hanya bisa melihat mereka berdua, karena untuk menjadi penengah masalah tersebut haruslah bisa berpikir dengan cepat, soalnya Ariel dan Ardi adalah orang yang cukup pintar dalam berkata-kata. Dan jika dia membela salah satu dari mereka berdua, itu hanya akan membuat masalah baru baginya. Karena tidak tau harus melakukan apa lagi, Henry dengan cepat mendekat ke arah Jessy lalu meminta tolong padanya untuk membantu dia meleraikan Ardi dan Ariel. Jessy yang juga ingin bergegas untuk pergi ke rumah temannya itu akhirnya membantu Henry meleraikan mereka berdua. Henry mengira kalau Jessy benar-benar memban
Dalam pikiran Ardi, dia merasa ini seperti deja vu."Kenapa perkataan ini seperti pernah aku dengar?" Kata Ardi dalam benaknya. "Ma-maksud kamu apa?" Tanya Ardi kepadanya. "Kalau aku mengatakan hal seperti itu, apa yang akan kamu lakukan?. Tanya Jessy kembali. "Enggak bakalan aku terima, soalnya aku sama sekali belum kepikiran untuk menjalin hubungan". Jawab Ardi. Jessy menghela napas lalu menasihati Ardi. "Ardi, kalau kamu mengatakan hal seperti itu kepada perempuan lain, dan dia memang menyimpan perasaan kepadamu, lalu kamu menolak kembali pada saat dia mengutarakan perasaannya, itu hanya akan membuat dia berada dalam kesedihan yang mendalam. Jadi sebaiknya, kalau kamu serius ya harus serius. Jangan jadikan perasaan seseorang sebagai mainan". "Memangnya aku udah buat apa?". Tanya Ardi kembali. "Kamu itu parah sekali. Tadi pada saat dirumah Rachel, kamu bertanya ke aku apakah mau jadi pacar kamu, iya kan?".
"Ardi, Ardi, bangun. . Kamu kenapa". Jessy menepuk-nepuk pipi Ardi agar segera bisa sadar dari tidurnya."Hah...? Jessy, kenapa aku bisa ada disini?". Tanya Ardi dengan rasa terkejut dan juga trauma."Tadi waktu aku mau ngasih makanan ini, aku dengar kamu teriak-teriak. Jadi aku masuk aja, soalnya pintu depan enggak kamu kunci. Kamu mimpi apa tadi?". Jelas Jessy sambil memberikan air yang dia ambil dari atas meja belajar Ardi.Setelah selesai minum, Ardi bertanya kembali pada Jessy."Jessy, apa kamu ada dikejar oleh preman pada saat kita pulang tadi?"."Preman? preman apa? setelah makan tadi, kita kan langsung pulang". Jawab Jessy."Syukurlah". Ardi langsung memeluk Jessy kemudian menangis. "Jessy, aku sangat takut, sangat takut. Kenapa aku selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini, kenapa?". Dengan meneteskan air matanya, Ardi masih terus memeluk Jessy dengan erat."Ardi, mimpi buruk pasti pernah di alami oleh semua orang. Aku juga
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m
Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk