Share

Chapter 8

Author: Mysterious man
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ardi, Ardi, bangun. . Kamu kenapa". Jessy menepuk-nepuk pipi Ardi agar segera bisa sadar dari tidurnya.

"Hah...? Jessy, kenapa aku bisa ada disini?". Tanya Ardi dengan rasa terkejut dan juga trauma.

"Tadi waktu aku mau ngasih makanan ini, aku dengar kamu teriak-teriak. Jadi aku masuk aja, soalnya pintu depan enggak kamu kunci. Kamu mimpi apa tadi?". Jelas Jessy sambil memberikan air yang dia ambil dari atas meja belajar Ardi.

Setelah selesai minum, Ardi bertanya kembali pada Jessy.

"Jessy, apa kamu ada dikejar oleh preman pada saat kita pulang tadi?". 

"Preman? preman apa? setelah makan tadi, kita kan langsung pulang". Jawab Jessy.

"Syukurlah". Ardi langsung memeluk Jessy kemudian menangis. "Jessy, aku sangat takut, sangat takut. Kenapa aku selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini, kenapa?". Dengan meneteskan air matanya, Ardi masih terus memeluk Jessy dengan erat.

"Ardi, mimpi buruk pasti pernah di alami oleh semua orang. Aku juga sering mengalami mimpi buruk". Jawab Jessy menenangkan Ardi.

"Tapi, mimpi ini berbe-  hik -da daripada mimpi buruk lainnya yang pernah aku alami. Hik,  Ini sangat mengerikan, aku..., aku takut sekali". Kata Ardi yang perkataannya terpotong-potong karena sambil menangis tersedu.

Jessy menenangkan Ardi, dia memeluk Ardi dengan lebih erat lagi, sambil mengusap rambutnya, Jessy menenangkan dia lagi.

"Sudah, lebih baik kamu cuci muka, mandi, lalu makan. Ini sudah malam, dan nanti aku temani  kamu untuk makan malam". Ardi kemudian menuruti perkataan Jessy, dan kemudian mengambil handuknya lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, dan memasang pakaiannya, Ardi menghampiri Jessy yang saat ini tengah menyiapkan makanan di atas meja untuknya.

"Gimana? Perasaan kamu udah mendingan kan?". Ujar Jessy.

"Lumayan".

Setelah itu, mereka berdua makan malam bersama.

Tanpa menanyakan apapun, Jessy menatap Ardi yang sedang menikmati makanannya. Dia memikirkan apa yang sebenarnya Ardi mimpikan tadi, tapi dia tidak ingin menanyakan hal tersebut agar Ardi tidak kembali merasa takut. Selama mereka berdua berteman, baru kali ini dia melihat Ardi begitu ketakutan sampai menangis. 

Ardi baru menyadari kalau dia dari tadi ditatap oleh Jessy, lalu dia langsung membalikkan badannya kemudian melanjutkan makannya.

"Kenapa makannya gitu? Kayak aku mau minta aja". Ujar Jessy kepadanya.

"Soalnya tatapan kamu itu menganggu". 

Jessy tertawa mendengar perkataannya, kemudian menyuruh Ardi untuk makan seperti biasa di atas meja.

"Sudahlah, enggak usah dipikirin. Perasaan kamu gimana? Apa udah mendingan?". Tanya Jessy dengan sedikit ragu. Dia takut jika Ardi tiba-tiba merasa trauma kembali.

"Aku masih agak takut, mimpi kali ini sangat mengerikan. Jessy, apa kamu mau temani aku tidur malam ini?. Aku takut sekali". Tanya Ardi dengan suara yang agak kecil, dia merasa malu meminta pertolongan seperti itu kepada seorang perempuan.

"Hah?".

 Jessy tau ini adalah permintaan yang sangat aneh, soalnya apa yang harus dia katakan kepada orang tuanya jika dia menginap di rumah Ardi. Dan juga, mereka berdua sama sekali tidak memiliki hubungan apapun. Tapi Jessy cukup paham dengan perasaan Ardi, dan dia tau kalau temannya itu tidak pernah berpikiran yang buruk ataupun negatif kepada setiap orang. Tapi jika rasa usilnya muncul, maka hal itu sudah tidak berlaku lagi.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Jessy mengabulkan permintaan Ardi. Tapi sebelum itu dia menelepon ibunya terlebih dahulu. "Ma, apa aku boleh menginap di tempat Ardi malam ini?. Dia sepertinya mengalami trauma dengan mimpinya, apalagi dia di rumah sendirian". 

"Kalau Ardi berani macam-macam, gunakan aja langsung ilmu beladiri yang pernah kamu pelajari di kegiatan ekstrakurikuler selama ini". Kata ibu Jessy dengan nada mengejek.

"Mama bisa aja, ya udah kalau gitu. Aku tutup teleponnya, dah ma". 

  

Setelah mendapatkan persetujuan dari ibunya, Jessy kemudian mengatakan suatu syarat untuk Ardi.

"Aku mau aja tidur satu kamar sama kamu, tapi tempat tidurnya harus berbeda. Dan juga, aku mau tempat tidur aku itu yang empuk". 

"Baik, akan aku siapkan untuk kamu". Jawab Ardi dengan rasa senang.

Setelah selesai makan, Ardi langsung mendatangi kamar tidur milik adiknya dulu, dan kemudian memindahkan tempat tidur milik adiknya ke kamarnya untuk Jessy. Tempat tidur itu memiliki roda pada setiap kakinya, sehingga tidak terlalu sulit bagi Ardi untuk memindahkannya seorang diri.

Setelah itu, mereka berdua saling bercerita cukup lama sampai tidak sadar kalau jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Karena melihat Jessy yang sudah menguap, akhirnya Ardi menyuruh dia untuk segera tidur. 

Keesokan paginya, mereka kemudian pergi ke sekolah seperti biasanya, dan juga menjalankan kegiatan sekolah seperti biasanya. Tapi, pada saat perjalanan pulang, ada hal aneh yang terjadi pada Ardi.

Pada saat pulang, dia melihat seorang anak yang di disiksa oleh beberapa orang. Anak itu di tendang-tendang dan bahkan dipukul menggunakan balok kayu. Ardi  melihat kejadian yang ada didepannya saat ini sama seperti mimpinya kemarin, sehingga membuat dia tidak berani menolong anak itu. Tapi Jessy yang ada di belakangnya tidak tega melihat anak yang seumuran dengan mereka itu di hajar oleh orang yang berbadan cukup besar, sehingga dia menyuruh Ardi untuk segera berhenti dan menolong dia. Tapi  Ardi menolak, dia tidak ingin menolong seorang anak yang suka mencari masalah. Jessy tidak tau darimana Ardi bisa tau kalau anak itu yang lebih dulu mencari masalah, karena alasan Ardi yang tidak jelas itu, Jessy bersikeras, dan memaksa dia untuk segera menolongnya, dan mau tidak mau Ardi memberhentikan motornya dan mencoba untuk menolong anak tersebut.

Setelah turun dari motor, Ardi mendekati mereka bertiga, dan mencoba berbicara secara halus untuk membantu anak itu menyelesaikan masalahnya. Pada saat ketiga orang itu berbalik dan melihat Ardi, betapa terkejutnya dia melihat wajah dari orang tersebut. Dia ingat betul dengan wajah dari preman yang ada mimpinya kemarin. Karena melihat Ardi yang berani menganggu mereka, salah satu dari mereka mendekati Ardi, dan mencoba untuk menghajarnya juga. Jessy yang sedang duduk di motor Ardi melihat kalau temannya itu akan dihajar oleh mereka, sehingga dia dengan cepat berlari dan memukul orang yang mendekati Ardi  sampai tidak sadarkan diri. Karena Jessy sudah mendapatkan sabuk hitam, jadi dia cukup terlatih dalam bela diri.

Dan Jessy juga menghajar dua orang lainnya sampai pingsan juga.

"Luar biasa, ternyata ada anak sekolahan yang bisa memukuli orang dewasa seperti ini sampai tidak sadarkan diri. Kamu hebat sekali". Kata anak laki-laki itu.

Dengan merasa takut, Ardi mencoba bertanya nama dari anak itu.

"Nama kamu siapa, dan apa hubungan kamu dengan para mafia ini?". Tanya Ardi sambil mendekati dia.

"Wah, kamu ini peramal ya? Soalnya bisa tau kalau mereka adalah mafia, hebat!". Kata anak itu sambil memberikan jempolnya kepada Ardi "Nama aku Nathan, seseorang yang sangat bosan dengan kehidupan sehari-hari yang tidak pernah berubah". 

Setelah mendengar namanya, Ardi merasa sangat syok. 

Related chapters

  • Journey of Life   Chapter 9

    "Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk

  • Journey of Life   Chapter 10

    "Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.

  • Journey of Life   Chapter 11

    Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m

  • Journey of Life   Chapter 12

    Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m

  • Journey of Life   Chapter 13

    Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa

  • Journey of Life   Chapter 14

    Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke

  • Journey of Life   Chapter 15

    "Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau

  • Journey of Life   Chapter 16

    Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan

Latest chapter

  • Journey of Life   Chapter 17

    Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah

  • Journey of Life   Chapter 16

    Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan

  • Journey of Life   Chapter 15

    "Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau

  • Journey of Life   Chapter 14

    Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke

  • Journey of Life   Chapter 13

    Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa

  • Journey of Life   Chapter 12

    Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m

  • Journey of Life   Chapter 11

    Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m

  • Journey of Life   Chapter 10

    "Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.

  • Journey of Life   Chapter 9

    "Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk

DMCA.com Protection Status