Ardi menyetujui permintaan Billa karena terpaksa dan merasa kasihan pada temannya itu. Dia memang mempunyai perasaan cinta dengan Bila, tapi dia masih belum yakin dengan perasaannya tersebut.
"Sekarang cepat mandi" ujar Billa kepadanya.
"Kenapa?" tanya Ardi "Sekarang aja masih jam delapan pagi. Aku itu belum makan, jadi mau makan dulu baru mandi" sambungnya.
"Sayang..., Kamu itu harus mandi dulu baru makan. Tenang aja kalau masalah makanan nanti aku masak makanan yang saaaangat enak untuk kamu, jadi sekarang kamu harus mandi! cepat!" Suara imut dari Billa keluar menjawab perkataan Ardi tadi.
Ardi terkejut dengan apa yang diucapkan temannya, dia merasa malu dengan perkataan Billa yang merayunya tersebut.
"Nanti aja bisa kan? Soalnya risih aku dengarnya" Ardi kemudian memalingkan wajahnya.
Billa tidak mengacuhkan perkataan Ardi kemudian berdiri dan menarik tangannya dan membawa dia pergi ke kamar mandi.
Sesampainya disana, Billa langsung menutup pintu dari luar dan mengurung Ardi di kamar mandi tersebut.
"Sekarang cepat kunci pintunya dan mandi, kalau enggak nggak bakalan aku buka!. Dan aku nggak bakalan masak untuk kamu!" Ujar Billa sambil berteriak.
Ardi hanya bisa menuruti perkataan temannya, kemudian mandi. Billa yang sudah mendengar gemericik air dari luar kini mulai berjalan kearah kulkas untuk melihat bahan-bahan yang masih tersisa untuk dimasak.
Saat melihat isi kulkas Ardi, dia terkejut "Wah.., ternyata anak ini punya bahan yang lengkap juga ya" ujar Billa.
Lalu dia mengambil bahan-bahan yang ada untuk mulai memasak. Billa pertama-tama memotong bawang, lalu membersihkan ikan dan juga membersihkan daging ayam yang ada. Lalu dia mulai merebus semuanya.
Ardi kini telah selesai mandi, tapi dia lupa untuk membawa handuk dan pakaiannya juga sudah basah. Kemudian dia berteriak kepada Billa.
"Bil..., Tolong ambilkan handukku di kamar, aku lupa ngambilnya tadi. Dan itu semua gara-gara kamu yang langsung nguncinya tadi".
"Hah!, ambil sendiri lah, aku lagi goreng ayam ini. Tinggal lari keluar apa susahnya" Keluh Billa.
Jika dapur dan kamar mandi berada ditempat yang berbeda, pasti Ardi sudah melakukannya dari tadi. Tapi di apartemennya ini, kamar mandi berada disamping tempat masak, jadi jika Ardi keluar sekarang maka Billa pasti bisa melihatnya.
"Bil, coba liat dimana posisi dapur dan juga kamar mandi. Kalau aku keluar sekarang, pasti kamu bisa ngeliat aku kan?" Jawab Ardi.
"Ya udah, kalau mau ditunggu, tunggu aja dulu. Saat ini aku lagi masak sayang, jadi tolong perhatiannya juga" Billa membuat suara imutnya lagi.
Ardi pun menuruti lagi perkataan temannya dan mengalah untuk menunggu Billa selesai masak.
Lebih dari 5 menit Ardi menunggu, dan saat dia memanggil Billa kembali, tidak ada jawaban. Setelah berkali-kali dia berteriak, akhirnya Billa menyahutnya.
"Woi sabar lah!!! handuk Lo itu kagak gua tau dimana, lu aja cari sana sendiri, keluar aja. Gua keluar dulu." Billa kemudian keluar dan menunggu didepan pintu dengan kesal.
"Dasar, dimana sih dia simpa handukya itu, dicari-cari enggak ketemu" keluhnya.
Sudah beberapa menit berlalu, Billa kemudian masuk kembali. Setelah membuka pintu, dia tanpa sengaja melihat Ardi berjalan keluar tanpa busana, dan itu membuatnya berteriak.
Ardi juga terkejut karena teriakannya Billa dan dengan cepat berlari ke kamarnya untuk segera memasang pakaian.
Billa yang telah melihat hal memalukan tersebut kini kembali memasak. Tapi wajahnya terlihat sangat kemerahan karena malu, dan kejadian tadi terngiang-ngiang di kepalanya.
Ardi yang telah selesai memasang pakaiannya kini keluar dari kamar lalu duduk di sofa untuk menunggu masakan Billa. Dia dan Billa sama sekali tidak berbicara, kejadian tadi membuat mereka berdua merasa canggung.
Sambil menonton dan memakan cemilan yang dibawa Billa tadi, Ardi mulai membukakan suara untuk mengusir rasa canggung mereka berdua.
"Bill, teman yang kamu saingi itu siapa? Dan dia kerja apa?" tanya Ardi.
"Ehh.., dia teman aku sejak kecil, dan sekarang dia kerja di sebuah perusahaan yang enggak aku tau namanya" Jawab Billa dengan agak malu karena masih mengingat kejadian tadi.
Setelah itu keadaan pun kembali hening, yang terdengar hanya suara dari piring yang Billa siapkan diatas meja. Dipikiran Billa saat ini, dia masih saja mengingat kejadian tadi.
Setelah semua makanan telah tersaji dimeja, Billa kemudian memanggil Ardi untuk makan. Dan Ardi pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke meja makan untuk makan bersama dengan Billa.
Pada saat makan, Ardi melihat wajah Billa secarar sekilas nampak sangat memerah, seperti wajah yang baru saja ditampar.
"Wajah kamu kenapa merah begitu?" Tanya Ardi.
"Nggak papa kok, ini karena gatal tadi, makanya aku garuk sampai merah" jawab Billa.
Ardi yang kurang peka dengan temannya tersebut kini melanjutkan makannya dan tidak terlalu memikirkan lagi sikap Billa. Namun disaat seperti itu, Billa mengatakan suatu hal.
"Di, punya lu lumayan juga ya".
Sebelum mengatakan apapun, Ardi memikirkan dulu maksud perkataan Billa tadi. Setelah mengetahui apa dimaksud oleh Billa, Ardi terkejut.
"Ehhh, coba jangan kamu ungkit lagi. Padahal udah aku lupain tadi, tapi sekarang malah diingatkan" Jawab Ardi kesal.
"Telat!" Billa sangat kesal dengan keterlambatan Ardi untuk memahami maksudnya. "Coba tingkatkan lagi pemahamanmu untuk mengerti bahasa isyarat orang lain. Nanti kamu juga harus mengerti kode yang aku kasih, agar dia bisa cemburu kerena kedekatan dan kemesraan kita berdua, ingat itu!".
Ardi hanya mengangguk dan mengiyakan perkataan Billa. Setelah mengetahui jawaban Ardi, dia kemudian menjelaskan apa yang harus dilakukannya pada saat double date nanti.
Setelah cukup lama Billa menjelaskan tugasnya, Ardi menanyakan kepada Billa kapan mereka berangkat.
"Kita berangkatnya kapan?".
"Nanti sore jam 4".
"Sampai kapan kamu disini?".
"Sampai urusan kita selesai".
Ardi mengeluh setelah mendengar jawaban Billa, soalnya pada saat libur begini dia ingin menenangkan dirinya. Tapi disaat seperti ini ada juga orang yang membenci ketenangan.
*Pukul 12 Siang*
Billa mengacuhkan pertanyaan Ardi lagi dan terus melanjutkan menonton drama yang dia putarkan di televisi Ardi.
Ini sudah yang kesekian kalinya Billa mengacuhkan dia, dan itu membuatnya marah.
"Bill, kalau memang nggak niat mending jawab langsung aja, daripada buat aku emosi seperti ini" Kata Ardi kepada Billa.
"Cuman begitu aja lu udah marah" ujar Billa meledeknya.
'Ini untuk yang terakhirnya, kalau sekali lagi kamu enggak jawab pertanyaan yang aku ajukan, mending pulang aja. Daripada nganggu aku yang ingin istirahat, dan janji untuk menjadi pacar sementara kamu aku batalkan juga" tegas Ardi.
Sikap Billa langsung berubah setelah mendengar perkataan Ardi, dan menatapnya sambil mengernyitkan dahinya.
"Pertanyaanmu itu nggak terlalu berguna tau nggak?" Ucap Billa dengan nada kesal.
"Oke, kalau pertanyaanku tidak berguna, lebih baik kamu pulang aja. Cepat pulang sana, aku mau istirahat hari ini" Tegas Ardi kembali.
Kemudian Ardi menarik paksa tangan Billa dan membawanya ke depan pintu untuk mengusirnya.
Billa merengek seperti anak kecil setelah berada diluar dan menangis untuk mencari menarik perhatian orang yang ada disekitarnya agar Ardi kembali membawanya masuk. Tapi Ardi tidak peduli dan bahkan akan menutup pintu tersebut. Melihat hal itu, Billa kemudian benar-benar memohon pada Ardi untuk tidak mengusirnya, tapi Ardi sama sekali tidak peduli dan pintu tersebut tetap ditutupnya.
Billa memencet bel di pintu itu terus-menerus selama 30 menit, tapi Ardi sama sekali tidak membukanya, sampai ada seseorang yang datang dan bertanya kepada Billa.
"Mbak sedang apa? apakah ada orang didalamnya?" tanya perempuan itu.
"Kami baru jadian, tapi dia langsung mengusirku" Billa berbohong padanya.
Setelah mendengar perkataannya, perempuan tersebut sepertinya marah dan menggedor-gedorkan pintu apartemen Ardi.
Karena membuat risih telinganya, Ardi terpaksa bangun dari tempat tidurnya dan membukakan pintu lalu Berniat untuk memarahi Billa.
Pada saat pintu tersebut sudah terbuka, Ardi langsung memarahinya, tapi setelah dia melihat seseorang lagi disamping Billa, Ardi terdiam dan tidak mengucapkan satu katapun.
"Kenapa, langsung diam seperti itu. Baru punya pacar sudah langsung dicampakkan. Apa seperti itu mamah ngajarin kamu?" tanya perempuan itu yang tidak lain adalah kakak Ardi.
Karena saking terkejutnya melihat kakaknya sendiri, Ardi tidak mengucapkan apa-apa selain minta maaf.
"Maaf"
Karena hanya mendengar kata itu, kakaknya Ardi memarahinya kembali.
"Kamu pikir minta maaf itu cukup? Sekarang coba bawa dia jalan-jalan, kasian dari tadi kakak liat dia pencet bel terus. Jadi sekarang saatnya kamu tebus kesalahanmu"
Tapi Ardi mengatakan kepada kakaknya kalau mereka berdua akan kencan jam 4 nanti sore, dan menyarankan Kakaknya untuk saat ini istirahat terlebih dahulu.
Kakak Ardi tersebut menyetujuinya dan mengajak Billa bersama dengan dia untuk masuk ke apartemen Ardi.
Setelah berada didalam, Kakak Ardi menyuruh mereka berdua untuk duduk dan menceritakan apa yang terjadi tadi.Billa duduk disamping Ardi dan kakak Ardi duduk berhadapan didepan mereka berdua. Billa berpikir ini adalah kesempatannya untuk mengambil perhatian dari kakak Ardi dan membuat Ardi menuruti semua perkataannya."Gini kak, Ardi tadi usir aku gara gara enggak ngejawab pertanyaannya aja. Lebih dari sepuluh menit aku memencet bel, tapi dia enggak keluar sama sekali" Billa membuat wajahnya menjadi murung."Kakak juga liat kamu dari tadi kok, dan lebih dari 5 menit kakak awasi kamu" jawab Kakak Ardi.Ardi tidak sanggup melihat sikap Billa tersebut, dan mengatakan kepada kakaknya apa yang sebenarnya terjadi. Kakak Ardi percaya dengan perkataan adiknya tersebut, tapi dia juga melihat sendiri Billa yang sudah cukup lama berdiri didepan pintu apartemennya Ardi tanpa dibukakan olehnya. Dan itu memb
"Susi!!" Billa terkejut ketika melihat teman yang mengejeknya ada ditempat itu "Kenapa kamu bisa ada disini? kita kan janjiannya ketemuan di mall" tambah Billa."Cuma menghabiskan waktu luang sebelum ketemuan" Ujar Susi.Billa kemudian berdiri lalu menarik Susi ke tempat yang agak jauh dari Ardi."Kamu jangan bicara hal yang enggak-enggak ya dengan Ardi nanti" Kata Billa setelah mereka berdua cukup jauh dari Ardi."Maksud kamu apa?, Ardi itu teman aku juga.Teman kuliah, akrab malahan"Billa sangat terkejut, dia menutup wajahnya dan langsung berlari kearah Ardi.Kemudian dia bertanya kepada Ardi apakah dia dan Susi adalah teman kuliah?Ardi menjawab "Iya, kami teman dekat".Billa merasa sangat menyesal sekali dengan keputusan yang dia ambil kali ini, tidak disangka, ternyata mereka berdua sudah saling kenal. Sambil menahan rasa malu, Kemudi
"Aaaaaaaaaa". Seorang anak laki-laki berteriak di atas tempat tidurnya sendiri. Dia adalah Ardi, seorang siswa SMA yang tinggal sendirian di rumahnya. Orang tuanya tinggal ditempat berbeda karena Ayahnya dipindahtugaskan oleh pemimpin perusahaan tempat Ia bekerja, dan ibu serta adiknya ikut bersama dengan ayahnya di rumah baru mereka. Ardi tidak bersama dengan mereka karena dia dalam waktu dekat ini akan mengahadapi ujian nasional, sehingga tidak memungkinkan untuk pindah sekolah untuk mengikuti keluarganya."Langit-langit ruangan yang aku kenal. Astaga, kenapa hal seindah itu harus terjadi di dalam mimpi saja. Seandainya mimpi itu bisa terjadi di kehidupanku ini". Selagi meratapi kehidupannya, ponsel Ardi berbunyi.*Kriiiiinnggg......*Dengan cepat Ardi mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari ibunya tersebut."Ada apa ma?"."Kamu udah sarapan belum? kalau
Sambil mengusap pipinya, Ardi bertanya kepada Ariel mengapa dia melakukan hal seperti itu."Kenapa aku tiba-tiba dipukulin? kalau cuma gara-gara menguping, seharusnya jangan sampai seperti itu"."Ini bukan cuma gara-gara kamu menguping, tapi ini adalah balas dendam karena kamu sudah mengintip kami saat itu". Jawab Ariel.Henry hanya bisa melihat mereka berdua, karena untuk menjadi penengah masalah tersebut haruslah bisa berpikir dengan cepat, soalnya Ariel dan Ardi adalah orang yang cukup pintar dalam berkata-kata. Dan jika dia membela salah satu dari mereka berdua, itu hanya akan membuat masalah baru baginya. Karena tidak tau harus melakukan apa lagi, Henry dengan cepat mendekat ke arah Jessy lalu meminta tolong padanya untuk membantu dia meleraikan Ardi dan Ariel. Jessy yang juga ingin bergegas untuk pergi ke rumah temannya itu akhirnya membantu Henry meleraikan mereka berdua. Henry mengira kalau Jessy benar-benar memban
Dalam pikiran Ardi, dia merasa ini seperti deja vu."Kenapa perkataan ini seperti pernah aku dengar?" Kata Ardi dalam benaknya. "Ma-maksud kamu apa?" Tanya Ardi kepadanya. "Kalau aku mengatakan hal seperti itu, apa yang akan kamu lakukan?. Tanya Jessy kembali. "Enggak bakalan aku terima, soalnya aku sama sekali belum kepikiran untuk menjalin hubungan". Jawab Ardi. Jessy menghela napas lalu menasihati Ardi. "Ardi, kalau kamu mengatakan hal seperti itu kepada perempuan lain, dan dia memang menyimpan perasaan kepadamu, lalu kamu menolak kembali pada saat dia mengutarakan perasaannya, itu hanya akan membuat dia berada dalam kesedihan yang mendalam. Jadi sebaiknya, kalau kamu serius ya harus serius. Jangan jadikan perasaan seseorang sebagai mainan". "Memangnya aku udah buat apa?". Tanya Ardi kembali. "Kamu itu parah sekali. Tadi pada saat dirumah Rachel, kamu bertanya ke aku apakah mau jadi pacar kamu, iya kan?".
"Ardi, Ardi, bangun. . Kamu kenapa". Jessy menepuk-nepuk pipi Ardi agar segera bisa sadar dari tidurnya."Hah...? Jessy, kenapa aku bisa ada disini?". Tanya Ardi dengan rasa terkejut dan juga trauma."Tadi waktu aku mau ngasih makanan ini, aku dengar kamu teriak-teriak. Jadi aku masuk aja, soalnya pintu depan enggak kamu kunci. Kamu mimpi apa tadi?". Jelas Jessy sambil memberikan air yang dia ambil dari atas meja belajar Ardi.Setelah selesai minum, Ardi bertanya kembali pada Jessy."Jessy, apa kamu ada dikejar oleh preman pada saat kita pulang tadi?"."Preman? preman apa? setelah makan tadi, kita kan langsung pulang". Jawab Jessy."Syukurlah". Ardi langsung memeluk Jessy kemudian menangis. "Jessy, aku sangat takut, sangat takut. Kenapa aku selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini, kenapa?". Dengan meneteskan air matanya, Ardi masih terus memeluk Jessy dengan erat."Ardi, mimpi buruk pasti pernah di alami oleh semua orang. Aku juga
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m
Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk