Malam ini adalah malam yang sunyi, di saat itu seorang pria sedang duduk di balkon apartemennya sambil menikmati kopi yang ia buat sendiri. Pria itu sepertinya sedang memikirkan sesuatu, sesekali dia memegang dahinya sambil berkata.
"Parah! Sangat parah!" kata dia yang terus saja mengulang kalimatnya sambil sesekali menyeruput kopinya.Jam sudah menunjukkan pukul 22:00 namun pria itu masih tetap duduk termenung di tempat itu memikirkan masalahnya, sampai-sampai tidak menyadari dering ponsel yang ada di atas meja. Dia hanya terus menatap langit malam dan sesekali melihat ke arah bawah. Kemungkinan ada masalah yang sangat buruk terjadi padanya. Dering ponsel itupun terus berbunyi nampak seperti ada hal penting yang ingin disampaikan oleh seseorang. Karena sudah merasa risih mendengarnya, dia pun akhirnya menjawab telepon tersebut."Ada kepentingan apa yang membuatmu menelepon saya malam-malam seperti ini? Sekarang sudah waktunya untuk tidur!" tegas laki-laki tersebut yang bernama lengkap Ardi."Eh gua tau lu belum tidur, apalagi dengan terjadinya masalah tadi. Ingat Ardi, lu jangan terlalu memikirkan kejadian itu...."Kata seorang perempuan yang ada dibalik telepon. Dia sepertinya sangat memahami apa yang terjadi dengan Ardi.Sambil menghela nafas panjang, Ardi mengeluarkan ucapannya."Terima kasih sudah perhatian dengan saya. Kalau begitu sampai jumpa!"*Tut...*Suara ponsel itu dimatikan oleh Ardi. Berkat perempuan barusan, sepertinya beban pikirannya agak berkurang walaupun wajahnya masih kelihatan murung. Dia bangun dari tempat duduknya lalu berjalan menuju kearah dapur untuk meletakkan gelasnya, disaat itu juga ada pesan masuk ke ponselnya, kemungkinan pesan tersebut dari wanita yang tadi. Dia membaca pesan itu sambil berjalan menuju ketempat tidur."Ardi dengarkan ini baik-baik, hanya gua perempuan paling baik sama lu, jadi jangan lu abaikan gua. Kalau masalah tadi siang sangat membuat lu gelisah, takut, datang ke gua, akan gua dengarkan seluruh cerita lu. Lagipula siang tadi itu karena keteledoran Arif juga, jadi sepenuhnya bukan salah lu.""Huh!" Membuang nafas kasar, lalu kembali berkata. "Biarkan saya tenang dulu Billa." Dia menyebutkan nama seseorang, kemungkinan nama itu adalah milik perempuan tadi.Ketika sampai ditempat tidurnya ia langsung berbaring dan menutup matanya berharap esok pagi ketika Ardi terbangun, semua masalahnya lenyap begitu saja.***Suara bel yang berisik membuat Ardi terbangun dari tidurnya,dia sempat bergumam sedikit"Cih, hari libur begini masih ada aja yang mengganggu" Ardi yang nyawanya masih belum terkumpul sempurna dan dengan tampang acak-acakan terpaksa beranjak dari situ, agar segera membukakan pintu Apartemennya.Pada saat pintu itu terbuka, tiba tiba seorang perempuan langsung memarahi nya"Sudah setengah jam gua tunggu sambil tekan bel, kenapa lama sekali dibuka!" Perempuan tersebut bernama Billa, dia yang tadi malam menelepon Ardi."Ini hari libur, jadi bangun terlambatambat itu wajar" sahut Ardi. Dia masih agak terkejut bagaimana teman kerjanya itu datang jauh jauh hanya untuk menemuinya.Tempat kerja Ardi sangatlah jauh dari rumahnya, dia sebenarnya sudah berniat untuk pindah apartemen, tapi karena diberitahukan bahwa dia akan dipindahkan ke kota lain bersama dengan Billa, niatnya dia urungkan.Pada saat Ardi ingin melontarkan pertanyaan, kenapa temannya tersebut datang kemari, perempuan itu terlebih dahulu memberitahukan alasannya."Jadi gini, gua kemari cuma untuk mendengarkan cerita lu aja, biar beban pikiran lu berkurang sedikit. Ya walaupun rasa malunya akan susah hilang"Ardi tersenyum melihat rekan kerjanya yang sangat baik sekali pada dia. Billa adalah orang pertama yang akrab dengan Ardi pada saat dia diterima menjadi karyawan Bank, perempuan itu memang sangat baik pada siapapun dan sering menolong karyawan yang lain jika mengalami kesulitan dalam pekerjaannya.Kemarin, ketika ada rapat di kantor mereka, Ardi melakukan sebuah kesalahan. Pada saat ingin menunjukkan rencananya untuk meningkatkan jumlah nasabah mereka, file yang ia tunjukkan bukanlah file kerjanya, melainkan file tentang foto perempuan-perempuan yang sedang berganti pakaian, dan bahkan perempuan yang tidak menggunakan pakaian. Sehingga Ardi merasa sangat malu dan ingin rasanya untuk lompat dari gedung yang sangat tinggi agar bisa mati secepatnya. Sebelum mereka melakukan rapat, Ardi, Billa dan Gery sedang Melakukan pemindahan file dari laptop Gerry ke laptop milik Ardi. Tapi Gerry salah mengirimkan file, sehingga pada saat rapat, Ardi melakukan kesalahan yang besar karena dia tidak melihat dulu isi file tersebut.Kembali Ardi dan Billa.Dia mempersilakan temannya masuk kedalam apartemennya, dan langsung menuju dapur untuk membuatkan teh.Billa yang sudah berada didalam apartemen milik Ardi, segera melepaskan jaket yang ia kenakan dan meletakkannya diatas sofa bersamaan dengan tas miliknya. Kemudian berkeliling sebentar sambil melihat-lihat ruangan tersebut, didalam benak Billa dia tidak percaya kalau laki laki seperti Ardi adalah tipe laki laki yang menyukai kebersihan. Dan terlintas dipikirannya untuk melihat seperti apa kamar laki laki itu, kemudian tanpa pikir panjang dia langsung berjalan menuju arah kamar Ardi. Dia tidak tau kamar Ardi berada dimana, tapi dia langsung membuka pintu yang ada didepannya secara perlahan. Ardi yang tengah membuatkan teh untuk mereka berdua, melihat Billa yang ingin membuka kamarnya, sehingga dia berteriak"Jangan dibuka!"Billa yang mendengar teriakkan Ardi tersebut terkejut, dan tanpa sengaja tangannya langsung mendorong pintu itu. Karena melihat pintu kamarnya yang sudah terbuka, Ardi dengan cepat berlari dari tempatnya menuju ke arah Billa dan langsung menarik perempuan tersebut agar menjauh dari kamarnya."Memangnya ada apa sih didalam?"Tanya bila keheranan, tapi Ardi hanya diam dan menggelengkan kepalanya seakan tidak ada apapun disana. Tapi karena Ardi bersikap seperti itu, Billa semakin penasaran dengan apa yang ada didalam kamar tersebut, sehingga dia langsung memaksa dirinya untuk masuk kedalam kamar Ardi, dia tidak peduli dengan Ardi yang berdiri menghadangnya."Jangan masuk kesini"Ardi dengan sekuat tenaganya menghadang perempuan itu, tapi masih terdapat banyak celah untuknya agar bisa masuk kedalam, Sehingga Billa bisa masuk dengan mudah.Setelah berada didalam kamar tersebut, dan lampunya dinyalakan, Billa terkejut ketika melihat disekelilingnya sangat berantakan dan dilantai terlihat banyak sekali tisu yang berserakan."Dalam dan luar ternyata beda ya?" Billa mengatakan hal tersebut sambil melihat Ardi yang sedang memungut sampah tisu yang ada. "Tisunya kok banyak sekali" tanya Billa kepada Ardi."Bu-bukan apa-apa kok, setiap malam kamar ini panas sekali, dan kalau AC nya dihidupin, dinginnya minta ampun, makanya pasrah aja sambil ngelap pakai tisu" sahut Ardi. Sebenarnya apa yang dikatakan oleh laki laki itu hanyalah kebohongan, dia tidak berani mengatakan hal yang sebenarnya karena akan mempermalukan dirinya sendiri. Apalagi perempuan itu teman terdekatnya"Oh, tapi kenapa disini berantakan sekali" Billa kembali bertanya, sambil membantu Ardi merapikan barang-barang yang berserakan"Hmmm, gimana ya. Kalau soal merapikan kamar, aku jarang melakukannya" sahutnya "ruang tamu pun jarang aku bersihkan" tambahnya"Oh, sama aja ternyata" kata Billa dengan nada yang kecilSetelah selesai merapikan tempat itu, mereka berdua menuju ke sofa dan melanjutkan pembicaraan yang sebenarnya. Ardi mengambil teh yang dia buat tadi, dan meletakkannya di atas meja."Jadi, kamu mau membantu apa?" Tanya ArdiPerempuan itu tidak langsung menjawab, tapi dia malah mengambil teh tersebut dan langsung meminumnya, kemudian menanyakan hal yang berbeda"Teh nya kok hambar?" Tanya perempuan itu, dia langsung menuju dapur dan menambahkan gula yang dia inginkan, seakan apartemen itu miliknya sendiri. Setelah selesai menambahkan gula di teh nya, perempuan itu kembali dan bertanya tentang hal lain lagi kepada Ardi."Gimana masalah tempat tinggal kita?"Mendengar hal itu Ardi terkejut, dia tersedak air yang dia minum, sehingga batuk beberapa kali. Dia memang menyimpan perasaan pada Billa, tapi Ardi tidak mengerti dengan apa yang dia katakan. Billa yang melihat Ardi terbatuk, dia mengerti apa yang laki laki itu pikirkan. Kemudian dia mencoba untuk menggoda laki laki itu dan sengaja berpindah tempat duduk agar bisa berada dekat sekali bersama Ardi, dia duduk di samping Ardi, kemudian mengatakan suatu hal"Kita kan sudah lama kenal, masa enggak boleh tinggal serumah" godaan dari Billa tersebut membuat Ardi berkeringat dingin"Ish, udah lah jangan seperti ini!" dengan wajah kesal Ardi menjauh dari Billa.Karena kelakuannya sendiri, Billa merasa aneh. Kenapa dia mau melakukan hal seperti itu, walaupun hanya candaan tapi itu sama sekali tidak mencerminkan dirinya. Lalu Billa kembali ketempat awal dia duduk dan mulai menjawab pertanyaan Ardi tadi."Jadi begini, gue kesini mau bertanya tentang hal yang berbeda dari masalah awal, dan itu menyangkut tentang harga diri"Jawaban dari Billa tadi membuat Ardi semakin bertambah bingung, dan tidak tau harus mengatakan apa. Ardi adalah orang yang telat menangkap suatu pembicaraan, atau lebih tepatnya orang yang telmi. Tapi disisi lain dia mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi, dia bahkan sudah melakukan tugasnya dengan cepat, walaupun pada saat itu atasannya belum menyuruhnya untuk mengerjakan berkas tersebut, tapi dia berinisiatif sendiri untuk melakukannya. Pada saat atasannya bertanya kepada dia kenapa mengerjakannya lebih dulu sebelum dia menyuruhnya, lalu Ardi menjawab pertanyaannya "Bukannya nanti saya juga yang mengerjakannya kan..? Toh bapak juga punya hal lain yang harus diurus dan dikerjakan. Lebih baik bapak selesaikan dulu pekerjaan bapak, dan jangan terlalu memikirkan saya, karena tanpa bapak suruh saya juga sudah tau hal yang harus dilakukan" walaupun agak kasar, tapi apa yang Ardi katakan membuat atasannya meninggalkan dia dan langsung mengerjakan berkas-berkasnya. Karena berkas yang harus dikerjakan olehnya sangat banyak.Karena sikap Ardi yang hanya diam sambil memakan keripik yang ada diatas meja, Billa sadar bahwa Ardi masih belum memahami apa yang dimaksudkan olehnya, sehingga dia menjelaskan lagi secara rinci tentang kata-katanya tadi."Ardi, gue tau lu orang yang cukup pintar, tapi sayangnya lu kurang cepat dalam berpikir. Walaupun begitu, gue mau minta tolong sama lu untuk bantu gue, teman gue kemaren pamer kalau dia punya pacar baru, dan dia ngata-ngatain gue kalau gue kagak laku. Nah.., jadi gue minta tolong sama lu untuk pura-pura jadi pacar gue, toloooong!!!" Dengan menunjukkan mata memelas, Billa menatap Ardi.Ardi akhirnya mengerti maksud dari Billa tentang harga diri tadi.Ardi menyetujui permintaan Billa karena terpaksa dan merasa kasihan pada temannya itu. Dia memang mempunyai perasaan cinta dengan Bila, tapi dia masih belum yakin dengan perasaannya tersebut."Sekarang cepat mandi" ujar Billa kepadanya."Kenapa?" tanya Ardi "Sekarang aja masih jam delapan pagi. Aku itu belum makan, jadi mau makan dulu baru mandi" sambungnya."Sayang..., Kamu itu harus mandi dulu baru makan. Tenang aja kalau masalah makanan nanti aku masak makanan yang saaaangat enak untuk kamu, jadi sekarang kamu harus mandi! cepat!" Suara imut dari Billa keluar menjawab perkataan Ardi tadi.Ardi terkejut dengan apa yang diucapkan temannya, dia merasa malu dengan perkataan Billa yang merayunya tersebut."Nanti aja bisa kan? Soalnya risih aku dengarnya" Ardi kemudian memalingkan wajahnya.Billa tidak mengacuhkan perkataan Ardi kemudian berdiri dan menarik tangannya dan membawa dia pergi
Setelah berada didalam, Kakak Ardi menyuruh mereka berdua untuk duduk dan menceritakan apa yang terjadi tadi.Billa duduk disamping Ardi dan kakak Ardi duduk berhadapan didepan mereka berdua. Billa berpikir ini adalah kesempatannya untuk mengambil perhatian dari kakak Ardi dan membuat Ardi menuruti semua perkataannya."Gini kak, Ardi tadi usir aku gara gara enggak ngejawab pertanyaannya aja. Lebih dari sepuluh menit aku memencet bel, tapi dia enggak keluar sama sekali" Billa membuat wajahnya menjadi murung."Kakak juga liat kamu dari tadi kok, dan lebih dari 5 menit kakak awasi kamu" jawab Kakak Ardi.Ardi tidak sanggup melihat sikap Billa tersebut, dan mengatakan kepada kakaknya apa yang sebenarnya terjadi. Kakak Ardi percaya dengan perkataan adiknya tersebut, tapi dia juga melihat sendiri Billa yang sudah cukup lama berdiri didepan pintu apartemennya Ardi tanpa dibukakan olehnya. Dan itu memb
"Susi!!" Billa terkejut ketika melihat teman yang mengejeknya ada ditempat itu "Kenapa kamu bisa ada disini? kita kan janjiannya ketemuan di mall" tambah Billa."Cuma menghabiskan waktu luang sebelum ketemuan" Ujar Susi.Billa kemudian berdiri lalu menarik Susi ke tempat yang agak jauh dari Ardi."Kamu jangan bicara hal yang enggak-enggak ya dengan Ardi nanti" Kata Billa setelah mereka berdua cukup jauh dari Ardi."Maksud kamu apa?, Ardi itu teman aku juga.Teman kuliah, akrab malahan"Billa sangat terkejut, dia menutup wajahnya dan langsung berlari kearah Ardi.Kemudian dia bertanya kepada Ardi apakah dia dan Susi adalah teman kuliah?Ardi menjawab "Iya, kami teman dekat".Billa merasa sangat menyesal sekali dengan keputusan yang dia ambil kali ini, tidak disangka, ternyata mereka berdua sudah saling kenal. Sambil menahan rasa malu, Kemudi
"Aaaaaaaaaa". Seorang anak laki-laki berteriak di atas tempat tidurnya sendiri. Dia adalah Ardi, seorang siswa SMA yang tinggal sendirian di rumahnya. Orang tuanya tinggal ditempat berbeda karena Ayahnya dipindahtugaskan oleh pemimpin perusahaan tempat Ia bekerja, dan ibu serta adiknya ikut bersama dengan ayahnya di rumah baru mereka. Ardi tidak bersama dengan mereka karena dia dalam waktu dekat ini akan mengahadapi ujian nasional, sehingga tidak memungkinkan untuk pindah sekolah untuk mengikuti keluarganya."Langit-langit ruangan yang aku kenal. Astaga, kenapa hal seindah itu harus terjadi di dalam mimpi saja. Seandainya mimpi itu bisa terjadi di kehidupanku ini". Selagi meratapi kehidupannya, ponsel Ardi berbunyi.*Kriiiiinnggg......*Dengan cepat Ardi mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari ibunya tersebut."Ada apa ma?"."Kamu udah sarapan belum? kalau
Sambil mengusap pipinya, Ardi bertanya kepada Ariel mengapa dia melakukan hal seperti itu."Kenapa aku tiba-tiba dipukulin? kalau cuma gara-gara menguping, seharusnya jangan sampai seperti itu"."Ini bukan cuma gara-gara kamu menguping, tapi ini adalah balas dendam karena kamu sudah mengintip kami saat itu". Jawab Ariel.Henry hanya bisa melihat mereka berdua, karena untuk menjadi penengah masalah tersebut haruslah bisa berpikir dengan cepat, soalnya Ariel dan Ardi adalah orang yang cukup pintar dalam berkata-kata. Dan jika dia membela salah satu dari mereka berdua, itu hanya akan membuat masalah baru baginya. Karena tidak tau harus melakukan apa lagi, Henry dengan cepat mendekat ke arah Jessy lalu meminta tolong padanya untuk membantu dia meleraikan Ardi dan Ariel. Jessy yang juga ingin bergegas untuk pergi ke rumah temannya itu akhirnya membantu Henry meleraikan mereka berdua. Henry mengira kalau Jessy benar-benar memban
Dalam pikiran Ardi, dia merasa ini seperti deja vu."Kenapa perkataan ini seperti pernah aku dengar?" Kata Ardi dalam benaknya. "Ma-maksud kamu apa?" Tanya Ardi kepadanya. "Kalau aku mengatakan hal seperti itu, apa yang akan kamu lakukan?. Tanya Jessy kembali. "Enggak bakalan aku terima, soalnya aku sama sekali belum kepikiran untuk menjalin hubungan". Jawab Ardi. Jessy menghela napas lalu menasihati Ardi. "Ardi, kalau kamu mengatakan hal seperti itu kepada perempuan lain, dan dia memang menyimpan perasaan kepadamu, lalu kamu menolak kembali pada saat dia mengutarakan perasaannya, itu hanya akan membuat dia berada dalam kesedihan yang mendalam. Jadi sebaiknya, kalau kamu serius ya harus serius. Jangan jadikan perasaan seseorang sebagai mainan". "Memangnya aku udah buat apa?". Tanya Ardi kembali. "Kamu itu parah sekali. Tadi pada saat dirumah Rachel, kamu bertanya ke aku apakah mau jadi pacar kamu, iya kan?".
"Ardi, Ardi, bangun. . Kamu kenapa". Jessy menepuk-nepuk pipi Ardi agar segera bisa sadar dari tidurnya."Hah...? Jessy, kenapa aku bisa ada disini?". Tanya Ardi dengan rasa terkejut dan juga trauma."Tadi waktu aku mau ngasih makanan ini, aku dengar kamu teriak-teriak. Jadi aku masuk aja, soalnya pintu depan enggak kamu kunci. Kamu mimpi apa tadi?". Jelas Jessy sambil memberikan air yang dia ambil dari atas meja belajar Ardi.Setelah selesai minum, Ardi bertanya kembali pada Jessy."Jessy, apa kamu ada dikejar oleh preman pada saat kita pulang tadi?"."Preman? preman apa? setelah makan tadi, kita kan langsung pulang". Jawab Jessy."Syukurlah". Ardi langsung memeluk Jessy kemudian menangis. "Jessy, aku sangat takut, sangat takut. Kenapa aku selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini, kenapa?". Dengan meneteskan air matanya, Ardi masih terus memeluk Jessy dengan erat."Ardi, mimpi buruk pasti pernah di alami oleh semua orang. Aku juga
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk
Sambil menahan rasa sakit di perutnya, Ardi mencoba melihat wajah orang yang menghajarnya, dia ingin tau apa alasan orang tersebut melakukan hal tersebut padanya. Dengan tatapan sinis, laki-laki yang menampar perut Ardi tadi mengencangkan kerah baju Ardi dan mencoba untuk menghajarnya kembali. "Kenapa Susi menangis!" teriak laki-laki itu tepat didepan wajah Ardi setelah puas memukulinya. Wajah ardi penuh memar dan matanya mulai kelihatan membengkak, untuk mengucapkan sepatah kata pun hampir tidak sanggup. Mulutnya terasa perih, dan matanya sudah sangat sakit jika tidak dipejamkan. Walaupun begitu, Ardi tetap berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada laki-laki tersebut. “Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan, dan hanya itu saja yang bisa kulakukan untuknya.” Setelah mengatakan hal tersebut, Ardi langsung tidak sadarkan diri. Di tempat yang berbeda, Jessy dan Nathan saat ini masih menunggu kedatangan Susi dan Ardi untuk segera bergabung dengan mereka berdua di meja yang sudah
Lebih dari dua puluh menit mereka berdua di ruangan itu, tapi Susi masih belum berhenti menangis dan memukul Ardi. Dia terus memukuli dada Ardi dengan kepalan tangannya yang kecil, dan kepalanya ditempelkan di bagian dada Ardi untuk menutup wajahnya."Bodoh!! bodoh sekali!! itu memalukan sekali!!" kata Susi sambil terus memukul Ardi.Ardi tidak ingin mengatakan apapun, jika dia salah sedikit berucap, maka hal itu pasti akan membuat Susi semakin marah kepadanya.Disaat yang bersamaan, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan itu dan mengatakan "Permisi tuan, apakah masalahnya sudah selesai? jika tuan tidak memesan ruangan ini, biarkan tamu lain yang memesannya."."Nanti saya bayar untuk biaya kamar ini! jadi jangan menganggu!" Teriak Ardi.Waiters yang ada di depan pintu tersebut terkejut dengan teriakan Ardi, dan mengelus-elus dadanya sambil mengatakan "Saya salah apa? padahal cuma bertan
"Susi!" Ardi merasa seperti pernah mendengar nama itu. "Apa kita pernah ketemu sebelumnya." tanya Ardi yang berdiri terpaku melihat Susi."Dasar!!! sombong sekali jadi cowok!! Sini, ikut aku." Susi menarik Ardi menuju suatu tempat."Nathan? kenapa kamu bisa ada disini?" Ardi terkejut ketika melihat Nathan berada di tempat itu."Nathan!, ini aku bawakan temanmu. Dia orang yang sombong sekali, aku jadi benci rasanya, apalagi saat ucapan salam ku diabaikan." Kata Susi menggerutu."Sudahlah, aku mau kalian berdua untuk akrab nanti. Ardi, aku belum memperkenalkan diri, kan? kenalkan, aku Nathan, Kaka tingkat yang akan mengawasi kamu dan juga Jessy, dia adalah teman aku dari kecil, namanya Susi Artia. Aku mau kalian bertiga berteman akrab nantinya, dan aku juga akan mengawasi kalian menggantikan Mr. Brown." Penjelasan yang singkat dari Nathan, dia akhirnya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya kepada Ardi, walau
Laki-laki yang masuk ke tempat itu meningkatkan kewaspadaannya, dia berpikiran kalau Ardi dan Jessy adalah pencuri."Seharusnya saya yang bertanya Kamu siapa! Seenaknya saja langsung masuk rumah ini seperti pemiliknya sendiri". Kata Ardi memarahinya."Apa kamu Ardi?". Laki-laki itu menunjuk Ardi."Iya, siapa kamu! Apa yang mau kamu lakukan?". Tanya Ardi kembali.Laki-laki itu menghampiri Ardi, lalu memeluknya."Ternyata kamu calon saudaraku. Maaf kalau begitu, nanti aku jelaskan, tapi sekarang ada yang mau aku ambil di kamar, setelah itu berangkat lagi". Sebelum laki-laki itu menjauh, Jessy dengan cepat menarik tangannya."Kamu penipu ya?". Tanya Jessy."Jelas aja bukan, nanti kalian berdua tanya sama mama dan papa untuk lebih jelasnya, aku saat ini sibuk". Jawab laki-laki itu.Setelah mengatakan itu, Ardi dan Jessy mengikuti dia menuju ke
Ketika sudah berada di taman, Ardi dan Jessy duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup besar. Dengan ditemani semilir angin di bawah pohon, membuat suasananya menjadi sangat sempurna bagi Ardi untuk tidur di situ. Perlahan-lahan Ardi berbaring di bangku tersebut, dan menjadikan paha Jessy sebagai bantalnya. Rasa sejuk yang sangat cocok di tengah hari yang panas ini, membuat Ardi tida bisa menahan kantuknya, sehingga akhirnya dia tertidur untuk beberapa menit. Jessy yang tadi ingin mengatakan sesuatu jadi tertunda karena melihat Ardi yang sudah tertidur.Setelah beberapa menit, Ardi terbangun dari tidurnya karena tangan Jessy yang terus mengusap kepalanya. Walaupun terasa nikmat, tapi Ardi tetap terbangun karena usapan itu mengejutkannya.Jessy melihat Ardi sudah terbangun itu, langsung memencet hidungnya cukup lama."Jessy! Sudah! Aku enggak bisa nafas nih". Teriak Ardi."Aku bawa
Jessy merasa sangat ketakutan, selama ini, Jessy tidak pernah merasa takut yang berlebihan dalam setiap hal. Jika dia dikerumuni oleh orang yang ingin merampoknya, dia hanya tinggal berlari dan menyelamatkan diri, itu yang ada dipikirannya. Menurut Jessy, hal-hal yang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, baginya itu adalah hal yang dapat diselesaikan dengan mudah, jika kita menghilangkan rasa takut tersebut. Walaupun ketika ditodong seseorang menggunakan senjata api, dia tidak akan takut, Karena dia sudah pernah belajar dengan Ardi cara menghindari todongan senjata dengan cepat. Karena keberaniannya itu, Jessy dengan mudah mengalahkan ketiga anggota mafia yang saat itu sedang menghajar Nathan.Tapi kali ini Jessy mengerti. Dia paham seperti apa itu berada dalam keputusasaan disertai dengan rasa takut yang sangat besar. Dan mengingat hal itu, air matanya berjatuhan kembali.Dengan erat Ardi memeluk Jessy dari belakang, dia sangat m
Laki-laki itu membawa Jessy ke tempat yang cukup sepi."Jessy, apa kamu suka sama Ardi?". Dia bertanya dengan cukup serius.Jessy sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh laki-laki ini. Jadi dia mengatakan padanya secara perlahan kalau dia sama sekali tidak menyukai Ardi, dan hanya sebatas teman.Tapi jawaban dari Jessy tadi tiba-tiba membuat dia marah."Teman! Dengan menciumnya seperti itu?. Apa kamu tidak bisa memahami perasaanku?. Aku itu suka, suka sama kamu. Berapa lama lagi perasaan ini harus aku tahan?". Teriak laki-laki itu dengan suara yang cukup keras sampai membuat Jessy terkejut.Karena tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman, Jessy mengatakan kepadanya apa yang sedang dia rasakan, dan juga hubungannya dengan Ardi."Dengar ya Frank, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hubunganku dengan Ardi itu hanyalah teman. Karena sudah berteman sejak kecil, m
"Aku sudah enggak sabar Di... Kira-kira siapa di antara kita yang dapat nilai tertinggi!". Ujar Jessy dengan merangkul tangan Ardi.Banyak murid dari tahun ke tiga berdiri didepan sebuah papan pengumuman. Karena di situ akan diumumkan siapa saja siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi pada saat ujian akhir."Kali ini aku mengalah aja. Soalnya kasihan sama kamu". Kata Ardi meledeknya."Hmph... Ardi jahat. Tapi tenang aja, soalnya aku yang mengalah duluan. Kalau nilai kamu menurun, nanti bakalan enggak di terima di universitas itu". Ujar Jessy kepadanya.Sementara asik berbincang, kemudian datanglah guru yang akan menempelkan lembar nilai para siswanya itu.Mereka sangat antusias, Ardi dan Jessy yang tadinya berada di tengah-tengah kini tertarik ke bagian paling belakang. Beberapa siswa yang lain menarik mereka berdua agar bisa lebih dulu melihat nilai yang mereka dapatkan.
"Nama aku Nathan".Kalimat itu membuat Ardi mengingat kembali mimpinya kemarin, pada saat dia melihat Nathan ditembak oleh para mafia tersebut."Kenapa? Kenapa? Aku enggak mau hal ini benar-benar terjadi". Ardi memegang kepalanya dan tatapan matanya terlihat kosong. "Kenapa?". Secara perlahan, air mata Ardi terjatuh setetes demi setetes. Dan Jessy yang melihat Ardi menangis, dengan cepat menghampiri dia lalu memeluknya."Ardi, sudah. Kamu harus tenang dan kendalikan dirimu, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti orang lemah". Ujar Jessy yang sedang memeluknya.Ardi hanya diam dan terus menangis, sampai membuat baju sekolah Jessy sedikit basah. Nathan yang ada di belakang mereka melihat Ardi seperti orang yang menyedihkan, dia kemudian segera menghampiri mereka berdua dan kemudian...Buk....Suara tendangan Nathan yang diberikan kepada Ardi terdengar cukup keras. Jessy yang melihat hal tersebut langsung marah dan mencoba untuk