Cinta Untuk Keturunan Terakhir Wolfric

Cinta Untuk Keturunan Terakhir Wolfric

Oleh:  Adriana  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
19Bab
36Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Seorang gadis yang tidak sengaja terjebak dengan pria tampan berdarah dingin. Pria itu bernama Kaelan, satu-satunya keturunan terakhir Wolfric yang sudah lama punah di dunia ini. “Lepas…lepaskan aku! Tolong, lepaskan! Aku tidak mau menikah denganmu.” Teriak gadis itu mencoba memberontak. Pria yang ada di hadapannya hanya menatapnya sambil menyeringai. “Diamlah! Sekarang kau milikku.”

Lihat lebih banyak
Cinta Untuk Keturunan Terakhir Wolfric Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Adriana
Bagus ceritanya
2024-10-12 09:06:10
0
19 Bab

Bagian 1

Di sebuah desa yang terletak di kaki bukit, bersebelahan dengan Hutan Halimun yang selalu diselimuti kabut tipis, seorang gadis bernama Ayu melangkah pelan menyusuri jalan setapak menuju perkebunan pinus. Angin sore menyapu wajahnya dengan lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur. Matahari mulai condong ke barat dan sinarnya yang kemerahan menyelinap di antara pohon-pohon tinggi, menciptakan bayangan panjang yang bergerak-gerak mengikuti setiap langkahnya. “Aku harus cepat-cepat mengumpulkan kayu bakar sebelum hari menjelang malam.” Gumamnya pelan. Sambil memunguti ranting-ranting kering yang berserakan, perasaan cemas mulai merayap. Sudah berkali-kali ia mendengar cerita tentang hewan buas yang berkeliaran di Hutan Halimun, dari penduduk desa yang mengaku pernah mendengar erangan menakutkan di dalam kabut tebal. Ayu menepis ketakutan itu, berpikir bahwa cerita-cerita tersebut hanya bualan untuk menakut-nakuti anak-anak desa. “Grrrrr, grrrrr!” Namun,
Baca selengkapnya

Bagian 2

Dengan hati-hati, Kaelan membuka pintu belakang mobil dan membaringkan tubuh Ayu di sana, memastikan dia nyaman meskipun dalam keadaan tak sadar. Setelah itu, ia berdiri sejenak memandang gadis itu dengan ekspresi yang lebih lembut dari sebelumnya. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya, seolah-olah gadis ini memiliki arti yang lebih besar dari sekadar mangsa. Kaelan menutup pintu mobil dengan lembut, lalu berjalan ke kursi pengemudi. Saat ia duduk di balik kemudi, pria itu melirik ke kaca spion, melihat Ayu yang masih terbaring tak sadarkan diri. Dengan tarikan napas panjang, Kaelan memutar kunci kontak, dan mesin mobilnya menderu halus. “Aku mencium aroma yang unik dalam tubuhnya. Aroma yang berbeda dari manusia yang pernah aku temuk,” gumamnya pelan, sebelum mobil itu meluncur dengan kecepatan yang senyap menembus jalanan berliku di sekitar Hutan Halimun, menembus kegelapan yang semakin pekat. Dia berencana membawa gadis ini ke penthouse mewahnya di pusat Jakarta, jauh d
Baca selengkapnya

Bagian 3

Ayu terus berjalan, berusaha mengabaikan rasa takut yang semakin membebani langkahnya. Lolongan serigala yang tadi dibuat oleh Kaelan masih terngiang di telinganya, membuat bulu kuduknya meremang. Namun, di tengah kesunyian malam, lolongan lain terdengar, lebih keras dan nyata. “Aauuuu! Auuuuu!” Matanya melebar dan tubuhnya gemetar hebat. Ia berhenti sejenak, berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah halusinasinya, tetapi suara langkah kaki yang berderak di antara pepohonan membuktikan sebaliknya. Seekor serigala hitam muncul di tepi hutan, matanya berkilauan dalam kegelapan. "Serigala..." gumam Ayu dengan suara bergetar, napasnya tersengal. "Tidak mungkin..." Serigala itu mengeluarkan geraman rendah, memperlihatkan taring-taring tajamnya. Jantung Ayu berdegup kencang. Dia ingin lari, tetapi kakinya seakan terpaku ke tanah. Panik melanda pikirannya dan akhirnya Ayu berteriak sekeras-kerasnya. "TOLONG! Tolong aku!" Dari dalam mobil, Kaelan mendengar teriakan itu dan menyerin
Baca selengkapnya

Bagian 4

Pak Mangun menghampiri Darto yang akan beranjak kembali mencari putrinya. Akan tetapi sebelum itu terjadi, ia menepuk bahu Darto dengan lembut dan mencoba menenangkan pria itu. "Kang Darto," ujar Pak Mangun dengan suara rendah, "Saya mengerti kau ingin segera menemukan Ayu, tapi keadaan semakin berbahaya. Malam semakin larut. Akan bahaya jika terus melakukan pencarian sekarang." Darto menoleh dengan mata penuh amarah dan kegelisahan. "Apa maksudmu, Mangun? Kau menyuruhku untuk berhenti? Putriku di luar sana, mungkin terluka atau... Ash!" Pak Mangun menghela napas berat, menatap obor yang berkedip-kedip di tangan warga. "Aku tahu ini berat, tapi kita harus berpikir bijak. Hutan ini... bukan hutan biasa. Banyak hal yang tidak kita pahami di sini dan jika kita terus mencari dalam kegelapan seperti ini, kita hanya akan menambah jumlah yang hilang. Hewan buas lebih aktif di malam hari, dan kita tidak punya cukup perlengkapan untuk bertahan jika terjadi sesuatu." Seorang warga yang berd
Baca selengkapnya

Bagian 5

Seribu tahun yang lalu, lebih tepatnya pada abad ke-11 pertengahn (1024-1025) Di sebuah Hutan para bangsa derigala hidup dengan damai. Pepohonan menjulang tinggi, membentuk kanopi yang melindungi tanah di bawahnya dari sinar matahari yang terik. Di tengah hutan ini berdiri megah Kerajaan Serigala, sebuah benteng yang menjadi rumah bagi manusia serigala yang dihormati dan ditakuti. Kaelan yang saat itu merupakan putra mahkota yang berusia dua puluh tahunan, duduk di tepi jendela istana. Dia mengamati kehidupan di luar, di mana anggota bangsanya berlatih bertarung, berlari dengan lincah dan berburu. Hari itu Wolfric, ayah dari Kaelan memimpin latihan para prajurit. Raja Serigala yang Agung itu dikenal dengan keberanian dan kebijaksanaannya. Dalam beberapa bulan terakhir, bisikan angin membawa kabar yang kurang baik. Ada rumor bahwa manusia mulai mengetahui keberadaan mereka. Hal itu membuat Wolfric memerintahkan para prajutit istana untuk berlatih dengan keras. Kaelan turun d
Baca selengkapnya

Bagian 6

"Aku ingat, Fors," jawab Kaelan dengan tenang setelah membayangkapan apa yang jadi seribu tahun yang lalu. "Bahkan aku ingat jelas bagaimana Ayahku mati di tangan para manusia laknat itu. Aku akan menghasilkan banyak ketirunan dari bangsa manusia. Selama gadis ini ada di bawah kendaliku, semuanya akan berjalan sesuai rencana."Fors menghela napas dalam-dalam, jelas merasakan beratnya situasi. "Kau harus mempertimbangkan dengan matang, Kaelan. Gadis itu... dia bukan sekadar manusia. Jika sesuatu terjadi padanya dan keluarganya mengetahui, itu bisa memicu konflik yang lebih besar. Kita harus berhati-hati."Kaelan menatap sahabatnya dengan mata penuh keyakinan. "Aku tahu risikonya, Fors. Tapi aku sudah memutuskan. Dia akan menjadi bagian dari hidupku, bagian dari rencana kita." “Terserah padamu saja. Aku hanya takut para manusia akan mengetahui keberadaan kita dan membantai bangsa kita lagi.” Ujarnya sebelum pergi meninggalkan Kaelan. Keesokan harinya Ayu mengerjapkan matanya, mencob
Baca selengkapnya

Bagian 7

Ayu menatap Kaelan dengan pandangan serius, napasnya masih tersengal setelah mendengar tuntutan aneh itu. Dia tahu tak ada gunanya berdebat terlalu lama, dan dia harus memikirkan cara untuk pulang secepat mungkin. Dengan suara lembut namun penuh ketegasan, dia akhirnya berkata, “Jika kau benar-benar ingin menikahiku, kau harus melakukan sesuatu untukku.”Kaelan mengangkat alis, tampak tertarik. “Apa itu?”Ayu menelan ludah, berusaha keras menahan kegugupannya. “Kau harus mengantarkanku pulang ke keluargaku dulu. Aku tidak bisa mengambil keputusan sebesar itu tanpa berbicara dengan orangtuaku. Kau harus mendapatkan restu mereka dan memintanya dengan baik-baik.”Kaelan diam sejenak, menatap Ayu dengan sorot mata penuh perhitungan. “Restu orangtua?” gumamnya pelan. “Kau serius?”Ayu mengangguk tegas, meskipun hatinya berdebar keras. “Ya, aku serius. Bagaimanapun juga, mereka adalah keluargaku. Jika kau benar-benar ingin menikahiku, kau harus melakukannya dengan cara yang benar.”Kaelan
Baca selengkapnya

Bagian 8

Ayu berlari tersengal-sengal menuju rumahnya, napasnya tersendat-sendat, keringat bercucuran di dahinya. Kakinya yang lelah nyaris tersandung bebatuan di jalan setapak, namun ia terus memaksakan diri untuk berlari. Rumah Ayu terlihat samakin dekat dengan dinding kayunya yang mulai usang berdiri kokoh di ujung jalan kecil.Di teras, Ratna yang sedang menatap ke kejauhan, terkejut saat melihat sosok putrinya muncul dari balik pepohonan. "Ayu?" suaranya hampir bergetar. Rasa tak percaya menguasai dirinya.Sudah dua hari penuh Ratna diliputi kecemasan, tak tahu harus berbuat apa ketika Ayu hilang begitu saja. Meskipun warga desa sudah berbondong-bondong mencari Ayu ke segala penjuru, termasuk hutan Halimun yang gelap dan penuh misteri, jejak gadis itu tetap tak ditemukan. Namun kini, Ayu berdiri di hadapannya, tubuhnya penuh debu dan luka kecil, namun matanya tampak hidup meski lelah.“Ibu…ibu!” Teriaknya.Ratna segera berlari ke arah putrinya, memeluknya erat-erat, seolah memastikan A
Baca selengkapnya

Bagian 9

"Auuuuu... auuuuuu!" Suara lolongan serigala yang panjang dan mencekam terdengar dari dalam hutan, memecah keheningan malam.Ayu terperenjat dari tidurnya, duduk tegak dengan napas tersengal-sengal. Jantungnya berdegup kencang. Dari seberang meja belajar, Darma menoleh dengan ekspresi khawatir. Ia berhenti menulis dan menatap kakaknya.“Kak, kenapa?” tanyanya.Ayu menggeleng pelan, masih terpaku pada jendela yang tertutup rapat. "Serigala itu... suaranya... sangat dekat," ucapnya berbisik, seolah takut mengundang sesuatu yang lebih mengerikan dari balik kegelapan.Darma menatap Ayu dengan tenang, meskipun sedikit heran melihat kakaknya begitu terguncang. Setelah beberapa detik keheningan, ia mendesah pelan, meletakkan pensilnya di meja.“Sudah biasa, Kak,” ucap Darma, suaranya tenang tapi penuh keyakinan. “Kita kan tinggal di tepian hutan jadi itu hal wajar. Serigala-serigala itu sering terdengar, apalagi kalau bulan penuh.”Ayu menoleh perlahan, masih dengan napas yang belum sepenu
Baca selengkapnya

Bagian 10

Selepas shalat Isya berjamaah di Masjid Al-Hidayah, Darto merapikan sajadah dan menggulung sarungnya. Suasana masjid mulai lengang, hanya beberapa orang masih berdzikir di pojok masjid. Dia yang hendak melangkah keluar tidak sengaja berpapasan dengan Pak Karta selaku kepala desa,Beliau berjalan menghampirinya dari saf depan."Assalamualaikum, kang Darto," sapa Pak Karta dengan suara lembut."Waalaikumussalam, Pak Karta," jawabnya sambil tersenyum.Pak Karta menepuk bahu Darto pelan. "Saya dengar Ayu sudah ketemu? Alhamdulillah," ujarnya, nadanya penuh rasa syukur."Iya, Pak. Alhamdulillah." jawab Darma, suaranya agak pelan.Pak Karta tersenyum lebar, lalu melangkah ke pintu masjid. "Saya pamit dulu. Hati-hati di jalan kang, akhir-akhir ini saya sering dengar suara lolongan serigala.""Iya, Pak. Assalamualaikum," jawab Darto sambil membungkuk hormat."Waalaikumussalam," sahut Pak Karta sebelum keluar dari masjid, meninggalkan Darto.Pria berusia 50 tahunan itu pun ikut bergegas menin
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status