Jerat Cinta di Pertemuan Pertama

Jerat Cinta di Pertemuan Pertama

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Oleh:  Win  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
20Bab
340Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah putus dari friend with benefits, hal terakhir yang Etan Benedict hadapi adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarganya tentang status bujangannya. Dia memutuskan untuk melarikan diri dari murkah ayahnya dan pergi ke sebuah pesta natal yang di selenggarakan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Disana dia bisa minum dan menemukan wanita. Hal terakhir yang Lily Rosanna tidak inginkan adalah menghadiri sebuah pesta. Apalagi pesta di tempat kerja. Setelah menyelenggarakan acara tahunan untuk mengenang kematian tunangannya bersama teman-temannya. Lily Akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan bertekat untuk mempunyai seorang anak. Dia berusaha meyakinkan sahabat baiknya yang sedikit mabuk untuk menjadi pendonor sperma jauh lebih mudah dari yang dia bayangkan. Tapi yang tersisa sekarang adalah bagaimana dia memulai prosesnya. Sedangkan sahabat yang sekaligus adalah rekan kerjanya Paula mendesak Lily untuk datang ke pesta Natal yang di selenggarakan oleh perusahaan. Baik Etan atau Lily tidak pernah membayangkan apa yang akan terjadi pada mereka di pesta itu.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1

Suara dering ponsel yang berdengung menembus mimpi Etan Benedict. Sambil berguling di tempat tidur, dia menepak tangannya dengan membabi buta di atas meja di samping tempat tidur untuk menemukan ponselnya. Begitu menemukannya, dia menyambarnya dan mengusap ibu jarinya di atas layar dan menaruhnya ke telinganya."Hallo?" Gumamnya dengan nada mengantuk."Tolong beritahu aku kalau kau tidak lupa hari apa ini?" Suara ayahnya terdengar tidak ramah di balik ponselnya.Dengan erangan kecil, Etan menarik dirinya ke posisi duduk. Dengan jengkel dia mengusap matanya yang mengantuk. "Selamat pagi juga papa.""Aku bersumpah demi Tuhan kalau saja kau masih mabuk di hari pembaptisan anak baptismu, aku sendiri yang akan menghajarmu." Balas ayahnya.Kata-kata ayahnya membuat Etan tersadar. Sambil melirik jam digital di samping tempat tidur. 8 pagi. Tiga jam sebelum dia dihadapkan di depan Tuhan untuk menjadi orang tua baptis. Meskipun dia mungkin adalah orang yang paling tidak cocok dengan itu, entah

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
20 Bab

Bab 1

Suara dering ponsel yang berdengung menembus mimpi Etan Benedict. Sambil berguling di tempat tidur, dia menepak tangannya dengan membabi buta di atas meja di samping tempat tidur untuk menemukan ponselnya. Begitu menemukannya, dia menyambarnya dan mengusap ibu jarinya di atas layar dan menaruhnya ke telinganya."Hallo?" Gumamnya dengan nada mengantuk."Tolong beritahu aku kalau kau tidak lupa hari apa ini?" Suara ayahnya terdengar tidak ramah di balik ponselnya.Dengan erangan kecil, Etan menarik dirinya ke posisi duduk. Dengan jengkel dia mengusap matanya yang mengantuk. "Selamat pagi juga papa.""Aku bersumpah demi Tuhan kalau saja kau masih mabuk di hari pembaptisan anak baptismu, aku sendiri yang akan menghajarmu." Balas ayahnya.Kata-kata ayahnya membuat Etan tersadar. Sambil melirik jam digital di samping tempat tidur. 8 pagi. Tiga jam sebelum dia dihadapkan di depan Tuhan untuk menjadi orang tua baptis. Meskipun dia mungkin adalah orang yang paling tidak cocok dengan itu, entah
Baca selengkapnya

Bab 2

Satu telepon dari ayahnya berhasil menghancurkan hubungan seksualnya dengan Lidia selamanya. Ada apa dengan wanita dan pertemuan keluarga? Terakhir kali Etan berani membawa seorang gadis ke sekitar keluarganya hampir enam tahun yang lalu. Baru dua tahun sejak dia menyelesaikan masalahnya dengan mantannya itu. Pada saat itu dia tidak memikirkan apa pun saat mengajak teman kencannya ke acara keluarga. Lagi pula, itu hanya acara BBQ atau begitulah yang dia pikirkan. Tapi saat wanita itu bertemu dengan keluarganya, yang bisa dia dengar hanyalah pembicaraan mengenai pernikahan. Dua hari kemudian wanita itu mulai menyebut mereka sebagai "kami", dan Etan langsung berhenti menghubunginya. Dia tidak melakukan hubungan yang menyangkut "kami".Etan tidak pernah melakukannya dan tidak akan pernah melakukannya.Baiklah, itu tidak sepenuhnya benar. Dia sudah pernah mencoba berpacaran dan bahkan bertunangan, tapi dia terluka sampai dia bersumpah tidak akan melakukannya lagi. Tujuh tahun kemudian, d
Baca selengkapnya

Bab 3

Etan setengah menunduk untuk mencium pipi Amanda. "Dan aku juga mencintaimu, meskipun terkadang kau seperti hama kecil yang menjengkelkan." Kata Etan sambil mengedipkan sebelah matanya. "Kita menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama, kan?""Tentu saja." Balas Amanda.Mereka terdiam selama beberapa detik. "Jadi bagaimana keadaanmu?" Tanya Etan mengarah kepalanya kearah Theo. "Menjadi ibu baru dan segalanya.""Aku baik-baik saja." Jawab Amanda sambil memainkan ujung gaunnya."Sekarang kau sudah mulai berbohong pada paman favoritmu, apakah kau tahu kalau itu sama sekali tidak sopan?" Tanya Etan sambil melipat tangannya di dadanya.Amanda menghela napas dan menyingkirkan beberapa helai rambut dari wajahnya menggunakan tangannya. "Baiklah, maafkan aku. Menjadi orang tua tunggal jauh lebih sulit dari yang aku kira, bahkan dengan bantuan ayah dan ibu. Aku selalu stres dan lelah setiap saat mencoba menyelesaikan kuliahku, dan secara mental, aku tidak baik-baik saja. Kau senang?" "Oh, sa
Baca selengkapnya

Bab 4

Merapikan alat makan terakhir di atas meja, Lily Rosanna melangkah mundur untuk mengamati bagaimana tampilan meja yang dia tata. Bukan berarti ke tiga sahabatnya benar-benar peduli dengan apa yang sudah dia lakukan. Tapi sisi lain dari Lily merasa perlu agar semuanya terlihat sempurna. Ada cahaya lilin yang berkedip-kedip di dalam ruangan sementara musik lembut mengisi ruangan yang sepi. Meski sekarang sudah hampir Natal, ruangan itu tidak di penuhi dekorasi natal, atau mungkin belum. Sebagai gantinya Lily menaruh bunga mawar putih segar dalam vas yang dia beri air dan di taruh di atas sebuah lemari laci empat yang dia beli di toko bunga. Dan di antara vas bunga itu terdapat bingkai fotonya bersama tunangannya di sebelah kanan dan bingkai fotonya bersama sahabatnya di sebelah kiri. Hari ini tanggal 16 Desember adalah hari peringatan lima tahun kematian tunangannya. Hari yang menjadi akhir dari kehidupan sempurna mereka bersama. Semua itu di renggut oleh sopir mabuk yang melewati gar
Baca selengkapnya

Bab 5

Beberapa saat menjelang tengah malam, Paula dan Rafa bersiap untuk pulang. Saat Paula memakai jaketnya, dia berbalik dan menatap Lily. "Jadi, kita tetap akan pergi ke pesta kantor besok malam, kan?""Aku tidak tahu." Jawab Lily sambil mengerutkan keningnya."Kenapa begitu?" Tanya Paula."Setelah malam ini, hal terakhir yang ingin aku lakukan adalah menonton film horor sambil makan ice cream dan makan cemilan pedas." Jawab Lily."Rafa akan kerja lembur dan kau juga sudah berjanji akan menjadi teman kencanku. Selain itu, kau juga belum lama bergabung di perusahaan, kau harus banyak bersosialisasi." Kata Paula.Lily menghembuskan nafas tanda kekalahan. Dia benci mengakui kalau apa yang di katakan Paula ada benarnya. Setelah empat tahun menjalani pekerjaannya yang sebelumnya, akhirnya dia pindah ke perusahaan barunya atas permintaan salah satu mantan bosnya yang menggunakan pengaruhnya. Lagi pula pekerjaannya yang sekarang dia mendapat gaji yang cukup besar dari sebelumnya. "Baiklah, aku
Baca selengkapnya

Bab 6

Etan bergegas masuk melalui sebuah pintu besar yang terbuat dari kaca yang cukup keras dan tebal. Dia mengangguk pada beberapa rekan kerjanya. Jari-jarinya merapikan dasinya dan jas yang dia pakai. Dia baru saja memakai setelan itu selama tiga puluh menit dan itu sudah terasa seperti mencekiknya. Melihat teman kerjanya, Fredi. Dia bergegas menyelip di antara beberapa orang sambil menyapa mereka dengan senyuman singkat untuk menghampirinya."Halo, teman. Bagaimana keadaanmu?" Tanya Fredi.Etan tidak memberinya tanggapan apa pun dan langsung merampas segelas air soda dari tangan Fredi dan menegaknya dalam satu tegukan dengan tidak sabar. "Seburuk itukah?" Tanya Fredi sambil tersenyum."Maaf, aku sudah berada dalam neraka acara keluarga sepanjang hari ini." Jawab Etan."Acara baptisan itu?" Tanya Fredi lagi.Etan mengangguk. "Acaranya dimulai tengah hari, tapi ada pesta di rumah saudara perempuanku." Etan bergidik saat memikirkan bagaimana dia disudutkan oleh masing-masing saudara perem
Baca selengkapnya

Bab 7

Lily merasa pria itu sedang menatapnya lagi... dan tersenyum. Setelah melihat pria tampan yang tidak sengaja dia tabrak tadi sedang menatapnya dari seberang ruangan yang penuh sesak. Lily bersumpah untuk tidak melihat ke arahnya lagi. Sebagai gantinya, dia mencoba memusatkan perhatian pada percakapan antara Paula dan para gadis lainnya dari lantai yang sama dengannya. Tapi saat dia mengintip dari sudut matanya, dia berhasil melihat pria itu tidak malu karena tertangkap basah sedang menatapnya. Dan itulah permainan yang sudah mereka mainkan selama lima menit terakhir. Mencuri pandang sebentar dan tersenyum satu sama lain."Dengan siapa kau tersenyum?" Tanya Paula."Tidak ada." Jawab Lily berbohong. "Oh, kukira kau sedang mencari mangsa." Kata Paula sambil tersenyum. "Tidak." Protes Lily."Jadi siapa pria itu?" Tanya Paula sambil memutar matanya.Lily mendesah kalah. "Baiklah. Aku tidak sengaja bertemu dengan beberapa menit lalu dalam perjalanan kembali dari kamar mandi. Dia terliha
Baca selengkapnya

Bab 8

Lily melirik ponselnya sambil meringis. Lalu lintas yang menyebalkan. Tidak peduli dia berangkat tiga puluh menit lebih awal atau satu jam lebih awal, tidak mengubah apa pun kalau dia akan terlambat karena kemacetan. Dia berjalan kaki menyusuri trotoar menggunakan heels ke arah sebuah cafe. Wajahnya tersenyum lebar saat melihat Dani melambaikan tangan dari meja dekat jendela.Saat dia membuka pintu, bel lonceng berbunyi di atas kepalanya. "Aku benar-benar minta maaf. Aku sudah berangkat lebih awal. Aku bersumpah." Kata Lily saat sampai di tempat Dani."Tidak masalah. Aku sudah memesan untukmu." Kata Dani sambil tersenyum."Terima kasih." Lily duduk di hadapannya sambil membuka jaket dari bahunya saat dia melihat tatapan Dani yang sedikit gelisah dan di tambah ada sebuah memar biru di pelipisnya. "Apa kau baik-baik saja?""Jeri dan aku bertengkar." Kata Dani sambil mendesah."Kalian tidak putus, kan?" Kata Lily sambil mengulurkan tangan dan meremas tangan Dani.Air mata mengenang di ma
Baca selengkapnya

Bab 9

Beberapa minggu kemudian Lily berdiri di belakang meja untuk mengagumi hasil kerja kerasnya. Senyum pendek penuh kepuasan terlihat di wajahnya. Entah bagaimana dia bisa menciptakan keajaiban, berhasil mengubah ruang konferensi lantai 4 yang suram dan berantakan menjadi bernuansa merah muda dan terlihat sangat indah seperti yang dia bayangkan. Dia sangat bangga pada dirinya saat ini mengingat mendekorasi dan merencanakan pesta sama sekali bukan keahliannya. Memiringkan kepalanya, dia memperhatikan spanduk 'It's a baby girl' yang tergantung sedikit miring ke kiri. Setelah dia membetulkannya, ujung-ujung jarinya merapikan bagian atas taplak meja warna pink pucat yang di hiasi dengan minuman dan hadiah yang di bungkus kertas warna-warni dari tamu yang akan datang.Dia merapikan sehelai rambut yang menutupi wajahnya dan mencoba menyelipkan rambutnya di belakang telinganya. 'Ya, sebenarnya pesta seperti inilah yang aku inginkan untuk acara baby showerku. Jika aku bisa mengadakannya suatu s
Baca selengkapnya

Bab 10

Etan menggosok matanya yang kabur. Dia mengintip melalui sela jari-jarinya melihat jam di layar komputer, sudah jam tujuh lewat. Bahkan jika dia ingin menyelesaikan proyek itu, otaknya sudah terlalu panas. Dia hampir tidak bisa membaca kata-kata di depannya. Dia mematikan komputernya, pikirannya lumayan tenang karena dia baru saja di promosikan sebagai wakil direktur tim pemasaran yang berarti dia bisa menunggu sampai besok pagi dan tidak akan ada orang yang akan memarahinya jika mengulur-mengulur waktu.Sambil mengerang, Etan bangun dari kursinya dan meregangkan tangannya ke atas kepalanya. Dia meraih tasnya dan berjalan menuju pintu. Saat dia mematikan lampu ruangannya, perutnya bergemuruh. Mungkin tidak ada makanan di rumahnya untuk di makan, jadi dia memutuskan untuk membeli sesuatu saat di perjalanan pulang. Sesaat terlintas di benaknya harapan ada seorang wanita menunggunya dengan makanan masakan rumahan. Dia langsung segera menggelengkan kepalanya untuk mengusir pemikiran sepe
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status