Gadis Di Ujung Cangkir

Gadis Di Ujung Cangkir

last updateLast Updated : 2021-08-26
By:  Hemlock & Luther  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
13Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Seorang pria yang tanpa sengaja bertemu dengan seorang gadis di sebuah kedai kopi. Gadis itu berhasil menghidupkan kembali sebuah rasa yang sudah mati bertahun-tahun lamanya, lebih dari keanggunan rupa serta parasnya. Kehadiran gadis itu yang tanpa sengaja datang kedalam pandangannya merupakan sesuatu hal yang luar biasa dalam hidupnya. Cinta pada pandang pertama kali ini adalah sebuah perasaan yang sangat-sangat menakjubkan. Akan tetapi ada hal yang ia sudah abaikan sedari tadi ia terpaku kepada gadis di ujung sana. Sebuah rencana untuk mewujudkan mimpinya sebagai seorang seniman lukis yang dapat dikenal di negaranya dan luar negeri. Sebuah kedipan dari gadis itu kembali membuat dunianya berhenti dan membawanya ke alam mimpi, dimana gadis tersebut berada di bawah pohon sembari memetik buah-buah apel sementara si pria hanya duduk sambil melukiskan keindahan yang ada di depan matanya. Akankah ini menjadi sebuah cinta yang sakral dan suci? karena perasaan ini terbit pada pandang pertama.

View More

Latest chapter

Free Preview

Chapter 1 : Titik awal 

Cahaya masuk melalui celah-celah jendela, tanpa permisi membelah korden yang baru saja dibeli di toko kain India. Cahaya itu langsung mengecup kedua mata seorang pria yang sedang asyik meramu mimpi di antara bantal dan guling. Alarm berbunyi berkali-kali, mulai dari suara ayam berkokok, anjing menggonggong, dan dering musik telepon yang sekilas mirip dengan orang sedang marah-marah di tanggal tua."Iya, halo", jawab pria yang masih menutup matanya.Telepon itu masih meneriakinya, lagi dan lagi. Pria itu mengintip di sela-sela kelopak matanya dan melihat seonggok jam yang tergantung di dinding. "Astaga!", suaran

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Hestia
Kesel banget jadi Rudra yg kesengsem sama orang asing :( jadi penasaran...
2021-08-25 11:19:50
1
user avatar
Leona nakama
Jadi pengen tahu siapa gadis yang dimaksud itu sebenernya siapa
2021-08-24 18:39:57
1
user avatar
gangga putra
sangattt keren sekali ceritanya, perjalanan cinta yang relevan bagi saya ...
2021-08-24 18:30:24
1
13 Chapters

Chapter 1 : Titik awal 

Cahaya masuk melalui celah-celah jendela, tanpa permisi membelah korden yang baru saja dibeli di toko kain India. Cahaya itu langsung mengecup kedua mata seorang pria yang sedang asyik meramu mimpi di antara bantal dan guling. Alarm berbunyi berkali-kali, mulai dari suara ayam berkokok, anjing menggonggong, dan dering musik telepon yang sekilas mirip dengan orang sedang marah-marah di tanggal tua."Iya, halo", jawab pria yang masih menutup matanya. Telepon itu masih meneriakinya, lagi dan lagi. Pria itu mengintip di sela-sela kelopak matanya dan melihat seonggok jam yang tergantung di dinding.  "Astaga!", suaran
Read more

Chapter 2: Terima 

Di kedai tersebut sudah ada seorang pria yang bertengger. Mungkin sedikit kesal. Meski kesal dia tampak lega. Buktinya nafasnya tak lagi tersengal-sengal. Perlahan amarahnya mulai menurun, seperti pasang air laut pada pantai yang mulai surut kembali ke laut.  “Dari mana aja? Seratus kali aku telpon, wahai seniman muda yang amat terhormat!”, kata si pria berkacamata.   Tanpa menjawab perkataannya, pria itu hanya berlari kecil melewati pria berkacamata dengan sedikit tawa. Mereka memasuki kedai tersebut. Beberapa karyawan di sana menyapa pria itu. Sambil membalas beberapa sapaan orang-orang di sana, pria itu mempersiapkan diri u
Read more

Chapter 3: Temu 

Kedai di tengah kota memang menawarkan ribuan tempat untuk menghilangkan penat. Mulai dari kedai kopi dengan tema industrial atau kopi dengan tema ramah lingkungan. Kedai kopi yang sekarang mereka singgahi punya nilai yang paling beda hari ini, hampir seperti kejatuhan durian runtuh. Mereka memberikan racikan kopi yang istimewa dengan rasa yang sangat otentik, tak khayal banyak pengunjung yang datang berkali-kali ke tempat ini. Suara pengunjung yang bersinambungan dengan riuhnya kota dihaluskan dengan tawa dan desir angin pohon-pohon hijau yang ditanam di sekitar kedai tersebut. “krincing” sua
Read more

Chapter 4: Tetap tatap

Para pengunjung kedai pun mulai pergi termasuk pria berdasi dan pria berkacamata, mungkin ada urusan lain yang lebih penting bagi mereka atau mungkin sudah bosan dengan ruangan yang disajikan kedai tersebut. Tampak pria berbaju kotak-kotak masih bergeming di meja kedai bekas diskusi yang tidaklah penting baginya setelah melihat gadis itu. Hingga tak sadar hanya tinggal dia seorang ditemani secangkir kopi gayo yang dari tadi tak disentuhnya. “Maaf, Kak, kami akan segara tutup.” kata pelayan kedai sambil menepuk pundak pria berbaju kotak-kotak itu. Pria itu terkejut karena kehadiran pelayan kedai. “Boleh saya a
Read more

Chapter 5: Terus kejar 

Hari itu memang sangat cerah, matahari tampak hangat sehangat sayur sup buatan ibu. Semangat Rudra sangat bergelora untuk bertemu gadis yang menarik perhatiannya di kedai itu. Dengan langkah mantap, pria itu memasuki kedai dengan harapan bisa melihat dan menemui gadis yang memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Saat ini, yang terpenting bukanlah berdiskusi persoalan proyeknya dengan kurator. Bagi Rudra, proyek itu hanyalah proyek yang biasa saja yang sudah sering ia lalui dan menjadi sebuah kebiasaan.  Tepat ketika Rudra masuk ke dalam kedai itu, fokus utamanya tidak langsung menuju pria berdasi atau pria berkacamata, baginya mereka hanyalah angin yang tak berbentuk. Ia berdiri agak lama membelakangi pintu melihat ke sekelilingnya. Rudra sangat berharap gadis itu sudah berada lebi
Read more

Chapter 6: Tepat 

Pagi yang cerah, burung-burung saling berkelakar tentang caranya berenang jika terjadi banjir di kota ini. Daun-daun kering berlarian mengitari batang pohon yang berdiri kokoh di taman kota. Seorang pria duduk dengan memegang pensil yang dia gunakan untuk membentuk sebuah gambar sketsa. Perlahan-lahan gambar itu terlihat seperti seorang gadis yang berada di pojok ruangan dekat jendela. Rambut hitam yang tergerai mengombak seperti ombak laut selatan, indah dan berkilau. Asap kopi yang menipis pertanda kopi mulai kedinginan, pria itu melihat cup kopi yang mulai menggigil, lalu menangkapnya dalam genggaman, dan “sruput!” suara yang terdengar dari pria itu pada kopi yang sekarang sudah habis.  Gadis itu mulai menyembulkan senyumnya, pria itu tersenyum p
Read more

Chapter 7: Tang Tang

Pagi itu mulai lebih cerah lagi, matahari mengambang dengan sendirinya. Di taman mereka berdua asik bercengkrama. Obrolan tersebut terlihat menyenangkan, sesekali Lintang menebar senyumnya pada pria itu, sesekali pula ada tawa yang timbul di antara sela-sela obrolan menjelang siang itu. Tangan si pria memanggil seorang pedagang yang berada di pojok taman, tempat tersebut memang menjadi lokasi untuk para pedagang kaki lima. Obrolan panjang menguras energi mereka, membuat keduanya merasa lapar. "Pak, pesan dua porsi ya." "Siap, Mas dan Mbak yang
Read more

Chapter 8: Tamu penting 

Suara pedagang kaki lima penjual empek-empek adalah tanda waktu yang pasti, setelahnya akan disusul suara siar suar-suar di sekitar komplek perumahan dan tempat tinggal di gubuk-gubuk liar. Parade klakson juga kadang konvoi gelombangnya sampai di telinga meski pintu depan sudah tertutup, pintu kamar sedikit terbuka. Ramai-ramai lampu rumah berlarian menyala.   Sepeda yang ia gunakan dia sandarkan di garasi. Nanti malam adalah waktu yang tepat untuk memijakkan mimpinya kepada orang-orang yang tepat dalam hal menghargai karya yang ia lahirkan. Mandi yang bersih, memilih parfum yang baik serta busana yang rapi menjadi prioritas pencariannya saat ini. Pria itu bergegas untuk siapkan diri karena dering nada panggilan dari gawainya yang ia tengok berasal dari sahabatnya sekaligus juru
Read more

Chapter 9: Tutup

Seekor burung memasukan dirinya ke air, menangkap ikan-ikan kecil lalu membawanya ke sarang, tak jauh dari pemandang itu lautan menawarkan ke mesraan lain. Layar putih yang ditiup angin samudera menghantarkan perahu itu ke semenanjung rindu. Seorang gadis duduk di ujung perahu, seraya menyulam senyum yang merekah pelan-pelan, terlihat seorang pria yang asik mengagumi senyum itu dari tempat kemudi. Tak mau kalah, ikan-ikan berjingkrakan mengambil buih-buih senyum yang di sulamnya. Perahu itu dikelilingi lompatan-lompatan cahaya yang berkejaran, mengitari perahu. Seakan-akan mengiringi pelayaran perahu itu. Layar pun mengembang ditiup samudera. Keindahan yang tak kunjung usai dihempaskan begitu saja dari gadis yang berbalut mimpi keanggunan hakiki, perlahan-lahan perahu pun merayap mendekati bibir pantai, langit pun kian gelap, suara lagu pun kian mengeras, lagu yang terdengar tak asing lagi. Lagu yang berasal dari grup band terkenal yaitu Dead Squad.Pria itu terbangun, sediki
Read more

Chapter 10: Terlukiskan

Setelah beberapa hari dia mengurung diri di dalam studionya. Beberapa lukisan sudah selesai di lahirkan. Persalinan antara harapan dan takdir yang belum merestuinya untuk bertemu dengan seorang gadis yang sangat dia harapkan untuk bertemu. Lukisan-lukisan itu semuanya berwajah sama dengan bermacam-macam tokoh, seperti gadis tersebut ingin hadir disetiap peristiwa. Wajah tersebut sangat haru, bisa juga sangat indah, bisa juga sangat menyedihkan. Gambaran negeri tersebut terwakilkan oleh seorang gadis yang mampu menyilap mata.  Cahaya masuk tanpa permisi, menyilaukan mata pria yang sedari tadi tertidur diantara lukisan-lukisan, kuas yang bergeletakan dan bercak-bercak cat yang jatuh ke lantai. Sinar matahari seakan mengelus pipinya dan mencoba membangunkan pria tersebut. Pria tersebut terbangun. Melakukan hal-hal yang menjadi rutinitas masyarakat pada umumnya. Menggosok gigi, lalu pergi untuk mandi.  Pria itu pergi untuk sekedar mampir meminum kopi. H
Read more
DMCA.com Protection Status