Share

Chapter 2

Penulis: Cerita.Racan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-05 01:30:29

Sinar bulan menerobos masuk lewat lubang-lubang kecil yang ada di kamar Angkasa. Menerpa wajahnya yang tergeletak di bawah balutan selimut berwarna putih bersih. Angkasa menggeliat sambil meluruskan badannya yang terasa begitu kaku sehabis perjalanan jauh tadi pagi. Perlahan ia meraih ponsel yang ada di meja dekat dari tempat tidurnya. Ternyata memang sudah malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam.

          Dengan malas Angkasa bangun dan menuju kamar mandi untuk kemudian membersihkan diri. Lelah benar-benar membuatnya tertidur dengan sangat pulasnya. Ia bahkan sampai lupa jika malam ini ia sedang ada acara makan malam bersama keluarganya.

Setelah memakai baju, Angkasa melangkah menuruni anak tangga satu demi satu. Melihat sekeliling hingga pandangannya terhenti pada sosok yang terlihat sedang menikmati waktu bersama. Ternyata anggota keluarganya sudah duduk santai di ruang tengah, mungkin sedang menunggu dirinya datang.

          “Kamu udah bangun Sa?” tanya Mama ketika melihat Angkasa mendekat ke arah mereka.

          “Sumpah Angkasa ngantuk banget, kayaknya lelahnya baru ngefek sekarang deh. Maaf yah  udah buat kalian nunggu lama.”

          “Nggak apa-apa kok, lagian kita juga tahu kalau kamu pasti kelelahan. Makanya tadi waktu mamamu berniat untuk membangunkan kamu di kamar, Oma langsung melarang dia. Soalnya Oma tahu pasti cucu Oma ini lagi capek banget.”

          “Oma memang the best deh pokoknya,” jelas Angkasa  sambil tersenyum manis kepada Oma.

          “Ya udah kalau gitu ayo makan. Perut Papa udah nyerocos nih dari tadi.”

          Mereka pun berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi masing-masing. Ruang makan kali ini ramai dengan suara gesekan piring dan juga sendok. Makan malam pertama Angkasa dan keluarganya kali ini berjalan dengan sangat lancar.

          “Untuk kali pertama selama 10 tahun ini, makan malamku tidak sendirian lagi,” ucap Angkasa dalam hati.

          Makan malam keluarga telah selesai dan berlanjut ke ruang tengah di rumah ini. Papa duduk di sana bersama dengan Mama. Tidak lama kemudian muncul Oma dengan membawa segelas teh hijau kesukaannya. Seperti biasa, Oma selalu tidak bisa jika tidak meminum teh hijaunya sehabis makan. Sudah semacam ritual sehabis makan.

          Angkasa pun berjalan menuju kursi tempat Papa dan yang lainnya sedang duduk. Ia ikut bergabung di sana.

          “Eh Angkasa, duduk di sini sayang, di dekat Oma.”

          Tanpa mengulur waktu, Angkasa segera menuju Oma dan duduk di kursi yang dekat dengannya.

          “Kamu tahu kan Sa maksud Papa menyuruh kamu balik ke Indonesia?

          “Nggak Pa. Bukannya karena Papa sudah kangen banget ya sama Angkasa.”

          Papa memperbaiki posisi duduknya dan menatap Angkasa dengan tatapan yang begitu dalam seolah menunjukkan bahwa ia akan menyampaikan hal yang sangat amat penting sekarang. “Papa menyuruh kamu kembali ke sini untuk menikah.”

          Angkasa yang semula tersenyum, tiba-tiba kaget dengan pernyataan Papanya barusan. Benar-benar diluar dari dugaanku sebelumnya.

          “Bagaimana pendapatmu?” tanya Papa

          “Papa sudah memutuskannya bukan?” jawab Angkasa datar.

          “Tapi bagimanapun juga, kami tetap ingin mendengarkan pendapatmu,” ucap Oma dengan lembut seolah memberi pengertian.

          “Tapi bagaimanapun pendapat kamu, hasilnya tetap saja akan sama,” potong Papa.

          “Kamu tidak bisa menyangkal dari perintah ini. Jadi mulai sekarang buatlah dirimu menjadi senyaman mungkin dan mulailah bersikap sebagai seorang penerus perusahaan,” ucap Papa melanjutkan.

          Dengan rasa menyesal, Angkasa berdiri dan membungkuk menghadap papanya, seolah minta maaf atas kelancangan yang dilakukannya. “Maaf Pa, tapi Angkasa nggak bisa melakukan itu.” Ia pun berjalan meninggalkan ruangan itu.

***

          Di luar rumah gelap benar-benar telah menghiasi setiap sudut taman rumah Angkasa. Hanya ada lampu-lampu jalan yang menghiasi. “Lihatlah betapa gelap dan kelamnya malam ini. Seolah mewakili kesedihanku sekarang,” batin Angkasa.

          Tanpa ragu Angkasa berjalan dengan lamban menuju kursi yang ada di taman itu. Di depannya ada kolam ikan yang di dalamnya ada beberapa ikan peliharaan omanya.

          Angkasa merenung dan mengingat setiap kata yang diucapkan oleh papanya beberapa waktu yang lalu. Membuatnya teringat kejadian 3 hari lalu sebelum dirinya kembali ke Indonesia.

          Angel, seorang model Indonesia yang sedang mengikuti pendidikan di Inggris. Ia bertemu Angkasa 3 tahun yang lalu ketika sedang jogging di taman kota. Saat itu Angel baru pertama kali ke tempat itu dan tanpa sengaja tersesat. Tanpa sengaja pula Angkasa menolongnya hingga akhirnya lama kelamaan keduanya menjadi kian dekat satu sama lain. Hingga menjalin sebuah hubungan yang cukup serius.

          Angel tengah membereskan barang-barang Angkasa yang akan di bawa pulang ke Indonesia. Dengan telaten ia mempacking semua barang-barang ke dalam beberapa koper yang sudah ada.

          Melihat Angel yang begitu serius beberes, Angkasa pun mengambil handphonenya dan merekam kegiatan itu.

          “Hei jangan lupa bawa ini, jangan sampai kamu tidak bisa pulang,” ucap Angel sambil memperlihatkan paspor milik Angkasa.

          “Sebenarnya aku benar-benar tak mau pergi. Aku ingin bersamamu saja disini.”

          Angel hanya terdiam mendengar ucapan Angkasa, lalu ia menghampiri Angkasa.

          “Ayo kita berfoto!” ajak Angkasa sambil membuka aplikasi kamera di handphonenya. Angel pun mendekat kepada Angkasa dan mengambil fose semenarik dan secantik mungkin.

          “Hei itu bukan foto sayang, tapi video. Gimana sih,” ucapnya sambil tertawa melihat tingkah Angkasa yang begitu lucu.

          Melihat Angel tertawa membuat Angkasa menatapnya dengan sangat dalam. Tatapan yang mengisyaratkan bahwa ia tak ingin berpisah jauh dari kekasihnya.

“Maukah kamu menikah denganku?” tanya Angkasa dengan tiba-tiba.

          Tawa Angel langsung terhenti dan beralih menatap Angkasa. Kedua bola mata mereka bertemu, lama hingga akhirnya Angel mengeluarkan kata-kata.

          “Sa, usia kita belum 20 tahun, kita masih dini. Terlalu dini untuk sebuah pernikahan. Kita belum siap untuk hal-hal seperti itu. Selain itu juga, masih banyak hal yang harus kita lakukan. Aku masih ingin mengejar impianku. Ada banyak peraturan dalam keluargamu, aku pasti tidak bisa melakukan itu semua. Maafkan aku. Dan juga kompetisi modeling tingkat  internasional sebentar lagi akan berlangsung. Aku benar-benar ingin menjadi model internasional yang handal sebagaimana impianku selama ini. Semuanya sudah berjalan dengan lancar, hingga detik ini Sa. Tinggal sebentar lagi aku bisa sampai di titik yang aku inginkan.”

          Angel tersenyum menatap Angkasa, menguatkan dan meyakinkannya bahwa pilihan yang dipilihnya adalah yang terbaik. Dan menikah bukanlah jalan keluarnya. Sedangkan Angkasa hanya terdiam kaku mendengar penuturan Angel barusan.

          “Ayo kita berfoto,” ucap Angel sambil mengambil ponsel yang di pegang Angkasa. Mereka pun mulai mengambil foto selfie berdua. “Tersenyumlah sayang,” ucap Angel sambil memegang tangan Angkasa.

          Bukannya mengikuti permintaan Angel untuk tersenyum, Angkasa malah menarik Angel ke dekapannya dan mencium keningnya dengan manja.

          “Aku mohon, tunggulah aku sebentar lagi. Jika memang kamu mencintaiku.” Angkasa tak juga mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya menatap Angel lalu memeluknya dengan erat. Seolah enggan untuk melepaskannya, hari ini, esok dan juga nanti.

          Ingatan itu kembali menghiasi pikiran Angkasa. Membuatnya kembali merindukan kekasihnya yang jauh di Inggris sana.

***

          Di balik jendela ruang tamu, Pak Bambang dan juga papanya berdiri melihat keluar jendela. Tampak jelas di sana Angkasa sedang duduk menyendiri di kursi taman bagian samping rumahnya.

          “Pak sepertinya tuan muda tidak begitu senang dengan keputusan yang bapak buat. Bahwa dia harus segera menikah.”

          “Dia sekarang sudah harus tahu untuk apa dia dilahirkan.”

Bab terkait

  • Fake Marriage   Chapter 3

    Aku Rachel, seorang siswa pelajar SMA kelas XII dan ini adalah tahun pertamaku berada di kelas XII. Aku adalah tipe orang yang sangat ceria. Menyukai kebebasan dan tidak pernah suka dipaksa dalam hal apapun itu. Impianku adalah menjadi seorang seniman terkenal di dunia. Semua orang akan tahu namaku. Suatu hari nanti aku akan menjadi terkenal. Itulah impianku sejak kecil hingga sekarang. Rumahku adalah tempat pijat. Lebih tepatnya ayahku membuka jasa pijat. Dengan menggunakan ramuan-ramuan tradisional yang ia racik sendiri. Selain itu Ayah juga menjual ramuannya di internet. Ayah adalah orang yang sangat baik. Sering kali ia melakukan pijatan secara gratis. Makanya kami tetap saja miskin meskipun setiap harinya Ayah selalu ramai dengan pelanggan. Ibuku juga sangat amat baik. Ia sering kali memarahi Ayah yang mel

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 4

    “Tepat sekali!” Ayah berusaha meyakinkan istri dan anak-anaknya. “Kakekmu adalah asisten pribadi dan juga sahabat dekat dari Ceo Ains-Sofft yang sebelumnya. Kalian bisa mengatakan bahwa kakekmu adalah salah satu orang penting di sana.” “Tidak bisa di percaya. Jika itu benar, kenapa kita masih miskin seperti ini,” Ibu mendonggak kepalanya melihat ke wajah Ayahnya. Belum usai persoalan surat hutang piutang suaminya, kini lelaki itu membuat isu baru. “Tidak pernah ada tuh teman kakek dari Ains-Soft yang datang menemui Ayah. Setidaknya untuk memberi hadiah kecil untuk keluarga kita yang begitu melarat ini. Dan kalau ternyata Ayah memang bagian dari perusahaan besar itu, kenapa tetap saja melakukan usaha pijat ini? kenapa tidak ke Ains-Soft saja,” ucap Ibu meledek Ayah. &nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 5

    Seperti biasa, sekolah selalu ribut dan ramai dengan siswa maupun siswi. Rachel berjalan di koridor sekolah sambil membawa buku gambar kesayangannya dan juga tidak lupa susu pisang yang selalu stay dengannya tiap pagi. Dengan langkah riang ia menghampiri temannya yang tengah duduk di depan kelas. “Berita terbarunya itu adalah Angkasa telah kembali setelah 10 tahun menetap di Inggris,” ucap Yuni. “Iya. Kemarin aku juga lihat beritanya di TV dan ternyata dia sangat tampan dari dugaanku,” Tima menambahkan. Dina melotot ke arah Yuni dan bertanya mengenai informasi terkini tentang Angkasa. “Asal kamu tahu saja Na, Angkasa termasuk dalam 10 besar di trending twitter tau ng

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 6

    Pluuusssttt ! Semburan air tepat membasahi wajah Angkasa. Rachel salah menyemburkan air ke wajah orang lain. Menyadari dirinya yang salah itu, membuat Rachel kaget dan hanya mampu terdiam kaku sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Mata Rachel melotot sempurna saat menyadari kebodohannya. Dengan kesal Angkasa membasuh wajahnya yang basah oleh semburan air dari Rachel. Di tambah lagi jasnya pun yang ikut basah kuyup. Dengan wajah yang merah padam, Angkasa menatap tajam Rachel seperti hendak menerkam saja. “Tuan Muuuda!” suara yang setengah bergetar memenuhi sudut ruangan. “Aku sudah menggosok gigi kok. Gigiku sangat bersih. Lihatlah,” ucapnya sambil unjuk gigi di hadapan Angkasa. Mendengar keributan di luar, Tima Yuni dan juga Dina langsung keluar dari tempat persembunyiannya. “Rachel.” teriak Yuni dengan kaget saat melihat Angkasa yang sudah basah kuyup. “Malang sekali.” Ucap Tima lalu segera lari dan meningga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Fake Marriage   Chapter 7

    Setelah mendapatkan alamat yang di maksud oleh Angkasa, Ben lalu mengeluarkan handphonenya dan memotret bagian depan rumah itu. Lalu mencoba untuk menghubungi Angkasa. “Saya sudah menemuukannya tuan.” “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon telah terputus. Dengan sigap Angkasa mengambil kunci motornya dan segera berangkat mencari alamat calon tunangannya. Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat yang di tujunya itu. *** Rachel yang berada di rumahnya sedang asyik membersihkan kaca jendela bagian depan. Di sela waktu membersihkan, ia lagi lagi menggambar pangerannya, tentu saja pangeran tanpa wajah. Tawa bahagia pun terpancar di wajahnya setiap kali ia selesai menggambar dan melihat pangerannya itu. Meskipun tanpa wajah, entah mengapa ada daya tarik tersendiri yang dapat dirasakannya. “Ayolah balikkan wajahmu pan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Fake Marriage   Chapter 8

    Ramon dengan tergesa-gesa bangkit dari duduknya dan bergegas melangkah menuju ke kamar pelanggannya. Ibu pun mengikutinya dari belakang. Dengan penuh tanya, mereka berdua menemui Bambang. Melihat Bambang sedang duduk santai sembari menikmati teh hangatnya, Ramon kemudian ikut duduk di dekatnya. Begitu pula dengan Diah, istrinya. Bambang mengawali pembicaraannya dengan senyuman. Ramon dan Diah lantas membalas senyuman itu dan mulai penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh lelaki yang kini sedang menatap wajahnya dengan begitu serius itu. Dengan pelan Bambang mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat itu dan alasannya mengumpulkan kedua orang tua Rachel. “Saya sebenarnya adalah utusan dari Pak Bastian, ceo dari perusahaan Ains-Soft. Tanpa saya jel

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Fake Marriage   Chapter 9

    Malam ini Ramon tengah bermeditasi, sembari mencoba mengingat dimana ia meletakkan kalung pemberian ayahnya. Diah pun sudah membantu dengan mencari di segala tempat. Namun masih saja mereka berdua tidak menemukannya. “Ayah, bagaimana ini? sudah hampir 3 hari. Pasti ia akan segera datang menemui kita lagi. Bagaimana jika ternyata kita tidak juga menemukan kalung itu. Memangnya Ayah tidak ingat yah dimana kalung itu berada? atau jangan-jangan Ayah menggadaikannya yah,” sambil mengotak-atik lemari pakaiannya. “Ayah, apa yang kau lakukan?” teriak Diah saat melihat suaminya malah sibuk bermeditasi tanpa mau mendengarkan ucapannya. Mendadak Ramon membuka matanya, lalu melihat ke arah istrinya dan tersenyum senang. “Ibu, aku akhirnya mengingatnya.” Diah melo

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Fake Marriage   Chapter 10

    “Ayah, Ibu!” teriak Rachel marah. “Tapi aku ini kan masih sangat muda,” lanjutnya sambil berdiri dari duduknya. “Sayang duduklah dulu sebentar, jangan marah begitu. Tenanglah dulu.” Diah mencoba menenangkan. “Jadi perjanjian ini sebenarnya adalah perjanjian antara kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Angkasa di masa lalu. Jadi kau harus melakukannya, melakukan pernikahan ini,” Bambang kembali menjelaskan kepada Rachel. “Apa? Bagaimana bisa? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal. Itu mustahil kan Ayah.” Pak Bambang menarik nafas panjang, pusin

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22

Bab terbaru

  • Fake Marriage   Chapter 14

    Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Ramon selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasan akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Ramon lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Ramon dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Diah menjadi lebih kalem m

  • Fake Marriage   Chapter 13

    Pagi memompakan udara segar. Sinar matahari menampar dedaunan dan rumput yang lembab karena embun. Rachel sedang menikmati hari liburnya dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Di atas kasur, Rachel sibuk bermain dengan ponselnya. Di luar kamar Rachel ada Diah yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawalnya datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Ramon terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Memakai setelan baju yang berwarna hitam. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Kali ini ada dua orang pengawal yang Bondan bawa. Pengawal dengan tubuh kekar dan penuh tato. Ramon sedang sibuk dengan minyak

  • Fake Marriage   Chapter 12

    Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan. Yah. Ini adalah berita tentang penerus dari perusahaan Ains-Soft. Angkasa, seseorang yang sangat populer di kalangan perempuan. Tua maupun muda, aku juga termasuk pengagumnya. Tapi menurutku ini menjadi berita menyedihkan untuk para penggemarnya, bukanlah sebuah berita bahagia. Karena kali ini alasan dia tiba-tiba kembali ke negeri ini bukan untuk alasan pendidikannya semata tetapi juga karena alasan pesta pernikahan. Masalah ini mendadak di bicarakan oleh berbagai pengguna sosial media dan menjadi tranding saat ini. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba un

  • Fake Marriage   Chapter 11

    Dengan langkah lunglai, Rachel berjalan meninggalkan taman belakang, tempat di mana kedua orang tuanya sedang bertengkar. Ia melewati ruang tengah yang dilewatinya tadi, lantas berhenti di meja tempat ia menyimpan kalung pemberian kakeknya itu. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekhawatiran sekarang. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang ia miliki, ia memberanikan diri untuk mengambil kalung itu dan memasangnya di leher jenjang miliknya. Air matanya pun perlahan mengalir sempurna membasahi pipi cubbynya. Rachel mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya. Merobek selembar kertas dan menulis catatan untuk keluarganya. Untuk sementara aku akan tinggal bersama dengan temanku. Jangan mencariku dan jangan menghubungiku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Untuk rencana pernikahan d

  • Fake Marriage   Chapter 10

    “Ayah, Ibu!” teriak Rachel marah. “Tapi aku ini kan masih sangat muda,” lanjutnya sambil berdiri dari duduknya. “Sayang duduklah dulu sebentar, jangan marah begitu. Tenanglah dulu.” Diah mencoba menenangkan. “Jadi perjanjian ini sebenarnya adalah perjanjian antara kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Angkasa di masa lalu. Jadi kau harus melakukannya, melakukan pernikahan ini,” Bambang kembali menjelaskan kepada Rachel. “Apa? Bagaimana bisa? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal. Itu mustahil kan Ayah.” Pak Bambang menarik nafas panjang, pusin

  • Fake Marriage   Chapter 9

    Malam ini Ramon tengah bermeditasi, sembari mencoba mengingat dimana ia meletakkan kalung pemberian ayahnya. Diah pun sudah membantu dengan mencari di segala tempat. Namun masih saja mereka berdua tidak menemukannya. “Ayah, bagaimana ini? sudah hampir 3 hari. Pasti ia akan segera datang menemui kita lagi. Bagaimana jika ternyata kita tidak juga menemukan kalung itu. Memangnya Ayah tidak ingat yah dimana kalung itu berada? atau jangan-jangan Ayah menggadaikannya yah,” sambil mengotak-atik lemari pakaiannya. “Ayah, apa yang kau lakukan?” teriak Diah saat melihat suaminya malah sibuk bermeditasi tanpa mau mendengarkan ucapannya. Mendadak Ramon membuka matanya, lalu melihat ke arah istrinya dan tersenyum senang. “Ibu, aku akhirnya mengingatnya.” Diah melo

  • Fake Marriage   Chapter 8

    Ramon dengan tergesa-gesa bangkit dari duduknya dan bergegas melangkah menuju ke kamar pelanggannya. Ibu pun mengikutinya dari belakang. Dengan penuh tanya, mereka berdua menemui Bambang. Melihat Bambang sedang duduk santai sembari menikmati teh hangatnya, Ramon kemudian ikut duduk di dekatnya. Begitu pula dengan Diah, istrinya. Bambang mengawali pembicaraannya dengan senyuman. Ramon dan Diah lantas membalas senyuman itu dan mulai penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh lelaki yang kini sedang menatap wajahnya dengan begitu serius itu. Dengan pelan Bambang mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat itu dan alasannya mengumpulkan kedua orang tua Rachel. “Saya sebenarnya adalah utusan dari Pak Bastian, ceo dari perusahaan Ains-Soft. Tanpa saya jel

  • Fake Marriage   Chapter 7

    Setelah mendapatkan alamat yang di maksud oleh Angkasa, Ben lalu mengeluarkan handphonenya dan memotret bagian depan rumah itu. Lalu mencoba untuk menghubungi Angkasa. “Saya sudah menemuukannya tuan.” “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon telah terputus. Dengan sigap Angkasa mengambil kunci motornya dan segera berangkat mencari alamat calon tunangannya. Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat yang di tujunya itu. *** Rachel yang berada di rumahnya sedang asyik membersihkan kaca jendela bagian depan. Di sela waktu membersihkan, ia lagi lagi menggambar pangerannya, tentu saja pangeran tanpa wajah. Tawa bahagia pun terpancar di wajahnya setiap kali ia selesai menggambar dan melihat pangerannya itu. Meskipun tanpa wajah, entah mengapa ada daya tarik tersendiri yang dapat dirasakannya. “Ayolah balikkan wajahmu pan

  • Fake Marriage   Chapter 6

    Pluuusssttt ! Semburan air tepat membasahi wajah Angkasa. Rachel salah menyemburkan air ke wajah orang lain. Menyadari dirinya yang salah itu, membuat Rachel kaget dan hanya mampu terdiam kaku sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Mata Rachel melotot sempurna saat menyadari kebodohannya. Dengan kesal Angkasa membasuh wajahnya yang basah oleh semburan air dari Rachel. Di tambah lagi jasnya pun yang ikut basah kuyup. Dengan wajah yang merah padam, Angkasa menatap tajam Rachel seperti hendak menerkam saja. “Tuan Muuuda!” suara yang setengah bergetar memenuhi sudut ruangan. “Aku sudah menggosok gigi kok. Gigiku sangat bersih. Lihatlah,” ucapnya sambil unjuk gigi di hadapan Angkasa. Mendengar keributan di luar, Tima Yuni dan juga Dina langsung keluar dari tempat persembunyiannya. “Rachel.” teriak Yuni dengan kaget saat melihat Angkasa yang sudah basah kuyup. “Malang sekali.” Ucap Tima lalu segera lari dan meningga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status