Dangerous Lies [Bahasa Indonesia]

Dangerous Lies [Bahasa Indonesia]

last updateLast Updated : 2021-05-24
By:  NisCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
31Chapters
2.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

-Di saat kebohongan itu berbahaya, mengancam segala apa yang kamu miliki sekarang-Naufal Richard Smith. Begitu nama lengkap dari seorang aktor yang disapa Falri. Namanya menjulang tinggi di dunia perfilm-an. Selain good looking, Falri dikenal sebagai aktor good attitude. Semua orang mengidolakannya.Ada satu hal yang tidak diketahui penggemarnya sampai saat ini. Kesalahan fatal yang dilakukan Falri di masa SMP bersama Jeslyn, kekasih cinta monyetnya. Kesalahan yang mengakibatkan dirinya diusir dari rumahnya sendiri, dan harus luntang-lantung di jalanan sebelum menjadi aktor sukses.Di saat kebohongan terbongkar. Kesuksesannya langsung mencuat turun. Tidak ada lagi sang penggemar. Tidak ada lagi kerjasama kontrak kerja. Tidak ada lagi yang menemaninya.Ini semua gara-gara dia!

View More

Chapter 1

bab 01

Dua remaja SMP berlawanan jenis tengah berada di sebuah kamar minimalis. Si remaja perempuan yang sedang di dalam toilet, sedangkan si remaja laki-laki yang menunggu di depan pintu toilet.

Wajah mereka berdua sama-sama cemas. Resah dan gelisah melanda di setiap perasaan mereka masing-masing.

Lima belas menit berlalu ...

Remaja perempuan yang masih memakai seragam putih biru keluar. Remaja SMP yang bernama Jeslyn Putri ini tampak menahan tangis. 

Jeslyn menghampiri remaja lelaki yang berstatus pacarnya, Naufal. Naufal Richard Smith, kepanjangan namanya.

"Gimana hasilnya?" tanya Naufal, tidak sabar.

Jeslyn menangis. Naufal segera memeluk tubuh ringkih Jeslyn. Jeslyn melepaskan pelukan itu dengan kasar. Dia menatap Naufal dengan tatapan penuh harap.

"Ka-kamu pasti bakal tanggung jawab, kan?" tanya Jeslyn, memastikan.

"Tanggung jawab apa?" Naufal balik bertanya. "Memang ada apa?"

"Kamu pasti bakal tanggung jawab, kan, Fal?!" tanya Jeslyn, lirih.

"Jelasin, Jes. Aku nggak ngerti," ucap Naufal, lirih.

Jeslyn membiarkan air matanya yang masih menetes. Dia memberikan sebuah benda berbentuk strip kepada Naufal. Naufal menerimanya kemudian melihat dua garis merah di benda itu.

Naufal semakin tidak mengerti. Apa ini? batinnya. Dia menatap Jeslyn, meminta penjelasan. "Jelasin, Jes? Apa maksud dari benda ini? Terus kenapa ada dua garis merah?"

"I-itu testpack," jawab Jeslyn, sendu.

"Testpack?"

Jeslyn mengangguk. "Iya, testpack."

"Maksud dari benda ini?"

Jeslyn mengambil alih testpack dari genggaman Naufal. Dia mengangkat benda itu setinggi dagunya.

"Ini testpack, gunanya untuk mengecek kehamilan," jelas Jeslyn lalu menunjukkan dua garis merah di dalamnya, "dua garis merah ini berarti aku ---"

"Nggak! Pasti kamu nggak hamil, kan?" potong Naufal.

"Aku hamil, Naufal!" tegas Jeslyn lantas menangis.

Naufal menggeleng tidak percaya. "Nggak mungkin!"

"T-tapi ini yang terjadi. Kamu harus tanggung jawab, Fal." 

"Kita masih kelas tiga SMP, Jeslyn. Mana mungkin aku tanggung jawab. Kita masih bocah. Kamu urusin aja dedek bayi itu sendiri. Aku pergi." Jeslyn menatap kecewa pada Naufal. Lelaki itu sama sekali ---- tidak peduli? Bahkan karena dirinya sendiri membuat Jeslyn harus menanggung itu semua.

"Tapi kenapa, Fal?" tanya Jeslyn, menahan tangan Naufal untuk tidak lekas pergi dari kamarnya.

"Karena aku masih punya banyak impian, Jes! Cukup, ya. Kita selesai di sini."

---

Naufal mengacak-acak rambutnya. Persetan dengan sekelebat kenangan kelam yang kembali hadir. Dia menegak segelas air putih lalu menghembuskan nafas panjang. Sudah dua tahun lamanya, dia berusaha lari dari kesalahan yang menghantuinya.

Kesalahannya yang mengakitbatkan dirinya diusir mentah-mentah oleh keluarganya sendiri. Kesalahan yang juga membawa seorang Naufal Richard Smith menjadi aktor yang kerap disapa Falri. Meskipun usianya baru menginjak tujuh belas tahun, Falri sudah sangat lihai berakting di setiap film yang dinaunginya.

"Jeslyn? Lo dimana? Apa kabar lo? Gue --- sayang sama lo tapi gue nggak bisa tanggung jawab. Apa anak ki-kita masih hidup selama dua tahun terakhir ini?" monolog Falri, menyesali perbutannya. Nasi sudah menjadi bubur.

Suara ketukan pintu menyadarkan lamunan Falri. Dia bangkit dari kursi di balkon kamar lantas berjalan menuju pintu kamar. Falri membuka pintu kamar dan menampilkan sosok pria yang selalu menemaninya dua tahun terakhir ini.

"Eh, bang Glen." 

Glen, namanya. Tidak ada yang pernah tahu, siapa nama lengkapnya. Hanya Glen saja. Seorang pria berusia dua puluh delapan tahun yang menjadi abang angkat sekaligus manager Falri. Mereka berdua tinggal di sebuah apartemen mewah berkat kerja dan usaha Falri dan dibantu Glen.

"Hm." Glen berdehem pelan sebelum memulai ucapannya. "Guru homeschooling udah dateng. Buruan ambil peralatan sekolah. Lo cuma butuh waktu belajar tiga jam lagi. Terus lanjut ikut casting di gedung matahari."

"Iya, Bang. Gue siap-siap dulu."

Glen mengangguk lantas pergi dari hadapan Falri. Falri langsung bergegas mengambil peralatan sekolahnya. Tahun ini, Falri sudah di bangku kelas 11 SMA, akan tetapi terpaksa harus homeschooling karena kepadatan jadwal acting.

Falri menenteng ransel hitamnya seraya berjalan menuju ruang tamu. Sudah ada Kak Satya, guru homeschooling-nya. Falri menghampiri Kak Satya, kemudian duduk di hadapannya.

"Hai, Falri." Kak Satya menyapa hangat.

"Hai, Kak. Langsung aja, ya?"

Kak Satya mengangguk. "Kamu baca dan pahami materi biologi di halaman 20 sampai 23. Kalau belum paham, bisa nanya saya."

"Siap, Kak." Falri segera membaca dan memahami materi biologi yang diberikan oleh Kak Satya. Beruntung otak Falri termasuk kompoten dalam bidang akademik. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Falri memahami segala isi materi di dalam lembaran buku.

"Sudah?" tanya Kak Satya.

"Sudah, Kak." Falri menjawab dengan lugas dan mantap.

"Paham?" Falri mengangguk mantap.

Kak Satya tersenyum kecil. Dia memberikan selembaran kertas berisi dua puluh lima soal essay. "Kamu kerjakan soal-soal ini."

"Baik, Kak." Falri dengan gesit mengerjakan soal-soal.

Tangannya tidak berhenti menulis. Sedangkan otaknya tidak berhenti memutar dan bekerja, memilah pemahaman materi dari sebelum-sebelumnya. Butuh waktu tiga puluh menit bagi Falri menyelesaikan dua puluh lima soal yang memiliki anak sebanyak dua.

"Selesai, Kak." Falri melapor kepada Kak Satya yang tengah mengetik dashboard laptop.

Kak Satya mengalihkan atensinya. "Sudah? Saya koreksi dulu." Kak Satya mengambil alih kertas jawaban Falri. Kemudian, mengoreksinya dengan begitu teliti.

Falri mengetuk-ngetuk meja dan bersenandung pelan. Menunggu Kak Satya mengoreksi soal begitu lama. Sangat, membosankan!

Sepuluh menit berlalu ...

Masih belum ada tanda-tanda Kak Satya selesai.

Dua puluh menit berlalu ...

Kak Satya masih fokus mengoreksi jawaban.

Tiga puluh menit berlalu ...

Kak Satya memilah-milah jawaban yang benar dan salah.

Empat puluh menit berlalu ...

Falri sudah menguap lebar, tanda ngantuk. 

Lima puluh menit berlalu ...

Falri sudah tenang di alam mimpinya.

Satu jam berlalu ...

Kak Satya menutup bolpoinnya setelah memberikan nilai di kertas jawaban. Kak Satya menatap Falri yang tengah mendengkur halus.

Kak Satya tertawa kecil. Dia menepuk pelan pipi Falri. Falri yang ditepuk langsung tersentak bangun. "Siap, komandan!" latah Falri mengundang gelak tawa Kak Satya dan Bang Glen yang baru saja datang.

"Kebiasaan! Kalau belajar pasti tidur," cibir Bang Glen saat melihat Falri tengah mengucek mata ngantuknya. Kemudian dia duduk di salah satu bangku, agak jauh dari Falri.

"Hoaam ...." Falri menguap lebar. Glen geleng-geleng kepala sedangkan Kak Satya tersenyum tipis.

"Sudah puas tidurnya?" tanya Kak Satya.

"Baru sepuluh menit, Kak." Falri menjawab dengan mata yang memerah, menahan kantuk.

"Setelah saya koreksi, lima jawaban salah. Dua puluh jawaban sudah benar. Dapat nilai delapan puluh plus waktu tidur. Kurang baik apa saya sama kamu, Falri?"

Falri menyengir lebar. "Terima kasih, Kak. Omong-omong kalau koreksi soal jangan lama-lama, dong. Ngantuk jadinya."

"Biasanya kalau ngantuk pas belajar itu banyak setannya," ujar Glen memberi tahu. Dia bergidik ngeri seraya menatal Falri serius. "Makanya kalau udah waktunya sholat itu sholat."

"Diem, ah." Falri berdecak pelan. "Yang setannya, kan, lo."

"Enak aja!" dengus Glen. Dia menatap Satya sejenak. "Gue bawa Falri sekarang, ya, Sat? Jadwal casting dimajuin."

"Okay, gue balik dulu." 

Satya dan Glen memang bersahabat sejak SMP. Hanya saja saat kuliah mereka tidak sejurusan. Glen mengambil jurusan managemen bisnis. Sedangkan Satya mengambil jurusan pendidikan.

"Makasih, Kak." Falri mengucap dengan mata yang sudah segar karena baru saja menegak segelas kopi milik Glen.

Glen berdecak keras melihat Falri yang baru saja meminum kopinya hingga tandas. "Eh, kopi gue!" 

"Nyicip."

"Nyicip itu nggak sampai ngabisin, bego!"

"Bodo, ah."

Satya merapihkan barang-barang miliknya. Kemudian menatap Glen dan Falri secara bergantian. "Balik dulu."

Glen dan Falri mengangguk seraya berkata, "hati-hati."

Glen menatap Falri. "Buruan siap-siap. Casting dua puluh lima menit lagi dimulai. Ingat, lo harus dapat peran tokoh utama. Karena menurut kabar, peran tokoh utama perempuan itu cantik banget."

"Hm, iya-iya. Siapa sih emang?"

"Jes ---" Glen memberikan jeda. Dia mengetuk-ngetuk kepalanya, berharap bisa mengingat jelas siapa nama aktris perempuan baru itu.

Bukan Jeslyn, kan?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Penalancip
Ceritanya bagus 😭 semangat terus thor!❤
2021-06-16 09:34:23
0
user avatar
Saffanaini
Keren kak😍
2021-06-15 20:25:25
0
31 Chapters
bab 01
Dua remaja SMP berlawanan jenis tengah berada di sebuah kamar minimalis. Si remaja perempuan yang sedang di dalam toilet, sedangkan si remaja laki-laki yang menunggu di depan pintu toilet.Wajah mereka berdua sama-sama cemas. Resah dan gelisah melanda di setiap perasaan mereka masing-masing.Lima belas menit berlalu ...Remaja perempuan yang masih memakai seragam putih biru keluar. Remaja SMP yang bernama Jeslyn Putri ini tampak menahan tangis. Jeslyn menghampiri remaja lelaki yang berstatus pacarnya, Naufal. Naufal Richard Smith, kepanjangan namanya."Gimana hasilnya?" tanya Naufal, tidak sabar.Jeslyn menangis. Naufal segera memeluk tubuh ringkih Jeslyn. Jeslyn melepaskan pelukan itu dengan kasar. Dia menatap Naufal dengan tatapan penuh harap."Ka-kamu pasti bakal tanggung jawab, kan?" tanya Jeslyn, memastikan."Tanggung jawab apa?" Naufal balik bertanya. "Memang ada apa?""Kamu pasti bakal tanggung jawab, kan, Fal?!" tan
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
Bab 02
Falri masih menunggu Glen yang sedang berpikir. Oh, kenapa mengingat nama seseorang saja lama sekali. Dasar bang Glen!"Namanya siapa, Bang?" Sudah dua puluh kali Falri bertanya dengan pertanyaan yang sama."Oh, iya! Gue ingat!" teriak Glen mengagetkan Falri.Falri mengelus dadanya. Sabar, sabar. Orang sabar pantatnya lebar. Kalau orang lari dari tanggung jawab, gimana? Eh!"Siapa?" tanya Falri, tidak sabaran."Jess ---""Bang!" "Jessica Mauren, iya namanya itu!"Falri menghela nafas lega. Bukan Jeslyn, batin Falri. Dia menatap Glen sejenak. "Katanya dua puluh lima menit lagi mau dimulai castingnya. Terus ngapain kita masih di sini, Bang?""Oh, iya juga, ya. Yaudah, sih, santai aja masih lima belas menit lagi," sahut Glen santai.Falri mengangguk. Berselang lima detik, mereka membelalakkan matanya. "Astaga! Bego!" Umpatan itu terlontar dari dua mulut secara serempak.Falri segera merapihkan pakaiannya dan Glen m
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
Bab 03
"Kak Fa-Fani," lirih Falri, seusai bisa membuka suara kembali.Gadis yang dipanggil Kak Fani itu mendesis pelan. Dia menatap dingin Falri. "Jangan sebut saya kakak Anda! Saya tidak sudi memiliki adik bajingan," bisik Kak Fani penuh penekanan."Kak." Falri menatap Kak Fani dengan perasaan rindu dari seorang adik kepada kakaknya. Namun, sepertinya Kak Fani tidak lagi sama semenjak kejadian hari itu."Cepat, casting! Masih banyak talent yang menunggu," ujar Kak Fani, tanpa menyahut panggilan Falri sama sekali.Dia bergegas menjauh dari Falri. Dan, Falri berjalan ke tempat casting. Dia mengikuti segala prosedur casting.Tiga puluh menit berlalu ...Falri dan Glen sudah berada di sebuah cafe, seberang gedung matahari. Sudah lima belas menit lalu, acara casting selesai. Lima belas menit pula mereka menikmati segelas kopi susu di sudut pojok kanan cafe. Glen yang asik menikmati senandung lagu yang dinyanyikan oleh vocalis band cafe. Sedangkan
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
Bab 04
Hari ini hari Minggu. Falri datang ke kafe untuk bertemu dengan Jeslyn. Mereka berdua sudah sepakat bertemu lewat perbincangan singkat di aplikasi chatting. Falri memilih duduk di sudut pojok kanan. Tidak terlalu ramai. Falri bersenandung pelan. Sesekali jepretan kamera mengarah ke dirinya.Falri sebisa mungkin untuk tetap memasang wajah kerennya. Tidak mau sampai ada aib satu punudari jepretan para penggemar di dalam kafe."Lama banget, sih." Falri berdecak pelan, nyaris tanpa suara.Yang ditunggu pun tiba. Jeslyn datang menghampiri Falri. Falri menatap tidak percaya dengan tampilan Jeslyn sekarang. Balutan dress berwarna pink juga rambut sebahu yang digerai bebas.Seingatnya, Jeslyn amat tidak menyukai dengan dress, warna pink, dan rambut digerai. Lantas ini? Jeslyn, asli atau bukan?"Jeslyn?" panggil Falri, masih belum percaya dengan penampilan Jeslyn yang berbanding tiga ratus enam puluh derajat."Hai." Jeslyn duduk di bangku, tepa
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
05
Falri memainkan ponselnya, jari-jari tangan bergerak lincah meneliti segala sudut pandang sosial media. Beginilah seorang Falri jika dilanda kegabutan di tengah lokasi syutting.Syuting sedang break sejak lima menit lalu. Falri enggan membaca dan memahami dialog yang akan dipakainya nanti. Dia masih sibuk memainkan ponsel bermerk apik itu."Falri," panggil seseorang yang tiba-tiba menghampirinya.Falri mengalihkan atensinya. Kemudian, melihat seorang gadis yang memanggilnya. Dia --- Kak Fani.Falri segera meletakkan ponselnya di saku celana. "Ada apa, Kak?""Gue butuh bicara sama lo," jawab Kak Fani, tidak sabaran."Mau dimana?""Di kafe dekat sini. Gue nggak punya banyak waktu."Falri mengangguk setuju. Dia mengikut langkah sang kakak yang terlebih dahulu melangkah. Falri masih menebar senyum mempesona untuk para penggemar yang berteriak bahagia karena bertemu dengan si idola. Andai saja penggemarnya tahu apa yang dulu pernah diperbua
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
06
Falri masih tertidur pulas. Kulitnya terlihat pucat pasi. Bibir tipisnya kering, seperti tidak bertenaga.Glen yang melihat keadaan adik angkatnya hanya tersenyum sendu. Dia sudah mengetahui bahwa tadi malam, Falri mendonorkan darahnya ke Papa kandungnya. Glen tentu saja tahu, dia punya banyak intel. Jadi, jangan pernah heran jika Glen tahu sendiri tanpa diberitahu terlebih dahulu.Glen berusaha membangunkan Falri. Falri juga butuh makan meskipun sedang sakit.Falri mengerjapkan matanya perlahan. Rasa pusing masih menyergap di ubun-ubun kepalanya. Dia memegang keningnya, mencoba untuk meredakan rasa pusing itu."Eh, bang Glen." Falri menyapa dengan suara serak karena habis bangun tidur dan masih sakit.Glen berdehem pelan. "Gue bangga sama lo, Ri.""Maksudnya, Bang?" "Lo pikir gue nggak tau apa yang lo lakuin semalem? Sampai-sampai lo jadi jatuh sakit gini?""Tahu darimana? Gue belum ngasih tahu, deh.""Gue tau sendiri, lah
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
07
Sudah sehari semalam, Falri beristirahat di rumah. Dia sudah siap untuk bekerja kembali. Walaupun Glen masih bilang, 'jangan dulu.'Glen menatap khawatir ke arah Falri yang tengah duduk di sofa sembari memakai sepatu."Lo seriusan mau hari ini syutting?"Falri menoleh ke arah Glen. "Daripada di rumah terus, kan? Lagi pula gue udah sehat sentosa gini.""Terus lo bakal klarifikasi tentang gosip di media sosial?"Memang kemarin, lebih tepatnya malam hari. Falri dicerca habis-habisan dengan puluhan pertanyaan dari Glen. Pada akhirnya, Falri lebih memilih jujur meskipun masih ada bumbu kebohongan. Falri hanya mengatakan jika Fani adalah kakak kandungnya sedangkan Jeslyn adalah teman sekelasnya pada zaman SMP."Ya, harus. Demi citra baik gue. Ya, kali gue digosip pakai berita sampah gini,"decak Falri."Lo mau klarifikasi apa? Okelah, kalau masalah Jesyln. Lah, kalau Fani? Lo mau bilang kalau dia adalah kakak kandung lo yang ikut-ikutan buang lo?"
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
08
Falri dan Glen tengah makan malam bersama di ruang Televisi. Mereka berdua memakan pecel lele buatan Bu Iy. Bu Iy, seorang pedagang pecel lele di depan area gedung apartemen yang terkenal dengan keenakan dan kemewahan dapargannya. Harga murah, kualitas mewah. Begitu sekiranya kata Bu Iy."Bang." Falri memanggil Glen di sela-sela melahap pecel lele."Apaan?""Gue mau minta suatu hal. Boleh?""Apaan? Jangan aneh-aneh!""Kak Satya belum ngajarin biologi tentang anu. Iya, itu a-anu, lho. Gue pas kelas tiga smp, kan nggak sempat ikut. Terus kelas satu SMA malah ketunda."Guratan kernyitan di dahi Glen kentara jelas. Dia menghentikan makanannya kemudian menegak setengah gelas air. "Anu apaan? Jangan ambigu, deh.""Ih, anu itu. Gimana, ya ngomongnya? Duh!" Falri jadi bingung sendiri.Glen mengedikkan bahu acuh. "Lo pikir dulu apa yang mau lo sampaikan, baru kasih tau gue," kata Glen lalu melanjutkan makannya.Falri mengangguk paham. Fal
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
09
Falri menutup pintu yang mengarah balkon kamarnya. Dia meraup wajah kasar. Kemudian mengacak-acak rambut. Sungguh, jangankan berbicara dengan Jeslyn. Bertemu dengannya saja bisa membuat Falri kembali frustasi.Falri membanting semua barang yang ada di kamarnya. Dia berteriak sesukanya. Berusaha mengalihkan rasa-rasa yang saling memberontak. Beruntung kamarnya kedap suara."Sialan, sialan! Gue benci sama diri gue sendiri! Agh!" Falri berteriak terus-menerus sembari melemparkan barang-barang hingga pecah.Kamar yang semula rapi bersih berubah menjadi kapal pecah. Pecahan barang bertebaran di lantai. Tubuh Falri merosot ke lantai. Lagi, lagi air matanya jatuh. Falri kembali menangis."Kenapa harus sesulit ini? Kenapa hidup ini jahat sama gue?" Falri bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Falri mengambil sebuah pecahan kaca keramik. Pecahan itu begitu tajam, setajam pisau yang siap menancap dimana pun. Falri tersenyum tipis."Harus banget gue nyakitin diri
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
10
***"Pacarnya kak Fani, kan?" tanya Jeslyn, memotong ucapan Glen.Glen mengangguk puas. Falri masih termangu. Berbeda dengan Fani yang berubah geram."Diam lo, bocah!" sentak Fani."A-aku cuma ngomong setahuku aja, kak," jujur Jeslyn seraya memainkan tangannya."Kak Fani," ucap Falri, menatap tidak menyangka ke arah Fani."Gue bisa jelasin semuanya, Ri!""Lo mau jelasin apa?" tanya Glen seraya menatap remeh ke arah Fani. Dia mengeluarkan ponselnya kemudian memecet dan memberikannya kepada Falri.  "Lo lihat ini! Video tentang kelicikan tiga serangkai duri."Falri menerima, meneliti video yang berisi perbincangan singkat antara Fani, Mamanya, dan orang yang nyaris mirip dengan Papanya."Gian ... kamu harus kuat, ya. Aku pastiin Falri bakalan mau donorin ginjalnya sama kamu," ucap Fani dengan optimis.Gian mengangguk lemah. "Semoga.""Pokoknya kamu jangan pernah putus asa, menantu tersayang," ujar Dira, Mama Fal
last updateLast Updated : 2021-03-28
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status