Share

Chapter 11

Penulis: Cerita.Racan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-30 07:57:55

            Dengan langkah lunglai, Rachel berjalan meninggalkan taman belakang, tempat di mana kedua orang tuanya sedang bertengkar. Ia melewati ruang tengah yang dilewatinya tadi, lantas berhenti di meja tempat ia menyimpan kalung pemberian kakeknya itu. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekhawatiran sekarang. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang ia miliki, ia memberanikan diri untuk mengambil kalung itu dan memasangnya di leher jenjang miliknya. Air matanya pun perlahan mengalir sempurna membasahi pipi cubbynya.

          Rachel mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya. Merobek selembar kertas dan menulis catatan untuk keluarganya.

          Untuk sementara aku akan tinggal bersama dengan temanku. Jangan mencariku dan jangan menghubungiku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Untuk rencana pernikahan dengan tuan muda Angkasa, aku harus memikirkannya dulu. -Rachel.

          Setelah menempelkan catatannya di dinding, Rachel bergegas keluar dari rumahnya. Segera berangkat ke sekolah, dengan menggunakan sepedanya ia mengayuh dengan kencang. Melampiaskan kekesalannya akan semua hal buruk yang sedang menimpa hidupnya. Keringat dan air mata pun bercampur menjadi satu. Berjatuhan seperti dedaunan yang gugur di pinggir jalan yang baru saja ia lewati itu.

Hari ini Rachel tidak seceria biasanya. Rachel juga tidak konsentrasi sejak awal bel pelajaran dimulai sampai dengan bunyi bel istrahat. Pikirannya masih terfokus pada kejadian tadi pagi di rumahnya.

          Teman-temannya pun mulai menyadari tingkah Rachel yang tidak seperti biasanya hari ini. Tidak seceria hari-hari sebelumnya. Padahal Rachel terkenal sebagai anak yang sangat ceria.

          “Rachel.”

          “Chel, jika kamu tidak cepat bagaimana caramu bisa selesai mengerjakan tugas dari pak Beni. Jangan bilang kamu mau di hukum yah.”

“Chel, ini Dina lagi ngomong Chel. Kok lo ngelamun terus sih.”

          “RACHELLL!” teriak ketiga temannya dengan kompak.

          Membuat Rachel akhirnya tersadar dari lamunannya. “Ha? kenapa? kalian udah mau berangkat yah? ayok,” ucapnya dengan asal.

          “Rachel ada apa denganmu hari ini sih. Kok enggak seperti biasanya. Kamu lagi mikirin apa. Ada masalaha ya?”

          “Tidak, tidak ada apa-apa kok. Semuanya baik-baik saja,” jelasnya sambil  tersenyum tanggung.

          “Eh bentar deh. Apaan tuh ribut-ribut.” Sambari berlari keluar. Melihat apa yang sedang terjadi di depan kelasnya.

          Siswa siswi kembali di hebohkan dengan kehadiran geng Angkasa. Yuni yang sedang menyaksikan, berlari masuk ke dalam kelasnya lagi, lalu menyeret temannya untuk keluar melihat pemandangan Angkasa dan juga temannya. Rachel pun akhirnya ikut terseret keluar.

          Sesampainya di depan kelas, Angkasa dan juga temannya sedang berdiri di lapangan yang hanya berjarak 5 meter dari posisi Rachel dan juga teman-temannya. Mata Angkasa melihat ke arah Rachel yang tengah berdiri di samping teman-temannya. Sementara itu, Rachel yang malu langsung menunduk, mencoba menghindari tatapan tajam dari Angkasa.

          “Lihatlah, Angkasa melihat ke sini, mungkinkah dia terpesona denganku. Aku rasa dia menyukaiku,” ucap Dina semangat.

          “Hei, hentikan!” sebuah kemoceng mendarat tepat di kepala Dina, Tima mencoba menyadarkan temannya dari mimpi indahnya di siang bolong. Pukulannya pun membuat Dina meringis kesakitan.

          “Dia melihatmu karena kamu menyemburkan air di wajahnya bodoh,” protes Tima.

          “Ha? bukan aku kali. Itu perbuatan Rachel.” Menunjuk Rachel dengan telunjuknya.

          Menyadari maksud ucapan Tima barusan membuat Rachel menutup wajahnya dengan menggunakan buku gambarnya sendiri.

“Hei kamu jangan menunjukku seperti itu dong. Nanti Angkasa melihatku,” ucap Rachel mulai takut.

          “Kalian tau, orang-orang berkelas seperti mereka itu selalu bersosialisasi satu sama lain. Sangat tidak mungkin mau berteman dengan kita, apalagi jatuh hati. Ingatlah itu. Jadi berhenti bersikap konyol.”

          “Ahh tapi dia melihatku, Ahhh Angkasa.”

          Diantara kehebohan temannya, Rachel mencoba melarikan diri dari tempat itu. Pikirannya benar-benar kacau dan Rachel tak ingin terjebak dalam lingkaran teman-temannya. Dengan cepat ia berlari menuju kamar mandi. Di sana Rachel menumpahkan segala kesedihannya yang telah berusaha ia tahan. Masalah pernikahan benar-benar membuatnya pusing ditambah lagi tadi pagi masalah  pertengkaran kedua orang tuanya pun menjadi beban pikirannya saat ini.

***

          “Hei lihatlah perempuan-perempuan itu. Bukankah mereka bertingkah sangat berlebih. Sepertinya mereka tidak pernah melihat leleki tampan sebelumnya,” ucap Zigit memperhatikan siswi yang sedang berteriak histeris melihat keberadaan mereka di tengah-tengah lapangan sekolah.

          “Oh iya, Sa lo udah lihat berita hari ini nggak?”

          “Belum. Kenapa memangnya?”

          “Angel masuk 20 besar dalam kompetisi modeling tingkat internasional. Aku lihat dia makin cantik dan seksi saja. Pantas saja kamu begitu tergila-gila padanya. Kamu masih berhubungan baik dengannya kan?”

          Angkasa menjadi terdiam setelah mendengar nama Angel. Ingatannya kembali saat ia terakhir kali bersama dengan kekasihnya itu. Hingga lamaran yang ditolak oleh Angel. Ingatan itu kembali menghantuinya.

          “Sa?”

          “Ha? Emm bisa enggak kalian biarkan aku sendiri dulu,” ucap Angkasa tegas sambil berlalu pergi meninggalkan tempat itu.

***

          Bel masuk berbunyi, sehingga dengan cepat Rachel menyeka air matanya dengan tisu. Berusaha untuk menenangkan pikirannya lalu melangkah keluar meninggalkan tempat itu.  Namun tangannya tiba-tiba saja ditarik oleh Angkasa. Membuat Rachel berbalik dan melihat ke arah lelaki itu.

          “Maaf, tapi pelajaran akan segera dimulai. Bisakah kamu melepaskan tanganku.”

          Angkasa tidak menghiraukan permintaan Rachel. Ia malah menariknya hingga jarak mereka semakin dekat. Membuat Rachel heran dengan tingkah aneh Angkasa kali ini.

          “Ada apa tuan muda?”

          “Kau bisa bicara santai denganku. Tak perlu sekaku itu. Bukannya kamu sudah tahu yah.”

          “Maksudmu tahu tentang apa?”

          Angkasa tidak menjawab. Matanya kembali menatap Rachel. Memperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Matanya berhenti pada sebuah kalung yang dipakai oleh Rachel. Kalung pemberian kakeknya di masa lalu. Sebuah simbol untuk perjanjian pernikahan mereka.

          Rachel  menyadari tingkah Angkasa yang sedang memperhatikan kalung yang sedang dipakai olehnya. Dengan cepat Rachel menyembunyikan kalung itu di balik bajunya. Namun sudah cukup terlambat karena Angkasa sudah terlanjur melihatnya.

          “Jadi kamu begitu sangat ingin ya menjadi seorang istri dari penerus Ains-Soft. Dasar perempuan miskin. Sepertinya kamu sudah sejak lama mengimpikan menjadi seorang tuan putri rupanya. Good job.”

          Wajah Rachel berubah menjadi merah padam. Emosi telah menguasai dirinya. Perkataan Angkasa benar-benar melukai hatinya. Namun bibirnya mendadak kaku. Tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.

          “Hei, ada apa sebenarnya denganmu? aku harap kamu tidak menyetujui pernikahan ini. Kamu belum tahu saja kesulitan apa yang akan kamu hadapi jika berada dalam keluargaku. Terlalu banyak aturan dan itu akan membuatmu tidak bisa bertahan. Tapi aku tidak bisa memaksakan kehendakku kepadamu juga. Aku hanya memberi tahumu saja, jangan sampai kelak kamu akan menyesali keputusanmu itu.”

          “Ak..” baru saja Rachel akan menjawab, Angkasa sudah berlalu pergi meninggalnya  seorang diri.

          Rachel menjadi kepikiran dengan kata-kata Angkasa tadi kepadanya. Namun sungguh di dalam hati Rachel pun tidak pernah sedikit pun terlintas niatnya untuk menyetujui pernikahan itu. Tapi jika melihat pertengkaran kedua orang tuanya tadi pagi membuatnya harus terpaksa melakukan pernikahan itu. Semua itu dilakukan Rachel untuk menyelamatkan keluarga yang sangat ia cintai dan sayangi. Bukan karena alasan ingin menjadi tuan putri.

          Rachel membuka buku gambar yang ada di tangan kanannya. Merobek gambar pangeran yang tak berwajah mliknya. Dengan kesal ia merobek gambar itu. Lalu menginjaknya dengan kasar. “Dasar pangeran gila. Aku sungguh membencimu. Sangat membencimu. Bahkan ketika aku mati sekalipun aku akan tetap membencimu.”

Bab terkait

  • Fake Marriage   Chapter 12

    Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan. Yah. Ini adalah berita tentang penerus dari perusahaan Ains-Soft. Angkasa, seseorang yang sangat populer di kalangan perempuan. Tua maupun muda, aku juga termasuk pengagumnya. Tapi menurutku ini menjadi berita menyedihkan untuk para penggemarnya, bukanlah sebuah berita bahagia. Karena kali ini alasan dia tiba-tiba kembali ke negeri ini bukan untuk alasan pendidikannya semata tetapi juga karena alasan pesta pernikahan. Masalah ini mendadak di bicarakan oleh berbagai pengguna sosial media dan menjadi tranding saat ini. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba un

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Fake Marriage   Chapter 13

    Pagi memompakan udara segar. Sinar matahari menampar dedaunan dan rumput yang lembab karena embun. Rachel sedang menikmati hari liburnya dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Di atas kasur, Rachel sibuk bermain dengan ponselnya. Di luar kamar Rachel ada Diah yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawalnya datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Ramon terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Memakai setelan baju yang berwarna hitam. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Kali ini ada dua orang pengawal yang Bondan bawa. Pengawal dengan tubuh kekar dan penuh tato. Ramon sedang sibuk dengan minyak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Fake Marriage   Chapter 14

    Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Ramon selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasan akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Ramon lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Ramon dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Diah menjadi lebih kalem m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Fake Marriage   Chapter 1

    Cuaca terlihat begitu cerah di luar ruangan. Alunan syahdu dari angin yang bertiup, perlahan menerbangkan dedaunan yang berjatuhan di jalanan. Di kejauhan, sebuah mobil sedan biru melaju dengan kencang melintasi jalanan ibu kota Jakarta. Ini adalah kali pertama Angkasa menginjakkan kakinya di Indonesia lagi. Setelah sekian lama menetap di Inggris. “Sudah banyak yang berubah ternyata,” ucap Angkasa di dalam mobil. Perjalanan yang cukup jauh membuatnya sangat kelelahan. Angkasa mengambil headset yang ada di dalam tasnya. Lalu ia mendengarkan lagu kesukaannya sambil menutup mata. “Tuan muda tampaknya kelelahan sekali,” ucap supir ketika melihat Angkasa yang tertidur di jok mobil bagian belakang. Kali ini jalanan cukup sepi kendaraan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 2

    Sinar bulan menerobos masuk lewat lubang-lubang kecil yang ada di kamar Angkasa. Menerpa wajahnya yang tergeletak di bawah balutan selimut berwarna putih bersih. Angkasa menggeliat sambil meluruskan badannya yang terasa begitu kaku sehabis perjalanan jauh tadi pagi. Perlahan ia meraih ponsel yang ada di meja dekat dari tempat tidurnya. Ternyata memang sudah malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. Dengan malas Angkasa bangun dan menuju kamar mandi untuk kemudian membersihkan diri. Lelah benar-benar membuatnya tertidur dengan sangat pulasnya. Ia bahkan sampai lupa jika malam ini ia sedang ada acara makan malam bersama keluarganya. Setelah memakai baju, Angkasa melangkah menuruni anak tangga satu demi satu. Melihat sekeliling hingga pandangannya terhenti pada sosok yang terlihat sedang menikmati waktu bersama. Ternyata anggota keluarganya sudah duduk santai di ruang tengah, mungkin sedang menunggu dirinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 3

    Aku Rachel, seorang siswa pelajar SMA kelas XII dan ini adalah tahun pertamaku berada di kelas XII. Aku adalah tipe orang yang sangat ceria. Menyukai kebebasan dan tidak pernah suka dipaksa dalam hal apapun itu. Impianku adalah menjadi seorang seniman terkenal di dunia. Semua orang akan tahu namaku. Suatu hari nanti aku akan menjadi terkenal. Itulah impianku sejak kecil hingga sekarang. Rumahku adalah tempat pijat. Lebih tepatnya ayahku membuka jasa pijat. Dengan menggunakan ramuan-ramuan tradisional yang ia racik sendiri. Selain itu Ayah juga menjual ramuannya di internet. Ayah adalah orang yang sangat baik. Sering kali ia melakukan pijatan secara gratis. Makanya kami tetap saja miskin meskipun setiap harinya Ayah selalu ramai dengan pelanggan. Ibuku juga sangat amat baik. Ia sering kali memarahi Ayah yang mel

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 4

    “Tepat sekali!” Ayah berusaha meyakinkan istri dan anak-anaknya. “Kakekmu adalah asisten pribadi dan juga sahabat dekat dari Ceo Ains-Sofft yang sebelumnya. Kalian bisa mengatakan bahwa kakekmu adalah salah satu orang penting di sana.” “Tidak bisa di percaya. Jika itu benar, kenapa kita masih miskin seperti ini,” Ibu mendonggak kepalanya melihat ke wajah Ayahnya. Belum usai persoalan surat hutang piutang suaminya, kini lelaki itu membuat isu baru. “Tidak pernah ada tuh teman kakek dari Ains-Soft yang datang menemui Ayah. Setidaknya untuk memberi hadiah kecil untuk keluarga kita yang begitu melarat ini. Dan kalau ternyata Ayah memang bagian dari perusahaan besar itu, kenapa tetap saja melakukan usaha pijat ini? kenapa tidak ke Ains-Soft saja,” ucap Ibu meledek Ayah. &nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 5

    Seperti biasa, sekolah selalu ribut dan ramai dengan siswa maupun siswi. Rachel berjalan di koridor sekolah sambil membawa buku gambar kesayangannya dan juga tidak lupa susu pisang yang selalu stay dengannya tiap pagi. Dengan langkah riang ia menghampiri temannya yang tengah duduk di depan kelas. “Berita terbarunya itu adalah Angkasa telah kembali setelah 10 tahun menetap di Inggris,” ucap Yuni. “Iya. Kemarin aku juga lihat beritanya di TV dan ternyata dia sangat tampan dari dugaanku,” Tima menambahkan. Dina melotot ke arah Yuni dan bertanya mengenai informasi terkini tentang Angkasa. “Asal kamu tahu saja Na, Angkasa termasuk dalam 10 besar di trending twitter tau ng

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05

Bab terbaru

  • Fake Marriage   Chapter 14

    Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Ramon selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasan akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Ramon lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Ramon dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Diah menjadi lebih kalem m

  • Fake Marriage   Chapter 13

    Pagi memompakan udara segar. Sinar matahari menampar dedaunan dan rumput yang lembab karena embun. Rachel sedang menikmati hari liburnya dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Di atas kasur, Rachel sibuk bermain dengan ponselnya. Di luar kamar Rachel ada Diah yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawalnya datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Ramon terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Memakai setelan baju yang berwarna hitam. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Kali ini ada dua orang pengawal yang Bondan bawa. Pengawal dengan tubuh kekar dan penuh tato. Ramon sedang sibuk dengan minyak

  • Fake Marriage   Chapter 12

    Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan. Yah. Ini adalah berita tentang penerus dari perusahaan Ains-Soft. Angkasa, seseorang yang sangat populer di kalangan perempuan. Tua maupun muda, aku juga termasuk pengagumnya. Tapi menurutku ini menjadi berita menyedihkan untuk para penggemarnya, bukanlah sebuah berita bahagia. Karena kali ini alasan dia tiba-tiba kembali ke negeri ini bukan untuk alasan pendidikannya semata tetapi juga karena alasan pesta pernikahan. Masalah ini mendadak di bicarakan oleh berbagai pengguna sosial media dan menjadi tranding saat ini. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba un

  • Fake Marriage   Chapter 11

    Dengan langkah lunglai, Rachel berjalan meninggalkan taman belakang, tempat di mana kedua orang tuanya sedang bertengkar. Ia melewati ruang tengah yang dilewatinya tadi, lantas berhenti di meja tempat ia menyimpan kalung pemberian kakeknya itu. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekhawatiran sekarang. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang ia miliki, ia memberanikan diri untuk mengambil kalung itu dan memasangnya di leher jenjang miliknya. Air matanya pun perlahan mengalir sempurna membasahi pipi cubbynya. Rachel mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya. Merobek selembar kertas dan menulis catatan untuk keluarganya. Untuk sementara aku akan tinggal bersama dengan temanku. Jangan mencariku dan jangan menghubungiku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Untuk rencana pernikahan d

  • Fake Marriage   Chapter 10

    “Ayah, Ibu!” teriak Rachel marah. “Tapi aku ini kan masih sangat muda,” lanjutnya sambil berdiri dari duduknya. “Sayang duduklah dulu sebentar, jangan marah begitu. Tenanglah dulu.” Diah mencoba menenangkan. “Jadi perjanjian ini sebenarnya adalah perjanjian antara kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Angkasa di masa lalu. Jadi kau harus melakukannya, melakukan pernikahan ini,” Bambang kembali menjelaskan kepada Rachel. “Apa? Bagaimana bisa? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal. Itu mustahil kan Ayah.” Pak Bambang menarik nafas panjang, pusin

  • Fake Marriage   Chapter 9

    Malam ini Ramon tengah bermeditasi, sembari mencoba mengingat dimana ia meletakkan kalung pemberian ayahnya. Diah pun sudah membantu dengan mencari di segala tempat. Namun masih saja mereka berdua tidak menemukannya. “Ayah, bagaimana ini? sudah hampir 3 hari. Pasti ia akan segera datang menemui kita lagi. Bagaimana jika ternyata kita tidak juga menemukan kalung itu. Memangnya Ayah tidak ingat yah dimana kalung itu berada? atau jangan-jangan Ayah menggadaikannya yah,” sambil mengotak-atik lemari pakaiannya. “Ayah, apa yang kau lakukan?” teriak Diah saat melihat suaminya malah sibuk bermeditasi tanpa mau mendengarkan ucapannya. Mendadak Ramon membuka matanya, lalu melihat ke arah istrinya dan tersenyum senang. “Ibu, aku akhirnya mengingatnya.” Diah melo

  • Fake Marriage   Chapter 8

    Ramon dengan tergesa-gesa bangkit dari duduknya dan bergegas melangkah menuju ke kamar pelanggannya. Ibu pun mengikutinya dari belakang. Dengan penuh tanya, mereka berdua menemui Bambang. Melihat Bambang sedang duduk santai sembari menikmati teh hangatnya, Ramon kemudian ikut duduk di dekatnya. Begitu pula dengan Diah, istrinya. Bambang mengawali pembicaraannya dengan senyuman. Ramon dan Diah lantas membalas senyuman itu dan mulai penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh lelaki yang kini sedang menatap wajahnya dengan begitu serius itu. Dengan pelan Bambang mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat itu dan alasannya mengumpulkan kedua orang tua Rachel. “Saya sebenarnya adalah utusan dari Pak Bastian, ceo dari perusahaan Ains-Soft. Tanpa saya jel

  • Fake Marriage   Chapter 7

    Setelah mendapatkan alamat yang di maksud oleh Angkasa, Ben lalu mengeluarkan handphonenya dan memotret bagian depan rumah itu. Lalu mencoba untuk menghubungi Angkasa. “Saya sudah menemuukannya tuan.” “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon telah terputus. Dengan sigap Angkasa mengambil kunci motornya dan segera berangkat mencari alamat calon tunangannya. Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat yang di tujunya itu. *** Rachel yang berada di rumahnya sedang asyik membersihkan kaca jendela bagian depan. Di sela waktu membersihkan, ia lagi lagi menggambar pangerannya, tentu saja pangeran tanpa wajah. Tawa bahagia pun terpancar di wajahnya setiap kali ia selesai menggambar dan melihat pangerannya itu. Meskipun tanpa wajah, entah mengapa ada daya tarik tersendiri yang dapat dirasakannya. “Ayolah balikkan wajahmu pan

  • Fake Marriage   Chapter 6

    Pluuusssttt ! Semburan air tepat membasahi wajah Angkasa. Rachel salah menyemburkan air ke wajah orang lain. Menyadari dirinya yang salah itu, membuat Rachel kaget dan hanya mampu terdiam kaku sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Mata Rachel melotot sempurna saat menyadari kebodohannya. Dengan kesal Angkasa membasuh wajahnya yang basah oleh semburan air dari Rachel. Di tambah lagi jasnya pun yang ikut basah kuyup. Dengan wajah yang merah padam, Angkasa menatap tajam Rachel seperti hendak menerkam saja. “Tuan Muuuda!” suara yang setengah bergetar memenuhi sudut ruangan. “Aku sudah menggosok gigi kok. Gigiku sangat bersih. Lihatlah,” ucapnya sambil unjuk gigi di hadapan Angkasa. Mendengar keributan di luar, Tima Yuni dan juga Dina langsung keluar dari tempat persembunyiannya. “Rachel.” teriak Yuni dengan kaget saat melihat Angkasa yang sudah basah kuyup. “Malang sekali.” Ucap Tima lalu segera lari dan meningga

DMCA.com Protection Status