Share

Fake Marriage
Fake Marriage
Penulis: Cerita.Racan

Chapter 1

Penulis: Cerita.Racan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-05 01:29:10

Cuaca terlihat begitu cerah di luar ruangan. Alunan syahdu dari angin yang bertiup, perlahan menerbangkan dedaunan yang berjatuhan di jalanan. Di kejauhan, sebuah mobil sedan biru melaju dengan kencang melintasi jalanan ibu kota Jakarta. Ini adalah kali pertama Angkasa menginjakkan kakinya di Indonesia lagi. Setelah sekian lama menetap di Inggris.

          “Sudah banyak yang berubah ternyata,” ucap Angkasa di dalam mobil.

          Perjalanan yang cukup jauh membuatnya sangat kelelahan. Angkasa mengambil headset yang ada di dalam tasnya. Lalu ia mendengarkan lagu kesukaannya  sambil menutup mata.

          “Tuan muda tampaknya kelelahan sekali,” ucap supir ketika melihat Angkasa yang tertidur di jok mobil bagian belakang.

          Kali ini jalanan cukup sepi kendaraan. Mungkin karena belum waktunya jam makan siang. Jadi belum banyak orang yang berkeliaran di jalanan. Sambil menikmati lagu Bon Jovi, Pak Ucok melaju dengan kecepatan tinggi. Melesat menuju kediaman Pak Bastian, Papa Angkasa.

          Dua puluh menit telah  berlalu, dan sekarang mobil yang ditumpangi oleh Angkasa telah tiba di depan rumah papanya. Pak Ucok membunyikan klakson mobilnya sehingga pagar dengan otomatis terbuka. Mobil sedan biru itu pun melaju masuk ke dalam kediaman pak Bastian dan berhenti tepat di depan pintu rumah.

          Pak Ucok mematikan mobilnya dan segera membangunkan Angkasa yang sedang tertidur pulas.

          “Tuan Muda, Tuan, kita sudah sampai nih. Yok bangun.”

          “Udah nyampe ya pak,” ucapnya sambil melihat sekeliling.

          “Iya den, udah sampai.”

          Dengan cepat Pak Ucok membuka pintu mobilnya kemudian keluar lalu membuka pintu mobil untuk Angkasa.

          Di depan pintu sudah ada Pak Bambang yang menyambut kedatangannya dengan sebuah senyum hangat. Salah seorang pegawal setia papanya sejak dirinya masih kecil. Bahkan sebelum dirinya dilahirkan, Pak Bambang sudah bekerja untuk keluarganya.

          “Selamat datang kembali di rumah ini Tuan Muda. Papa sama Mama tuan sudah menunggu dari tadi. Mereka lagi ada rapat di ruang kerjanya Pak Bastian. Tuan muda langsung mandi saja dulu baru istrahat. Soalnya sebentar malam akan ada acara penyambutan untuk Tuan Muda.”

          “Oma mana?”

          “Ada kok di dalam. Lagi di ruang kerjanya Pak Bastian juga. Kayaknya lagi ada hal penting yang sedang dibicarakan di sana.”

          “Oh ya sudah. Aku masuk dulu ya pak. Minta tolong Pak Ucup bawain koper saya ke kamar yah,” ucap Angkasa sambil melihat keberadaan Pak Ucup, supir yang mengantarnya tadi.

          “Iya den.”

          Angkasa berjalan masuk ke dalam rumah yang sudah lama iya tinggalkan itu. Di amatinya ornamen-ornamen yang ada di setiap sudut ruangan tersebut dengan sangat teliti tanpa terlewat satu detail pun.

“Aku pikir banyak yang berubah dari rumah ini, ternyata masih sama seperti 10 tahun yang lalu saat aku melangkah pergi dari sini,” ucapnya dalam hati.

          Dengan langkah yang lamban Angkasa berjalan menaiki anak tangga satu demi satu. Berjalan menuju ruang kerja papanya yang berada di lantai dua. Ketika tiba di depan ruang yang akan ditujunya, Angkasa berhenti sejenak. Dengan langkah pelan ia berjalan maju, memegang gagang pintu dan mendorongnya dengan pelan hingga pintu terbuka sedikit.

          Kedua matanya melihat sekeliling ruangan itu. Memastikan tidak mengganggu orang yang sedang berada di dalam. Pak Bambang sebenarnya sudah menyuruhnya untuk istrahat, namun karena rasa rindunya terhadap mamanya sehingga membuat Angkasa diam-diam mampir ke ruangan itu terlebih dahulu.

          Melihat pintu yang sedikit terbuka, membuat Jelita mengarahkan pandangannya ke arah pintu. Meskipun hanya sekilas namun ia mampu melihat keberadaan anaknya di balik pintu tersebut. Senyum bahagia pun terpancar di wajahnya.

          “Pa, Angkasa udah datang,” jelasnya dengan wajah berseri karena bahagia. “Sini sayang. Kok malah ngumpet gitu di belakang pintu. Nggak tahu apa kalau Mama udah kangen banget sama kamu,” lanjutnya lagi.

          Pintu terbuka lebar dan masuklah Angkasa ke ruangan itu. “Tadi kata Pak Bambang Papa lagi ada rapat kok yang ada malah kalian bertiga aja sih?” tanya Angkasa setelah melihat ruangan itu yang hanya di isi oleh Papa, Mama dan juga omanya saja.

          “Iya, tadinya Papa mau ada rapat cuman di cancel gitu sama kliennya jadi rapatnya dibatalkan, Sa. Ini Papa lagi cerita biasa aja kok sama Mama sama Oma kamu.”

          “Gimana perjalanannya?” tanya Oma

          “Yah capek dong tentunya. Oma sih nggak jemput Angkasa. Tadi juga jalanan macet banget. Parah sih Jakarta. Jadinya aku tiduran di mobil. Pas bangun eh tau-tau udah di depan rumah aja. Oma sehat?”

          “Seperti yang kamu lihat. Oma kan selalu baik-baik saja.”

          “Kamu udah makan?”

          “Belum sih, tapi  masih kenyang kok Ma.”

          “Ya udah kalu gitu kamu mandi aja gih. Biar segar. Terus istrahat. Pasti capek abis perjalanan jauh.”

          “Ya udah, kalau gitu aku ke kamar dulu yah.”

          “Iya. Hati-hati.”

          Angkasa pun berjalan keluar meninggalkan ruang kerja papanya.

          Setelah melihat punggung cucunya berjalan keluar meninggalkan ruangan itu, Oma mengambil gelas yang terletak di meja dan menenguk tehnya. Wajahnya berubah serius setelah meletakkan kembali gelas teh yang dipegangnya itu.

          “Sekaranglah saatnya, kita harus memikirkan masa depan perusahaan. Dengan merencanakan sebuah pernikahan untuk Angkasa tentu akan membuat citra perusahaan menjadi lebih baik lagi. Kita cukup menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Mengikuti tradisi keluarga kita seperti sebelum-sebelumnya,” ucap Oma

          “Bukankah itu masih terlalu dini Ma, kenapa kita tidak tunggu saja sampai Angkasa lulus sekolah. Lagi pula umurnya juga masih cukup dini untuk urusan pernikahan,” ucap Jelita menyanggah perkataan Oma.

          “Ini adalah salah satu tugas penting untuk penerus perusahaan. Dia harus memiliki keluarga kecil untuk mendapatkan respon positif dari masyarakat. Agar jiwa bertanggung jawabnya bisa dinilai dan itu bisa membantu kita memperbaiki pondasi perusahaan yang sedang melonjak turun seperti sekarang ini. Oma yakin dengan adanya pesta pernikahan Angkasa bisa membantu kita untuk menaikkan harga saham perusahaan kita lagi.”

          “Selain itu juga, sekali janji tetaplah sebuah janji. Sebelum ayahmu meninggal dia membuat sebuah janji dengan sahabat seperjuangannya dulu sewaktu masih muda. Waktu itu ketika awal-awal perusahaan ini berdiri. Keduanya saling membantu dalam melewati masa sulitnya masing-masing. Mereka tidak pernah saling mengacuhkan satu sama lain. Ayahmu berjanji untuk menikahkan anaknya nanti dengan anak dari temannya itu. Hanya saja ketika waktu itu ternyata anak dari teman ayahmu ternyata seorang laki-laki pula sehingga waktu itu Ayah tidak bisa menepatinya.”

          Oma menarik napas sejenak sembari mengingat amanah terakhir dari suaminya sebelum ia pamit pergi meninggalkannya ke surga. “Hingga pada detik-detik Ayah menghembuskan nafas terakhirnya pun ia terus saja mengingatkan Mama dengan janjinya itu. Beberapa tahun belakangan ini aku sudah coba untuk mencari tahu keberadaan anak dari teman ayahmu itu. Menurut orang suruhan Mama, katanya dia memiliki seorang cucu perempuan yang ternyata seumuran dengan Angkasa.

          “Dimana tempat tinggalnya Ma ?”

          “Kita harus menemukannya.”

          “Tapi apakah cocok Ma, untuk kemudian membiarkan Angkasa menikah dengan seorang gadis biasa? bahkan kita pun belum pernah melihat dan tidak mengenalnya dengan baik,” Jelita bertanya penasaran.

          “Yang namanya janji haruslah ditepati, itulah prinsip ayahmu sejak dulu. Tidak peduli kepada siapa kau berikan. Dahulu ketika ayahmu masih hidup ia selalu memperlihatkan bahwa orang biasa pun tetap bisa selalu bersama di dalam perusahaannya. Itu artinya kasta bukanlah suatu penghalang untuk kelangsungan perusahaan nantinya. Dan itu berlaku juga untuk penerus perusahaan kita. Termasuk Angkasa.”

Bab terkait

  • Fake Marriage   Chapter 2

    Sinar bulan menerobos masuk lewat lubang-lubang kecil yang ada di kamar Angkasa. Menerpa wajahnya yang tergeletak di bawah balutan selimut berwarna putih bersih. Angkasa menggeliat sambil meluruskan badannya yang terasa begitu kaku sehabis perjalanan jauh tadi pagi. Perlahan ia meraih ponsel yang ada di meja dekat dari tempat tidurnya. Ternyata memang sudah malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. Dengan malas Angkasa bangun dan menuju kamar mandi untuk kemudian membersihkan diri. Lelah benar-benar membuatnya tertidur dengan sangat pulasnya. Ia bahkan sampai lupa jika malam ini ia sedang ada acara makan malam bersama keluarganya. Setelah memakai baju, Angkasa melangkah menuruni anak tangga satu demi satu. Melihat sekeliling hingga pandangannya terhenti pada sosok yang terlihat sedang menikmati waktu bersama. Ternyata anggota keluarganya sudah duduk santai di ruang tengah, mungkin sedang menunggu dirinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 3

    Aku Rachel, seorang siswa pelajar SMA kelas XII dan ini adalah tahun pertamaku berada di kelas XII. Aku adalah tipe orang yang sangat ceria. Menyukai kebebasan dan tidak pernah suka dipaksa dalam hal apapun itu. Impianku adalah menjadi seorang seniman terkenal di dunia. Semua orang akan tahu namaku. Suatu hari nanti aku akan menjadi terkenal. Itulah impianku sejak kecil hingga sekarang. Rumahku adalah tempat pijat. Lebih tepatnya ayahku membuka jasa pijat. Dengan menggunakan ramuan-ramuan tradisional yang ia racik sendiri. Selain itu Ayah juga menjual ramuannya di internet. Ayah adalah orang yang sangat baik. Sering kali ia melakukan pijatan secara gratis. Makanya kami tetap saja miskin meskipun setiap harinya Ayah selalu ramai dengan pelanggan. Ibuku juga sangat amat baik. Ia sering kali memarahi Ayah yang mel

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 4

    “Tepat sekali!” Ayah berusaha meyakinkan istri dan anak-anaknya. “Kakekmu adalah asisten pribadi dan juga sahabat dekat dari Ceo Ains-Sofft yang sebelumnya. Kalian bisa mengatakan bahwa kakekmu adalah salah satu orang penting di sana.” “Tidak bisa di percaya. Jika itu benar, kenapa kita masih miskin seperti ini,” Ibu mendonggak kepalanya melihat ke wajah Ayahnya. Belum usai persoalan surat hutang piutang suaminya, kini lelaki itu membuat isu baru. “Tidak pernah ada tuh teman kakek dari Ains-Soft yang datang menemui Ayah. Setidaknya untuk memberi hadiah kecil untuk keluarga kita yang begitu melarat ini. Dan kalau ternyata Ayah memang bagian dari perusahaan besar itu, kenapa tetap saja melakukan usaha pijat ini? kenapa tidak ke Ains-Soft saja,” ucap Ibu meledek Ayah. &nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 5

    Seperti biasa, sekolah selalu ribut dan ramai dengan siswa maupun siswi. Rachel berjalan di koridor sekolah sambil membawa buku gambar kesayangannya dan juga tidak lupa susu pisang yang selalu stay dengannya tiap pagi. Dengan langkah riang ia menghampiri temannya yang tengah duduk di depan kelas. “Berita terbarunya itu adalah Angkasa telah kembali setelah 10 tahun menetap di Inggris,” ucap Yuni. “Iya. Kemarin aku juga lihat beritanya di TV dan ternyata dia sangat tampan dari dugaanku,” Tima menambahkan. Dina melotot ke arah Yuni dan bertanya mengenai informasi terkini tentang Angkasa. “Asal kamu tahu saja Na, Angkasa termasuk dalam 10 besar di trending twitter tau ng

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Fake Marriage   Chapter 6

    Pluuusssttt ! Semburan air tepat membasahi wajah Angkasa. Rachel salah menyemburkan air ke wajah orang lain. Menyadari dirinya yang salah itu, membuat Rachel kaget dan hanya mampu terdiam kaku sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Mata Rachel melotot sempurna saat menyadari kebodohannya. Dengan kesal Angkasa membasuh wajahnya yang basah oleh semburan air dari Rachel. Di tambah lagi jasnya pun yang ikut basah kuyup. Dengan wajah yang merah padam, Angkasa menatap tajam Rachel seperti hendak menerkam saja. “Tuan Muuuda!” suara yang setengah bergetar memenuhi sudut ruangan. “Aku sudah menggosok gigi kok. Gigiku sangat bersih. Lihatlah,” ucapnya sambil unjuk gigi di hadapan Angkasa. Mendengar keributan di luar, Tima Yuni dan juga Dina langsung keluar dari tempat persembunyiannya. “Rachel.” teriak Yuni dengan kaget saat melihat Angkasa yang sudah basah kuyup. “Malang sekali.” Ucap Tima lalu segera lari dan meningga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Fake Marriage   Chapter 7

    Setelah mendapatkan alamat yang di maksud oleh Angkasa, Ben lalu mengeluarkan handphonenya dan memotret bagian depan rumah itu. Lalu mencoba untuk menghubungi Angkasa. “Saya sudah menemuukannya tuan.” “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon telah terputus. Dengan sigap Angkasa mengambil kunci motornya dan segera berangkat mencari alamat calon tunangannya. Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat yang di tujunya itu. *** Rachel yang berada di rumahnya sedang asyik membersihkan kaca jendela bagian depan. Di sela waktu membersihkan, ia lagi lagi menggambar pangerannya, tentu saja pangeran tanpa wajah. Tawa bahagia pun terpancar di wajahnya setiap kali ia selesai menggambar dan melihat pangerannya itu. Meskipun tanpa wajah, entah mengapa ada daya tarik tersendiri yang dapat dirasakannya. “Ayolah balikkan wajahmu pan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • Fake Marriage   Chapter 8

    Ramon dengan tergesa-gesa bangkit dari duduknya dan bergegas melangkah menuju ke kamar pelanggannya. Ibu pun mengikutinya dari belakang. Dengan penuh tanya, mereka berdua menemui Bambang. Melihat Bambang sedang duduk santai sembari menikmati teh hangatnya, Ramon kemudian ikut duduk di dekatnya. Begitu pula dengan Diah, istrinya. Bambang mengawali pembicaraannya dengan senyuman. Ramon dan Diah lantas membalas senyuman itu dan mulai penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh lelaki yang kini sedang menatap wajahnya dengan begitu serius itu. Dengan pelan Bambang mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat itu dan alasannya mengumpulkan kedua orang tua Rachel. “Saya sebenarnya adalah utusan dari Pak Bastian, ceo dari perusahaan Ains-Soft. Tanpa saya jel

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Fake Marriage   Chapter 9

    Malam ini Ramon tengah bermeditasi, sembari mencoba mengingat dimana ia meletakkan kalung pemberian ayahnya. Diah pun sudah membantu dengan mencari di segala tempat. Namun masih saja mereka berdua tidak menemukannya. “Ayah, bagaimana ini? sudah hampir 3 hari. Pasti ia akan segera datang menemui kita lagi. Bagaimana jika ternyata kita tidak juga menemukan kalung itu. Memangnya Ayah tidak ingat yah dimana kalung itu berada? atau jangan-jangan Ayah menggadaikannya yah,” sambil mengotak-atik lemari pakaiannya. “Ayah, apa yang kau lakukan?” teriak Diah saat melihat suaminya malah sibuk bermeditasi tanpa mau mendengarkan ucapannya. Mendadak Ramon membuka matanya, lalu melihat ke arah istrinya dan tersenyum senang. “Ibu, aku akhirnya mengingatnya.” Diah melo

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22

Bab terbaru

  • Fake Marriage   Chapter 14

    Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Ramon selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasan akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Ramon lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Ramon dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Diah menjadi lebih kalem m

  • Fake Marriage   Chapter 13

    Pagi memompakan udara segar. Sinar matahari menampar dedaunan dan rumput yang lembab karena embun. Rachel sedang menikmati hari liburnya dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Di atas kasur, Rachel sibuk bermain dengan ponselnya. Di luar kamar Rachel ada Diah yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawalnya datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Ramon terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Memakai setelan baju yang berwarna hitam. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Kali ini ada dua orang pengawal yang Bondan bawa. Pengawal dengan tubuh kekar dan penuh tato. Ramon sedang sibuk dengan minyak

  • Fake Marriage   Chapter 12

    Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan. Yah. Ini adalah berita tentang penerus dari perusahaan Ains-Soft. Angkasa, seseorang yang sangat populer di kalangan perempuan. Tua maupun muda, aku juga termasuk pengagumnya. Tapi menurutku ini menjadi berita menyedihkan untuk para penggemarnya, bukanlah sebuah berita bahagia. Karena kali ini alasan dia tiba-tiba kembali ke negeri ini bukan untuk alasan pendidikannya semata tetapi juga karena alasan pesta pernikahan. Masalah ini mendadak di bicarakan oleh berbagai pengguna sosial media dan menjadi tranding saat ini. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba un

  • Fake Marriage   Chapter 11

    Dengan langkah lunglai, Rachel berjalan meninggalkan taman belakang, tempat di mana kedua orang tuanya sedang bertengkar. Ia melewati ruang tengah yang dilewatinya tadi, lantas berhenti di meja tempat ia menyimpan kalung pemberian kakeknya itu. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekhawatiran sekarang. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang ia miliki, ia memberanikan diri untuk mengambil kalung itu dan memasangnya di leher jenjang miliknya. Air matanya pun perlahan mengalir sempurna membasahi pipi cubbynya. Rachel mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya. Merobek selembar kertas dan menulis catatan untuk keluarganya. Untuk sementara aku akan tinggal bersama dengan temanku. Jangan mencariku dan jangan menghubungiku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Untuk rencana pernikahan d

  • Fake Marriage   Chapter 10

    “Ayah, Ibu!” teriak Rachel marah. “Tapi aku ini kan masih sangat muda,” lanjutnya sambil berdiri dari duduknya. “Sayang duduklah dulu sebentar, jangan marah begitu. Tenanglah dulu.” Diah mencoba menenangkan. “Jadi perjanjian ini sebenarnya adalah perjanjian antara kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Angkasa di masa lalu. Jadi kau harus melakukannya, melakukan pernikahan ini,” Bambang kembali menjelaskan kepada Rachel. “Apa? Bagaimana bisa? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal. Itu mustahil kan Ayah.” Pak Bambang menarik nafas panjang, pusin

  • Fake Marriage   Chapter 9

    Malam ini Ramon tengah bermeditasi, sembari mencoba mengingat dimana ia meletakkan kalung pemberian ayahnya. Diah pun sudah membantu dengan mencari di segala tempat. Namun masih saja mereka berdua tidak menemukannya. “Ayah, bagaimana ini? sudah hampir 3 hari. Pasti ia akan segera datang menemui kita lagi. Bagaimana jika ternyata kita tidak juga menemukan kalung itu. Memangnya Ayah tidak ingat yah dimana kalung itu berada? atau jangan-jangan Ayah menggadaikannya yah,” sambil mengotak-atik lemari pakaiannya. “Ayah, apa yang kau lakukan?” teriak Diah saat melihat suaminya malah sibuk bermeditasi tanpa mau mendengarkan ucapannya. Mendadak Ramon membuka matanya, lalu melihat ke arah istrinya dan tersenyum senang. “Ibu, aku akhirnya mengingatnya.” Diah melo

  • Fake Marriage   Chapter 8

    Ramon dengan tergesa-gesa bangkit dari duduknya dan bergegas melangkah menuju ke kamar pelanggannya. Ibu pun mengikutinya dari belakang. Dengan penuh tanya, mereka berdua menemui Bambang. Melihat Bambang sedang duduk santai sembari menikmati teh hangatnya, Ramon kemudian ikut duduk di dekatnya. Begitu pula dengan Diah, istrinya. Bambang mengawali pembicaraannya dengan senyuman. Ramon dan Diah lantas membalas senyuman itu dan mulai penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh lelaki yang kini sedang menatap wajahnya dengan begitu serius itu. Dengan pelan Bambang mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat itu dan alasannya mengumpulkan kedua orang tua Rachel. “Saya sebenarnya adalah utusan dari Pak Bastian, ceo dari perusahaan Ains-Soft. Tanpa saya jel

  • Fake Marriage   Chapter 7

    Setelah mendapatkan alamat yang di maksud oleh Angkasa, Ben lalu mengeluarkan handphonenya dan memotret bagian depan rumah itu. Lalu mencoba untuk menghubungi Angkasa. “Saya sudah menemuukannya tuan.” “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon telah terputus. Dengan sigap Angkasa mengambil kunci motornya dan segera berangkat mencari alamat calon tunangannya. Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat yang di tujunya itu. *** Rachel yang berada di rumahnya sedang asyik membersihkan kaca jendela bagian depan. Di sela waktu membersihkan, ia lagi lagi menggambar pangerannya, tentu saja pangeran tanpa wajah. Tawa bahagia pun terpancar di wajahnya setiap kali ia selesai menggambar dan melihat pangerannya itu. Meskipun tanpa wajah, entah mengapa ada daya tarik tersendiri yang dapat dirasakannya. “Ayolah balikkan wajahmu pan

  • Fake Marriage   Chapter 6

    Pluuusssttt ! Semburan air tepat membasahi wajah Angkasa. Rachel salah menyemburkan air ke wajah orang lain. Menyadari dirinya yang salah itu, membuat Rachel kaget dan hanya mampu terdiam kaku sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Mata Rachel melotot sempurna saat menyadari kebodohannya. Dengan kesal Angkasa membasuh wajahnya yang basah oleh semburan air dari Rachel. Di tambah lagi jasnya pun yang ikut basah kuyup. Dengan wajah yang merah padam, Angkasa menatap tajam Rachel seperti hendak menerkam saja. “Tuan Muuuda!” suara yang setengah bergetar memenuhi sudut ruangan. “Aku sudah menggosok gigi kok. Gigiku sangat bersih. Lihatlah,” ucapnya sambil unjuk gigi di hadapan Angkasa. Mendengar keributan di luar, Tima Yuni dan juga Dina langsung keluar dari tempat persembunyiannya. “Rachel.” teriak Yuni dengan kaget saat melihat Angkasa yang sudah basah kuyup. “Malang sekali.” Ucap Tima lalu segera lari dan meningga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status