Share

Chapter 6

Author: Cerita.Racan
last update Last Updated: 2021-08-25 15:17:34

Pluuusssttt !

Semburan air tepat membasahi wajah Angkasa. Rachel salah menyemburkan air ke wajah orang lain. Menyadari dirinya yang salah itu, membuat Rachel kaget dan hanya mampu terdiam kaku sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Mata Rachel melotot sempurna saat menyadari kebodohannya.

Dengan kesal Angkasa membasuh wajahnya yang basah oleh semburan air dari Rachel. Di tambah lagi jasnya pun yang ikut basah kuyup. Dengan wajah yang merah padam, Angkasa menatap tajam Rachel seperti hendak menerkam saja.

“Tuan Muuuda!” suara yang setengah bergetar memenuhi sudut ruangan. “Aku sudah menggosok gigi kok. Gigiku sangat bersih. Lihatlah,” ucapnya sambil unjuk gigi di hadapan Angkasa.

Mendengar keributan di luar, Tima Yuni dan juga Dina langsung keluar dari tempat persembunyiannya.

“Rachel.” teriak Yuni dengan kaget saat melihat Angkasa yang sudah basah kuyup.

“Malang sekali.” Ucap Tima lalu segera lari dan meninggalkan kamar mandi itu. Yuni dan juga Dina ikut lari. Hanya tersisa Rachel dan juga Angkasa di ruangan itu.

“Maaf, maafkan aku,” jelasnya sambil melihat temannya yang berlari meninggalkannya seorang diri. “ Kenapa kalian meninggalkan aku sendirian. Aku ingin ikut bersama kalian!” Rachel melihat wajah Angkasa sekilas lalu ikut berlari mengejar teman-temannya.

Menyadari dirinya ditinggalkan seorang diri membuat Angkasa makin marah. Dengan langkah cepat ia mengambil tisu dan membersihkan wajahnya. Setelah membersihkan wajahnya, dengan langkah cepat ia keluar dan mencari keberadaan Rachel.

Baru saja Rachel hendak menaiki tangga yang menuju kelasnya, Angkasa langsung muncul di belakangnya dan menarik paksa tangannya dengan kasar.

“Oemm,” ucap Rachel gemetar. Antara takut dan kesakitan iya meringis pelan. 

Angkasa tidak juga berhenti melepaskan tangan Rachel. Lantas ia menatap Rachel dengan  tatapan yang penuh dengan amarah.

“Wajahmu basah kuyup. Sini biar aku bersihkan dan aku keringkan yah.” Dengan cepat ia mengambil sapu tangan yang ada di saku bajunya. Rachel yang panik mencoba untuk membersihkan dan melap wajah Angkasa.

Hanya saja tingkah perempuan itu malah membuat Angkasa menarik tangan Rachel agar ia menghentikan kegiatan melapnya itu. Angkasa menarik tangannya sehingga membuat Rachel terdorong maju ke tubuhnya. Menjadikan jarak keduanya menjadi sangat dekat.

Jantung Rachel berdetak kencang. Namun kali ini bukan karena rasa takutnya, melainkan karena iya terpesona dengan ketampanan Angkasa. Membuat matanya tak berkedip memandang wajah Angkasa. Sekarang ia akui ketampanan lelaki itu. Pantas saja teman-temannya begitu terpesona dengannya.

“Tidak pernah ada orang yang melakukan hal seperti ini padaku sebelumnya. Kamulah orang pertama yang melakukannya. Kamulah wanita yang pertama. Atau ini adalah takdir.” Lamunan Rachel benar-benar membuatnya tenggelam dalam dunianya sendiri. Ia melihat bibir merah Angkasa yang begitu sexi, membuat lelaki itu terlihat makin sempurna saja.

Angkasa melangkah maju, mendekat ke wajah Rachel  dan melihat bibirnya yang bersiap untuk menciumnya. Dengan penuh semangat Rachel menutup matanya dan memonyongkan bibirnya, menantikan bibir Angkasa mendarat di permukaan bibirnya.

Namun sungguh malang nasib perempuan itu karena ketika ia membuka mata, bukannya mendapatkan ciuman malah yang ada hanya tatapan arogan dari Angkasa. Dengan kejam ia melemparkan sapu tangan milik Rachel ke lantai. Mendorong hingga Rachel tergeletak jatuh seperti nasib sapu tangannya pula.”

“Ini adalah sekolah menengah atas bukannya taman kanak-kanak tempat untuk bermain, jadi buatlah dirimu agar lebih cocok sebagai seorang siswi,” bentak Angkasa dengan tegas.

“Ada apa?” tanya Zigit yang baru saja datang menghampiri Angkasa.

Bukannya menjawab pertanyaan temannya, Angkasa malah berjalan meninggalkan tempat itu.

“Apa? menurutmu karena kau adalah Tuan Muda pewaris Ains-Soft dan juga pemilik yayasan ini lantas bisa membuatmu berlaku seenaknya,” teriak Rachel sambil mencoba berdiri dari tempatnya terjatuh tadi. “Di rumahku, ibuku juga memanggilku Tuan Putri. “

Angkasa berbalik dan berjalan ke arah Rachel, menatapnya tanpa berkedip sedikit pun. Rachel yang melihat itu, jadi terkejut dan takut sendiri.

Setelah berjarak 1 meter di depan Rachel, Angkasa lalu membuka Jas yang di pakainya lalu melemparkan tepat ke wajah Rachel. “Buanglah!” Lalu ia berlalu pergi meninggalkan tempat itu.

“Sa!” panggil Zigit yang mengikutinya dari belakang.

Rachel memonyongkan bibirnya, mengolok-olok Angkasa dari jauh sambil memperagakan ucapan Angkasa barusan. “Buanglahh!” dengan jengkel ia pun membuang jas itu ke lantai.

Namun baru saja ia hendak pergi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja terdengar bunyi handphone. Dengan ragu-ragu ia memeriksa saku jas yang dilemparnya barusan. Terlihat jelas di sana sebuah panggilan masuk di handphone Angkasa. Ternyata iya melupakan handphonenya di saku itu.

Dengan hati-hati Rachel mengambil ponsel yang terus berbunyi dan tanpa sengaja menekan tombol terima panggilan.

“Halo! Sa aku tau kamu nggak mau bicara dengan aku. Maka dengarkan saja aku. Maafkan aku tentang lamaranmu padaku waktu itu”

Baru saja Rachel hendak menjawab ucapannya, namun Angkasa tiba-tiba saja muncul merebut handphone itu dari tangan Rachel dan langsung mematikan panggilannya.

Dengan cepat Angkasa berdiri dan berjalan meninggalkan Rachel, sedangkan Rachel masih kaget dengan kenyataan yang baru saja di dengarnya di balik telepon.

“Jadi dia benar-benar akan menikah?” tanya Rachel kepada dirinya sendiri. Dengan cepat ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Melihat ke sekelilingnya, memastikan tidak ada orang yang mendengar ucapannya barusan.

Gara-gara ulah temannya yang mengajaknya berkejar-kejar sambil bermain sembur-semburan minuman, ia menjadi terjebak dengan kejadian yang tidak ia harapkan itu. Hingga harus melibatkan dirinya dengan Angkasa. lelaki arogan yang pernah ia temui selama hidupnya di bumi. Namun kini tidak ada yang bisa ia lakukan sebab nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Segalanya sudah terjadi.

                                                ***

Bel pulang akhirnya berbunyi. Membuat siswa dan siswi berteriak kegirangan. Rachel yang sedari tadi telah membereskan buku-bukunya pun segera mengambil tasnya dan berlari menuju parkiran sekolah. Dengan ceria ia mengambil sepadanya dan mendorongnya berjalan keluar meninggalkan sekolah.

Baru saja ia akan keluar dari gerbang sekolah, langkahnya mendadak terhenti karena melihat Angkasa yang tengah berdiri tegak di hadapannya.

Seolah acuh, Rachel tetap berjalan mendorong sepadanya, menundukkan kepala karena takut melihat wajah seram Angkasa. Namun dengan cepat pula ia dihadang oleh Angkasa.

“Ada apa denganmu?”

“Rupanya selain mengotori wajah orang lain kau juga suka mengangkat telepon orang lain yah. Bagimu itu hanyalah gosip. Tapi bagiku itu sangatlah penting,”

“Ap.” Angkasa langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir Rachel. Membuatnya tidak dapat melanjutkan ucapannya.

“Jika kamu terlalu banyak bicara kamu akan mendapatkan masalah. Ingat itu.” ucapnya lalu pergi dan melap tangannya menggunakan celana yang dipakainya, seolah jijik karena telah meletakkan tangannya di bibir Rachel.

                                                ***

“Ben hari ini aku ingin mampir dulu ke suatu tempat kamu pulang lebih awal saja. Kalau bisa kamu sekalian coba cari alamat calon tunanganku itu yah. Coba minta alamatnya sama Papa. Sekalian nanti saya mau cek tempatnya.”

Begitu Ben selesai membaca pesan singkat dari Angkasa, mendadak ia langsung menghubungi Bambang dan segera meluncur menuju alamat yang di tuju. Cukup sepuluh menit saja untuk sampai ke tempat yang di carinya itu. Ben memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Sebuah perumahan kompleks yang biasa saja. 

Setelah turun dari mobil, Ben mencoba lagi untuk memastikan alamat yang di maksud oleh Bambang, orang kepercayaan Papa Angkasa. Matanya tertuju pada sebuah rumah dengan cat warna biru muda dan pagar berwarna putih. Di bagian tembok pagar tergantung sebuah poster kecil bertuliskan Rumah Pijat Ramon.

Related chapters

  • Fake Marriage   Chapter 7

    Setelah mendapatkan alamat yang di maksud oleh Angkasa, Ben lalu mengeluarkan handphonenya dan memotret bagian depan rumah itu. Lalu mencoba untuk menghubungi Angkasa. “Saya sudah menemuukannya tuan.” “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon telah terputus. Dengan sigap Angkasa mengambil kunci motornya dan segera berangkat mencari alamat calon tunangannya. Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat yang di tujunya itu. *** Rachel yang berada di rumahnya sedang asyik membersihkan kaca jendela bagian depan. Di sela waktu membersihkan, ia lagi lagi menggambar pangerannya, tentu saja pangeran tanpa wajah. Tawa bahagia pun terpancar di wajahnya setiap kali ia selesai menggambar dan melihat pangerannya itu. Meskipun tanpa wajah, entah mengapa ada daya tarik tersendiri yang dapat dirasakannya. “Ayolah balikkan wajahmu pan

    Last Updated : 2021-09-21
  • Fake Marriage   Chapter 8

    Ramon dengan tergesa-gesa bangkit dari duduknya dan bergegas melangkah menuju ke kamar pelanggannya. Ibu pun mengikutinya dari belakang. Dengan penuh tanya, mereka berdua menemui Bambang. Melihat Bambang sedang duduk santai sembari menikmati teh hangatnya, Ramon kemudian ikut duduk di dekatnya. Begitu pula dengan Diah, istrinya. Bambang mengawali pembicaraannya dengan senyuman. Ramon dan Diah lantas membalas senyuman itu dan mulai penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh lelaki yang kini sedang menatap wajahnya dengan begitu serius itu. Dengan pelan Bambang mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat itu dan alasannya mengumpulkan kedua orang tua Rachel. “Saya sebenarnya adalah utusan dari Pak Bastian, ceo dari perusahaan Ains-Soft. Tanpa saya jel

    Last Updated : 2021-09-22
  • Fake Marriage   Chapter 9

    Malam ini Ramon tengah bermeditasi, sembari mencoba mengingat dimana ia meletakkan kalung pemberian ayahnya. Diah pun sudah membantu dengan mencari di segala tempat. Namun masih saja mereka berdua tidak menemukannya. “Ayah, bagaimana ini? sudah hampir 3 hari. Pasti ia akan segera datang menemui kita lagi. Bagaimana jika ternyata kita tidak juga menemukan kalung itu. Memangnya Ayah tidak ingat yah dimana kalung itu berada? atau jangan-jangan Ayah menggadaikannya yah,” sambil mengotak-atik lemari pakaiannya. “Ayah, apa yang kau lakukan?” teriak Diah saat melihat suaminya malah sibuk bermeditasi tanpa mau mendengarkan ucapannya. Mendadak Ramon membuka matanya, lalu melihat ke arah istrinya dan tersenyum senang. “Ibu, aku akhirnya mengingatnya.” Diah melo

    Last Updated : 2021-09-22
  • Fake Marriage   Chapter 10

    “Ayah, Ibu!” teriak Rachel marah. “Tapi aku ini kan masih sangat muda,” lanjutnya sambil berdiri dari duduknya. “Sayang duduklah dulu sebentar, jangan marah begitu. Tenanglah dulu.” Diah mencoba menenangkan. “Jadi perjanjian ini sebenarnya adalah perjanjian antara kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Angkasa di masa lalu. Jadi kau harus melakukannya, melakukan pernikahan ini,” Bambang kembali menjelaskan kepada Rachel. “Apa? Bagaimana bisa? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal. Itu mustahil kan Ayah.” Pak Bambang menarik nafas panjang, pusin

    Last Updated : 2021-09-22
  • Fake Marriage   Chapter 11

    Dengan langkah lunglai, Rachel berjalan meninggalkan taman belakang, tempat di mana kedua orang tuanya sedang bertengkar. Ia melewati ruang tengah yang dilewatinya tadi, lantas berhenti di meja tempat ia menyimpan kalung pemberian kakeknya itu. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekhawatiran sekarang. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang ia miliki, ia memberanikan diri untuk mengambil kalung itu dan memasangnya di leher jenjang miliknya. Air matanya pun perlahan mengalir sempurna membasahi pipi cubbynya. Rachel mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya. Merobek selembar kertas dan menulis catatan untuk keluarganya. Untuk sementara aku akan tinggal bersama dengan temanku. Jangan mencariku dan jangan menghubungiku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Untuk rencana pernikahan d

    Last Updated : 2021-09-30
  • Fake Marriage   Chapter 12

    Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan. Yah. Ini adalah berita tentang penerus dari perusahaan Ains-Soft. Angkasa, seseorang yang sangat populer di kalangan perempuan. Tua maupun muda, aku juga termasuk pengagumnya. Tapi menurutku ini menjadi berita menyedihkan untuk para penggemarnya, bukanlah sebuah berita bahagia. Karena kali ini alasan dia tiba-tiba kembali ke negeri ini bukan untuk alasan pendidikannya semata tetapi juga karena alasan pesta pernikahan. Masalah ini mendadak di bicarakan oleh berbagai pengguna sosial media dan menjadi tranding saat ini. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba un

    Last Updated : 2021-09-30
  • Fake Marriage   Chapter 13

    Pagi memompakan udara segar. Sinar matahari menampar dedaunan dan rumput yang lembab karena embun. Rachel sedang menikmati hari liburnya dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Di atas kasur, Rachel sibuk bermain dengan ponselnya. Di luar kamar Rachel ada Diah yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawalnya datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Ramon terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Memakai setelan baju yang berwarna hitam. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Kali ini ada dua orang pengawal yang Bondan bawa. Pengawal dengan tubuh kekar dan penuh tato. Ramon sedang sibuk dengan minyak

    Last Updated : 2021-09-30
  • Fake Marriage   Chapter 14

    Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Ramon selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasan akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Ramon lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Ramon dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Diah menjadi lebih kalem m

    Last Updated : 2021-09-30

Latest chapter

  • Fake Marriage   Chapter 14

    Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Ramon selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasan akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Ramon lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Ramon dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Diah menjadi lebih kalem m

  • Fake Marriage   Chapter 13

    Pagi memompakan udara segar. Sinar matahari menampar dedaunan dan rumput yang lembab karena embun. Rachel sedang menikmati hari liburnya dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Di atas kasur, Rachel sibuk bermain dengan ponselnya. Di luar kamar Rachel ada Diah yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawalnya datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Ramon terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Memakai setelan baju yang berwarna hitam. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Kali ini ada dua orang pengawal yang Bondan bawa. Pengawal dengan tubuh kekar dan penuh tato. Ramon sedang sibuk dengan minyak

  • Fake Marriage   Chapter 12

    Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan. Yah. Ini adalah berita tentang penerus dari perusahaan Ains-Soft. Angkasa, seseorang yang sangat populer di kalangan perempuan. Tua maupun muda, aku juga termasuk pengagumnya. Tapi menurutku ini menjadi berita menyedihkan untuk para penggemarnya, bukanlah sebuah berita bahagia. Karena kali ini alasan dia tiba-tiba kembali ke negeri ini bukan untuk alasan pendidikannya semata tetapi juga karena alasan pesta pernikahan. Masalah ini mendadak di bicarakan oleh berbagai pengguna sosial media dan menjadi tranding saat ini. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba un

  • Fake Marriage   Chapter 11

    Dengan langkah lunglai, Rachel berjalan meninggalkan taman belakang, tempat di mana kedua orang tuanya sedang bertengkar. Ia melewati ruang tengah yang dilewatinya tadi, lantas berhenti di meja tempat ia menyimpan kalung pemberian kakeknya itu. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekhawatiran sekarang. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang ia miliki, ia memberanikan diri untuk mengambil kalung itu dan memasangnya di leher jenjang miliknya. Air matanya pun perlahan mengalir sempurna membasahi pipi cubbynya. Rachel mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya. Merobek selembar kertas dan menulis catatan untuk keluarganya. Untuk sementara aku akan tinggal bersama dengan temanku. Jangan mencariku dan jangan menghubungiku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Untuk rencana pernikahan d

  • Fake Marriage   Chapter 10

    “Ayah, Ibu!” teriak Rachel marah. “Tapi aku ini kan masih sangat muda,” lanjutnya sambil berdiri dari duduknya. “Sayang duduklah dulu sebentar, jangan marah begitu. Tenanglah dulu.” Diah mencoba menenangkan. “Jadi perjanjian ini sebenarnya adalah perjanjian antara kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Angkasa di masa lalu. Jadi kau harus melakukannya, melakukan pernikahan ini,” Bambang kembali menjelaskan kepada Rachel. “Apa? Bagaimana bisa? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal. Itu mustahil kan Ayah.” Pak Bambang menarik nafas panjang, pusin

  • Fake Marriage   Chapter 9

    Malam ini Ramon tengah bermeditasi, sembari mencoba mengingat dimana ia meletakkan kalung pemberian ayahnya. Diah pun sudah membantu dengan mencari di segala tempat. Namun masih saja mereka berdua tidak menemukannya. “Ayah, bagaimana ini? sudah hampir 3 hari. Pasti ia akan segera datang menemui kita lagi. Bagaimana jika ternyata kita tidak juga menemukan kalung itu. Memangnya Ayah tidak ingat yah dimana kalung itu berada? atau jangan-jangan Ayah menggadaikannya yah,” sambil mengotak-atik lemari pakaiannya. “Ayah, apa yang kau lakukan?” teriak Diah saat melihat suaminya malah sibuk bermeditasi tanpa mau mendengarkan ucapannya. Mendadak Ramon membuka matanya, lalu melihat ke arah istrinya dan tersenyum senang. “Ibu, aku akhirnya mengingatnya.” Diah melo

  • Fake Marriage   Chapter 8

    Ramon dengan tergesa-gesa bangkit dari duduknya dan bergegas melangkah menuju ke kamar pelanggannya. Ibu pun mengikutinya dari belakang. Dengan penuh tanya, mereka berdua menemui Bambang. Melihat Bambang sedang duduk santai sembari menikmati teh hangatnya, Ramon kemudian ikut duduk di dekatnya. Begitu pula dengan Diah, istrinya. Bambang mengawali pembicaraannya dengan senyuman. Ramon dan Diah lantas membalas senyuman itu dan mulai penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh lelaki yang kini sedang menatap wajahnya dengan begitu serius itu. Dengan pelan Bambang mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat itu dan alasannya mengumpulkan kedua orang tua Rachel. “Saya sebenarnya adalah utusan dari Pak Bastian, ceo dari perusahaan Ains-Soft. Tanpa saya jel

  • Fake Marriage   Chapter 7

    Setelah mendapatkan alamat yang di maksud oleh Angkasa, Ben lalu mengeluarkan handphonenya dan memotret bagian depan rumah itu. Lalu mencoba untuk menghubungi Angkasa. “Saya sudah menemuukannya tuan.” “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon telah terputus. Dengan sigap Angkasa mengambil kunci motornya dan segera berangkat mencari alamat calon tunangannya. Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat yang di tujunya itu. *** Rachel yang berada di rumahnya sedang asyik membersihkan kaca jendela bagian depan. Di sela waktu membersihkan, ia lagi lagi menggambar pangerannya, tentu saja pangeran tanpa wajah. Tawa bahagia pun terpancar di wajahnya setiap kali ia selesai menggambar dan melihat pangerannya itu. Meskipun tanpa wajah, entah mengapa ada daya tarik tersendiri yang dapat dirasakannya. “Ayolah balikkan wajahmu pan

  • Fake Marriage   Chapter 6

    Pluuusssttt ! Semburan air tepat membasahi wajah Angkasa. Rachel salah menyemburkan air ke wajah orang lain. Menyadari dirinya yang salah itu, membuat Rachel kaget dan hanya mampu terdiam kaku sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Mata Rachel melotot sempurna saat menyadari kebodohannya. Dengan kesal Angkasa membasuh wajahnya yang basah oleh semburan air dari Rachel. Di tambah lagi jasnya pun yang ikut basah kuyup. Dengan wajah yang merah padam, Angkasa menatap tajam Rachel seperti hendak menerkam saja. “Tuan Muuuda!” suara yang setengah bergetar memenuhi sudut ruangan. “Aku sudah menggosok gigi kok. Gigiku sangat bersih. Lihatlah,” ucapnya sambil unjuk gigi di hadapan Angkasa. Mendengar keributan di luar, Tima Yuni dan juga Dina langsung keluar dari tempat persembunyiannya. “Rachel.” teriak Yuni dengan kaget saat melihat Angkasa yang sudah basah kuyup. “Malang sekali.” Ucap Tima lalu segera lari dan meningga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status