Dendam Sang Pewaris

Dendam Sang Pewaris

Oleh:  drhell  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
8Bab
83Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Anisa, wanita sederhana yang hidupnya dipenuhi penderitaan akibat suami dan mertuanya, menemukan kekuatan tak terduga setelah dikhianati. Sebagai pewaris kerajaan bisnis, Anisa kembali sebagai CEO berkuasa dan merencanakan pembalasan elegan terhadap mereka yang meremehkannya. Sambil memastikan anaknya, Adit, tumbuh di lingkungan penuh kasih, Anisa membuktikan bahwa wanita yang dianggap lemah bisa bangkit dan mengubah nasib dengan kekuatan luar biasa.

Lihat lebih banyak
Dendam Sang Pewaris Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
8 Bab

Bab 1 . Anisa

Pagi itu, Anisa terbangun lebih awal seperti biasa. Jarum jam di dinding masih berdetak dengan lirih terdengar olehnya. Dengan mata yang masih menyipit dia melihat jarum jam menunjukkan pukul lima pagi. Ia merapikan tempat tidur dengan hati-hati, memastikan setiap sudut selimut dan bantal berada pada tempatnya. Suaminya, Arif, masih terlelap dengan napas yang terdengar berat. Anisa menatap wajah suaminya sejenak sebelum akhirnya melangkah keluar kamar, menuju dapur.Rutinitas pagi Anisa selalu dimulai dengan menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga. Ia tahu betul selera masing-masing anggota keluarganya. Mertuanya, Bu Ratna, menyukai bubur ayam dengan banyak sambal. Arif lebih memilih nasi goreng dengan telur mata sapi setengah matang. Dan Adit, anak semata wayangnya, selalu minta roti panggang dengan selai cokelat. Anisa menikmati setiap langkah proses memasak itu, meski tak pernah ada ucapan terima kasih yang diterimanya.Suara-suara langkah kaki mulai berdatangan dari segala penj
Baca selengkapnya

Bab 2. Menemukan Kebenaran

Anisa menghabiskan malam itu dengan gelisah. Pikiran tentang apa yang akan terjadi esok malam terus mengganggu tidurnya. Saat akhirnya pagi menjelang ia harus melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya sebelumnya: mencari tahu kebenaran tentang suaminya.Setelah sarapan dan mengantar Adit ke sekolah, Anisa kembali ke rumah dan mulai merencanakan langkah berikutnya. Ia tahu bahwa tindakan ini berisiko, tetapi ia tidak bisa lagi hidup dalam ketidakpastian. Pikirannya terus berputar, mencari cara terbaik untuk mendapatkan informasi tanpa menimbulkan kecurigaan.Siang itu, Anisa memutuskan untuk menghubungi sahabat lamanya, Sari. Sari adalah satu-satunya orang yang tahu tentang semua masalah rumah tangganya. Meski sudah lama tidak berhubungan, Anisa merasa ini saat yang tepat untuk meminta bantuan."Anisa! Lama tidak ada kabar, ada apa ini tiba-tiba menelepon?" suara ceria Sari terdengar di telepon."Sari, aku butuh bantuanmu. Ini penting," kata Anisa dengan suara serius."Ada apa,
Baca selengkapnya

Bab 3. Panggung Kehidupan Baru

Anisa menutup telepon dengan tangan gemetar. Kata-kata yang baru saja didengarnya masih bergema di kepalanya: "Halo, Anisa. Ini tentang warisan keluargamu. Kita perlu bicara segera." Hati dan pikirannya berputar-putar, mencoba mencerna informasi yang tiba-tiba ini. Warisan keluarga? Apa maksudnya?Sari yang berada di sebelahnya menatap Anisa dengan cemas. "Siapa yang menelepon, Nis? Apa yang terjadi?"Anisa menghela napas panjang dan mencoba menenangkan diri. "Sepertinya ada yang ingin bicara tentang warisan keluarga. Aku tidak tahu apa ini, tapi aku harus mencari tahu.""Warisan? Maksudmu keluargamu yang dulu?" Sari bertanya dengan kening berkerut."Ya, mungkin. Aku sendiri tidak begitu paham. Tapi aku harus bertemu dengan orang ini dan mendengarkan apa yang dia katakan," jawab Anisa dengan tegas.Setelah meninggalkan hotel, Anisa dan Sari kembali ke mobil. Sepanjang perjalanan pulang, pikiran Anisa dip
Baca selengkapnya

Bab 4. Momentum Berubah

Anisa duduk di meja makan, menatap layar ponselnya yang menunjukkan pesan dari Lina. Di layar, alamat pertemuan besok dan kata-kata misterius "Ada sesuatu yang kamu harus tahu tentang Arif dan keluarganya, sesuatu yang bisa mengubah segalanya" terpampang jelas. Hatinya berdebar-debar, mencoba menangkap arti dari pesan itu. Apa yang sebenarnya Lina ketahui? Apa yang tidak diketahui Anisa tentang Arif?Sekarang, pikiran Anisa berkecamuk dengan pertanyaan tanpa jawaban. Dia tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar, mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapinya besok. Apakah Lina akan membawa bukti? Atau mungkin hanya spekulasi? Apapun itu, Anisa merasa bahwa ini adalah waktu yang krusial untuk mengetahui kebenaran.Esok paginya, Anisa memutuskan untuk mengambil hari libur dari pekerjaannya sebagai asisten administratif di sebuah perusahaan kecil. Ia memberitahu bosnya bahwa ada urusan pribadi mendesak yang perlu diurus. Bosnya m
Baca selengkapnya

Bab 5. Dilema Mendalam

Anisa meletakkan ponselnya dengan tangan gemetar. Siapa yang menelepon tadi? Mengapa Pak Suryo tidak bisa bicara sendiri? Berbagai pertanyaan berputar di pikirannya. Dia merasa bingung dan cemas. Dia harus mengetahui lebih lanjut tentang apa yang sedang terjadi.Keesokan paginya, Anisa bangun lebih awal. Dia merasa resah dan tidak bisa tidur nyenyak semalam. Adit masih tidur lelap di kamarnya, jadi Anisa memutuskan untuk keluar rumah dan mencari udara segar. Dia berjalan ke taman kecil di dekat rumahnya, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk.Saat duduk di bangku taman, Anisa memikirkan kembali semua yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir. Informasi tentang warisan keluarganya, pertemuan dengan Lina, dan telepon misterius tadi malam semuanya membuat Anisa merasa seakan-akan hidupnya berada di ambang perubahan besar. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi semua ini. Haruskah dia mempercayai Lina? Bagaimana dengan Pak Suryo? Dan siapa sebenarnya yang menelep
Baca selengkapnya

Bab 6. Musuh yang Misterius

Anisa bangun dengan perasaan berat di dadanya. Matanya masih tajam menatap langit-langit kamar sambil mengingatp esan dari Pak Herman dan temuan tentang rencana jahat Arif dan keluarganya. Dia terus membayanginya.Hari ini adalah titik balik dalam hidupnya. Setelah mengantar Adit ke sekolah, Anisa langsung menuju kantor Pak Herman. Ia harus memastikan semuanya tertata rapi sebelum melangkah lebih jauh.Setibanya di kantor, Pak Herman sudah menunggunya di ruang pertemuan kecil yang terpencil di ujung gedung. Segelas kopi sudah terhidang di mejanya. Raut wajah yang serius, mencerminkan beratnya situasi yang mereka hadapi. “Anisa, kita perlu mempercepat langkah kita. Arif dan keluarganya semakin dekat dengan tujuan mereka, dan kita harus siap menghadapinya,” kata Pak Herman tanpa basa-basi sambil menyeruput kopinyaAnisa mengangguk tegas. “Saya siap, Pak Herman. Apa langkah pertama kita?”Pak Herman menyerahkan beberapa dokumen kepada Anisa. “Ini adalah surat-surat kepemilikan dan beber
Baca selengkapnya

Bab 7. Kejutan Demi Kejutan

Anisa merasa semakin kuat setiap hari. Dengan bantuan Pak Herman dan dukungan moral dari Lina, ia semakin mantap melanjutkan rencana untuk melindungi dirinya dan Adit. Hari ini, Anisa berencana menemui seorang teman lama ayahnya yang juga seorang ahli keuangan, Bapak Yudi. Dia berharap Bapak Yudi bisa memberikan saran tambahan tentang cara terbaik untuk mengelola dan menyembunyikan aset-asetnya.Setelah mengantar Adit ke sekolah, Anisa pergi ke sebuah kafe mewah di pusat kota, tempat di mana ia dan Bapak Yudi berjanji bertemu. Kafe itu terletak di sebuah gedung perkantoran yang tinggi dengan pemandangan kota yang indah. Anisa tiba lebih awal dan memilih meja di sudut yang agak tersembunyi. Ia memesan secangkir teh dan menunggu dengan sabar.Beberapa menit kemudian, seorang pria tua dengan rambut beruban masuk ke dalam kafe. Matanya segera menemukan Anisa dan ia tersenyum hangat. "Anisa, sudah lama kita tidak bertemu," sapa Bapak Yudi sambil duduk di depan Anisa."Pak Yudi, terima kas
Baca selengkapnya

Bab 8. Kejutan Lagi

Anisa merasa jantungnya berdebar ketika ia dan Lina melarikan diri dari taman. Mereka menyadari bahwa mereka sedang dalam bahaya dan harus segera mencari tempat yang aman. Dalam perjalanan kembali ke rumah, Anisa berusaha menenangkan diri. Ia tahu bahwa mereka perlu memikirkan langkah berikutnya dengan hati-hati.Setelah memastikan tidak ada yang mengikuti mereka, Anisa dan Lina sampai di rumah. Mereka segera masuk ke dalam dan mengunci pintu. Anisa membuka amplop yang diberikan Lina dan mulai memeriksa foto dan dokumen dengan cermat. Foto-foto itu menunjukkan Arif bersama seorang wanita misterius di lokasi-lokasi yang tidak diketahui. Dokumen-dokumen tersebut memperlihatkan transaksi keuangan yang mencurigakan, dengan jumlah besar yang berpindah dari rekening ke rekening dengan cara yang tidak jelas.Lina memecah keheningan. "Anisa, ini bukan hanya tentang pen
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status