Malam itu, suasana di rumah begitu senyap hingga setiap langkah terasa menggema di lorong-lorong. Anisa duduk di ruang kerjanya, cahaya layar laptop menjadi satu-satunya penerangan. Jarinya mengetik cepat, berusaha mengumpulkan semua data yang ia butuhkan. Sejak ia mengetahui hubungan Farhan dengan Arief Yudha, ia tidak bisa berhenti.Tapi di tengah kerja kerasnya, suara pintu yang terbuka keras memecah keheningan. Anisa terkejut, laptopnya hampir tergelincir dari meja. Kepalanya terangkat, dan di sana, berdiri Farhan. Wajahnya dingin seperti ukiran batu, tapi ada kilatan api di matanya yang menandakan amarah terpendam.“Selamat malam, Anisa,” suaranya rendah namun penuh ancaman.Anisa mencoba mengatur napasnya. “Farhan,” balasnya dengan tenang, meskipun jantungnya seperti genderang perang. “Ada apa? Sudah larut malam.”Farhan melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya dengan pelan tapi tegas. Dia menatap sekeliling ruangan, seperti seorang pengawas yang sedang mencari bukti tersem
Terakhir Diperbarui : 2024-11-27 Baca selengkapnya