Pagi itu, Anisa terbangun lebih awal seperti biasa. Jarum jam di dinding masih berdetak dengan lirih terdengar olehnya. Dengan mata yang masih menyipit dia melihat jarum jam menunjukkan pukul lima pagi. Ia merapikan tempat tidur dengan hati-hati, memastikan setiap sudut selimut dan bantal berada pada tempatnya. Suaminya, Arif, masih terlelap dengan napas yang terdengar berat. Anisa menatap wajah suaminya sejenak sebelum akhirnya melangkah keluar kamar, menuju dapur.Rutinitas pagi Anisa selalu dimulai dengan menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga. Ia tahu betul selera masing-masing anggota keluarganya. Mertuanya, Bu Ratna, menyukai bubur ayam dengan banyak sambal. Arif lebih memilih nasi goreng dengan telur mata sapi setengah matang. Dan Adit, anak semata wayangnya, selalu minta roti panggang dengan selai cokelat. Anisa menikmati setiap langkah proses memasak itu, meski tak pernah ada ucapan terima kasih yang diterimanya.Suara-suara langkah kaki mulai berdatangan dari segala penj
Baca selengkapnya