Share

Bab 4. Momentum Berubah

Anisa duduk di meja makan, menatap layar ponselnya yang menunjukkan pesan dari Lina. Di layar, alamat pertemuan besok dan kata-kata misterius "Ada sesuatu yang kamu harus tahu tentang Arif dan keluarganya, sesuatu yang bisa mengubah segalanya" terpampang jelas. Hatinya berdebar-debar, mencoba menangkap arti dari pesan itu. Apa yang sebenarnya Lina ketahui? Apa yang tidak diketahui Anisa tentang Arif?

Sekarang, pikiran Anisa berkecamuk dengan pertanyaan tanpa jawaban. Dia tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar, mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapinya besok. Apakah Lina akan membawa bukti? Atau mungkin hanya spekulasi? Apapun itu, Anisa merasa bahwa ini adalah waktu yang krusial untuk mengetahui kebenaran.

Esok paginya, Anisa memutuskan untuk mengambil hari libur dari pekerjaannya sebagai asisten administratif di sebuah perusahaan kecil. Ia memberitahu bosnya bahwa ada urusan pribadi mendesak yang perlu diurus. Bosnya memahami dan memberinya izin tanpa banyak tanya.

Saat Adit sudah pergi ke sekolah dan Anisa mengatur segala sesuatunya, ia mulai merasa tegang. Dalam perjalanan menuju ke alamat yang dikirimkan oleh Lina, pikirannya penuh dengan pertimbangan dan kekhawatiran. Apakah dia siap menghadapi apa pun yang akan ditemuinya? Apakah keputusannya untuk mengejar kebenaran ini akan membawa perubahan yang baik atau malah semakin memperburuk segalanya?

Sampai di lokasi, Anisa menemukan dirinya di sebuah kafe kecil yang terletak di pinggiran kota. Tempat ini tidak terlalu ramai, yang membuat Anisa merasa sedikit lebih tenang. Dia memesan secangkir kopi dan duduk di sudut kafe yang terpencil, menunggu kedatangan Lina.

Tidak lama kemudian, Anisa melihat Lina memasuki kafe dengan langkah yang cepat dan tegas. Lina memilih tempat duduk di dekat Anisa, tanpa menarik perhatian orang lain di sekitar mereka. Wajahnya tampak serius dan tegang, memberi kesan bahwa apa yang akan dibicarakan tidaklah mudah baginya.

"Lina," sapa Anisa dengan hati-hati saat wanita itu duduk di hadapannya.

"Anisa," jawab Lina singkat.

"Mengapa kamu meminta untuk bertemu? Apa yang sebenarnya kamu ketahui tentang Arif?" tanya Anisa, mencoba menembus ketegangan di udara.

Lina menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Anisa, aku tahu Arif lebih dari yang kamu pikirkan. Kami memiliki hubungan sebelum kamu menikah dengannya."

Anisa terkejut mendengarnya, meskipun sebenarnya dia sudah memiliki firasat tentang masa lalu Arif yang rumit. "Apa hubungan kalian?" tanyanya dengan suara gemetar.

"Kami saling mengenal sebelum Arif bertemu denganmu. Kami berpacaran beberapa tahun sebelum dia memutuskan untuk menikahimu," ungkap Lina dengan jujur.

Anisa merasa dunianya runtuh. Pikirannya berputar, mencoba memproses informasi yang baru saja dia terima. "Kenapa kamu memberitahu ini sekarang?" tanyanya dengan suara bergetar.

Lina menatap Anisa dengan penuh penyesalan. "Aku seharusnya memberitahumu sejak dulu, tetapi aku tidak punya keberanian. Tetapi sekarang, aku merasa kamu harus tahu kebenaran tentang Arif. Dia bukan orang yang baik seperti yang kamu kira," jelas Lina dengan tegas.

Anisa mencoba menahan air matanya. Dia tidak tahu apa yang harus dipikirkan atau dirasakan pada saat ini. Segalanya terasa seperti sebuah kebohongan besar yang baru terbongkar di hadapannya. Namun, di tengah kebingungan dan kehancuran emosinya, ada keinginan yang kuat untuk mengetahui lebih lanjut.

"Ada apa lagi yang harus saya tahu, Lina?" tanya Anisa dengan suara bergetar.

Lina menghela napas panjang. "Arif bukan hanya seorang suami yang tidak setia. Dia juga terlibat dalam bisnis yang tidak jujur. Keluarganya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kelompok yang berkuasa di kota ini," ungkapnya perlahan.

Anisa terdiam, mencoba menghubungkan semua potongan informasi yang diterimanya. Bisnis yang tidak jujur? Hubungan keluarga dengan kelompok berkuasa? Semuanya terasa begitu besar dan rumit.

"Kenapa kamu memberitahu ini semua padaku?" tanya Anisa, mencoba memahami motif di balik keputusan Lina untuk membongkar semuanya sekarang.

"Lihat, Anisa. Aku tidak punya dendam atau niat jahat. Aku hanya ingin kamu tahu siapa sebenarnya Arif dan apa yang sedang kamu hadapi. Kamu perlu melindungi dirimu sendiri dan Adit," jelas Lina dengan tulus.

Anisa merenung sejenak. Dia tahu bahwa keputusan untuk perceraian dengan Arif sudah pasti, tetapi sekarang ada lapisan baru yang harus dia tangani. Apa yang harus dia lakukan dengan semua informasi ini? Bagaimana dia akan melindungi dirinya dan putranya dari konsekuensi dari kehidupan yang rumit ini?

"Terima kasih, Lina. Aku akan memikirkannya," kata Anisa akhirnya dengan suara lembut.

Lina mengangguk, mengerti bahwa ini adalah saat-saat penting bagi Anisa untuk merenungkan semuanya. Mereka berdua duduk dalam keheningan, masing-masing memikirkan masa depan yang tidak pasti.

Setelah pertemuan itu, Anisa merasa lebih bingung daripada sebelumnya. Dia memilih untuk pulang langsung ke rumah, membiarkan pikirannya terus berputar dalam mencoba memecahkan teka-teki yang ada di hadapannya. 

Apa yang seharusnya dia lakukan selanjutnya? Bagaimana dia bisa melindungi dirinya dan Adit dari segala kemungkinan yang mengancam?

Sesampainya di rumah, Anisa menemukan surat dari paket yang dikirim oleh pengacara keluarga. Ia membuka surat tersebut dan menemukan dokumen yang lebih mendalam tentang warisan keluarganya. Halaman demi halaman, dia menyelami rahasia yang terkubur selama ini, memahami betapa besar dan berat tanggung jawab yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.

Malam itu, setelah Adit tertidur, Anisa duduk di kamarnya dengan laptop di pangkuannya. Ia menelusuri informasi lebih lanjut tentang bisnis keluarganya yang terlibat dalam praktik yang tidak jujur. Semakin banyak yang ia baca, semakin dalam ia terbenam dalam labirin rahasia dan konspirasi yang melibatkan Arif dan keluarganya.

Ponselnya berdering tiba-tiba, mengalihkan perhatiannya dari layar laptop. Anisa melihat nomor yang tidak dikenal dan mengangkatnya dengan hati-hati.

"Halo, Anisa," kata suara pria di ujung telepon dengan tenang.

Anisa mengenali suara dari seberang tersebut. "Pak Suryo? Ada apa?"

Tiba-tiba sebuah suara gemerisik terdengar dan perlahan suara itu berganti dengan pria lain yang tidak dikenalnya. 

"Pak Suryo tidak bisa bicara sekarang. Ini tentang warisan keluargamu. Kami punya informasi yang harus kamu ketahui segera," kata suara itu dengan serius.

Anisa menggigit bibir bawahnya. Informasi baru lagi? Apa lagi yang bisa mereka katakan padanya? Hatinya berdegup kencang dalam antisipasi akan apa yang akan diungkapkan selanjutnya.

Suara di telepon itu berhenti sejenak, dan Anisa menunggu dengan napas tertahan.

Helaan napas dari suara misterius itu terdengar kembali.  "Anisa, Arif dan keluarganya memiliki rencana besar yang akan mempengaruhi kehidupanmu secara drastis. Kita harus bertemu secepatnya.”

Klik!

Pria itu mematikan ponselnya dengan paksa dan tidak beberapa lama kemudian suara pesan terdengar masuk dan menuliskan sebuah alamat yang harus Anisa datangi.

Membaca pesan tersebut membuat Anisa merasa bahwa dia telah memasuki babak baru dalam kehidupannya walau dia tidak tahu harus berperan sebagai apa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status