Winona Gayatri, si gadis lugu yang hanya fokus pada pelajaran, tertarik pada Marcello Atmaja, laki-laki incaran satu sekolah. Ketika mengetahui fakta tersebut, Marcello tidak tinggal diam dan memutuskan untuk mempermainkan Winona. Hal itu meninggalkan trauma yang memecut sesuatu dari dalam diri Winona sehingga selang beberapa tahun kemudian, si gadis lugu berubah menjadi perempuan luar biasa yang bisa membuat siapa pun bertekuk lutut di hadapannya. Di saat kebenciannya pada Marcello sudah memuncak, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa orang tuanya menjodohkan dirinya dengan laki-laki itu.
View More“Ke ruangan gue sebentar, Hen,” perintah Marcello kepada Mahendra, executive assistant-nya yang baru saja bergabung kemarin. Laki-laki itu langsung meninggalkan ruangannya dan berjalan cepat menuju tempat bosnya memanggil. Tidak lupa ia membawa iPad yang berisi dokumen, jadwal, dan segala kepentingan Marcello yang lain. “Lo udah selesai rapiin jadwal gue hari ini belum?” tanya Marcello, tidak sabar mendengar tanggung jawab apa yang harus diselesaikannya hari ini. “Sudah, Mas,” jawab Mahendra sambil membuka G****e Calendar atasannya yang sudah penuh, “Dari jam 10 sampai jam 5 sore, kebetulan jadwal Mas Cello cukup padat. Jam 10 sampai 12 nanti, perusahaan yang beberapa waktu lalu mengirimkan pitch deck mau melakukan presentasi di hadapan Mas Cello dan C-level lainnya. Ruang meeting-nya sudah saya book juga pagi ini. Setelah lunch break, Mas Cello ada rapat dengan Seed Partner via Zoom karena beliau sedang ada di Jepang untuk business trip. Paling lama meeting-nya tiga puluh menit aj
“Lo langsung ke lantai dua aja, Zet. Gue udah di tempat biasa,” pesan Winona melalui sambungan telepon. Meskipun ia memang berniat untuk menghabiskan waktu seorang diri dengan ditemani makanan hangat dan minuman manis kesukaannya, ia tidak bisa menolak ajakan Zetta, sahabatnya sejak kuliah, yang tiba-tiba ingin bertemu. Belum sampai lima menit sejak ia memutuskan sambungan telepon, perempuan yang tengah ditunggu Winona itu sudah berdiri tidak jauh darinya. Sama seperti hari-hari lainnya, Zetta selalu mengenakan pakaian yang penuh warna. Kali ini, ruffle sleeves top bernuansa pelangi dan rok plisket hijau membalut tubuhnya dengan sempurna. Hal ini tentunya sangat kontras dengan Winona yang cenderung memilih warna-warna earth tone dan monokrom. “Kangen banget, ih, sama lo!” seru Zetta heboh sambil menyampirkan lengannya di pundak sang sahabat. “Gak usah lebay, deh. Kita baru nggak ketemu sebulan, ya. Itu juga karena gue ada business trip ke Bali dan lo sibuk bikin konten,” jawab Win
Marcello masih kesulitan untuk menyingkirkan Winona dari pikirannya terlebih sejak pertemuan tidak sengaja beberapa saat yang lalu. Meskipun tangan dan pandangannya fokus pada setir dan jalan raya di hadapannya, pikirannya melanglang buana entah ke mana. Ia masih terus mengulang suaranya, senyumnya, bahkan wanginya. Perempuan tersebut sepertinya sudah mengirimkan mantra kepada sang pemuda sebelum ia menyadarinya. “Ngomong-ngomong, kamu udah dapet personal assistant, Cel?” tanya Karin setelah keduanya hanya diam dan membiarkan suara penyiar radio mengisi keheningan di antara mereka. Sebelum menjawab pertanyaan sang bunda, Marcello mengecilkan volume radio terlebih dahulu. “Tiga hari lalu aku ada minta tolong ke Mbak Dian untuk carikan dan katanya udah ketemu,” jawab Marcello. “Tinggal wawancara sama aku aja sebelum tanda tangan kontrak.” “Bagus, deh,” sahut Karin. “Mami juga lebih tenang kalau kamu ada yang bantu. Mami masih nggak bisa ngebayangin gimana caranya kamu bisa manage jadw
Dengan menyetir mobilnya sendiri, Winona membelah jalanan Jakarta untuk bertemu dengan pemilik catering yang sudah membuat janji dengannya. Ia merasa lega karena tidak harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Andre dan bisa menyelesaikan jadwalnya dengan baik. Ia berkendara selama kurang lebih empat puluh lima menit dan setelah mobilnya terparkir di hadapan gedung berlantai tiga yang memang hendak didatanginya, seorang wanita yang terlihat anggun dan awet muda menyambutnya dengan senyum merekah. “Padahal nggak perlu kamu, lho, yang dateng ke sini,” ucap Karin Nirmala, sang empunya jasa catering. “Tante Karin, kan, udah menyempatkan waktu untuk ketemu langsung sama perwakilan perusahaan aku. Masa yang dateng bukan akunya langsung? Lagipula, aku juga kangen liat Tante Karin ngejelasin langsung soal menu-menu catering yang aku pesan. Keliatan banget passion-nya, nggak kalah sama anak muda,” kata Winona sambil menunjukkan senyum terbaiknya. Yang dipuji hanya tertawa gemas dan menc
“Jadi, kali ini gara-gara apa lagi?” tanya Vincent, salah satu sahabat Marcello, setelah meminum sedikit tequila yang dipesankan untuknya. Laki-laki yang ditanya mengacak rambutnya kasar sebelum menjawab, “Gue salah kasih investasi ke startup. Bokap bilang, rancangan mereka masih mentah dan kalo venture capital gue ngasih modal ke mereka, udah pasti abis tanpa profit sama sekali. Uang ratusan juta yang kami investasiin bisa-bisa abis cuma buat bayar gaji pegawai aja.” “Wajar, sih, kalo bokap lo marah,” sambung Noah sambil mengunyah truffle fries-nya. “Meskipun uang kalian nggak berseri, kalo diinvestasiin ke company yang mumpuni, uang ratusan juta yang lo pake buat sedekah itu bukan nggak mungkin bisa jadi milyaran.” “You’re not helping at all, Dude,” keluh Marcello sambil menenggak habis irish whiskey yang dipesannya. “Gue tahu letak kesalahan gue di mana dan gue berusaha memperbaiki itu sebelum terlambat dengan mantau secara langsung perkembangan startup yang dikasih investasi sam
“Untuk Yola dan tim media sosial lainnya, fokuskan perhatian kalian ke I*******m dan TikTok yang growth-nya memang sedang cepat. Kalau merasa perlu tambahan orang untuk handle Twitter, LinkedIn, dan Quora, bisa langsung bilang ke saya,” ucap Winona memberi petuah setelah sesi presentasi masing-masing anggota selesai dilakukan. “Umay dan tim desain lainnya, keep up the good work. Kita dapat apresiasi dari warganet, all thanks to you. Untuk Tari dan tim writer, secara pribadi, saya suka dengan storyline yang kalian ajukan. Tapi, coba dibuat lebih manusiawi dan mudah dimengerti sama orang awam terlebih sama target pasar kita. Untuk Ody dan tim brand, besok kita meeting lagi. Jam dan ruangannya akan diatur sama Raka. Any question?” Semua yang hadir di ruang pertemuan kompak menjawab tidak. “Kalau begitu, silakan kembali bekerja. Jangan lupa ambil pie susu di pantry, saya ada bawa untuk kalian waktu ke Bali dua hari lalu. Thanks, ya, All,” ucap Winona sambil bangkit dari tempat duduknya d
“Ini apa, Na?” tanya Marcello kebingungan begitu menerima beberapa lembar kertas dari Winona. “Daftar peraturan yang harus kita ikuti selama jadi pasangan suami istri,” jawab Winona tegas. “Peraturan pertama, kedua belah pihak diharuskan tinggal di bawah atap yang sama untuk menghindari kecurigaan dan konflik dengan pihak keluarga masing-masing namun tidak diperbolehkan tidur di ruangan yang sama,” ucap Marcello membaca rentetan huruf di hadapannya. “Peraturan kedua, kedua belah pihak dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing. Baik Winona maupun Marcello diperbolehkan untuk pulang jam berapa saja, pergi dengan siapa saja, dan memutuskan apa saja untuk kebaikan dirinya tanpa mempertimbangkan keputusan pihak lain kecuali ada kaitannya dengan pihak keluarga,” tutur Winona yang juga memegang salinan dokumen yang sama. “Peraturan ketiga, kedua belah pihak sepakat untuk tidak melakukan interaksi jika tidak diperlukan. Baik Winona maupun Marcello setuju untuk bertindak layaknya pas
“Ini apa, Na?” tanya Marcello kebingungan begitu menerima beberapa lembar kertas dari Winona. “Daftar peraturan yang harus kita ikuti selama jadi pasangan suami istri,” jawab Winona tegas. “Peraturan pertama, kedua belah pihak diharuskan tinggal di bawah atap yang sama untuk menghindari kecurigaan dan konflik dengan pihak keluarga masing-masing namun tidak diperbolehkan tidur di ruangan yang sama,” ucap Marcello membaca rentetan huruf di hadapannya. “Peraturan kedua, kedua belah pihak dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing. Baik Winona maupun Marcello diperbolehkan untuk pulang jam berapa saja, pergi dengan siapa saja, dan memutuskan apa saja untuk kebaikan dirinya tanpa mempertimbangkan keputusan pihak lain kecuali ada kaitannya dengan pihak keluarga,” tutur Winona yang juga memegang salinan dokumen yang sama. “Peraturan ketiga, kedua belah pihak sepakat untuk tidak melakukan interaksi jika tidak diperlukan. Baik Winona maupun Marcello setuju untuk bertindak layaknya pas...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments