Home / Romansa / Dari Cupu Jadi Mantu / Bab 4 - Menantu Idaman

Share

Bab 4 - Menantu Idaman

Author: Cinnamon Roll
last update Last Updated: 2022-12-23 09:56:43

Marcello masih kesulitan untuk menyingkirkan Winona dari pikirannya terlebih sejak pertemuan tidak sengaja beberapa saat yang lalu. Meskipun tangan dan pandangannya fokus pada setir dan jalan raya di hadapannya, pikirannya melanglang buana entah ke mana. Ia masih terus mengulang suaranya, senyumnya, bahkan wanginya. Perempuan tersebut sepertinya sudah mengirimkan mantra kepada sang pemuda sebelum ia menyadarinya.

“Ngomong-ngomong, kamu udah dapet personal assistant, Cel?” tanya Karin setelah keduanya hanya diam dan membiarkan suara penyiar radio mengisi keheningan di antara mereka. Sebelum menjawab pertanyaan sang bunda, Marcello mengecilkan volume radio terlebih dahulu.

“Tiga hari lalu aku ada minta tolong ke Mbak Dian untuk carikan dan katanya udah ketemu,” jawab Marcello. “Tinggal wawancara sama aku aja sebelum tanda tangan kontrak.”

“Bagus, deh,” sahut Karin. “Mami juga lebih tenang kalau kamu ada yang bantu. Mami masih nggak bisa ngebayangin gimana caranya kamu bisa manage jadwal, nyiapin bahan meeting, dan ngobrol sama klien di saat bangun pagi aja masih sering remedial.”

Marcello hanya menampilkan cengiran lebarnya. Selama puluhan tahun menjalani kehidupan di bumi, ia memang selalu dilimpahi kasih sayang dan uang sehingga pribadi manja terbentuk secara otomatis dalam dirinya. Perlu waktu lama untuk menanggalkan hal tersebut sehingga wajar saja jika ia masih gagal di sana sini. Beradaptasi dengan lingkungan yang tidak lagi menjadikannya pusat semesta saja sudah cukup sulit, apalagi menghadapi kesulitan itu sendiri? 

Personal assistant kamu kualifikasinya bagus?” tanya Karin lagi. “Kalau yang dari Mbak Dian agak kurang tepercaya, biar Mami aja yang urus. Kenalan Mami banyak yang bisa bantu.” Karin memang selalu seperti itu. Meskipun ia marah-marah dengan kelakuan manja anak laki-lakinya, nyatanya ia sendiri yang gemar memperlakukan sang pemuda layaknya anak kecil yang senantiasa membutuhkan pertolongan. 

“Aman, Mi. Kalau aku dibantu Mami terus, kapan mandirinya coba? Lagian Mbak Dian juga nggak mungkinlah ngelolosin kandidat abal-abal,” sambung Marcello. “Aku juga udah liat CV dan pengalamannya. Dia udah pernah jadi personal assistant selama enam tahun dan lulusan PTN top five juga kok.”

“Ya pokoknya kamu bilang aja kalau ada perlu sesuatu. Mami bantu sebisa Mami,” tutur Karin sambil tetap memainkan ponselnya. Rasanya, sampai kapan pun ia dan kakaknya yang jauh di sana akan selalu menjadi anak kecil di mata sang ibunda. Marcello bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana keharuan sang ibu ketika kakak perempuannya menikah dua bulan lagi. Ia yakin, perempuan yang melahirkannya pasti tidak akan sanggup membendung air mata.

“Aku perlu bantuan Mami, sih, terkait Winona,” celetuk Marcello tiba-tiba. 

Mendengar nama si perempuan, Karin langsung menunjukkan raut wajah antusias. Ia bahkan segera mengunci ponselnya dan menaruhnya kembali ke dalam tas supaya bisa berfokus pada permintaan anaknya.

“Kamu butuh bantuan apa? Cepet bilang sama Mami.”

“Semangat banget, sih, Mi,” kata Marcello sambil tertawa. “Pengen tahu dulu, sih, sejak kapan Mami bisa akrab begitu sama Winona dan menurut Mami, selama berinteraksi sama dia, Winona orangnya gimana?”

“Perusahaan tempat Winona kerja mau ngadain acara amal dan mereka butuh jasa catering. Biasanya yang ngurusin, kan, asisten Mami. Tapi berhubung yang turun tangan CMO perusahaannya langsung, nggak enak, dong, kalau bukan Mami yang urus. Akhirnya, Mami minta Ella untuk handover project itu ke Mami. Turns out Winona sama Mami nyambung setelah beberapa kali ketemu,” jawab Karin senang.

“Menurut Mami, sih, ya, Winona itu anaknya nggak aneh-aneh. Dia selalu fokus sama pekerjaannya dan selalu ramah sama semua orang. Bahkan, waktu itu Mami pernah liat dia sengaja beli banyak banget dagangan pedagang kaki lima buat dibagi-bagiin ke anak jalanan yang sering seliweran di sekitar sini. Gara-gara dia juga, Mami jadi seneng ngasih makan gratis ke anak-anak itu tiap hari Jumat.”

“Selain itu, wawasan dia juga luas banget. Mami ajak ngobrol tentang apa aja pasti dia paham. Mami ajak ngobrol soal lukisan oke, soal musik ngerti, soal fashion paham, soal bisnis apalagi. Mami malah sering dapet tips marketing dari Winona. Walaupun pinter begitu, tapi dia rendah hati banget, lho, Cel. Ngomongnya juga selalu lembut sama siapa pun, nggak pernah ada standar ganda. Mami juga sering dengar dari kolega Mami soal dia dan ternyata sama, anaknya memang sebaik itu.”

“Yang nyaris sempurna kayak gitu mau nerima aku apa adanya nggak, ya, Mi?” tanya Marcello bercanda yang disambut gelak tawa sang ibunda.

“Kalau kamu bisa memantaskan diri mah pasti mau, kok, Winona-nya. Toh, mukamu ganteng, duitmu ada, pendidikan oke, karir juga terjamin. Tinggal personality-nya aja tuh yang dirombak abis,” ucap Karin. “Winona itu udah punya segalanya. Dia nggak akan menikahi laki-laki yang dia perlu, tapi yang dia mau. Kalau kamu memang serius sama dia, coba aja pendekatan dulu.”

Masalahnya bukan nggak mau nyoba pendekatan, Mi. Dia yang selalu ramah sama semua orang aja giliran ngeliat aku sinis begitu tadi. Gimana kalau dia tahu aku ada intensi khusus? ucap Marcello dalam hati.

“Sepenglihatan Mami, nih, ya,” kata Marcello lagi, “dia udah punya pacar belum, sih? Media sosialnya isinya cuma seputar kerjaan sama aktivitas sehari-harinya aja, nggak pernah ada cowok. But who knows, right?”

Karin tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, “Menurut Mami, sih, enggak ya. Selama ketemu Mami, dia selalu bawa mobil sendiri. Dia juga gak pernah keceplosan ngomongin soal laki-laki atau ketahuan senyum-senyum sendiri waktu main ponsel. Mau Mami tanyain langsung?”

“Ya, boleh aja, sih. Tapi jangan bilang kalau aku yang nanya gitu. Bilangnya Mami penasaran aja,” kata Marcello berusaha menahan malu. Ia tidak menyangka bahwa suatu saat ibunya bisa diajak bekerja sama seperti ini.

“Tenang. Kamu mau kontaknya sekalian nggak nih?” tanya Karin sekali lagi.

“Enggak, deh, Mi. Aku mau coba minta sendiri dulu biar lebih gentle,” kata Marcello. 

Meskipun kekurangannya masih banyak, setidaknya ia sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan waktu SMA dulu. Ia tidak lagi meminta kontak perempuan secara sembarangan atau tiba-tiba menghampiri perempuan yang sedang duduk sendiri di bar. Perlahan tapi pasti, ia mulai menghentikan kebiasaan buruknya sebagai playboy sejak melihat air mata dan kekecewaan Winona sembilan tahun lalu.

“Anak Mami udah besar, ya,” komentar Karin sambil mengusap lembut rambut sang putra. “Good luck, Cel. Semoga Mami beneran bisa punya menantu idaman kayak Winona.”

“Amin.”

Related chapters

  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 5 - Musuh Bebuyutan

    “Lo langsung ke lantai dua aja, Zet. Gue udah di tempat biasa,” pesan Winona melalui sambungan telepon. Meskipun ia memang berniat untuk menghabiskan waktu seorang diri dengan ditemani makanan hangat dan minuman manis kesukaannya, ia tidak bisa menolak ajakan Zetta, sahabatnya sejak kuliah, yang tiba-tiba ingin bertemu. Belum sampai lima menit sejak ia memutuskan sambungan telepon, perempuan yang tengah ditunggu Winona itu sudah berdiri tidak jauh darinya. Sama seperti hari-hari lainnya, Zetta selalu mengenakan pakaian yang penuh warna. Kali ini, ruffle sleeves top bernuansa pelangi dan rok plisket hijau membalut tubuhnya dengan sempurna. Hal ini tentunya sangat kontras dengan Winona yang cenderung memilih warna-warna earth tone dan monokrom. “Kangen banget, ih, sama lo!” seru Zetta heboh sambil menyampirkan lengannya di pundak sang sahabat. “Gak usah lebay, deh. Kita baru nggak ketemu sebulan, ya. Itu juga karena gue ada business trip ke Bali dan lo sibuk bikin konten,” jawab Win

    Last Updated : 2022-12-23
  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 6 - Kembali Bertemu

    “Ke ruangan gue sebentar, Hen,” perintah Marcello kepada Mahendra, executive assistant-nya yang baru saja bergabung kemarin. Laki-laki itu langsung meninggalkan ruangannya dan berjalan cepat menuju tempat bosnya memanggil. Tidak lupa ia membawa iPad yang berisi dokumen, jadwal, dan segala kepentingan Marcello yang lain. “Lo udah selesai rapiin jadwal gue hari ini belum?” tanya Marcello, tidak sabar mendengar tanggung jawab apa yang harus diselesaikannya hari ini. “Sudah, Mas,” jawab Mahendra sambil membuka G****e Calendar atasannya yang sudah penuh, “Dari jam 10 sampai jam 5 sore, kebetulan jadwal Mas Cello cukup padat. Jam 10 sampai 12 nanti, perusahaan yang beberapa waktu lalu mengirimkan pitch deck mau melakukan presentasi di hadapan Mas Cello dan C-level lainnya. Ruang meeting-nya sudah saya book juga pagi ini. Setelah lunch break, Mas Cello ada rapat dengan Seed Partner via Zoom karena beliau sedang ada di Jepang untuk business trip. Paling lama meeting-nya tiga puluh menit aj

    Last Updated : 2022-12-23
  • Dari Cupu Jadi Mantu   Prolog

    “Ini apa, Na?” tanya Marcello kebingungan begitu menerima beberapa lembar kertas dari Winona. “Daftar peraturan yang harus kita ikuti selama jadi pasangan suami istri,” jawab Winona tegas. “Peraturan pertama, kedua belah pihak diharuskan tinggal di bawah atap yang sama untuk menghindari kecurigaan dan konflik dengan pihak keluarga masing-masing namun tidak diperbolehkan tidur di ruangan yang sama,” ucap Marcello membaca rentetan huruf di hadapannya. “Peraturan kedua, kedua belah pihak dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing. Baik Winona maupun Marcello diperbolehkan untuk pulang jam berapa saja, pergi dengan siapa saja, dan memutuskan apa saja untuk kebaikan dirinya tanpa mempertimbangkan keputusan pihak lain kecuali ada kaitannya dengan pihak keluarga,” tutur Winona yang juga memegang salinan dokumen yang sama. “Peraturan ketiga, kedua belah pihak sepakat untuk tidak melakukan interaksi jika tidak diperlukan. Baik Winona maupun Marcello setuju untuk bertindak layaknya pas

    Last Updated : 2022-12-23
  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 1 - Winona Gayatri Wibowo

    “Untuk Yola dan tim media sosial lainnya, fokuskan perhatian kalian ke I*******m dan TikTok yang growth-nya memang sedang cepat. Kalau merasa perlu tambahan orang untuk handle Twitter, LinkedIn, dan Quora, bisa langsung bilang ke saya,” ucap Winona memberi petuah setelah sesi presentasi masing-masing anggota selesai dilakukan. “Umay dan tim desain lainnya, keep up the good work. Kita dapat apresiasi dari warganet, all thanks to you. Untuk Tari dan tim writer, secara pribadi, saya suka dengan storyline yang kalian ajukan. Tapi, coba dibuat lebih manusiawi dan mudah dimengerti sama orang awam terlebih sama target pasar kita. Untuk Ody dan tim brand, besok kita meeting lagi. Jam dan ruangannya akan diatur sama Raka. Any question?” Semua yang hadir di ruang pertemuan kompak menjawab tidak. “Kalau begitu, silakan kembali bekerja. Jangan lupa ambil pie susu di pantry, saya ada bawa untuk kalian waktu ke Bali dua hari lalu. Thanks, ya, All,” ucap Winona sambil bangkit dari tempat duduknya d

    Last Updated : 2022-12-23
  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 2 - Marcello Atmaja

    “Jadi, kali ini gara-gara apa lagi?” tanya Vincent, salah satu sahabat Marcello, setelah meminum sedikit tequila yang dipesankan untuknya. Laki-laki yang ditanya mengacak rambutnya kasar sebelum menjawab, “Gue salah kasih investasi ke startup. Bokap bilang, rancangan mereka masih mentah dan kalo venture capital gue ngasih modal ke mereka, udah pasti abis tanpa profit sama sekali. Uang ratusan juta yang kami investasiin bisa-bisa abis cuma buat bayar gaji pegawai aja.” “Wajar, sih, kalo bokap lo marah,” sambung Noah sambil mengunyah truffle fries-nya. “Meskipun uang kalian nggak berseri, kalo diinvestasiin ke company yang mumpuni, uang ratusan juta yang lo pake buat sedekah itu bukan nggak mungkin bisa jadi milyaran.” “You’re not helping at all, Dude,” keluh Marcello sambil menenggak habis irish whiskey yang dipesannya. “Gue tahu letak kesalahan gue di mana dan gue berusaha memperbaiki itu sebelum terlambat dengan mantau secara langsung perkembangan startup yang dikasih investasi sam

    Last Updated : 2022-12-23
  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 3 - Setelah 9 Tahun

    Dengan menyetir mobilnya sendiri, Winona membelah jalanan Jakarta untuk bertemu dengan pemilik catering yang sudah membuat janji dengannya. Ia merasa lega karena tidak harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Andre dan bisa menyelesaikan jadwalnya dengan baik. Ia berkendara selama kurang lebih empat puluh lima menit dan setelah mobilnya terparkir di hadapan gedung berlantai tiga yang memang hendak didatanginya, seorang wanita yang terlihat anggun dan awet muda menyambutnya dengan senyum merekah. “Padahal nggak perlu kamu, lho, yang dateng ke sini,” ucap Karin Nirmala, sang empunya jasa catering. “Tante Karin, kan, udah menyempatkan waktu untuk ketemu langsung sama perwakilan perusahaan aku. Masa yang dateng bukan akunya langsung? Lagipula, aku juga kangen liat Tante Karin ngejelasin langsung soal menu-menu catering yang aku pesan. Keliatan banget passion-nya, nggak kalah sama anak muda,” kata Winona sambil menunjukkan senyum terbaiknya. Yang dipuji hanya tertawa gemas dan menc

    Last Updated : 2022-12-23

Latest chapter

  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 6 - Kembali Bertemu

    “Ke ruangan gue sebentar, Hen,” perintah Marcello kepada Mahendra, executive assistant-nya yang baru saja bergabung kemarin. Laki-laki itu langsung meninggalkan ruangannya dan berjalan cepat menuju tempat bosnya memanggil. Tidak lupa ia membawa iPad yang berisi dokumen, jadwal, dan segala kepentingan Marcello yang lain. “Lo udah selesai rapiin jadwal gue hari ini belum?” tanya Marcello, tidak sabar mendengar tanggung jawab apa yang harus diselesaikannya hari ini. “Sudah, Mas,” jawab Mahendra sambil membuka G****e Calendar atasannya yang sudah penuh, “Dari jam 10 sampai jam 5 sore, kebetulan jadwal Mas Cello cukup padat. Jam 10 sampai 12 nanti, perusahaan yang beberapa waktu lalu mengirimkan pitch deck mau melakukan presentasi di hadapan Mas Cello dan C-level lainnya. Ruang meeting-nya sudah saya book juga pagi ini. Setelah lunch break, Mas Cello ada rapat dengan Seed Partner via Zoom karena beliau sedang ada di Jepang untuk business trip. Paling lama meeting-nya tiga puluh menit aj

  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 5 - Musuh Bebuyutan

    “Lo langsung ke lantai dua aja, Zet. Gue udah di tempat biasa,” pesan Winona melalui sambungan telepon. Meskipun ia memang berniat untuk menghabiskan waktu seorang diri dengan ditemani makanan hangat dan minuman manis kesukaannya, ia tidak bisa menolak ajakan Zetta, sahabatnya sejak kuliah, yang tiba-tiba ingin bertemu. Belum sampai lima menit sejak ia memutuskan sambungan telepon, perempuan yang tengah ditunggu Winona itu sudah berdiri tidak jauh darinya. Sama seperti hari-hari lainnya, Zetta selalu mengenakan pakaian yang penuh warna. Kali ini, ruffle sleeves top bernuansa pelangi dan rok plisket hijau membalut tubuhnya dengan sempurna. Hal ini tentunya sangat kontras dengan Winona yang cenderung memilih warna-warna earth tone dan monokrom. “Kangen banget, ih, sama lo!” seru Zetta heboh sambil menyampirkan lengannya di pundak sang sahabat. “Gak usah lebay, deh. Kita baru nggak ketemu sebulan, ya. Itu juga karena gue ada business trip ke Bali dan lo sibuk bikin konten,” jawab Win

  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 4 - Menantu Idaman

    Marcello masih kesulitan untuk menyingkirkan Winona dari pikirannya terlebih sejak pertemuan tidak sengaja beberapa saat yang lalu. Meskipun tangan dan pandangannya fokus pada setir dan jalan raya di hadapannya, pikirannya melanglang buana entah ke mana. Ia masih terus mengulang suaranya, senyumnya, bahkan wanginya. Perempuan tersebut sepertinya sudah mengirimkan mantra kepada sang pemuda sebelum ia menyadarinya. “Ngomong-ngomong, kamu udah dapet personal assistant, Cel?” tanya Karin setelah keduanya hanya diam dan membiarkan suara penyiar radio mengisi keheningan di antara mereka. Sebelum menjawab pertanyaan sang bunda, Marcello mengecilkan volume radio terlebih dahulu. “Tiga hari lalu aku ada minta tolong ke Mbak Dian untuk carikan dan katanya udah ketemu,” jawab Marcello. “Tinggal wawancara sama aku aja sebelum tanda tangan kontrak.” “Bagus, deh,” sahut Karin. “Mami juga lebih tenang kalau kamu ada yang bantu. Mami masih nggak bisa ngebayangin gimana caranya kamu bisa manage jadw

  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 3 - Setelah 9 Tahun

    Dengan menyetir mobilnya sendiri, Winona membelah jalanan Jakarta untuk bertemu dengan pemilik catering yang sudah membuat janji dengannya. Ia merasa lega karena tidak harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Andre dan bisa menyelesaikan jadwalnya dengan baik. Ia berkendara selama kurang lebih empat puluh lima menit dan setelah mobilnya terparkir di hadapan gedung berlantai tiga yang memang hendak didatanginya, seorang wanita yang terlihat anggun dan awet muda menyambutnya dengan senyum merekah. “Padahal nggak perlu kamu, lho, yang dateng ke sini,” ucap Karin Nirmala, sang empunya jasa catering. “Tante Karin, kan, udah menyempatkan waktu untuk ketemu langsung sama perwakilan perusahaan aku. Masa yang dateng bukan akunya langsung? Lagipula, aku juga kangen liat Tante Karin ngejelasin langsung soal menu-menu catering yang aku pesan. Keliatan banget passion-nya, nggak kalah sama anak muda,” kata Winona sambil menunjukkan senyum terbaiknya. Yang dipuji hanya tertawa gemas dan menc

  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 2 - Marcello Atmaja

    “Jadi, kali ini gara-gara apa lagi?” tanya Vincent, salah satu sahabat Marcello, setelah meminum sedikit tequila yang dipesankan untuknya. Laki-laki yang ditanya mengacak rambutnya kasar sebelum menjawab, “Gue salah kasih investasi ke startup. Bokap bilang, rancangan mereka masih mentah dan kalo venture capital gue ngasih modal ke mereka, udah pasti abis tanpa profit sama sekali. Uang ratusan juta yang kami investasiin bisa-bisa abis cuma buat bayar gaji pegawai aja.” “Wajar, sih, kalo bokap lo marah,” sambung Noah sambil mengunyah truffle fries-nya. “Meskipun uang kalian nggak berseri, kalo diinvestasiin ke company yang mumpuni, uang ratusan juta yang lo pake buat sedekah itu bukan nggak mungkin bisa jadi milyaran.” “You’re not helping at all, Dude,” keluh Marcello sambil menenggak habis irish whiskey yang dipesannya. “Gue tahu letak kesalahan gue di mana dan gue berusaha memperbaiki itu sebelum terlambat dengan mantau secara langsung perkembangan startup yang dikasih investasi sam

  • Dari Cupu Jadi Mantu   Bab 1 - Winona Gayatri Wibowo

    “Untuk Yola dan tim media sosial lainnya, fokuskan perhatian kalian ke I*******m dan TikTok yang growth-nya memang sedang cepat. Kalau merasa perlu tambahan orang untuk handle Twitter, LinkedIn, dan Quora, bisa langsung bilang ke saya,” ucap Winona memberi petuah setelah sesi presentasi masing-masing anggota selesai dilakukan. “Umay dan tim desain lainnya, keep up the good work. Kita dapat apresiasi dari warganet, all thanks to you. Untuk Tari dan tim writer, secara pribadi, saya suka dengan storyline yang kalian ajukan. Tapi, coba dibuat lebih manusiawi dan mudah dimengerti sama orang awam terlebih sama target pasar kita. Untuk Ody dan tim brand, besok kita meeting lagi. Jam dan ruangannya akan diatur sama Raka. Any question?” Semua yang hadir di ruang pertemuan kompak menjawab tidak. “Kalau begitu, silakan kembali bekerja. Jangan lupa ambil pie susu di pantry, saya ada bawa untuk kalian waktu ke Bali dua hari lalu. Thanks, ya, All,” ucap Winona sambil bangkit dari tempat duduknya d

  • Dari Cupu Jadi Mantu   Prolog

    “Ini apa, Na?” tanya Marcello kebingungan begitu menerima beberapa lembar kertas dari Winona. “Daftar peraturan yang harus kita ikuti selama jadi pasangan suami istri,” jawab Winona tegas. “Peraturan pertama, kedua belah pihak diharuskan tinggal di bawah atap yang sama untuk menghindari kecurigaan dan konflik dengan pihak keluarga masing-masing namun tidak diperbolehkan tidur di ruangan yang sama,” ucap Marcello membaca rentetan huruf di hadapannya. “Peraturan kedua, kedua belah pihak dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing. Baik Winona maupun Marcello diperbolehkan untuk pulang jam berapa saja, pergi dengan siapa saja, dan memutuskan apa saja untuk kebaikan dirinya tanpa mempertimbangkan keputusan pihak lain kecuali ada kaitannya dengan pihak keluarga,” tutur Winona yang juga memegang salinan dokumen yang sama. “Peraturan ketiga, kedua belah pihak sepakat untuk tidak melakukan interaksi jika tidak diperlukan. Baik Winona maupun Marcello setuju untuk bertindak layaknya pas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status